PBL2B7.docx

22
Respiratory System TINJAUAN PUSTAKA Respiratory System Johanes Mayolus Davy Putra 10-2010-197 B6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana Jl. Arjuna Selatan no 6 – Jakarta Barat 11470 Telp. (021) 56942061 [email protected] Pendahuluan Pada kali ini saya akan membahas sebuah scenario yang diberikan, pada scenario kali ini ada seorang anak berusia 12 tahun datang berobat dengan keluhan sering pusing, batuk pilek sejak 4 bulan yang lalu, sehingga sulit bernafas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, anak tersebut didiagnosa menderita radang pada rongga sinus (sinusitis. Maka dari itu tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka kali ini adalah mengetahui bagaimana kinerja normal dari system respirasi. Dengan kita mengetahui bagaimana system respirasi yang baik membuat kita dapat lebih memahami yang terjadi pada [Type text] Page 1

description

respiratory system

Transcript of PBL2B7.docx

Page 1: PBL2B7.docx

Respiratory System

TINJAUAN PUSTAKA

Respiratory System

Johanes Mayolus Davy Putra

10-2010-197

B6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana

Jl. Arjuna Selatan no 6 – Jakarta Barat 11470

Telp. (021) 56942061

[email protected]

Pendahuluan

Pada kali ini saya akan membahas sebuah scenario yang diberikan, pada scenario kali

ini ada seorang anak berusia 12 tahun datang berobat dengan keluhan sering pusing, batuk

pilek sejak 4 bulan yang lalu, sehingga sulit bernafas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik

dan penunjang, anak tersebut didiagnosa menderita radang pada rongga sinus (sinusitis.

Maka dari itu tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka kali ini adalah mengetahui

bagaimana kinerja normal dari system respirasi. Dengan kita mengetahui bagaimana system

respirasi yang baik membuat kita dapat lebih memahami yang terjadi pada anak tersebut dan

berbagai macam hal yang mempengaruhi kinerjanya.

Page 1

Page 2: PBL2B7.docx

Respiratory System

Makroskopis

Sinus paranasalis terdiri atas frontalis, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries.

Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada

saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi

mukus, dan memberi efek resonansi dalam produksi wicara.4

Sinus frontalis. Letak kedua sinus frontalis di sebuah posterior terhadap arcus

superficialis, antara tabula externa dan tabula interna os.frontale. Pendarahan disuplai

oleh cabang-cabang A. opthalmica, yakni A. supraorbitalis, dan A. ethmoidalis

anterior. Darah balik bermuara ke dalam vena anastomotik pada incisura

supraorbitalis yang menghubungkan vena-vena supraorbitalis dan opthalmica

superior. Persarafannya disuplai oleh N. supraorbitalis.

Sinus ethmoidalis. Tersusun sebagai rongga-rongga kecil tak beraturan, sehingga

disebut juga cellulae ethmoidales. Rongga-rongga kecil ini berdinding tipis di dalam

labyrinth ossis ethmoidalis, disempurnakan oleh tulang-tulang frontale, maxilla,

lacrimale, sphenoidale, dan palatinum. Pendarahan disuplai oleh Aa. ethmoidales

anterior dan posterior serta A. sphenopalatina. Pembuluh baliknya lewat vena-vena

yang senama dengan arteri. Persarafannya oleh, Nn. Ethmoidales anterior dan

posterior serta cabang orbital ganglion pterygopalatinum.

Sinus sphenoidalis. Kedua sinus ini terletak di sebelah posterior terhadap bagian atas

rongga hidung, di dalam corpus ossis sphenoidalis, bermuara ke dalam recessus

spheno-ethmoidalis. Pendarahan disuplai oleh A. ethmoidalis posterior dan cabang

pharyngeal A. maxillaries interna. Persarafannya oleh N. ethmoidalis posterior dan

cabang orbital ganglion pterygopalatinum.

