Pbl Kasus 3 Blok 221
-
Upload
aiiu-lonelyy -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
description
Transcript of Pbl Kasus 3 Blok 221
Kasus 3
Sesak Napas Ketika Naik Tangga
Seorang kuli panggul membawa 3 karung barang berisi pakaian dari lantai 1
menuju ke lantai 3 dengan menggunakan tangga. Sesampainya di lantai 3 ia
mengalami palpitasi dan napasnya tersengal-sengal. Setelah beristirahat sebentar
keluhan tersebut menghilang dan dia meneruskan pekerjaannya.
Step 1
1. Palpitasi
- Jantung berdebar , yaitu rasa tidak nyaman yang diakibatkan denyut
jantung tidak teratur atau lebih cepat.
2. Napas tersengal-sengal
- Napas yang terputus-putus dan frekuensi pernapasan lebih cepat
- Upaya tubuh dalam mengkompensasi kadar oksigen
Step 2
1. Penyebab palpitasi ?
2. Penyebab napas tersengal-sengal ?
3. Mekanisme palpitasi ?
4. Mekanisme pernapasan ?
5. Dalam kasus ini mengapa setelah beristirahat napas kembali normal ?
6. Bagaimana hubungan palpitasi dengan napas tersengal-sengal ?
Step 3
1. Penyebab palpitasi
- Pengaruh emosi : stress dan ketakutan
- Kegiatan fisik : olahraga dan terlalu banyak beraktivitas
- Faktor makanan : caffeine, perokok berat, peminum alcohol, dan obat-
obatan
1
2. Penyebab napas tersengal-sengal
- Aktifitas tubuh yang berlebih mengakibatkan dehidrasi
- Permasalahan dalam saluran udara yang menyebabkan berkurangnya
kadar oksigen
- Tubuh tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup sehingga tubuh
menggunakan cadangan energy dari glikogen
3. Mekanisme palpitasi
Vena kava superior dan vena kava inferior
↓
Atrium dextra
(melalui katup triskupidal)
↓
Ventrikel dextra
(melalui katup semilunaris pulmonalis)
↓
A.Pulmonalis
↓
Pulmo
(Oksigenasi)
Vena: miskin O2 Arteri: kaya CO2
↓
V.Pulmonalis
↓
Atrium sinistra
(melalui katup bikuspidalis)
↓
Ventrikel sinistra
(melalui katup semilunaris Aorta)
2
↓
Aorta
↓
Aorta abdominalis dan Aorta ascendens
↓
Seluruh tubuh
Medulla oblongata
↓
Saraf simpatis
↓
Jantung
↓
Palpitasi
↓
Pemompaan darah (kaya O2)
↓
Sel target
4. Mekanisme pernapasan
a. Pernapasan perut : proses respirasi udara ke dalam paru-paru ke
lingkungan luar
Tubuh
- Inspirasi
Terjadi bila M.diafragma telah dapat rangsangan dari N.perni lalu
mengkerut datar
3
- Ekspirasi
Otot akan kendor lagi, dengan demikian rongga menjadi kecil kembali,
maka udara di dorong kembali
b. Pernapasan dada : pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk
- Inspirasi
Berkontraksinya otot antar tulang rusuk, sehingga rongga dada membesar
yang menyebabkan tekanan dari rongga dada menjadi kecil dari pada
tekanan di luar, sehingga udara di luar akan masuk
- Ekspirasi
Relaksasinya otot-otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang diikuti
mengecilnya rongga dada oleh karena turunnya tulang rusuk. Akibatnya
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan di
luar. Sehingga udara dalam rongga dada akan keluar
5. Dalam kasus ini mengapa setelah beristirahat napas kembali normal
- Di dalam pulmo terjadi oksigenasi normal
Medulla oblongata
↓
Saraf parasimpatis
↓
Jantung
↓
Denyut jantung normal
↓
Pemompaan darah (kaya O2)
↓
Sel target
4
6. Bagaimana hubungan palpitasi dengan napas tersengal-sengal
- Didalam pulmo terjadi oksigenasi (vena akan miskin oksigen
sedangkan arteri akan kaya karbondioksida)
Pulmo
↓
Pemompaan darah (kaya O2)
