pbl blok 28

21
Makalah PBL Konjungtivitis Benda Asing Akibat Kerja Priskillia Alberta Kristiawan 102010225 03 Oktober 2013 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email: [email protected] Pendahuluan Ilmu kesehatan kerja merupakan hubungan antara pekerjaan dan kesehatan, yang menyangkut pada kesehatan pekerja untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan juga dari lingkungan tempat bekerja. Dalam kesehatan kerja dapat terjadi resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 1 1

Transcript of pbl blok 28

Page 1: pbl blok 28

Makalah PBL

Konjungtivitis Benda Asing Akibat Kerja

Priskillia Alberta Kristiawan

102010225

03 Oktober 2013

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email: [email protected]

Pendahuluan

Ilmu kesehatan kerja merupakan hubungan antara pekerjaan dan kesehatan, yang

menyangkut pada kesehatan pekerja untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan juga

dari lingkungan tempat bekerja. Dalam kesehatan kerja dapat terjadi resiko kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. 1

Dalam hal ini saya akan membahasa mengenai penyakit akibat kerja. Telah diketahui

bahwa penyakit akibat kerja terbagi atas penyakit akibat kerja, penyakit yang diperberat akbiat

pekerjaan, penyakit yang berhubungan dengan lingkungan kerja, dan penyakit atau pekerjaan

menjadi salah satu faktor penyebab.

1

Page 2: pbl blok 28

Diagnosis Klinis

A. Anamnesis

Sebelum memulai melakukan pemeriksaan ataupun diagnosis, harus memulai terlebih

dahulu dengan anamnesis, Berdasarkan kasus tersebut didapatkan data-data pasien sebagai

berikut:

a. Identitas:

Tn S usia 33 tahun sudah menikah bertempat tinggal di Pulogadung. Dia bekerja sebagai tukang

las dan gerinda. Tn. S beragama Islam dan berasal dari suku betawi dengan pendidikan terakhir

SLTA.

b Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama

Tn S datang ke dokter dengan keluhan mata kanan merah sejak 1 hari yang lalu, setelah

menggerinda besi kemarin pagi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat pagi-pagi mata kanan mulai merah dan berair kemarin sore, tidak gatal dan tidak

ada kotoran.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tn S pernah mengalami sakit seperti ini juga pada bulan September 2010, November

2011, dan Januari 2013 dan pergi berobat ke poli klinik perusahaan dan diberikan obat tetes mata

dan salep, tapi sakit matanya berulang mata kanan atau mata kiri.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga Tn S tidak ada yang mengalami sakit mata tersebut.

c. Riwayat Pekerjaan

Tn S telah bekerja sebagai tukang las dan gerinda 8 jam sehari dan telah bekerja selam 20

tahun. Alat gerinda tersebut terbuat dari butiran-butiran abrasive dan perekat yang dicampur,

2

Page 3: pbl blok 28

terdiri dari bahan asah yaitu : amril ( Kristal aluminium oksida dan besi oksida), corundum

(aluminium oksida), silicon carbide, Aluminium Oxide , Boron nitride, intan (karbon). Alat

tersebut digunakan untuk untuk menghaluskan benda kerja atau untuk mengasah mempertajam

benda seperti pisau, golok dan senjata tajam lainnya. Ketika bekerja Tn S hanya pada saat

mengelas tetapi tidak menggunakan kacamata pelindung saat menggerinda, kemungkinan dapat

mengalami percikan ke mata saat menggerinda. Teman-temannya juga kadang mengalami hal

yang sama.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

Dengan pemeriksan tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu Afebris, tekanan darah saat

duduk 120/80 mmHg, tekanan nadi 78x/ menit teratur, dan nafas 18x/menit.

2. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan mata untuk menilai keadaan mata Tn.S tersebut dan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Inspeksi

1. Inspeski kelopak mata, bulu mata, apartus lakrimal

Pertama mulai dari bagian luar mata lebih dahulu yaitu pada kelopak mata apakah

ada tanda-tanda kelainan, juga pada bulu mata apakah terdistribusi di sepanjang kelopak ,

apartus lakrimal apakah mengalami penbengkakan, inflamasi, dan air mata berlebihan.2

2. Inspeksi konjugtiva

Periksa konjungtiva jika dicurigai terdapat benda asing atau nyeri pada kelopak

mata dengan cara menarik perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu

jari dan telunjuk. Dengan memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk

membalikkan bulu mata keluar. 2

3

Page 4: pbl blok 28

3. Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris

Apakah di kornea terdapat luka , ulserasi dengan mengarahkan cahaya senter ke

pasien. Normalnya kornea dan ruang anterior jernih dan iris tampak datar jika dipandang

dari samping.2

4. Inspeksi pupil

Bagaiman bentuk , ukuran, reaksi terhadap cahaya dan akomodasi pada pupil.2

Palpasi mata

Dengan cara menekan perlahan apakah ada nyeri tekan dan pembengkakan pada

kelopak mata dengan mnempatkan kedua ujung jari di kelopak mata di atas sclera dan

pasien melihat ke bawah. Kemudian palpasi kantong lakrimal untuk melihat adanya

sumbatan dalam duktus nasolakrimal.2

Tes Ketajaman Penglihatan

Untuk menilai kekuatan resolusi mata dengan menggunakan kartu Snellen, ynag

terdiri daro barus-baris huruf yang semakin kecil. Visus normal jika menunjukkan pada

6/6. Bila tida bias membaca dengan kartu maka dilakukan penghitungan jari dengan

penialian 6/60. Jika sampai 1 meter pasien tidak dapat membaca maka dilakukan tes

dengan lambaian tangan pada jarak 1 meter dengan penilaian 1/300. Jika tetap tidak bias

maka dengan menggunakan pen light dengan penialian visus 1/~.3

Gambar 1. Tes Snellen Chart

4

Page 5: pbl blok 28

Tes Lapang Pandang

Dengan menggunakan uji konfrontasi, yaitu satu mata pasien ditutup dengan pemeriksa

duduk disebrangnya menutup mata pada sisi yang sama dan pergerakkan dimulai dari

perifer ke pusat.3

Berdasarkan data pasien didapatkan hasil:

Palpebra: normal, Konjungtiva : ODS Hiperemis, Sklera: normal, Kornea: OD tampak

korpus alienum, Reflex pupil: normal, CoA: normal(dalam), Lensa: normal,

Retina :normal.

Tekanan bola mata: normal, reflex cahaya: normal, Visus: 6/7½.

C. Pemeriksaan Penunjang

Fluoresein

Bahan yang berwarna jngga merah yang bila disinari gelombang biru akan

memberikan gelombang hiaju. Digunakan untuk melihat defek epitel kornea, fistel

korena, atau disuntikkan secara intravena untuk dibuat foto pembuluh darah retina.3

Papan Placido

Papan yang mempunyai gambaran garis hitam melingkar konsentris dengan

lubang kecil pada bagian sentralnya. Bila pada kornea pasien membelakangi sumber

sinar, diproyeksikan sinar gambaran lingkaran plasido yang berasal dari papan lempeng

plasido, maka terlihat keadaan permukaan kornea.3

Uji Ultrasonografi

Untuk melihat struktur abnormal pada mata dengan kepadatan kekeruhan media

dimana tidak memungkinkan melihat jaringan dalam mata secara langsung.3

D. Pemeriksaan Tempat Kerja

Kebisingan

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu

atau membahayakan kesehatan. Terdapat dua hal yang yang menentukan kualitas suatu

