pbl kedkel sk 1
-
Upload
siti-saradita -
Category
Documents
-
view
295 -
download
2
description
Transcript of pbl kedkel sk 1
Siti Saradita
1102012283
Sasaran Belajar
Memahami dan Menjelaskan Kedokteran Keluarga
1. Definisi
2. Batasan Kedokteran Keluarga
3. Latar Belakang dan Perkembangan Kedokteran Keluarga
Memahami dan Menjelaskan Dokter Keluarga
1. Definisi Dokter Keluarga
2. Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
3. Kompetensi Dokter Keluarga
4. Syarat Dokter Keluarga
5. Standar Pelayanan Dokter Keluarga
6. Peran Dokter Keluarga pada Pelayanan Kesehatan Primer
7. Peran Dokter Keluarga pada Pelayanan Masyarakat
Memahami dan Menjelaskan Kedokteran Keluarga
1. Definisi
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai
primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
2. Batasan Kedokteran Keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun
kesehatan yang memiliki pengetahuan, ketrampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran
keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga (IKK FKUI 1996). Dokter
keluarga adalah dokter yang mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal,
menyeluruh terpadu, berkesinambungan dan proaktif sesuai dengan kebutuhan pasiennya sebagai anggota
satu unit keluarga, komunitas serta lingkungannya serta bila menghadapi masalah kesehatan khusus yang tak
tertanggulangi bertindak sebagai koordinator dalam konsultasi dan atau rujukan pada dokter ahli yang sesuai
(AAFP, IDI, Singapura). Dokter keluarga (DK) adalah dokter praktek umum, hanya dalam prakteknya
menggunakan pendekatan kedokteran keluarga. Pendekatan kedokteran keluarga itu prinsip ada 4, pelayanan
yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga, pelayanan yang bersifat primer artinya hanya melayani
sebatas dokter pelayanan primer, lalu komprehensif artinya DK sebagai dokter praktek umum melayani 4
ranah pelayanan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Lalu yang ke empat adalah kontinyu, ini
yang sering dilupakan para dokter prakter umum padahal hal tersebut sangat penting, the continuity of care
atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai seseorang itu dilayani oleh banyak dokter, sehingga
mengulang pelayanan lagi, pemeriksaan lagi, obatnya jadi double-double dan seterusnya (dr. Sugito
Wonodirekso).
Batasan tentang ilmu kedokteran keluarga diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang
orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan
dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (PB IDI, 1983).
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter keluarga yang
merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
khalayak secara lebih responsif dan bertanggung jawab (Charmichael, 1973).
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang ditandai dengan
terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat khusus (WONCA, Manila; 1979).
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi serta teknik
yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan kesehatan perorangan pada
tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney, 1969).
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu menuju perawatan
kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga (Sargent, 1967).
Batasan dokter keluarga :
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua
orang yang mencari pelayanan kedokteran.
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titik berat kepada keluarga, bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya.
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga
dan dapat merujuk ke dokter ahli yang sesuai.
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang merupakan
pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan.
5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal, tingkat
pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasien yang terkait dengan keluarga,
komunitas, serta lingkungannya.
Batasan pelayanan dokter keluarga :
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin, organ tubuh atau jenis penyakit.
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang dikembangkan dari berbagai
disiplin ilmu terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan,
ilmu bedah, serta ilmu kedokteran jiwa yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu.
3. Latar Belakang dan Perkembangan Kedokteran Keluarga
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok Studi Dokter
Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah IDI. Anggotanya beragam,
terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis.
Pada tahun 1986, menjadi anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA).
Pada tahun 1990, setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres Dokter
Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI),
namun tetap sebagai organisasi dokter seminat.
Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya, ditasbihkan sebagai perhimpunan profesi,
yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum, dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia (PDKI), namun saat itu belum mempunyai kolegium yang berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga (KIKK)
dan telah dilaporkan ke IDI dan MKKI.
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981
yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua
di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi
ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara
resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan
program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi
internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National College and Academic
Association of General Practitioners/Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA
yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran
keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan
tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain
yakni:
Pendayagunaan dokter pasca PTT
Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Menghadapi era globalisasi
Sejarah dan Perkembangan Dokter Keluarga
Pada tahun 1923 Dr. Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-
kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalis. Kemudian pada tahun 1960 pemuka-pemuka
generalis mulai mendengungkan pentingnya generalis sebagai suatu spesialis hingga akhirnya pada tahun
1966 dipublikasikannya konsep bahwa generalis merupakan suatu spesialisasi baru ditingkat primer. Pada
tahun 1978, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya “Health for All in 2000”, pelayanan
kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah.
Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu
World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner or
Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical Practice
and Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.
Sejarah Perkembangan Dokter Keluarga di Indonesia
Pada bulan Juni tahun 1981 terbit Majalah Dokter Keluarga pertama. Redaksi MDK yang diketuai
oleh dr. Biran Affandi sering mengadakan diskusi-diskusi mengenai konsep dokter keluarga hingga lahirlah
sebuah kelompok diskusi yang dinamakan Kelompok Studi Dokter Keluarga (KSDK). KSDK kemudian
menjadi badan kelengkapan IDI pada tahun 1982. Pada tahun 1986 diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga
Indonesia menjadi anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA) yang telah didirikan pada tahun
1972. Pada tanggal 20 Oktober 1990 Nama KSDK berubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia
(KDKI) dan Dr. Azrul Azwar, MPH terpilih menjadi Ketua Umum KDKI. Pada bulan Juni 1996 diadakan
pelatihan dokter keluarga pertama di UI dan Unair dan pada bulan November 1999 pelatihan manajemen
praktek dokter keluarga (paket A dan paket B) pertama dilakukan di 5 kota: Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, dan Surabaya. Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke IDI dan MKKI (Persatuan Dokter Keluarga
Indonesia, 2009).
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya
dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling
tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
a. Pendayagunaan dokter pasca PTT
b. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
c. Menghadapi era globalisasi
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
(TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi
kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan dokter keluarga, tidak
lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan menjadi
pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia
(KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi yang telah dibentuk
yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.
Dokter Keluarga di Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun
1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga.
Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter
Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi
pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi
kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat
internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal
dengan nama World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family
Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga
Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan
biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi
paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
• Pendayagunaan dokter pasca PTT
• Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
• Menghadapi era globalisasi
Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui
berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas
terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam
kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya
diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan
waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan
fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru
dikembangkan.
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di
masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara
mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak
dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan
diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid
pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu :
Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga,
Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga,
Paket C: ketrampilan klinik praktis,
Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan juga berbagai peristiwa khusus yang
terjadi di masing - masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan. Ringkasan
sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Inggris
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah dimulai sejak tahun
1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952, praktek dokter
keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practise.
2. Australia
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah dimulai sejak tahun
1958, yakni dengan didirikannya The College of General Practice yang pada waktu itu aktif
menyelenggarakan program pendidikan kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak
tahun 1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya
Family Medicine Program oleh pemerintah federal.
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah dimulai sejak tahun 1960
tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan didirikannya The Philipine Academy
of Family Physicians. Organisasi ini aktif menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga, yang lulusan
angkatan pertamanya dilantik tahun 1975.
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah dimulai sejak tahun
1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program pendidikan. Sayang sekali sampai saat ini
program tersebut belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah.
Memahami dan Menjelaskan Dokter Keluarga
1. Definisi Dokter Keluarga
Perbedaan Dokter Praktek Umum Dan Dokter Keluarga (Qomariah, 2008):
Dokter Praktek Umum Dokter Keluarga
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk
penyakit tertentu
Lebih kearah
pencegahan, tanpa
mengabaikan pengobatan
dan rehabilitasi
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan pencegahan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-pasien Dokter – pasien Dokter – pasien – teman
sejawat dan konsultan
Awal pelayanan Secara individual Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan
lingkungan
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinyu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang
peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa
memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya. Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter
keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu
yang melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat
pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinyu, integratif, holistik, koordinatif
dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya.
Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya (The
American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981).
2. Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Prinsip pelayanan atau pendekatan dokter keluarga adalah memberikan :
Pelayanan yang holistic dan kemprehensif
Pelayanan yang berkesinambungan
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya
(dokter keluarga harus mendiagnosis secara holistic dan mengobati secara komprehensif)
Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral dan hukum (untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan wewenang dokter)
Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu (untuk mengendalikan mutu dan biaya agar tidak
berlebih atau kekurangan)
Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan (tidak mengada-ngada dan tidak menyalahgunakan data)
3. Kompetensi Dokter Keluarga
Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI) tahun 2006 berjudul “STANDAR KOMPETENSI DOKTER” yang menjabarkan dalam 7 area
kompetensi :
1. Area Komunikasi efektif
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia,
anggota keluarga, teman sejawat, masyarakat dan profesi lain.
2. Area Keterampilan Klinis
Melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien
dan kewenangannya.
3. Area landasan Ilmiah Ilmu kedokteran
Mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah
menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
4. Area Pengolahan Masalah Kesehatan
Mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik,
bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5. Area Pengelolaan Informasi
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk
menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan
kesehatan di tingkat primer.
6. Area Mawas diri dan Pengembangan Diri
Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya;
mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi
kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau
perkembangan profesi secara sinambung.
7. Area Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
Berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral
dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran;
menerapkan program keselamatan pasien (IDI, 2007).
Dokter keluarga memiliki 7 kompetensi dasar yang harus dimiliki, yaitu :
1. Memiliki kualitas komunikasi dan ketrampilan.
2. Memliki ketrampilan dan kompetensi dasar.
3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar lmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku
danepidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga.
4. Keterampilan mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupunmasyarakat
secara komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinir dan bekerja samadalam konteks Pelayanan
Kesehatan Primer
5. Berpikiran kritis dan memliki kemampuan management yang baik
6. Mau belajar sepanjang hayat
7. Memiliki etika, prilaku yang baik dan berprilaku professional. Memiliki ilmu dan
ketrampilan klinis layanan primer cabang ilmu utama yaitu bedah, penyakit dalam, kebidanan dan
penyakit kandungan, kesehatan anak, THT, mata, kulit dankelamin, psikiatri, syaraf, kedokteran
komunitas, Memiliki ketrampilan klinis layanan primer lanjut :
1. Ketrampilan melakukan health screening
2. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
3. Membaca hasil EKG
4. Membaca hasil USG
5. ACLS, ATLS, dan APLS
Standar kompetensi dokter keluarga menurut deklarasi WONCA – WHO tahun 2003 :
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu( bayi baru lahir, bayi, anak,
remaja, dewasa, wanita hamil dan menyusui, lansia )
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadai
c. Memeahami ragam perbedaan faal dan metabolism obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling, psikologi, dan prilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif
k. Menjunjung tinggi aspek pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien (penilaian keluarga, pertemuan keluarga atau pasien, pembinaan dan
konseling keluarga)
b. Dengan masyarakat (penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi, pemeriksaan atau
penilaian masyarakat, mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat, program pencegahan
dan pendidikan bagi masyarakat, advokasi atau pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat )
4. Melayani kesehatan masyarakat yang menonjol (kelainan alergik, anastesia dan penanganan
nyeri, kelainan yang mengancam jiwa, kelainan kardiovaskular, kelainan kulit, kelainan mata dan
telinga, kelainan saluran cerna, kelainan perkemihan dan kelamin, kelainan obstetric dan ginekologi,
penyakit infeksi, kelainan musculoskeletal, kelainan neoplastik, kelainan neurologi, dan psikiatri)
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan (menyusun dan menggerakan tim,
kepemimpinan, ketrampilan manajemen praktek, pemecahan masalah konflik, peningkatan kualitas).
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama dalam
konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
Manajemen klinik dokter keluarga
4. Syarat Dokter Keluarga
Kriteria Dokter Keluarga
1. Spesialis Famili Medisin (SpFM)
Dokter Keluarga yang meningkatkan profesionalismenya lebih tinggi dengan mengikuti pendidikan
spesialisasi kedokteran keluarga, dan memperoleh gelar akademik sebagai Spesialis Family
Medicine (SpFM). Para SpFM ini dalam system pelayanan kedokteran terpadu atau terstruktur tetap
menjalankan praktiknya di strata pertama.
2. Syarat-syarat Dokter Keluarga
Program konversi adalah program sertifikasi I (awal) dokter layanan primer yang berminat menjadi
dokter keluarga. Program konversi dimaksudkan agar dokter yang memiliki komitmen menjadi
dokter layanan primer mengimplementasikan komitmen tersebut dengan meningkatkan dan menjaga
kompetensi dan kinerja profesionalnya sehingga benar-benar mampu dan mau menjadi dokter
layanan primer yang mumpuni dan berkedudukan di lini terdepan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Program konversi adalah salah satu bentuk uji kompetensi melalui alat tilik diri (self assesment) yang
berisi kuesioner tentang rekam jejak praktik dan kegiatan profesional dokter tersebut. Jadi program
konversi tidak dapat diikuti oleh dokter yang tidak praktik atau praktik kurang dari 5 tahun.
Tujuan Dokter Keluarg a
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara
umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan kedokteran dan
atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota
keluarga.
b. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga memang lebih
efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak
hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-
masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu
masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu
masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit,
maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada
gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah
satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar peranannya dalam mencegah
penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas
Karakteristik Dokter Keluarga Menurut ;
a. Lynn P. Carmichael (1973):
Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan
Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.
b. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973):
Pelayanan responsif dan bertanggung jawab
Pelayanan primer dan lanjut
Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
Memandang pasien dan keluarga
Melayani secara maksimal
c. IDI (1982)
Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh dan maksimal
Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
5. Standar Pelayanan Dokter Keluarga
Standar pelayanan dokter keluarga:
1. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik
a. Standar pelayanan paripurna, pelayanan disediakan sebagai pelayanan strata pertama untuk
semua orang tidak berdasarkan umur atau jenis kelamin. Pelayanan yang bersifat paripurna
yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan penyakit dan
proteksi khusus atau preventif, pemulihan kesehatan atau kuratif, pencegahan kecacatan atau
disability limitation dan rehabilitasi baik fisik, mental, maupun sosial setelah sakit dengan
memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.
b. Standar pelayanan medik, pelayanan medik yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara
lege artis. Berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosis dan
diagnosis banding, prognosis, konseling, konsultasi, rujukan, tindak lanjut, tindakan,
pengobatan rasional, dan pembinaan keluarga.
c. Standar pelayanan menyeluruh, pelayanan disediakan dalam kedokteran keluarga yang
bersifat menyeluruh yaitu peduli bahwa pasien seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari
fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan
sosialnya.
d. Standar pelayanan terpadu, pelayanan disediakan dalam kedokteran keluarga yang bersifat
terpadu, selain berupa kemitraan antara dokter dengan pasien saat proses pelaksanaan medik,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi formal maupun informal.
e. Standar pelayanan berkesinambungan, merupakan pelayanan berkesinambungan yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif, dan terus menerus demi
kesehatan pasien
2. Standar perilaku dalam praktek :
a. Standar perilaku terhadap pasien, pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi
pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat
memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakan.
b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik, seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara professional.
c. Standar perilaku dengan sejawat, menghormati dan menghargai pengetahuan ketrampilan dan
kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik secara
professional.
d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktek, pelayanan dokter keluarga selalu
berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan
praktek serta meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, dokter keluarga selalu
berusaha berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan peningkatan kesehatan disekitarnya dan
siap memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan didaerahnya.
3. Standar pengelolaan praktek, selain dokter keluarga juga terdapat petugas kesehatan anatara lain
perawat, bidan, administrasi klinik serta pegawai lain yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
atau pelatihannya.
4. Standar sarana dan prasarana, pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan
strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
5. Standar manajemen keuangan, pencatatan dan jenis sistem pembiayaan praktik.
6. Standar manajemen klinik, pembagian kerja, program pelatihan, program kesehatan dan keselamatan
kerja, dan pembahasan administrasi klinik.
7. Standar peralatan klinik, peralatan medis, peralatan penunjang medis dan peralatan non medis.
8. Standar proses–proses penunjang praktik, pengelolaan rekam medik, pengelolaan pencegahan
infeksi, pengelolaan air bersih, pengelolaan obat, dan pengelolaan limbah.