↓
Sel target
- Proses diatas terjadi di medulla oblongata pada saraf simpatis
Step 4
Step 5
1. Histologi jantung ?
2. Kapan saat menggunakan pernapasan dada dan perut ?
3. Regulasi kardiovaskular ?
4. Hubungan antara palpitasi dengan napas tersengal-sengal ?
5
Kardiovaskular
Mekanisme Pernapasan
Mekanisme Palpitasi
Sirkulasi Darah
Regulasi
1. Histology Dari Jantung dan Sistem Sirkulasi Jantung
Jantung merupakan bagian dari sistem vaskular yang sebagian ahli
mengatakan juga kalau jantung merupakan medifikasi dari pembuluh darah besar
yang sifat dan fungsinya sangat khusus, memompa dan mengalirkan darah didalam.
pembuluh darah Jantung mempunyai daerah sentral yang mempunyai sifat fibrosa,
rangka fibrosa yang berperan sebaai penyokong dan tenpat origio dan insertio miosit-
miosit jantung. Jantung mempuyai kutup-kutup jantung dan sistem yang
menimbulkan dan menghantarkan impuls.
Jantung mempunya empat ruang utama yaitu :
− Atrium kiri
− Atrium kanan
− Ventrikel kiri
− Ventrikel kanan
Vena kava superior dan inferior mencurahkan darah vena yang berasal dari seluruh
bagian tubuh kedalam atrium kanan. Darah didorong dari ventrikel kanan melalui
arteri pumonalis menuju kedua paru, diparu terjadi pertikaran gas, kemudian darah
kembali keatrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah mengalir dari atrium kiri
menuju venrtikel kiri dan kemudian diedarkan keseluruh tubuh oleh oarta beserta
seluruh percabangannya.
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan :
− Lapisan paling dalam, disebut endokardium
− Lapisan tengah, disebut miokardium yang membentuk massa utama jantung.
− Lapisan paling luar, disebut epikardium.
A. Endokardium
Endokardium homolog tunika intima buluh darah dan menutupi seluruh
permukaan dalam jantung Permukaan dilapisi endotel ; dibawah endotel, subendotel
terdiri dari lapisan tipis yang mengandung serat elastis dan otot polos. Lapisan
subendokardial, lapisan yang menyatu dengan miokardium dibawahnya, terdiri dari
6
jaringan ikat longgar. Lapisan ini banyak mengandung buluh darah, saraf dan cabang
system hantar rangsang jantung.
B. Miokardium
Miokardium atau otot jantung, bersifat lurik dan involenter, berkosentrasi
secara ritmis dan automatis, hanya terdapat pada miokard dan pad adinding pembuluh
darah besar yang berlangsung berhubungan dengan jantung. Dibawah mikroskop
cahaya otot jantung terlihat (serat otot jantung) sebagai satu satuan linier yang terdiri
atas jumlah sel otot jantung yang terikat ujung ke ujung pada daerah ikatan khusus
yang disebut diskus interkalaria. Seriap sel otot jantung mempunya panjang sekitar
100 um garis tengah 15 um, ujungnya sering terbelah dua atau lebih, masing cabang
melekat pada sel-sel berdekatan atau bagian dirinya pada diskus interkalaris. Diskus
interkalaris ini merupakan jungtional complek.
Ada 3 jungtion utama didalam diskus tersebut,
a. Fascia adherens, sebagai tempat perlekatan untuk filamen acting dari
sarkomer terminal, pada dasarnya merupakan set tengah pita Z
b. Muculla adherens (desmosom) mempersatukan otot jantung untuk
mencegah pemisahan mereka dalam kegiatan kontraksi yang terus
menerus.
c. Gap jungction mengadakan kontinuitas ionic diantara sel-sel yang berdekatan.
Otot jantung secara khas memiliki triad yang terdiri dari satu tubulus dan satu
sisterna retikulum sarkoplasmik. Sarkoplasma otot jantung mengandung banyak
mitikonria, yang berkerumun disekitar masing-masing kutup nucleus dan juga dalam
rantai panjang yang disisipkan diantara miofilamen, juga ditemui deposit glikoligen
yang besar, dan ditemui granul lipofusin. Sel-sel miokard atrium berbeda dengan sel-
sel miokard ventrikel, dimana sel atrium lebih kecil, system T yang kurang
berkembang mengandung butir-butir kedap
elektron pada apatarat golgi, butir ini mengkin mengandung katekolamin.
Jaringan Ikat
Jaringan ikat pada otot jantung tidak banyak, terdapat diantara serat-serat
7
berupa endomisium yang penuh dengan kapiler darah. Kafiler limf juga banyak,
kadang-kadang ditemui serat saraf autonom halus.
Regenerasi
Otot jantung lebih tahan jika terjadi trauma, tapi jika terjadi trauma atau
cedera tanda-tanda regenerasi tidak ditemui bahkan jika otot jantung rusak diperbaiki
dengan meninggalkan satu jaringan perut.
Persaratan Jantung
Persaratan jantung merupakan sistem yang menimbulkan dan menghantarkan
impuls pada jantung yang terdiri atas babarapa struktur yang
memungkinkan atrium dan ventrikel untuk berdenyut dan memungkinkan jantung
berfungsi sebagai pompa yang efisien
Sistem ini terdiri dari dua simpul :
1. Simpul sinoatrial ( dari Keith dan Flack )
2. Simpul atrio ventrikuler ( dari tawara ) dan bekas his.
Simpul terdiri atas massa kecil berbentuk spindle yang merupakan modifikasi sel-
sel jantung terbenam dalam sel-sel penyambung. Berkas His berasal dari simpul
tawara berjalan keventrikel, bercabang kekedua ventrikel. Cabang kiri dibagi menjadi
dua cabang utama,. Cabang-cabang menjadi banyak
berahir pada miokardium. Serabur-serabut perkinja merupakan bentuk dari sel-sel
yang berasal dari berkas tawara atau Hist yang mirip sel-sel dalam simpul. Didistal
ditemui simpul serabut-serabut purkinje, yang mempunya satu atau dua inti sentral,
selnya besar, bentuknya khas, sitoplasma penuh dengan glikogen, miofibril yang
jarang dan terutama terletak pada pinggir sitoplasma. Otot jantung mempunya
kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dari impuls saraf. Simpul sinoatrial
adalah merupakan alat pacu jantung, dimana serat modusnya identik dengan otot
jantung biasa tetapi lebih sempit, langsing dan fusiform. Simpul sinoatrial mempuyai
irama yang lebih cepat dan impuls yang ditimbulkan dari daerah ini dengan cepat
disebarkan pada bagian jantung-jantung lain. Hal inilah yang mendasari simpul
sinoatrial adalah alat pacu ( pace maker ) jantung. Ini terlihat, bila sistem penghantar
gagal jantung dapat terus berfungsi, walaupun dengan irama yang berbeda.
8
Histofisiology Dari Arteri
Arteri besar dinamakan pembuluh pengangkut karena fingsi utamanya adalah,
mengangkut darah. Arteri besar mempunyai zat elastin jadi dengan kata lain
penimbunan zat elastin merupakan sifat arteri besar. Lapisan ini mempuyai fungsi
penting dalam mengatur aliran darah, dengan secara periodik lekebar dan ia
mengobsorpsi tubrukan denyut jantung yang intermiten waktu diastole, arteri besar
kembali keukuran normal, mendorong darah kedepan. Akibat proses ini adalah
tekanan arteri dan aliran darah berkurang dan menjadi kurang berubah (konstan) bila
jaraknya dari jantung
meningkat. Selanjutnya pada arteri ukuran sedang yang dikenal sebagai arteri
penyalur, yaitu untuk menyediakan darah pada berbagai organ. Disertai dengan
pengurangan serabut elastin dan peningkatan jumlah sel-sel otot polos dalam arteri
sedang berkosentrasi atau tidak dapat mengatur aliran darah keberbagai organ.
2. MEKANISME PERNAPASAN
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut
terjadi secara bersamaan.
9
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada
menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam
rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
b. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai
berikut.
1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma
(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil
dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
Pernapasan dada biasa digunakan oleh orang dewasa, sedangkan pernapasan
perut biasa digunakan oleh bayi.
10
3. REGULASI KARDIOVASKULER
A. Aktivitas Kelistrikan Jantung
Jantung memiliki kemampuan membentuk depolarisasi spontan dan
potensial aksi sendiri system penghantar khusus (sel autoritmis).
B. System penghantar khusus
1. SA node (pace maker) : di dinding atrium ke dekat muara vena cava
superior.
2. AV node : di dasar atrium ke dekat serat atrium-ventrikel.
3. Berkas His : berkas dari AV node masuk ke septum interventrikel.
4. Serat Purkinje : serat yang menyebar ke miokard ventrikel.
C. Sifat system penghantar khusus
1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.
2. Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls.
3. Daya penerus/konduksi : kemampuan menghantarkan impuls.
4. Peka/daya rangsang : kemampuan berespon terhadap rangsang.
D. Mekanisme Kontraksi Otot Jantung
Pembentukan potensial aksi pada otot jantung kontraktil hamper sama
dengn pada otot rangka. Pada otot jantung, masa refrakter memanjang untuk
mencegah terjadinya kontraksi tetanik. Peristiwa mekanik jantung (siklus
jantung) kontraksi, relaksasi dan perubahan aliran darah melalui jantung,
terjadi akibat perubhan ritmis dan aktivitas kelistrikan jantung.
Setiap siklus jantung terdiri dari:
a. Periode kontraksi isovolumik/isometrik
Begitu kontraksi ventrikel dimulai dengan segera tekanan di dalam
ventrikel pun meningkat dan menyebabkan katup A-V menutup seperti
yang ditunjukkan oleh kurva tekanan ventrikel. Namun diperlukan
tambahan waktu 0,02 sampai 0,03 detik lagi agar tekanan di dalam
ventrikel meningkat cukup tinggi untuk dapat membuka katup semilunar
(katup aorta dan katup pulmonalis). Tekanan yang dibutuhkan adalah
11
tekanan yang melebihi tekanan di dalam aorta bagi ventrikel kiri dan
tekanan di dalam arteri pulmonalis bagi ventrikel kanan. Jadi pada peride
ini ventrikel berkontraksi tetapi belum ada darah yang keluar dari
ventrikel karena katup A-V belum terbuka. Dengan kata lain pada periode
ini tidak ada perubahan volume darah di dalam ventrikel. Karena itulah
periode ini dinamakan periode kontraksi isovolomik (isovolemic, iso =
sama, polemic = volume). Periode ini dinamakan juga periode kontraksi.
Periode ini dinamakan juga periode kontraksi isometrik (isometric, iso =
sama, metric = ukuran panjang) karena walaupun ventrikel berkontraksi
tetapi tidak terjadi pemendekan serabut ototnya yang terjadi hanya
peningkatan tonus ototnya. Akan tetapi, istilah isometric disini tidak
sepenuhnya benar karena secara keseluruhan, ukuran jantung dari apeks
ke basis sebenarnya memendek dan ukuran sirkumferensialnya
(circumferential = keliling) memanjang.