5

Page 6: pbl blok 28

bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi

antara 16 – 20.000 Hz. Sedangkan intensitas kebisingan. adalah 85 dBA untuk 8 jam

kerja. Pekerjaan mengelas dan menggerinda potongan besi merupakan pekerjaan yang

menimbulkan bising dengan intensitas tinggi.4

Radiasi

Radiasi pengion, misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang menyebabkan

antara lain penyakit-penyakit system pembuluh darah dan kulit, sedangkan radiasi non

pengion, radiasi elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang menggunakan listrik,

misalnya peralatan telekomunikasi dan elektronik lainnya. Pengguna langsung maupun

tidak langsung alat tersebut akan menyerap energy gelombang elektromagnetik yang

bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan penyakit gangguan saraf pada

tubuh terutama system saraf dan otak. Pada tukang las terkena efek radiasi pada saat

menggunakan peralatan untuk las.4

Ergonomi

Sikap atau posisi tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mengangkut, dan

mendorong), letak / ukuran peralatan yang digunakan, beban kerja dan cara kerja

merupakan aspek cakupan dari ergonomi. Faktor ergonomi merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas kerja, dan juga merupakan sumber akan

timbulnya bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada tukang las

menimbulkan ketidakergonomian dengan membungkuk, berjongkok, memiringkan

badan, dan lainnya Seringkali mereka juga harus membolak-balikkan benda kerja

sehingga beban yang mereka tanggung selain ketidaknyamanan kerja akibat posisi kerja

juga posisi membawa beban.4

E. Diagnosis Kerja

Berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diketahui bahwa Tn S

mengalami konjungtivitis et causa corpus alienum. Konjungtivits merupakan radang konjungtiva

atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk

akut maupun kronis. Penyebab konjungtiitis dapat dikarenakan oleh berbagai faktor, tetapi

daLam kasus ini disebabkan karena adanya corpus alienum yaitu benda asing ke dalam bola

mata. Bulu mata, debu, kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau

6

Page 7: pbl blok 28

kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien mengeluh

adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur.3,6

F. Diagnosis banding

Konjungtivitis Viral

Konjungtivitis viral adalah konjungtiva yang disebabkan oleh virus. Terdapatnya sedikit

kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul periaurikular kadang nyeri serta

kadang sakit tenggorokan dan demam. Biasanya virus yang menyebabkan yaitu Adenovirus,

Herpes Simpleks, Herpes Zooster, Enterovirus.5

Pajanan yang Dialami

Terdapat 5 pajanan yang ada dalam kesehatan kerja, yaitu:

1. Pajanan Fisik

Dalam faktor fisik terdapat kebisingan, pencahayaan, getaran,suhu, dan radiasi.

Kebisingan :

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu

atau membahayakan kesehatan. Bising adalah suara/bunyi yang tidak dikehendaki bagi manusia

Sedangkan bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran

melalui media elastis. Terdapat dua hal yang yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu

frekuensi dan intensitasnya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah

gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Telinga manusia mampu mendengar

frekuensi antara 16 – 20.000 Hz . Sedangkan intensitas kebisingan. yang dianjurkan adalah 85

dBA untuk 8 jam kerja.4

Pada tukang las terdapat tingkat kebisingan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan

intensitas pendengaran pekerja berkurang, juga adanya gangguan komunikasi yang

mengakibatkan resiko kecelakaan kerja tinggi, gangguan psikologi yang mengakibatkan pekerja

kehilangan konsentrasi.

Getaran

7

Page 8: pbl blok 28

Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatu sistem bolak-balik. Getaran banyak di

timbulkan dari lingkungan kerja dengan pengoperasian mesin mesin, alat-alat berat (excavator,

bull doser, chain saw dll). Dampak yang di timbulkan dari getaran adalah berupa kerusakan yang

mengarah pada tulang-tulang dan sistem cardiovascular juga berefek pada struktur bangunan

tempat kerja.Getaran terdapat 2 bentuk yaitu getaran tangan dan lengan (hand and arm vibration)

dan getaran seluruh badan (whole body vibration). 4

Pada pekerja saat menggerinda besi memiliki efek getaran pada tangan dan lengan saat

menggunakan alat untuk menggerinda. Efek getaran tersebut dapat berakibat pada aliran darah,

tulang, sendi, dan saraf seperti terasa kebas, kesemutan, reflex menggenggam berkurang, lelah.

Iklim Kerja

Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan antara suhu

udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)

adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh. Kapan tubuh harus mengeluarkan panas dan

kapan tidak, ketahanan tubuh tetap stabil core-temperatur sekitar 37º C, ini diatur oleh kulit

tubuh dan kelenjar keringat. Jika suhu tubuh menurun dibawah 35º C (Hypothermia) atau

meningkat sampai 40,6º C (hyperthemia), maka beberapa radiasi kimia dan aktivitas enzim

dalam tubuh akan terganggu. Jika suhu tubuh menurun sampai bawah 27º C atau meningkat

diatas 42º C, maka semua sel tubuh akan mati.4

Pada tukang las mengalami tekanan panas akibat percikan api yang bias berefek luka

serius pada mata, juga menimbulkan kelelahan pada pekerja tersebut.

Pencahayaan

Fungsi utama penerangan ditempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar

terlihat jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat. Pencahayaan

tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan

sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja, sebab rendah atau tingginya

intensitas cahaya bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.4

Pada pekerja tukang las pencahayaanya menyilaukan akibat sinar dari las tersebut yang

dapat merusak mata.

Radiasi

8

Page 9: pbl blok 28

Radiasi dapat berupa radiasi pengion dan radiasi non pengion. Radiasi pengion, misalnya

berasal dari bahan – bahan radioaktif yang menyebabkan antara lain penyakit – penyakit system

pembuluh darah dan kulit, sedangkan radiasi non pengion, radiasi elektromagnetik yang berasal

dari peralatan yang menggunakan listrik, misalnya peralatan telekomunikasi dan elektronik

lainnya. Pengguna langsung maupun tidak langsung alat tersebut akan menyerap energy

gelombang elektromagnetik yang bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan

penyakit gangguan saraf pada tubuh terutama system saraf dan otak.4

Pada pekerja las dapat menimbulkan efek radiasi on pengion dari peralatan yang

digunakan yang mengakibatkan kerusakan pada kornea, retina akibat sinar UV.

2. Faktor Kimia

Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya fungsi tubuh yang manifestasinya

berupa keluhan, gejala dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh

terutama terjadi pada organ target yakni bagian yang terserang bahan kimia.

Pada pekerja las dan gerinda dapat terkena efek dari bahan-bahan kimia logam berat pada

saat melakukan proses las yang menyebabkan berbagai efek sehingga meneyrang organ target,

bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf) hepatotoksik (meracuni liver/hati),

nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi

tubuh) dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, bahan kimia dapat bersifat

asfiksian (gejala akibat berkurangnya Kadar oksigen), irritan (mengakibatkan iritasi,

merangsang), menimbulkan sensitasi dan alergi.4

3. Faktor Biologi

Faktor biologi dalam lingkungan kerja meliputi kontaminasi insects (serangga), jamur,

virus, dan bakteri. Bagian yang penting dalam faktor biologi lingkungan kerja adalah kebersihan,

pemeliharaan ruang kerja, pengelolaan sampah, pengolahan air limbah, penanganan makanan

dan kebersihan perorangan. 4

Pada pekerja las dan gerinda besi kemungkinan untuk terkena akibat paparan bilogi sperti

bakteri, virus kemungkinan sangat kecil. Tetapi untuk pajanan akibat dari bakteri karena hygiene

yang buruk dapat menyebabkan hal tersebut.

4. Faktor Psikososial9

Page 10: pbl blok 28

Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,

mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor lingkungan dan stress yang muncul ditempat

kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan atau menimbulkan

ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Untuk itu diperlukannya suasana kerja

yang nyaman, pembagian tugas yang sesuai kemampuan yang dimiliki sehingga meningkatkan

kualitas bekerja yang baik.4

5. Pajanan Ergonomi

Sikap atau posisi tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mengangkut, dan mendorong), letak

/ ukuran peralatan yang digunakan, beban kerja dan cara kerja merupakan aspek cakupan dari

ergonomi. Faktor ergonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

produktifitas kerja, dan juga merupakan sumber akan timbulnya bahaya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja.4

Pada tukang las dan gerinda menimbulkan ketidakergonomian sehingga menimbulkan

kondisi yang tidak nyaman karena pekerja harus membungkuk, berjongkok, memiringkan badan

dan lainnya. Hal ini dapat menggangu konsentrasi pekerja dan menimbulkan kelelahan.