6. Peran Dokter Keluarga Pada Pelayanan Kesehatan Primer
Dokter keluarga memiliki peranan dan cakupan yang khusus yaitu :
1. Komprehensif dan holistik
2. Kompeten dengan ilmunya
3. Continue ( berkesinambungan)
4. Preventif
5. Kolaboratif dan kordinatif
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Mempertimbangkan mutu dan biaya
8. Segala tindakan dapat dipertanggung jawabkan
9. Segala tindakan dapat diaudit
10. Bermoral dan beretika yang baik
Sehingga yang ditekankan disini dokter keluarga adalah gate keeper sekelmpok
masyarakat,sebagai system pencegahan atau prventif.Jadi pada dasarnya preventiflah yang diutamakan
daripada tindakan kuratif.Semakin dia melakukan tindakan preventif yang tepat,dan pasien yang
mengalami sakit itu sedikit maka dapat dikatakan bahwa dokter keluarga tersebut berhasil.
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian
integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka
waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan
mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat
diaudit dan dipertangungjawabkan.
b. Communicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga
memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya
sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan
komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran
berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika,
“cost effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang
ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar
sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data
kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan
kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok
penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan
untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
Menangani penyakit akut dan kronik,
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran
keluarga secara khusus.
Kewajiban dokter keluarga :
Menjunjung tinggi profesionalisme
Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
Bekerja dalam tim kesehatan
Menjadi sumber daya kesehatan
Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
7. Peran Dokter Keluarga Pada Pelayanan Masyarakat
1. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan
2. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
3. Tindakan medis kecil (ringan)
4. Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana
5. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, dan ibu menyusui, bayi dan anak balita
6. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi
7. Pemberian obat pelayanan dasar dan pelayanan obat penyakit kronis atas indikasi medis
8. Pemberian surat rujukan ke rumah sakit/dokter spesialis untuk kasus yang tidak dapat ditangani
dokter keluarga
Jenis Pelayanan dokter keluarga
Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan kesehatan personal
(personal health services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran (medical services).
Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering disebut pula
sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).
Menurut Leave and Clark (1953), kedua bentuk pelayanan kesehatan ini mempunyai ciri-ciri
tersendiri. Jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan penyakit
(curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan nama pelayanan kedokteran.
Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
(promotive) dan mencegah penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan kesehatan
masyarakat.
Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran utama pelayanan
kedokteran adalah perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan
masyarakat adalah kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah
keluarga disebut dengan nama pelayanan dokter keluarga (family practice).
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, Gan GL, Wonodirekso S. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore: Singapore
International Foundation
Azwar A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: IDI.
Azwar A. 2008. Peran dan Fungsi Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Primer dalam presentasi
“Revisi Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Padang.
Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia.
Depkes. 2001. IDI, Fakultas Kedokteran Seri Pendidikan Kedokteran Bersinambung
Firman Lubis, Dept Kedokteran komunitas dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 2,
Februari 2008
IDI . 2007. Petunjuk Teknis: Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Untuk Dokter
Praktik Umum. [Internet]. viewed 4 Desember 2014, from:
http://dc239.4shared.com/doc/gBDGV6rJ/preview.html
Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia, Kolegium Ilmu Kedokteran
Keluarga Indonesia, 2007
Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P. 2000. General Practice – “Time for A New Definition”, BMJ;
320:354–7.
Persatuan Dokter Keluarga Indonesia .2009. Kronik PDKI. [Internet]. viewed 4 Desember 2014, from:
http://www.pdki-arpac.or.id/index_pdki.php?show=data/sejarah
Persatuan Dokter Keluarga Indonesia .2009. Program Konversi. [Internet]. viewed 4 Desember 2013, from:
http://www.pdki-arpac.or.id/index_pdki.php?show=data/konversi
Qomariyah. 2008. Program Konversi Dokter Umum- Dokter Keluarga
Qomariyah. 2011. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta: FKUI.
Sugito Wonodirekso Majalah Kedokteran Indonesia vol 53 no 9 september 2003