b. Periode Ejeksi
Bila tekanan di dalam ventrikel kiri meningkat di atas 80 mmHg dan
di dalam ventrikel kanan di atas 8 mmHg, dalam keadaan normal, katup
semilunaris-katup aorta dan katup pulmonalis akan terdorong dan
membuka. Akibatnya, dengan segera darah yang ada di dalam ventrikel
kiri memasuki aorta dan darah yang ada di dalam ventrikel kanan
memasuki trunkus pulmonalis. Periode keluarnya darah dari ventrikel ini
dinamakan periode ejeksi (period of ejection). Pada sepertiga pertama
period ejeksi ini, akibat tekanan yang tinggi di dalam ventrikel, sebagian
besar darah keluar dengan cepat, yaitu kira-kira 70% dari keseluruhan
volume ejeksi; masa ini dinamakan periode ejeksi cepat (period of rapid
ejection). Sisanya, sebesar 30%, keluar pada dua-pertiga akhir periode
ejeksi dengan kecepatan yang lebih lambat karena tekanan di dalam
ventrikel sudah berkurang; masa ini dinamakan periode ejeksi lambat
(period of slow ejection).
c. Periode relaksasi isovolumetrik/isometric
12
Setelah berakhirnya sistolik, ventrikel segera berelaksasi sehingga
tekanan di dalam ventrikel (tekanan intraventrikular) menurun dengan
cepat. Tekanan di dalam aorta dan di dalam trunkus pulmonalis yang
meningkat dengan cepat segera mendorong darah kembali kea rah
ventrikel dengan kuat dan memukul katup aorta dan katup pulmonalis
yang meningkat dengan cepat segera mendorong darah kembali ke arah
ventrikel dengan kuat dan memukul katup aorta dan katup pulmonalis
sehingga menutup. Pada 0,03 sampai 0,06 detik berikutnya, otot ventrikel
terus berelaksasi, tetapi volume ventrikel tidak berubah; masa ini
dinamakan periode relaksasi isovolumik atau periode relaksasi
isometrik. Selama masa ini, tekanan intraventrikular menurun dengan
cepat kembali ke level tekanan diastolik yang rendah. Kemudian, katup A-
V kembali membuka dan siklus pemompaan ventrikel berikutnya dimulai
kembali.
E. Pengontrolan Kerja Jantung
Jantung bekerja selama kita hidup dan membutuhkan makanan yang
berasal darai darah dengan tahap kerja sebagai berikut:
a. Tahap kontriksi
Ventrikel jantung dalam keadaan menguncup dan katup (bikuspidalis
dan trikuspidalis) dalam keadaan tertutup. Valvula semilunaris terbuka
sehingga darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan masuk ke
paru-paru, sedangkan darah dari ventrikel kiri mengalir ke aorta lalu
diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Tahap dilatasi
Jantung mengembang, katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka
sehingga darah dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri begitu juga pada
jantung sebelah kanan.
c. Tahap istirahat
13
Darah masuk dalam kedua bagian jantung, yaitu jantung kanan dan
kiri.
F. Pengontrolan Curah Jantung
a. Curah jantung (cardiac output) : jumlah darah yang dipompa oleh tiap
ventrikel dalam 1 menit.
b. Pada orang dewasa (istirahat) : 5 L/menit, meningkat sesuai kebutuhan.
c. Curah jantung : isi sekuncup x denyut jantung per menit.
d. Isi sekuncup (stroke volume) : volume darah yang dipompa ventrikel tiap
denyut.
e. Setiap berdenyut, ventrikel memompa 2/3 dari volume ventrikel:
1. Jumlah darah yang di pompa disebut fraksi ejeksi.
2. Sisa darah yang masih ada di ventrikel setelah systole berakhir disebut
volume akhir systole (ESV = End Systolic Volume).
3. Jumlah darah yang dapat ditampung ventrikel sampai diastole berakhir
disebut volume akhir diastole (ESD = End Diastolic Volume).