Sinus maxillaries. Sebagian besar sinus ini menempati tulang maxilla. Berbentuk

pyramid, berbatasan dengan dinding lateral rongga hidung. Puncaknya meluas ke

dalam processus zygomaticus ossis maxillae. Atap berbatasan dengan dasar orbita,

sedangkan lantai berbatasan dengan processus alveolaris ossis maxillae. Pendarahan

disuplai oleh A. facialis, A. palatine major, A. infraorbitalis yang merupakan lanjutan

A. maxillaries interna dan Aa. alveolaris superior anterior dan posterior cabang A.

maxillaris interna. Persarafannya oleh N. infraorbitalis dan Nn. Alveolaris superior

anterior, medius dan posterior.4,5

Page 2

Page 3: PBL2B7.docx

Respiratory System

Gambar 1. Sinus Paranasalis.

Gambar 2. Sinus Paranasalis.

Mikroskopik.

Sinus dilapisi oleh epitel kolumner pseudostratifikasi bersilia yang

berlanjut dengan mukosa cavum nasi. Epitel sinus lebih tipis dibandingkan dengan epitel

nasus. Ada empat tipe dasar tipe sel: sel epitel kolumner, sel kolumner non-

Page 3

Page 4: PBL2B7.docx

Respiratory System

siliaris, sel-sel basal dan sel goblet. Sel-sel bersilia mempunyai 50-200 silia per

sel dengan 9-11 mikrotubulus dan lengan dynein. Data eksperimental

menunjukkan bahwa sel ini berdenyut 700-800 kali per menit, menggerakkan

dengan kecepatan 9 mm/menit. Sel-sel non-siliaris ditandai dengan adanya mikrofili

yang menutupi bagian apikal sel dan berfungsi untuk meningkatkan area permukaan (untuk

memfasilitasi kelembaban dan men ghanga tka n uda ra yan g d ih i ru p ) .

Men a r ik un tuk d i c a t a t bah wa t e r dap a t  peningkatan konsentrasi (lebih dari

50%) pada ostium sinus. Fun gs i s e l - s e l ba sa l t i dak d ike t a hu i . Se l - s e l i n i

be rva r i a s i da l am ben tuk ,ukuran dan jumlah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sel

basal bertindak sebagai s e l i nd uk yang dap a t be rd i f e r ens i a s i j i ka d ip e r l ukan .

Se l gob l e t men ghas i l kan glikoprotein yang berperan untuk viskositas dan

elastisitas mukus. Sel-sel goblet diinervasi oleh sistem saraf simpatis dan

parasimpatis. Dengan demikian, stimulasi   pa r a s imp a t i s meng induks i mukus

yang l eb ih t eba l s ed ang kan s t i mu l a s i s impa t i s menginduksi sekresi mukus yang

lebih tipis.

L a p i s a n e p i t e l d i s o k o n g d e n g a n m e m b r a n b a s a l i s , l a m i n a

p r o p i a d a n  pe r i o s t e um. G landu l a s e r o sa dan muk osa t e rdapa t d i l am ina

p ro p i a . Pene l i t i an anatomis menunjukkan bahwa sel-sel goblet dan glandula submukosa

pada sinus lebih sedikit dibandingkan pada mukosa nasi. Diantara semua sinus,

sinus maxillaries mempunyai kepadatan sel goblet tertinggi. Ostium sinus maxillaris,

sphenoidalis dan ethmoidalis anterior mempunyai peningkatan jumlah glandula submukosa

serosa dan mukosa.

Sistem Respirasi.

Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan,

yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses

pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah dan atmosfer sedangakan respirasi internal adalah

proses pertukaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkulasi dan sel jaringan.3 Pengendalian

respirasi dikelola oleh dua mekanisme saraf yang terpisah. Sistim volunter yang berasal dari

korteks cerebral dan pengendalian pernapasan saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan

makan, serta sistim involunter yang terletak di bagian medula dan batang otak serta mengatur

respirasi sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh.1,6,7

Page 4

Page 5: PBL2B7.docx

Respiratory System

Pusat respiratorik medular mengandung neuron inspirasi dan ekspirasi yang terletak

sebagai agregasi longgar dalam formatio retikularis pada medula. Agregasi ini dilepas untuk

memproduksi respirasi otomatis. Neuron inspirasi terletak dalam medula dorsal sedangkan

neuron ekspirasi terletak dalam medula ventral.1,6,7 Selanjutanya adalah pusat respirasi batang

otak (pons). Pusat pneumotaksis dalam batang otak bagian atas membatasi durasi inspirasi,

tetapi meningkatkan frekuensi respirasi, mengakibatkan pernapasan dangkal dan cepat.

Sementar pusat apneustik pada batang otak memfasilitasi efek terhadap inspirasi.6

Refleks respiratorik ada beberapa macam. Pertama adalah refleks inisiasi Hering-

Brauer. Reseptor peregang dalam otot polos paru-paru terstimulasi saat paru mengembang.

Reseptor ini mengirim impuls penghambat disepanjang serabut vagus aferen menuju neuron

inspirasi medular. Refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru yang dapat muncul

saat melakukan olah raga berat. Refleks ini dipercaya tidak penting dalam pernapasan tenang.

Refleks ini juga bekerja seperti pusat pneumotaksis dengan mengurangi kedalaman

pernapasan dan meningkatkan frekuensinya.1,6,7

Reflek yang kedua adalah refleks spinal. Berkas otot dalam otot respirasi memantau

panjang serabut otot. Pemendekan serabut akan terasa dan disampaikan ke medula spinalis,

yang mengakibatkan impuls motorik untuk memperbesar kontraksi.1,6,7 Selain melalu saraf,

kendali pernapasan dapat melalui kendali kimiawi.

Kemoreseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen, karbon dioksida, dan ion

hidrogen dalam darah arteri dan cairan cerebrospinal serta menyebabkan penyesuaian yang

tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi. Kemoreseptor ada dua yaitu kemoreseptor

sentral dan kemoreseptor perifer.1,6,7 Kemoreseptor sentral adalah neuron yang terletak di

permukaan ventral lateral medula. Peningkatan kadar CO2 dalam darah areteri dan cairan

serebrospinal merangsang peningkatan frekuensi dan kedalam respirasi. Sementara

kemoreseptor perifer terletak di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. Kemoreseptor ini

merespon terhadap perubahan konsentrasi ion oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen.1,6,7

Proses inspirasi merupakan proses aktif karena melibatkan kontraksi otot-otot

inspirasi. Inspirasi tenang melibatkan kontraksi inspirasi utama yaitu diafragma yang

dipersarafi oleh N. Phernicus dan M. Intercostal eksternus yang diaktifkan oleh N.

Intercostalis. Sedangkan inspirasi kuat melibatkan kontraksi otot-otot inspirasi tambahan

antara lain M.sternocleidomastoideus dan M. pectoralis mayor. Proses inspirasi adalah

Page 5

Page 6: PBL2B7.docx

Respiratory System

diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas

ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga ke atas dan ke luar, yang

mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan serta ke depan dan ke

belakang.

Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan

intrapleura menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura.

Perlekatan yang diciptakan oleh cairan intrapleura, memungkinkan pleura viseral untuk

mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru. Dengan mengembangnya

paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki

hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara

terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan

inspirasi tenang.

Inspirasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam atau

inspirasi kuat. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot

pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga memungkinkan masuknya

udara lebih banyak. Inspirasi kuat ini melibatkan otot-otot inspirasi tambahan antara lain M.

sternocleidomastoideus dan M. Pectoralis mayor. Ekspirasi tenang merupakan proses pasif

dengan relaksasi otot-otot inspirasi, jaringan paru kembali ke kedudukan semula setelah

teregang. Pada ekspirasi kuat melibatkan kontraksi otot-otot ekspirasi M. rectus abdominis

dan M. intercostal internus. Ekspirasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta rileks.

Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya

yang meregang selama inspirasi, mengerut dan juga mendesak alveoli.

Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong

ke luar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali. Inspirasi merupakan proses yang aktif

yang memerlukan kontraksi otot, tetapi ekspirasi yang normal adalah proses yang pasif,

bergantung pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan

kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inspirasi tetapi

tidak untuk ekspirasi. Namun begitu kita juga dapat mengalami ekspirasi diluar batas normal,

seperti ketika sedang berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekspirasi kuat yang demikian

adalah proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain.

Page 6

Page 7: PBL2B7.docx

Respiratory System

Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan kemudian kembali

menciut ke ukuran prainspirasinya selama ekspirasi karena sifat elastic paru. Compliance

paru mengacu pada distensibilitas paru (seberapa jauh paru meregang sebagai respons

terhadap perubahan gradient tekanan transmural). Recoil elastic mengacu pada femonema

paru kembali ke posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat elastik paru bergantung pada

jaringan ikat elastic di dalam paru dan pada interaksi tegangan permukaan alveolus/ surfaktan

paru. Tegangan permukaan alveolus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara antara

molekul-molekul permukaan air di dalam film cair yang melapisi setiap alveolus, cenderung

menahan peregangan (menurunkan compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke

luas permukaan yang lebih kecil selama deflasi (meningkatkan rebound paru).

Sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan cairan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein

yang berada diantara permukaan air yang menurunkan tegangan permukaan, sehingga

compliance paru meningkat dan mencegah paru mengalami kolaps.2 Selain perbedaan

gradient tekanan, ternyata aliran udara juga bergantung pada resistensi terhadap aliran yang

ditimbulkan oleh pembuluh. Penentu utama resistensi terhadap aliran udara adalah jari-jari

saluran pernapasan. Dalam keadaan normal, penyesuaian ukuran saluran pernapasan dapat

dilakukan oleh pengaturan sistem saraf otonom agar memenuhi kebutuhan tubuh. Inspirasi

yang lebih dalam dapat dilakukan dengan mengkontraksikan diaphragma dan m. intercostalis

eksternus lebih kuat dan mengaktikan otot-otot inspirasi tambahan untuk semakin

memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini mengangkat bagian sternum

dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga toraks.

Pada saat rongga toraks semakin membesar volumenya, paru juga semakin membesar,

sehingga tekanan intra-alveolus menurun dan mengakibatkan peningkatan aliran udara masuk

ke dalam paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer. Selama pernapasan

tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk

menurunkan volume intratoraks karena otot-otot inspirasi melemas dan mengakibatkan

penciutan elastik paru. Untuk melakukan ekspirasi aktif atau paksa, otot-otot ekspirasi harus

berkontraksi untuk mengurangi volume rongga thoraks dan paru.

Page 7

Page 8: PBL2B7.docx

Respiratory System

Otot inspirasi utama :

1. Diaphragma : suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar rongga toraks dan

dipersarafi oleh N. Phernicus. Berbentuk kubah yang menonjol keatas jika sedang

relaks. Diaphragma akan bergerak kebawah saat berkontraksi dan memperbesar

volume rongga toraks kearah anterior dan superior.

2. M. Intercostal Eksternus. : jika berkontraksi, iga terangkat keatas dan keluar semakin

memperbesar rongga toraks dalam dimensi anteroposterior (depan-kebelakang) dan

laterolateral (sisi ke sisi). Otot-otot ini diaktifkan oleh N. Intercostalis.

Otot inspirasi tambahan :

1. M. Sternocleidomastoides

2. M. Pectoralis mayor

3. M. Pectoralis minor

4. M. Scalenus anterior

5. M. Scalenus medius

6. M. Scalenus posterior

7. M. Latissimus dorsi

8. M. Iliocostalis bagian atas

9. Serratus anterior

Otot ekspirasi:

1. Otot-otot abdomen : berkontraksi, terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang

menimbulkan gaya keatas pada diaphragma, mengakibatkan diaphragma semakin

terangkat ke rongga torak sehingga memperkecil ukuran vertikal rongga toraks.

2. Otot intercostalis internus : menarik iga ke bawah dan ke dalam, meratakan dinding

toraks dan semakin memperkecil ukuran rongga toraks.

3. M. Iliocostalis bagian bawah

4. M. Longissimus

5. M. Rectus abdominis

6. M. Obliquus abdominis externus

7. M. Obliquus abdominis internus

Page 8

Page 9: PBL2B7.docx

Respiratory System

Gambar 3. Otot-Otot Pernapasan.

Ventilasi adalah perpindahan udara ke dalam dan ke luar paru-paru dari hidung atau

mulut pada proses bernapas. Ventilasi ini mencakup inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah

perpindahan ke dalam paru-paru akibat kontraksi otot-otot pernapasan dan perubahan dalam

tekanan toraks. Ekspirasi adalah perpindahan udara ke luar paru-paru dan merupakan akibat

relaksasi otot-otot pernapasan serta perubahan dalam tekanan toraks.3 Udara cenderung

bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradient

tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas dengan mengikuti

penurunan gradient tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer

akibat akitivas siklik otot-otot pernapasan.

Rongga toraks lebih besar daripada paru yang tidak teregang karena dinding toraks

tumbuh lebih cepat daripada paru selama masa perkembangan. Adanya gradient tekanan

transmural yang melintasi dinding paru dimana tekanan intra-alveolus yang setara dengan

tekanan atmosfer sebesar 760 mmHg, lebih besar daripada tekanan intrapleura sebesar 756

mmHg, sehingga di dinding paru, gaya yang menekan kearah luar lebih besar dibandingkan

dengan gaya yang menekan kearah dalam, sehingga mendorong paru-paru kearah luar,

meregangkan atau mengembangkan paru.

Page 9

Page 10: PBL2B7.docx

Respiratory System

Gradient tekanan transmural juga terdapat diantara kedua sisi dinding thoraks.

Tekanan atmosfer menekan dinding thoraks kearah dalam lebih besar daripada tekanan

intrapleura yang mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga dinding cenderung

“menciut”.8 Bagi suatu gas, baik yang ada di udara maupun yang terlarut dalam air, difusi

bergantung pada perbedaan dalam suatu kuantitas yang disebut tekanan parsial (partial

pressure). Gas akan selalu berdifusi dari daerah dengan tekanan parsial yang lebih tinggi.

Darah yang sampai ke paru-paru melalui arteri pulmoner mempunyai nilai PO2 yang lebih

rendah dan nilai PCO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di dalam ruangan alveoli.

Ketika darah memasuki hamparan kapiler di sekitar alveoli, karbon dioksida akan

berdifusi dari darah ke udara di dalam alveoli. Oksigen dalam udara akan larut dalam cairan

yang melapisi epithelium dan berdifusi menembus permukaan dan masuk ke dalam kapiler.

Ketika darah telah meninggalkan paru-paru dalam vena pulmoner, nilai PO2 nya telah naik

dan PCO2 nya telah turun. Setelah kembali ke jantung, darah tersebut dipompa melalui sirkuit

sistemik. Dalam kapiler jaringan, gradient tekanan parsial lebih menyukai terjadinya difusi

oksigen keluar dari darah dan karbon dioksida ke dalam darah. Hal ini terjadi karena respirasi

seluler dengan cepat menghabiskan kandungan oksigen dalam cairan interstisial dan

menambahkan karbon dioksida ke cairan itu (melalui difusi). Setelah darah melepaskan

oksigen dan memuat karbon dioksida, darah tersebut kemudian dipompa ke paru-paru lagi,

tempat darah akan mempertukarkan gas dengan udara di alveoli.9,10 Terdapat tiga tekanan

berbeda yang penting pada ventilasi:8

1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di

atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut,

tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan

penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena kolom permukaan di atas bumi

menurun.