Hubungan Pajanan dan Penyakit

Pada kasus Tn. S didapatkan pajanan yang dialaminya saat menggerinda besi adanya

percikan gerinda yang masuk ke matanya dan sudah dibilas dengan air. Pada saat menggerinda

kemungkinan yang terdapatnya serpihan besi dan tidak memakai alat pelindung mata sehingga

pasien memiliki gejala mata kanan merah dan berair, dan melalui anamnesis yang sudah

diketahui pasien ini juga didapatkan bahwa konjungtivanya hiperemis, penglihatannya terganggu

karena pada orang normal dpaat membaca 7 setengah meter sedangkan pasien hanya dapat

membaca 6 meter. Selain itu didapatkan juga adanya korpus alienum pada mata kanan yang

merupakan benda asing pada kornea, korpus alienum ini dapat berupa logam, serpihan benda-

benda organik.

Berdasarkan dari pajanan yang ada, Tn. S mengalami konjungtivitis akibat percikan dari

pada saat ia menggerinda besi sehingga adanya benda asing pada kornea atau korpus alienum

pada korneanya. Konjungtivitis merupakan radang konjungitva atau radang selaput lender yang

menutupi belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtiva

ini diakibatkan adanya benda asing, sehingga menunjukkan gejala yaitu konjungtiva berwarna 10

Page 11: pbl blok 28

merah/ hiperemis. Matanya berair, peradngan dan pembesaran pembuluh darah di konjungtiva,

dan rasa ketidaknyamanan seperti ada pasir atau kerikil halus dimata terutama pada benda asing

yang hanya salah satu mata.3

Pajanan dalam Jumlah Besar

Patofisiologi dari konjungtivitis diketahui bahawa konjungtivitis merupakan penyakit

mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang

muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang

diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu

2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak

mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata.

Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti vitrus, bakteri, jamur, alergi,

dan lain-lain termasuk karena benda asing. Hal ini memungkinkan bahwa pada pasien Tn.S

terjadi konjungtivitis akibat adanya benda asing pada mata kanannya.6

Epidemiologi terjadinya gangguan pada mata akibat kerja didapatkan data bahwa cedera

mata akibat pekerjaan dengan kasus paling sering pada kornea dan konjungtiva (59,9%). Banyak

diantaranya yang sudah mengalami cedera maat akibat kerja perlu dirawat ditindaklanjuti.2

Secara kualitatif pekerjaan mengelas melalui proses yang berkaitan dengan lempengan

baja yang diperkuat dari kristal besi dan karbon, lalu sebagian lempengan logam dipanaskan

hingga meleleh, sedangkan prose menggerinda adalah menggosok, mengahaluskan dengan

gesekan.Tn. bekerja 8 jam sehari dan sudah 20 tahun melakukan pekerjaan tersebut.

Berdasarkan observasi lingkungan kerja di tempat las dan gerinda terdapat kebisingan

atau inten sitas bunyi yang tinggi, terdapatnya cahaya yang silau, tekanan yang panas, radiasi

uv, dan getaran pada saat mengelas.

Dalam pemakaian Alat Pelindung Diri ( APD ) diketahui bahwa Tn. S hanya

menggunakan kacamata pada saat mengelas sedangkan pada saat menggeirnda tidak

menggunakannya.

Jumlah pajanan atau faktor penyebab dari pekerjaan Tn. S cukup tinggi untuk terjadinya

kecelakaan kerja pada matanya.

11

Page 12: pbl blok 28

Faktor Individu

Dalam hal ini perlu ditenyakan mengenai kesehatan fisiknya apakah memilki riwayat

alergi dan riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan hidup sehat atau berolahraga, juga

kesehatan mentalnya dan kebersihan perorangan. Berdasarkan data yang didapatkan tidak adanya

alergi pada Tn. S dan tidak terdapat riwayat penyakit yang serupa dengannya.

\Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Faktor-faktor selain karena akibat pekerjaanya, seprti hobinya dan kebiasaa yang

dilakukan selain bekerja dan juga untuk mengetahui apakah ada kemungkinan akibat dari

pajanan di rumah atau dari pekerjaan sambilan. Pada Tn. S tidak tidak memiliki pekerjaan lain

selain mengelas dan menggerinda.

Diagnosis Okupasi

Konjungtivitis merupakan radang konjungitva atau radang selaput lender yang menutupi

belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtiva ini

diakibatkan adanya benda asing, sehingga menunjukkan gejala yaitu konjungtiva berwarna

merah/ hiperemis. Pada Tn . S mengalami mata kanannya merah akibat saat menggerinda dan

dirasaknnya ada percikan gerinda ke matanya dan diketahui bahwa terdapatnya korpus alienum

atau benda asing pada kornea matanya. Maka dalam kasus ini Tn. S mengalami konjungtivitis

benda asing akibat kerja.

Penatalaksanaan

Medika Mentosa

Pada penatalaksanaanya penanganan terhadap benda asing pada permukaan mata antara

lain : memberikan anestetik tetes mata, benda yang lunak biasanya hanya menempel saja pada

permukaan mata sehingga untuk mengeluarkannya cukup dengan kapas steril. Benda yang keras

biasanya mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai pengangkat gram bermagnet

secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Setelah benda asing dikeluarkan,

mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik sampai bersih. Kemudian mata diberi tetes

midriatik ringan berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 2% dan juga antibiotik local. 3

Non Medika Mentosa12

Page 13: pbl blok 28

Pekerja diberikan edukasi terhadap hygiene dalam melakukan pekerjaannya dan

penyuluhan mengenai alat pelindung diri serta cara penggunaanya.2

Gambar 2. Alat Pelindung Diri

Pencegahan

Primer

Penyuluhan kepada para pekerja untuk mengubah perilaku atau kebiasaan yang salah

dalam bekerja untuk meningkatkan keselamatan dalam bekerja.1

Sekunder

Memakai Alat Pelindung Diri (APD) pada saat mengelas dan menggerinda besi

menggunakan helm, pakaian pelindung, kacamata las, sarung tangan, pelindung muka, masker,

sepatu pelindung, pelindung telinga.2

Tersier

Pemeriksaan kesehatan berkala merupakan pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu

terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah:4

1.Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga

kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-

pengaruh dari pekerjaan Seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha

pencegahan.

2.Semua perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970

harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) 13

Page 14: pbl blok 28

tahun sekali, kecuali ditentukan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Ketenaga Kerjaan

dan Pengawasan Norma Kerja.

3.Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, keseragaman jasmani,

rontgen paru-paru, laboratorium rutin dan kimia darah serta pemeriksaan lain yang dianggap

perlu.

4.Pengusaha atau pimpinan dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala

sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada.

Kesimpulan

. Pada Tn S yang mengalami keluhan mata kanannya merah setelah menggerinda besi

diakibatkan oleh percikan serbuk besi pada saat ia menggerinda besi dan dikarenakan tidak

memakai kacamata pelindung pada saat menggerinda. Oleh karena itu konjungtivits et causa

corpus alienum diakibatkan dari pekerjaanya.

Daftar Pustaka

1. Harrington. JM. Buku saku kesehatan kerja . Ed.3. Jakarta : RGC; 74-9.

2. Cooke MA. Gangguan mata dalam : Jeyaratnam I. Buku ajar praktik kedokteran kerja.

Jakarta: EGC; 2009: 159, 211-3.

3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu penyakit mata. Ed.4. Jakarta:FKUI;

44,45,120-2.

4. Jurnal Kesehatan dan Kerja. Kesehatan kerja dan keselamtan kerja.Diunudh dari

www.jurnalk3.com, pada tanggal 3 Oktober 2013.

5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta

kedokteran. Ed.3. Jakarta: Media Asculaplus;1999: 52.

6. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes: Oftalmologi. Ed.9. Jakarta: Penerbit Erlangga:

646

14