G. Sirkulasi Koronaria
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner besar yang
berasal dari aorta tepat di bawah katup aorta. Arteri koroner kiri
memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri dan arteri koroner kanan
memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan.
a. Arteri koroner kiri (Left main Coronary artery - LMCA)
Mempunyai 2 cabang besar yaitu: ramus desenden anterior (Left
anterior Desenden - LAD) dan ramus sirkumfleks (Left Circumfleks -
LCx). Arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis ekternal,
yaitu sulkus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan
ventrikel, dan sulkus interventrikuler yang memisahkan kedua venrikel.
b. Arteri koroner kanan (Right Coronary artery - RCA)
14
Berjalan ke sisi kanan jantung, pada sulkus atrioventrikuler kanan.
Pada dasarnya arteri koronaria kanan memberi makan pada atrium kanan,
ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri.
4. Pusat Pneumotaksik Membatasi Masa Inspirasi dan Meningkatkan
Kecepatan Pernapasan
Pusat pneumotaksik, yang terletak di sebelah dorsalnukleus parabrakialis pada
pons bagian atas, mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek yang utama di sini
adalah mengatur titik “penghentian” inspirasi landai, dengan demikian mengatur
lamanya fase pengisian pada siklus paru. Bila sinyal pneumotaksik cukup kuat,
inspirasi dapat berlangsung selama 0,5 detik, jadi pengisisan paru hanya sedikit;
tetapi bila sinyal pneumotaksik lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5
detik atau lebih, dengan demikian paru terisi dengan udara yang banyak sekali.
Fungsi pusat pneumotaksik yang utama adalah membatasi inspirai. Pusat
pneumotaksik memiliki efek sekunder terhadap peningkatan kecepatan pernapasan,
karena pembatasan inspirasi juga memperpendek ekspirasi dan seluruh periode
pernapasan. Sinyal pneumotaksik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan 30
sampai 40 kali per menit, sedangkan sinyal pneumotaksik yang lemah dapat
menurunkan kecepatan menjadi hanya 3 sampai 5 pernapasan per menit.
a. Mekanisme Eksitasi Jantung oleh Saraf Simpatis
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan frekwensi denyut jantung
pada manusia dewasa muda dari frekwensi normal sebesar 70 kali denyut per
menit menjadi 180 sampai 22, dan walaupun jarang terjadi, 250 kali denyut per
menit. Juga, perangsangan simpatis meninggalkan kekuatan kontraksi otot
jantung sampai dua kali normal sehingga akan meningkatkan volume darah yang
di pompa dan meningkatkan tekanan ejeksi. Jadi, perangsangan simpatis dapat
meningkatkan curah jantung maksimum sebanyak dua sampai tiga kali lipat,
selain peningkatan curah yang disebabkan oleh mekanisme Frank-Starling.
15
Sebaliknya, penghambatan saraf simpatis ke jantung menjadi sedang
dengan cara sebagai berikut: pada keadaan normal, serabut-serabut saraf simpatis
ke jantung secara terus-menerus melepaskan sinyal dengan kecepatan rendah
untuk mempertahankan pemompaan kira-kira 30 persen lebih tinggi bila tanpa
perangsangan simpatik. Oleh karena itu, bila aktivitas sistem saraf di tekan
sampai dibawah normal, keadaan ini akan menurunkan frekwensi denyut jantung
dan kekuatan kontraksi otot ventrikel sehingga akan menurunkan tingkat
pemompaan jantung sampai sebesar 30 persen di bawah normal.
Maka, hubungan nafas tersengal-sengal dengan palpitasi yaitu bermula dari
tingginya kadar karbondiokasida hasil metabolisme sel dibawa dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernapasan, sehingga pernapasan lebih cepat
(tersengal-sengal). Karena pernapasan yang cepat, selanjutnya saraf simpatis
mengirim impuls ke jantung untuk bekerja lebih cepat (palpitasi). Darah dari
tubuh masuk ke jantung akan menjalani sirkulasi pulmonal dan selanjutnya
sirkulasi sistemik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ganong ,W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta. EGC
Guyton A.C., Hall J.E.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC.
Lehninger Albert L.1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Murray RK, Ganner DK et al.2009. Biokimia Harrper Edisi 27. Jakarta. EGC.
17