2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah

tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui

saluran pernapasan , udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradient

tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intra-alveolus dengan tekanan

atmosfer, terus mengalir hingga kedua tekanan menjadi seimbang (ekuilibrium).

3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam kantung pleura

yang merupakan tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan

Page 10

Page 11: PBL2B7.docx

Respiratory System

intrapleura biasanya lebih kecil dari tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat

istirahat. Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau

intra-alveolus karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dengan

atmosfer atau paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa

lubang, udara tidak dapat masuk atau keluar walaupun terdapat gradient konsentrasi

antara kantung itu dengan sekitarnya.

Gambar 4. Tekanan Paru-Paru.

Pemeriksaan test fungsi paru dilakukan dengan test Spirometri. Pemeriksaan

spirometri  digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di paru-paru dan saluran

pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi paru. Selain itu, spirometri

digunakan untuk menghitung dan mengetahui volume tidal (T.V), volume cadangan inspirasi

(I.R.V), volume cadangan ekspirasi (E.R.V), kapasitas inspirasi (I.C) dan kapasitas vital

(V.C).

Pasien yang dianjurkan untuk melalukan pemeriksaan ini antara lain pasien yang

mengeluh sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik, pederita PPOK, penyandang

asma, dan perokok. Spirometer dapat digunakan bersama dengan pengatur kecepatan

Page 11

Page 12: PBL2B7.docx

Respiratory System

pencatatan. Hal ini dilakukan untuk mengukur volume ekspirasi paksa (forced expiratory

volume) yang bersifat sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya.11 Volume paru-paru juga dapat

diukur ketika anda bernapas nitrogen atau helium gas melalui tabung untuk jangka waktu

tertentu. Konsentrasi gas dalam ruang yang melekat pada tabung diukur untuk

memperkirakan volume paru-paru.10 Cara yang paling akurat untuk mengukur volume paru

adalah duduk dalam kotak tertutup, yang tampak seperti telepon umum (plethysmograph

tubuh) dengan menarik dan mengeluarkan udara melalui corong. Perubahan tekanan di

dalam kotak membantu menentukan volume paru-paru.12 Berikut merupakan volume statis

pada paru :

Tidal volume (TV) : Jumlah volume udara yang masuk atau keluar semasa inspirasi atau

ekspirasi.1 Nilai rata-ratanya kira-kira 500 ml.8

Volume cadangan inspirasi. (IRV) : Jumlah volume udara yang masih dapat masuk ke

dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.1 Nilai rata-ratanya 3000ml.8

Volume cadangan ekspirasi (ERV). : Jumlah volume udara yang dapat dikeluarkan secara

aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.1 Nilai rata-ratanya 1000ml.8

Volume residue (RV) : Volume udara yang tertinggal dalam paru selepas ekspirasi

maksimal.1 Terdiri daripada dua iaitu volume kolaps ( udara yang masih dapat

dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi bila paru kolaps ) dan volume minimal ( udara

yang tinggal dalam paru sesudah paru kolaps). Nilai rata-rata ialah 1200 ml.8

Kapasitas inspirasi (IC) : IC = TV + IRV.1 Volume maksimum udara yang dapat dihirup

pada akhir ekspirasi normal tenang. Nilai rata-ratanya 3000 ml.8

Kapasitas residue fungsional (FRC) : FRC = ERV + RV.1 Volume udara diparu pada

akhir ekspirasi pasir normal. Nilai rata-ratanya 2200 ml.8

Kapasitas vital (VC) : VC = IRV + TV + ERV.1 Volume maksimum udara yang dapat

dikeluarkan selama satu kali bernafas setelah inspirasi maksimum., subjek mula-mula

melakukan inspirasi maksimum, kemudian melakukan ekspirasi maksimum. Kapasitas

vital mencerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi didalam paru.

