pbl blok 28
-
Upload
priskillia-alberta-k -
Category
Documents
-
view
48 -
download
9
Transcript of pbl blok 28
Makalah PBL
Konjungtivitis Benda Asing Akibat Kerja
Priskillia Alberta Kristiawan
102010225
03 Oktober 2013
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: [email protected]
Pendahuluan
Ilmu kesehatan kerja merupakan hubungan antara pekerjaan dan kesehatan, yang
menyangkut pada kesehatan pekerja untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya dan juga
dari lingkungan tempat bekerja. Dalam kesehatan kerja dapat terjadi resiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. 1
Dalam hal ini saya akan membahasa mengenai penyakit akibat kerja. Telah diketahui
bahwa penyakit akibat kerja terbagi atas penyakit akibat kerja, penyakit yang diperberat akbiat
pekerjaan, penyakit yang berhubungan dengan lingkungan kerja, dan penyakit atau pekerjaan
menjadi salah satu faktor penyebab.
1
Diagnosis Klinis
A. Anamnesis
Sebelum memulai melakukan pemeriksaan ataupun diagnosis, harus memulai terlebih
dahulu dengan anamnesis, Berdasarkan kasus tersebut didapatkan data-data pasien sebagai
berikut:
a. Identitas:
Tn S usia 33 tahun sudah menikah bertempat tinggal di Pulogadung. Dia bekerja sebagai tukang
las dan gerinda. Tn. S beragama Islam dan berasal dari suku betawi dengan pendidikan terakhir
SLTA.
b Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Tn S datang ke dokter dengan keluhan mata kanan merah sejak 1 hari yang lalu, setelah
menggerinda besi kemarin pagi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat pagi-pagi mata kanan mulai merah dan berair kemarin sore, tidak gatal dan tidak
ada kotoran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn S pernah mengalami sakit seperti ini juga pada bulan September 2010, November
2011, dan Januari 2013 dan pergi berobat ke poli klinik perusahaan dan diberikan obat tetes mata
dan salep, tapi sakit matanya berulang mata kanan atau mata kiri.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga Tn S tidak ada yang mengalami sakit mata tersebut.
c. Riwayat Pekerjaan
Tn S telah bekerja sebagai tukang las dan gerinda 8 jam sehari dan telah bekerja selam 20
tahun. Alat gerinda tersebut terbuat dari butiran-butiran abrasive dan perekat yang dicampur,
2
terdiri dari bahan asah yaitu : amril ( Kristal aluminium oksida dan besi oksida), corundum
(aluminium oksida), silicon carbide, Aluminium Oxide , Boron nitride, intan (karbon). Alat
tersebut digunakan untuk untuk menghaluskan benda kerja atau untuk mengasah mempertajam
benda seperti pisau, golok dan senjata tajam lainnya. Ketika bekerja Tn S hanya pada saat
mengelas tetapi tidak menggunakan kacamata pelindung saat menggerinda, kemungkinan dapat
mengalami percikan ke mata saat menggerinda. Teman-temannya juga kadang mengalami hal
yang sama.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Dengan pemeriksan tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu Afebris, tekanan darah saat
duduk 120/80 mmHg, tekanan nadi 78x/ menit teratur, dan nafas 18x/menit.
2. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan mata untuk menilai keadaan mata Tn.S tersebut dan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Inspeksi
1. Inspeski kelopak mata, bulu mata, apartus lakrimal
Pertama mulai dari bagian luar mata lebih dahulu yaitu pada kelopak mata apakah
ada tanda-tanda kelainan, juga pada bulu mata apakah terdistribusi di sepanjang kelopak ,
apartus lakrimal apakah mengalami penbengkakan, inflamasi, dan air mata berlebihan.2
2. Inspeksi konjugtiva
Periksa konjungtiva jika dicurigai terdapat benda asing atau nyeri pada kelopak
mata dengan cara menarik perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu
jari dan telunjuk. Dengan memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk
membalikkan bulu mata keluar. 2
3
3. Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris
Apakah di kornea terdapat luka , ulserasi dengan mengarahkan cahaya senter ke
pasien. Normalnya kornea dan ruang anterior jernih dan iris tampak datar jika dipandang
dari samping.2
4. Inspeksi pupil
Bagaiman bentuk , ukuran, reaksi terhadap cahaya dan akomodasi pada pupil.2
Palpasi mata
Dengan cara menekan perlahan apakah ada nyeri tekan dan pembengkakan pada
kelopak mata dengan mnempatkan kedua ujung jari di kelopak mata di atas sclera dan
pasien melihat ke bawah. Kemudian palpasi kantong lakrimal untuk melihat adanya
sumbatan dalam duktus nasolakrimal.2
Tes Ketajaman Penglihatan
Untuk menilai kekuatan resolusi mata dengan menggunakan kartu Snellen, ynag
terdiri daro barus-baris huruf yang semakin kecil. Visus normal jika menunjukkan pada
6/6. Bila tida bias membaca dengan kartu maka dilakukan penghitungan jari dengan
penialian 6/60. Jika sampai 1 meter pasien tidak dapat membaca maka dilakukan tes
dengan lambaian tangan pada jarak 1 meter dengan penilaian 1/300. Jika tetap tidak bias
maka dengan menggunakan pen light dengan penialian visus 1/~.3
Gambar 1. Tes Snellen Chart
4
Tes Lapang Pandang
Dengan menggunakan uji konfrontasi, yaitu satu mata pasien ditutup dengan pemeriksa
duduk disebrangnya menutup mata pada sisi yang sama dan pergerakkan dimulai dari
perifer ke pusat.3
Berdasarkan data pasien didapatkan hasil:
Palpebra: normal, Konjungtiva : ODS Hiperemis, Sklera: normal, Kornea: OD tampak
korpus alienum, Reflex pupil: normal, CoA: normal(dalam), Lensa: normal,
Retina :normal.
Tekanan bola mata: normal, reflex cahaya: normal, Visus: 6/7½.
C. Pemeriksaan Penunjang
Fluoresein
Bahan yang berwarna jngga merah yang bila disinari gelombang biru akan
memberikan gelombang hiaju. Digunakan untuk melihat defek epitel kornea, fistel
korena, atau disuntikkan secara intravena untuk dibuat foto pembuluh darah retina.3
Papan Placido
Papan yang mempunyai gambaran garis hitam melingkar konsentris dengan
lubang kecil pada bagian sentralnya. Bila pada kornea pasien membelakangi sumber
sinar, diproyeksikan sinar gambaran lingkaran plasido yang berasal dari papan lempeng
plasido, maka terlihat keadaan permukaan kornea.3
Uji Ultrasonografi
Untuk melihat struktur abnormal pada mata dengan kepadatan kekeruhan media
dimana tidak memungkinkan melihat jaringan dalam mata secara langsung.3
D. Pemeriksaan Tempat Kerja
Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Terdapat dua hal yang yang menentukan kualitas suatu
5
bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi
antara 16 – 20.000 Hz. Sedangkan intensitas kebisingan. adalah 85 dBA untuk 8 jam
kerja. Pekerjaan mengelas dan menggerinda potongan besi merupakan pekerjaan yang
menimbulkan bising dengan intensitas tinggi.4
Radiasi
Radiasi pengion, misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang menyebabkan
antara lain penyakit-penyakit system pembuluh darah dan kulit, sedangkan radiasi non
pengion, radiasi elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang menggunakan listrik,
misalnya peralatan telekomunikasi dan elektronik lainnya. Pengguna langsung maupun
tidak langsung alat tersebut akan menyerap energy gelombang elektromagnetik yang
bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan penyakit gangguan saraf pada
tubuh terutama system saraf dan otak. Pada tukang las terkena efek radiasi pada saat
menggunakan peralatan untuk las.4
Ergonomi
Sikap atau posisi tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mengangkut, dan
mendorong), letak / ukuran peralatan yang digunakan, beban kerja dan cara kerja
merupakan aspek cakupan dari ergonomi. Faktor ergonomi merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas kerja, dan juga merupakan sumber akan
timbulnya bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada tukang las
menimbulkan ketidakergonomian dengan membungkuk, berjongkok, memiringkan
badan, dan lainnya Seringkali mereka juga harus membolak-balikkan benda kerja
sehingga beban yang mereka tanggung selain ketidaknyamanan kerja akibat posisi kerja
juga posisi membawa beban.4
E. Diagnosis Kerja
Berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diketahui bahwa Tn S
mengalami konjungtivitis et causa corpus alienum. Konjungtivits merupakan radang konjungtiva
atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk
akut maupun kronis. Penyebab konjungtiitis dapat dikarenakan oleh berbagai faktor, tetapi
daLam kasus ini disebabkan karena adanya corpus alienum yaitu benda asing ke dalam bola
mata. Bulu mata, debu, kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau
6
kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien mengeluh
adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur.3,6
F. Diagnosis banding
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis viral adalah konjungtiva yang disebabkan oleh virus. Terdapatnya sedikit
kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul periaurikular kadang nyeri serta
kadang sakit tenggorokan dan demam. Biasanya virus yang menyebabkan yaitu Adenovirus,
Herpes Simpleks, Herpes Zooster, Enterovirus.5
Pajanan yang Dialami
Terdapat 5 pajanan yang ada dalam kesehatan kerja, yaitu:
1. Pajanan Fisik
Dalam faktor fisik terdapat kebisingan, pencahayaan, getaran,suhu, dan radiasi.
Kebisingan :
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Bising adalah suara/bunyi yang tidak dikehendaki bagi manusia
Sedangkan bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran
melalui media elastis. Terdapat dua hal yang yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu
frekuensi dan intensitasnya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Telinga manusia mampu mendengar
frekuensi antara 16 – 20.000 Hz . Sedangkan intensitas kebisingan. yang dianjurkan adalah 85
dBA untuk 8 jam kerja.4
Pada tukang las terdapat tingkat kebisingan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan
intensitas pendengaran pekerja berkurang, juga adanya gangguan komunikasi yang
mengakibatkan resiko kecelakaan kerja tinggi, gangguan psikologi yang mengakibatkan pekerja
kehilangan konsentrasi.
Getaran
7
Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatu sistem bolak-balik. Getaran banyak di
timbulkan dari lingkungan kerja dengan pengoperasian mesin mesin, alat-alat berat (excavator,
bull doser, chain saw dll). Dampak yang di timbulkan dari getaran adalah berupa kerusakan yang
mengarah pada tulang-tulang dan sistem cardiovascular juga berefek pada struktur bangunan
tempat kerja.Getaran terdapat 2 bentuk yaitu getaran tangan dan lengan (hand and arm vibration)
dan getaran seluruh badan (whole body vibration). 4
Pada pekerja saat menggerinda besi memiliki efek getaran pada tangan dan lengan saat
menggunakan alat untuk menggerinda. Efek getaran tersebut dapat berakibat pada aliran darah,
tulang, sendi, dan saraf seperti terasa kebas, kesemutan, reflex menggenggam berkurang, lelah.
Iklim Kerja
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan antara suhu
udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)
adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh. Kapan tubuh harus mengeluarkan panas dan
kapan tidak, ketahanan tubuh tetap stabil core-temperatur sekitar 37º C, ini diatur oleh kulit
tubuh dan kelenjar keringat. Jika suhu tubuh menurun dibawah 35º C (Hypothermia) atau
meningkat sampai 40,6º C (hyperthemia), maka beberapa radiasi kimia dan aktivitas enzim
dalam tubuh akan terganggu. Jika suhu tubuh menurun sampai bawah 27º C atau meningkat
diatas 42º C, maka semua sel tubuh akan mati.4
Pada tukang las mengalami tekanan panas akibat percikan api yang bias berefek luka
serius pada mata, juga menimbulkan kelelahan pada pekerja tersebut.
Pencahayaan
Fungsi utama penerangan ditempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar
terlihat jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat. Pencahayaan
tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan
sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja, sebab rendah atau tingginya
intensitas cahaya bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.4
Pada pekerja tukang las pencahayaanya menyilaukan akibat sinar dari las tersebut yang
dapat merusak mata.
Radiasi
8
Radiasi dapat berupa radiasi pengion dan radiasi non pengion. Radiasi pengion, misalnya
berasal dari bahan – bahan radioaktif yang menyebabkan antara lain penyakit – penyakit system
pembuluh darah dan kulit, sedangkan radiasi non pengion, radiasi elektromagnetik yang berasal
dari peralatan yang menggunakan listrik, misalnya peralatan telekomunikasi dan elektronik
lainnya. Pengguna langsung maupun tidak langsung alat tersebut akan menyerap energy
gelombang elektromagnetik yang bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan
penyakit gangguan saraf pada tubuh terutama system saraf dan otak.4
Pada pekerja las dapat menimbulkan efek radiasi on pengion dari peralatan yang
digunakan yang mengakibatkan kerusakan pada kornea, retina akibat sinar UV.
2. Faktor Kimia
Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya fungsi tubuh yang manifestasinya
berupa keluhan, gejala dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh
terutama terjadi pada organ target yakni bagian yang terserang bahan kimia.
Pada pekerja las dan gerinda dapat terkena efek dari bahan-bahan kimia logam berat pada
saat melakukan proses las yang menyebabkan berbagai efek sehingga meneyrang organ target,
bahan kimia bisa bersifat neurotoksik (meracuni saraf) hepatotoksik (meracuni liver/hati),
nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi
tubuh) dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, bahan kimia dapat bersifat
asfiksian (gejala akibat berkurangnya Kadar oksigen), irritan (mengakibatkan iritasi,
merangsang), menimbulkan sensitasi dan alergi.4
3. Faktor Biologi
Faktor biologi dalam lingkungan kerja meliputi kontaminasi insects (serangga), jamur,
virus, dan bakteri. Bagian yang penting dalam faktor biologi lingkungan kerja adalah kebersihan,
pemeliharaan ruang kerja, pengelolaan sampah, pengolahan air limbah, penanganan makanan
dan kebersihan perorangan. 4
Pada pekerja las dan gerinda besi kemungkinan untuk terkena akibat paparan bilogi sperti
bakteri, virus kemungkinan sangat kecil. Tetapi untuk pajanan akibat dari bakteri karena hygiene
yang buruk dapat menyebabkan hal tersebut.
4. Faktor Psikososial9
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,
mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor lingkungan dan stress yang muncul ditempat
kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan atau menimbulkan
ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Untuk itu diperlukannya suasana kerja
yang nyaman, pembagian tugas yang sesuai kemampuan yang dimiliki sehingga meningkatkan
kualitas bekerja yang baik.4
5. Pajanan Ergonomi
Sikap atau posisi tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mengangkut, dan mendorong), letak
/ ukuran peralatan yang digunakan, beban kerja dan cara kerja merupakan aspek cakupan dari
ergonomi. Faktor ergonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
produktifitas kerja, dan juga merupakan sumber akan timbulnya bahaya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.4
Pada tukang las dan gerinda menimbulkan ketidakergonomian sehingga menimbulkan
kondisi yang tidak nyaman karena pekerja harus membungkuk, berjongkok, memiringkan badan
dan lainnya. Hal ini dapat menggangu konsentrasi pekerja dan menimbulkan kelelahan.
Hubungan Pajanan dan Penyakit
Pada kasus Tn. S didapatkan pajanan yang dialaminya saat menggerinda besi adanya
percikan gerinda yang masuk ke matanya dan sudah dibilas dengan air. Pada saat menggerinda
kemungkinan yang terdapatnya serpihan besi dan tidak memakai alat pelindung mata sehingga
pasien memiliki gejala mata kanan merah dan berair, dan melalui anamnesis yang sudah
diketahui pasien ini juga didapatkan bahwa konjungtivanya hiperemis, penglihatannya terganggu
karena pada orang normal dpaat membaca 7 setengah meter sedangkan pasien hanya dapat
membaca 6 meter. Selain itu didapatkan juga adanya korpus alienum pada mata kanan yang
merupakan benda asing pada kornea, korpus alienum ini dapat berupa logam, serpihan benda-
benda organik.
Berdasarkan dari pajanan yang ada, Tn. S mengalami konjungtivitis akibat percikan dari
pada saat ia menggerinda besi sehingga adanya benda asing pada kornea atau korpus alienum
pada korneanya. Konjungtivitis merupakan radang konjungitva atau radang selaput lender yang
menutupi belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtiva
ini diakibatkan adanya benda asing, sehingga menunjukkan gejala yaitu konjungtiva berwarna 10
merah/ hiperemis. Matanya berair, peradngan dan pembesaran pembuluh darah di konjungtiva,
dan rasa ketidaknyamanan seperti ada pasir atau kerikil halus dimata terutama pada benda asing
yang hanya salah satu mata.3
Pajanan dalam Jumlah Besar
Patofisiologi dari konjungtivitis diketahui bahawa konjungtivitis merupakan penyakit
mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang
muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang
diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu
2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak
mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata.
Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti vitrus, bakteri, jamur, alergi,
dan lain-lain termasuk karena benda asing. Hal ini memungkinkan bahwa pada pasien Tn.S
terjadi konjungtivitis akibat adanya benda asing pada mata kanannya.6
Epidemiologi terjadinya gangguan pada mata akibat kerja didapatkan data bahwa cedera
mata akibat pekerjaan dengan kasus paling sering pada kornea dan konjungtiva (59,9%). Banyak
diantaranya yang sudah mengalami cedera maat akibat kerja perlu dirawat ditindaklanjuti.2
Secara kualitatif pekerjaan mengelas melalui proses yang berkaitan dengan lempengan
baja yang diperkuat dari kristal besi dan karbon, lalu sebagian lempengan logam dipanaskan
hingga meleleh, sedangkan prose menggerinda adalah menggosok, mengahaluskan dengan
gesekan.Tn. bekerja 8 jam sehari dan sudah 20 tahun melakukan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan observasi lingkungan kerja di tempat las dan gerinda terdapat kebisingan
atau inten sitas bunyi yang tinggi, terdapatnya cahaya yang silau, tekanan yang panas, radiasi
uv, dan getaran pada saat mengelas.
Dalam pemakaian Alat Pelindung Diri ( APD ) diketahui bahwa Tn. S hanya
menggunakan kacamata pada saat mengelas sedangkan pada saat menggeirnda tidak
menggunakannya.
Jumlah pajanan atau faktor penyebab dari pekerjaan Tn. S cukup tinggi untuk terjadinya
kecelakaan kerja pada matanya.
11
Faktor Individu
Dalam hal ini perlu ditenyakan mengenai kesehatan fisiknya apakah memilki riwayat
alergi dan riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan hidup sehat atau berolahraga, juga
kesehatan mentalnya dan kebersihan perorangan. Berdasarkan data yang didapatkan tidak adanya
alergi pada Tn. S dan tidak terdapat riwayat penyakit yang serupa dengannya.
\Faktor Lain di Luar Pekerjaan
Faktor-faktor selain karena akibat pekerjaanya, seprti hobinya dan kebiasaa yang
dilakukan selain bekerja dan juga untuk mengetahui apakah ada kemungkinan akibat dari
pajanan di rumah atau dari pekerjaan sambilan. Pada Tn. S tidak tidak memiliki pekerjaan lain
selain mengelas dan menggerinda.
Diagnosis Okupasi
Konjungtivitis merupakan radang konjungitva atau radang selaput lender yang menutupi
belakang kelopak mata dan bola mata dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtiva ini
diakibatkan adanya benda asing, sehingga menunjukkan gejala yaitu konjungtiva berwarna
merah/ hiperemis. Pada Tn . S mengalami mata kanannya merah akibat saat menggerinda dan
dirasaknnya ada percikan gerinda ke matanya dan diketahui bahwa terdapatnya korpus alienum
atau benda asing pada kornea matanya. Maka dalam kasus ini Tn. S mengalami konjungtivitis
benda asing akibat kerja.
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
Pada penatalaksanaanya penanganan terhadap benda asing pada permukaan mata antara
lain : memberikan anestetik tetes mata, benda yang lunak biasanya hanya menempel saja pada
permukaan mata sehingga untuk mengeluarkannya cukup dengan kapas steril. Benda yang keras
biasanya mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai pengangkat gram bermagnet
secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Setelah benda asing dikeluarkan,
mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik sampai bersih. Kemudian mata diberi tetes
midriatik ringan berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 2% dan juga antibiotik local. 3
Non Medika Mentosa12
Pekerja diberikan edukasi terhadap hygiene dalam melakukan pekerjaannya dan
penyuluhan mengenai alat pelindung diri serta cara penggunaanya.2
Gambar 2. Alat Pelindung Diri
Pencegahan
Primer
Penyuluhan kepada para pekerja untuk mengubah perilaku atau kebiasaan yang salah
dalam bekerja untuk meningkatkan keselamatan dalam bekerja.1
Sekunder
Memakai Alat Pelindung Diri (APD) pada saat mengelas dan menggerinda besi
menggunakan helm, pakaian pelindung, kacamata las, sarung tangan, pelindung muka, masker,
sepatu pelindung, pelindung telinga.2
Tersier
Pemeriksaan kesehatan berkala merupakan pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah:4
1.Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga
kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan Seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha
pencegahan.
2.Semua perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970
harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) 13
tahun sekali, kecuali ditentukan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Ketenaga Kerjaan
dan Pengawasan Norma Kerja.
3.Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, keseragaman jasmani,
rontgen paru-paru, laboratorium rutin dan kimia darah serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.
4.Pengusaha atau pimpinan dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala
sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada.
Kesimpulan
. Pada Tn S yang mengalami keluhan mata kanannya merah setelah menggerinda besi
diakibatkan oleh percikan serbuk besi pada saat ia menggerinda besi dan dikarenakan tidak
memakai kacamata pelindung pada saat menggerinda. Oleh karena itu konjungtivits et causa
corpus alienum diakibatkan dari pekerjaanya.
Daftar Pustaka
1. Harrington. JM. Buku saku kesehatan kerja . Ed.3. Jakarta : RGC; 74-9.
2. Cooke MA. Gangguan mata dalam : Jeyaratnam I. Buku ajar praktik kedokteran kerja.
Jakarta: EGC; 2009: 159, 211-3.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu penyakit mata. Ed.4. Jakarta:FKUI;
44,45,120-2.
4. Jurnal Kesehatan dan Kerja. Kesehatan kerja dan keselamtan kerja.Diunudh dari
www.jurnalk3.com, pada tanggal 3 Oktober 2013.
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta
kedokteran. Ed.3. Jakarta: Media Asculaplus;1999: 52.
6. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes: Oftalmologi. Ed.9. Jakarta: Penerbit Erlangga:
646
14