PBL Skenario 3 Kedkel

27
1. Memahami dan menjelaskan BPJS 1.1. Definisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care). JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019. Sedangkan BPJS [Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social meliputi : BPJS Kesehatan: Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan prog jaminan kesehatan BPJS Ketenagakerjaan Siapa peserta BPJS Kesehatan? Adalah semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta Jaminan kesehatanyang dikelola BPJS

description

bpjs skenario 3

Transcript of PBL Skenario 3 Kedkel

1. Memahami dan menjelaskan BPJS1.1. DefinisiBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.Jaminan kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care).JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019.Sedangkan BPJS [Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social meliputi : BPJS Kesehatan: Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan prog jaminan kesehatan BPJS KetenagakerjaanSiapa peserta BPJS Kesehatan? Adalah semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta Jaminan kesehatanyang dikelola BPJS Kesehatan. Artinya mereka tidak boleh tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan meskipun sudah memiliki Jaminan kesehatanlain. Orang asing yang bekerja minimal 6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran Peserta BPJS KesehatanPeserta PBI Jaminan Kesehatan Fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayar pemerintah sebagai peserta Jaminan Kesehatan yang diatur melalui peraturan pemerintah Orang yang cacat total tetap dan tidak mampu cacat fisik/mental sehingga seseorang tidak mampu melakukan pekerjaan, yang penetapnnya dilakukakn oleh dokterSiapa pekerja penerima upah ?Adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji, upah atau imbalan dalam bentuk lain, terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non PNS, PTT, Honorer, Staf khusus dan pegawai lain yang dibayar ddengan APBN atau APBD, Pegawai Swasta, Pekerja lain yg memenuhi kriteria pekerja penerima upahSiapa pekerja bukan penerima upah?Adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, terdiri atas Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan Pekerja lain yg memenuhi kriteria pekerja bukan penerima upahSiapa bukan pekerja?Adalah Setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, terdiri atas Investor, Pemberi kerja, orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang memperkerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah atau imbalan dlm bentuk lain; Penerima pensiun; Veteran; Perintis Kemerdekaan; serta Bukan pekerja lain yg memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upahSiapa yg dimaksud anggota keluarga?Adalah Isteri/Suami yang sah dari peserta; Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta; Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal Peserta Bukan PBI JK, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain, maks. 5 org Jika jumlah peserta dan anggota keluarga lebih dr 5 org, dpt mengikutsertakan dengan membayar iuran tambahanKerugian tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan, seperti ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua biaya yg timbul hrs dibayar sendiri & kemungkinan bisa sangat mahal di luar kemampuan.1.2. TujuanMewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup penduduk Indonesia. Tujuan serta juga manfaat daripada jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah sebagai berikut :1. Memberikan kemudahan dan juga akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas Jamkesmas.2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga nantinya akan juga terkendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan tersebut.3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.1.3. ManfaatManfaat untuk peserta dan keluarganya: Tiap peserta berhak memperoleh manfaat Jaminan kesehatanyang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif tmsk pelayanan obat dan bhn medis habis pakai sesuai dg kebutuhan medis yang diperlukanManfaat jaminan kesehatan, terdiri atas :1. Manfaat medis; tidak terikat dengan besaran iuran2. Manfaat non medis, meliputi: Manfaat akomodasi (dibedakan berdasarkan skala besaran iuran) dan Manfaat ambulans, hanya diberikan ungtuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan BPJS Kesh.3. Manfaat pelayanan promotif dan preventif, meliputi: Penyuluhan kesehatan perorangan (minimal Penyuluhan tentang pengelolaan faktor resiko. Risiko penyakit dan PHBS); Imunisasi dasar (meliputi BCG, DPT-HB, Polio, Campak); Keluarga Berencana (konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi bekerjasama dengan lembaga KB); Skrining kesehatan (mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan1.4. Alur ProsedurAlur Pelayanan BPJS adalah sebagai berikut:1. Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota Askes yang lama mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, (Puskesmas, dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat itu). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laboratorium klinik dasar dan obat-obatan).2. Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI-Polri yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan). Sedangkan untuk kondisi gawat darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, tanpa mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.3. Di fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS Kesehatan atau kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama kepada petugas BPJS kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan menerbitkan surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta dirawat dengan biaya BPJS Kesehatan.4. Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap. Apabila penyakit pasien dapat ditangani tanpa harus mendapatkan perawatan inap, pasien boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk ke dalam program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tersebut.

1.5. Jenis PelayananPelayanan Kesehatan Tingkat PertamaPelayanan kesehatan Non Spesialistik:1. Administrasi pelayanan2. Pelayanan promotif dan preventif.3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasiPelayanan Kesehatan Tingkat LanjutanRawat Jalan1. Administrasi pelayanan2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;5. Pelayanan alat kesehatan implant6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis7. Rehabilitasi medis8. Pelayanan darah9. Pelayanan kedokteran forensik10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

Rawat Inap1. Perawatan Inap non Intensif2. Perawatan Inap di Ruang Intensif3. Pelayanan kesehatan yang telah ditanggung dlm program pemerintah tdk tmsk yang dijamin4. Peserta berhak dpt pelayanan alat bantu kesehatan (jenis dan plafon harga ditetapkan)

Pelayanan Yang Tidak Dijamin1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;4. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;5. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;7. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);8. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;9. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;10. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);11. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);12. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;13. perbekalan kesehatan rumah tangga;14. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;15. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan kesehatanyang diberikan.HAL LAIN1. Pasien kecelakaan lalu lintas: BPJS kesh.membayar selisih biaya pengobatan yang telah dibayar oleh program Jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan tarif BPJS kesehatan.2. Peserta jaminan kesehatan yang menghendaki kelas perawatan yang lebih tinggi, selisih biaya menjadi beban peserta dan atau asuransi swasta yang diikuti peserta3. Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan, Dimana BPJS Kesh dan penyelenggara asuransi tambahan dpt berkoordinasi dlm memberi manfaat untuk peserta JAMINAN KESEHATANyang berhak atas perlindungan asuransi kesh. tambahan