Volume ini jarang dipakai karena konstraksi otot maksimum yang terlibat menimbulkan

kelelahan, tetapi bermanfaat untuk menilai kapasitas fungsional paru. Menggambarkan

kemampuan pengembangan paru. Nilai rata-ratanya 4500 ml.8

Kapasitas paru total. (TLC) : TLC = VC + RV.1 Volume udara maksimal yang dapat

ditampung oleh paru. Nilai rata-ratanya ialah 5700 ml.8

Page 12

Page 13: PBL2B7.docx

Respiratory System

Gambar 5. Spirometri.

Transport Oksigen dan Karbondioksida.

Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular.

Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke dalam

paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan, dan

kapasitas darah untuk mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan

vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O2

yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.10 Terdapat

tiga keadaan penting yang memengaruhi kurva disosiasi hemoglobin-oksigen yaitu pH, suhu

dan kadar 2,3-bifosfogliserat (BPG; 2,3-BPG).

Peningkatan suhu atau penurunan pH mengakibatkan PO2 yang lebih tinggi diperlukan

agar hemoglobin dapat mengikat sejumlah O2. Sebaliknya, penurunan suhu atau peningkatan

pH dibutuhkan PO2 yang lebih rendah untuk mengikat sejumlah O2. Suatu penurunan pH akan

menurunkan afinitas hemoglobin terhadap O2, yang merupakan suatu pengaruh yang disebut

pergeseran Bohr.

Page 13

Page 14: PBL2B7.docx

Respiratory System

Karena CO2 bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, maka jaringan aktif

akan menurunkan pH di sekelilingnya dan menginduksi hemoglobin supaya melepaskan lebih

banyak oksigennya, sehingga dapat digunakan untuk respirasi selular.4,10 Selain perannya

dalam transport oksigen, hemoglobin juga membantu darah untuk mengangkut karbon

dioksida dan membantu dalam penyanggan pH darah yaitu, mencegah perubahan pH yang

membahayakan. Sekitar 7% dari karbon dioksida yang dibebaskan oleh sel-sel yang

berespirasi diangkut sebagai CO2 yang terlarut dalam plasma darah. Sebanyak 23% karbon

dioksida terikat dengan banyak gugus amino hemoglobin. Sebagian besar karbon dioksida,

sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam bentuk ion bikarbonat.

Karbon dioksida yang dilepaskan oleh sel-sel yang berespirasi berdifusi masuk ke

dalam plasma darah dan kemudian masuk ke dalam sel darah merah, dimana CO2 tersebut

diubah menjadi bikarbonat. Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk

asam karbonat, yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat.

Sebagian besar ion hydrogen berikatan di berbagai tempat pada hemoglobin dan protein lain

sehingga tidak mengubah pH darah. Ion bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika

darah mengalir melalui paru-paru, proses tersebut dibalik. Difusi O2 keluar dari darah akan

menggeser kesetimbangan kimiawi di dalam sel darah merah kea rah pengubahan bikarbonat

menjadi CO2.13

Daftar Pustaka

1. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.

2. Campbell A, Reece J B, Mitchell L G. Biology.In Breathing ventilates the lungs.7 th

Edition. Jakarta: Erlangga; 2005.

3. Djojodibroto R.D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009.

Page 14

Page 15: PBL2B7.docx

Respiratory System

4. Gunardi Santoso. Anatomi sistem pernapasan. Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2007.h.2-13.

5. Ethel Sloane. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi pertama. Jakarta: EGC;

2004.h.266-274.

6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC ; 2001.

7. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC ; 2008.

8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.

9. Gunawijaya Fajar Arifin. Kumpulan foto mikroskopik histologi. Edisi ke-2. Jakarta:

Penerbit Universitas Trisakti; 2007.h.161-8.

10. William F. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC;

2008.h.683-94.

11. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;

2011.h.411, 431-5.

12. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;

2011.h.411, 431-5.

13. Campbell Neil A. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2004.h.65-7.

Page 15