Fasilitas kesehatanApa itu Fasilitas kesehatan ? Adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya yankes perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau MasyarakatPeserta terdaftar1. Pertama kali tiap peseta terdaftar pada 1 fasilitas tingkat I yang ditetapkan oleh BPJS kesehatan setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan2. Minimal 3 bulan selanjutnya peserta berhak memilih Fasilitas Kesehatan tingkat I yang diinginkan3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar kecuali: 1. Berada di luar wilayah failitas kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar ; 2. keadaan kegawatdaruratan medisPeserta Penanganan lanjutan1. Jika peserta memerlukan yankes tingkat Lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat I hrs merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sesuai dengan sistem rujukan yang diatur2. Fasilitas Kesehatan wajib menjamin peserta yang di RI u/ mendpt obat dan bhn medis habis pakai yang dibutuhkan ssi dg indikasi medis3. Fasilitas Kesehatan rujukan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan Fasilitas Kesehatan penunjang u/ menjamin ketersediaan obat, bhn medis habis pakai dan pemeriksaan penunjang yang dbutuhkanPeserta pelayanan gawat darurat1. Peserta yang perlu pelayanan gawat darurat dpt langsung memperoleh pelayanan di tiap Fasilitas Kesehatan2. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang tdk bekerjasama dg BPJS Kesh., hrs segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BJS kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dpt dipindahkan3. Pemerintah (termasuk Pemda) bertanggung jawab atas ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan penyelenggaraan yankes untuk pelaksanaan program jaminan kesehatan4. Pemerintah dapat memberi kesempatan kepada swasta untuk berperan memenuhi ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

1.6. Sistem Kerjasama

2. Memahami dan menjelaskan klinik dokter keluarga2.1. Tujuan2.2. Manfaat2.3. Standar Pelayanan dan Proses Pelayanan 1) Anamnesis Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

4) Prognosis Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).

5) Konseling Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

6) Konsultasi Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

7) Rujukan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

8) Tindak lanjut Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

9) Tindakan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.

10) Pengobatan rasional Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.

11) Pembinaan keluarga Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

2.4. Sistem Pembiayaan Kesehatan1. Sumber-sumber dana pada klinik kedokteran keluargaSumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis besar berasal dari :a) Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.b) Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari individu ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV dan virus H5N1.d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

2. Mekanisme PembayaranPenyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu

3. Jenis sistem pembiayaanJenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain :1. Penataan Terpadu (managed care)Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.

Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain:a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life saving.d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursementPerusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan.

3. AsuransiPerusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).

4. Pemberian Tunjangan KesehatanPerusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit PerusahaanPerusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia :

Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :a) Keikutsertaan bersifat wajibb) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganyac) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatand) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNSe) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerjaf) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko kelompokg) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awalh) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruhi) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia

Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarelab) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis tanggungan yang dipilihc) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaand) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awale) Santunan diberikan sesuai kontrakf) Peranan pemerintah relatif kecil

Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya

Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompokb) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolutc) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakatd) Santunan diberikan sesuai kontrake) Tidak diperlukan pemeriksaan awalf) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang

Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes

4. Tujuan pembiayaan kesehatanTujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:a) Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat dan daerahb) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan jaminanc) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

2.5. Manajemen KlinikProgram menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut dengan nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality improvement program).2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan indikator.4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).

Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat hal : a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang seperti ini.d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau kematian.b) Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya kepuasan dan keluhan pasien.

2.6. Peran Dokter Keluarga dengan Mitra Kerja dalam Klinik1. Peran dokter keluarga Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi Menangani penyakit akut dan kronik Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus

2. Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra kerjanyaKolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan. American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter.

Anggota Tim interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manajer, dan apoteker. Dimana fungsinya adalah : Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.

Sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bekerja sama mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku.

Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan Dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat Komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

Komunikasi dokter Profesi lain :Kolaborasi dokter perawatKomunikasi dokter-ApotekerKolaborasi Prinsip : PerencanaanPengambilan keputusan bersamaBerbagi saran / ideKebersamaanTanggung gugat Pendekatan Praktik HirarkisDokter Registerd nurse Pemberi pelayanan lain Pasien Menekankan komunikasi satu arah Kontak Dokter dengan pasien terbatas Dokter merupakan tokoh yang dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGDPendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia Model kolaboratif tipe II:PASIEN

Lebih berpusat pada pasien Semua pemberi pelayanan harus bekerjasama Ada kerja sama dengan pasien Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

Hubungan dokter-ApotekerMcDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain disebutkan:a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor demografi seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal dididik untuk dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.b. Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan menentukan seberapa intensif hubungan yang akan terjalin.c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang, penilaian terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang pertukaran antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang lebih baik.Termasuk mitra kerja dokterMitra kerja dokter ialah Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun puskesmas serta klinik, pasien dan petugas lainnya.

3. Adab dan Tatacara Dokter Muslim dalam Melayani PasienAdab-adab yang bersifat khusus diantaranya:a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).

b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).

c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).

d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.

e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman : (Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.

f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ash-shahiihah 635).

g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).

h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).

Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter adalah :1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan pengobatan.3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak mengapa ia menjama' dua shalat.4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter atau perawat wanita.Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang wabah penyakit menular :"Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam : "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).Adab pemeriksaan terhadap pasien

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak ada masalah. Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan. Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenisAllah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30-31)2. Tidak berdua-duaanRasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)3. Tidak menyentuh lawan jenisDi dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari)Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan)