PBL Blok 25

33
Perawatan dan Pemantauan Kelahiran Neonatus Normal Citra P Dwi Cahya 102010307 C7 31 MEI 2013 Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondensi : [email protected] Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Terusan arjuna no.6 Jakarta Barat 11510 PENDAHULUAN Bayi baru lahir (neonates) adalah bayi usia 0-28 hari. Periode neonatal adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelianan-kelainan yang dapat mengakibat cacat seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya 1 | Page

description

Pbpl blok 25

Transcript of PBL Blok 25

Page 1: PBL Blok 25

Perawatan dan Pemantauan Kelahiran Neonatus Normal

Citra P Dwi Cahya

102010307

C7

31 MEI 2013

Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi :

[email protected]

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Terusan arjuna no.6 Jakarta Barat 11510

PENDAHULUAN

Bayi baru lahir (neonates) adalah bayi usia 0-28 hari. Periode neonatal adalah periode

yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50%

kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang

baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelianan-kelainan yang

dapat mengakibat cacat seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada

bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia

atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah perdarahan

otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang.

Pencegahan asifiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR), pemberian air susu ibu (ASI), pencegahan terhadap infeksi,

dan pemantauan kenaikan berat badan merupakan tugas pokok bagi pemantauan kesehatan bayi

dan anak. Menolong kelahiran bayi terampil dan memberikan asuhan yang seksama akan

membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat

sebagai curahan harapan orang tua , bangsa dan Negara.

1 | P a g e

Page 2: PBL Blok 25

PEMBAHASAN

ANAMNESIS

Keluhan utama. Pasien harus di dorong untuk mengeksperikan tujuan dari

kunjungannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan terbuka

yang terkait dengan keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi rincian tersebut.

Penyakit yang diderita saat ini. Wawancara harus bersifat menyeluruh, tetapi

disesuaikan dengan keluhan utama pasien.

Riwayat pembedahan dan medis dimasa lalu. Pasien harus diminta untuk menyebutkan

semua masalah kesehatan yang penting. Obat-obatan yang digunakan saat ini dan di masa

lalu harus disebutkan, semua reaksi alergi harus di catat.

Riwayat ginekologis. Aspek-aspek yang terkait dengan riwayat ginekologis pasien

mencakup riwayat menstruasi secara rinci (usia menarke/menopause,lama siklus,dan

lama menstruasi terakhir), riwayat pemakaian kontrasepsi, infeksi vagina atau panggul

sebelumnya, riwayat seksual, dan prosedur pembedahan ginekologis sebelumnya

(termasuk biopsy dan operasi kecil lain.)

Riwayat obstetric. Semua kehamilan harus dirinci termasuk usia gestasi, komplikasi

terkait kehamilan, dan hasil akhir kehamilan.

Riwayat keluarga. Riwayat keluarga secara rinci harus diperoleh. Penyakit-penyakit

serius (diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi) atau penyebab kematian untuk

setiap individu harus dicatat dengan perhatian khusus terhadap anggota keluarga

generassi pertama. Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya retardasi mental yang

tidak dapat dijelaskan atau sindrom genetic dapat memiliki pengaruh terhadap kehamilan

selanjutnya.

Riwayat social. Pasien harus ditanya mengenai pekerjaannya dan di mana serta dengan

siapa ia tinggal. Ia harus ditanya pula mengenai kebiasaan merokok, pemakaian obat

terlarang, dan konsumsi minuman beralkohol.

Pengkajian system tubuh. Sebuah kajian yang diarahkan pada gejala-gejala umum

sangat berharga untuk mengungkap aspek-aspek kesehatan yang kelihatannya tidak

berkaitan (menurut pasien). Hal-hal yang penting mencakup hal-hal yang bersifat

konstitusional(penurunan/kenaikan berat badan, aliran panas yang tiba-tiba terasa),

kardiovaskular (nyeri dada,napas pendek), gastrointestinal (sindrom iritasi usus,

2 | P a g e

Page 3: PBL Blok 25

hepatitis),genital dan saluran kemih (inkontinesia,hematuria),neurologis (mati

rasa,penururan sensasi),psikiatrik (depresi,kecenderungan bunuh diri,)dan system tubuh

lainnya.1

Pemeriksaan Fisik Neonatus.

Tujuan pemeriksaan fisik neonatus segera setelah lahir ialah untuk menemukan

kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sehingga dasar untuk pemeriksaan

selanjutnya. Sebelum memeriksa neonatus sebaiknya pemeriksaan mengetahui riwayat

kehamilan dan persalinan.

1)      Keadaan Umum.

a)      Keaktifan.

Bila bayi diam, mungkin bayi sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi

susunan saraf pusat karena obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak aktif

dipertahankan apakah pergerakan itu simetris atau tidak.Keadaan yang asimetris dapat

dilihat misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan saraf,leukosia dsb.

b)      Keadaan Gizi

Dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan kulit hati-

hati terhadap edema, karena dapat disangka gizi baik.

c)      Rupa.

Kelainan kongenital tertentu sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal

sindrom down, kretinisme, agenesis ginjal bilateral dsb.

d)     Posisi.

Sering bergantung pada letak presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah dalam

keadaan fleksi tungkai dan lengan.

e)      Kulit.

Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang

melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung sebum

lainnya. Sel peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan beberapa keadaan

misalnya warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning terdapat pada

inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru ditemukan pada aspiksia

livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari kanan dan kiri.

3 | P a g e

Page 4: PBL Blok 25

2)      Kepala Dan Leher.

Tulang kepala sering menunjukan “moulage” yaitu tulang parietal biasanya berhimpitan

dengan tulang oksipitas dan frontal, sehingga mengukur lingkaran kepala sebaiknya

ditunggu setelah “moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar ialah melalui glabela dan

oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga kaput suksdanium,perdarahan,

subaponeurotik, hematoma cepal.

Perawatan Bayi Baru Lahir

Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat

Penanganan tali pusat di ruang bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah

infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Berikut adalah langkah-langkahnya :

1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali

pusat.

2. Tali pusat diklem di dua tempat kira-kira 5-7 cm dari pusar bayi, lalu digunting di

antaranya.

3. Pada waktu menggunting, lindungi ujung gunting dengan tangan kiri agar tidak

melukai kulit bayi ketika bayi tiba-tiba bergerak.

4. Tali pusat kemudian diikat dengan tali yang tebal atau klem khusus untuk tali pusat.

Perlu diperhatikan waktu mengikat/memasang klem, tali pusat jangan sampai

tertarik.

Perkiraan Usia Gestasi dan Ukuran Bayi

Segera setelah lahir, usia gestasi bayi dapat ditentukan dengan memeriksa beberapa

karakteristik neonatus berikut :

4 | P a g e

Page 5: PBL Blok 25

Gambar 1. Usia gestasi

Perkiraan yang lebih definitif biasanya dilakukan setelah beberapa hari dengan

melakukan pemeriksaan neurologis. Namun, perkiraaan usia gestasi berdasarkan

pemeriksaan fisik dan neurologis ini sering kurang akurat pada bayi prematur dan bayi

dengan pertumbuhan terhambat.2

Yang biasanya dilakukan pada bayi baru lahir adalah berat badan lahirnya.

Pengukuran panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak bermakna. Namun,

jika diperlukan data panjang badan, maka harus diukur dengan menggunakan

stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam keadaan

ekstensi sedangkan lingkar kepala diukur pada diameter oksipital-ke-frontal terbesar. 2

Inspeksi Umum

Setelah jam-jam pertama kehidupannya, bayi cukup bulan yang baru lahir

menghabiskan kira-kira 80% waktunya dalam keadaan tidak aktif atau tenang. Dua

puluh persen sisanya dihabiskan dalam keadaan terjaga, baik aktif, inaktid atau

menangis.3

Bila bayi menangis, tangisannya keras. Tangisan yang lemah atau lembut adalah

abnormal, juga tangisan yang bernada tinggi dan menjerit menandakan ada suatu

masalah neurologik. Tangisan yang parau mengesankan paralisis pita suara,

hipotiroidisme atau trauma pada hipofaring.3

Bayi sering kali berbaring dalam posisi yang serupa dengan posisinya di dalam

rahim. Jika pemeriksa dengan lembut memfleksikan bahu, lutut dan lipat paha,

ektremitas bayi cenderung melipat ke dalam posisi intra uterus. Bayi yang menangis

seringkali dapat ditenangkan dengan mengambil posisi ini.3

Untuk melakukan pemeriksaan fisik, maka berikut adalah panduan yang

dibutuhkan untuk melihat apakah ada abnormalitas yang berarti pada organ tubuh bayi

atau tidak.3

5 | P a g e

Page 6: PBL Blok 25

Kepala

Pada neonatus normal :

a. rambut kulit kepala teraba halus seperti sutera

b. bentuk kepala tergantung presentasi kepala/bokong

c. sutura kranialis teraba terbuka

d. fontanela anterior terbuka, lunak dan datar diameter kurang dari 3,5 cm sedangkan

fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekadar teraba

terbuka

e. lesi traumatik biasanya terjadi berupa : kaput suksedaneum, perdarahan subgaleal,

sefalohematoma, luka tusuk, serta lesi lepuh dan hematoma sirkular.3

Wajah

a. Pada neonatus normal : wajahnya simetris

b. Abnormalitas : malformasi (mis. Bibir sumbing), paralisis fasial perifer, cedera

traumatik pada wajah (fraktur arkus zigomatikus saat persalinan), tanda eritematosa

atau memar yang ditemukan pada wajah akibat trauma forsep.3

Mata

a. pada neonatus yang normal : tidak ada kelainan berarti yang ditemukan pada mata.

b. Abnormalitas : ptosis kongenital, konjungtivitis (pada gonore), kekeruhan kornea

(pada glaukoma kongenital), kekeruhan lensa (pada katarak kongenital).

c. Fungsi penglihatan : bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan

biasanya akan memfiksasikan pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya,

paling tidak sampai jarak tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari satu

sisi ke sisi lainnya. Jika tidak ada respon walaupun dilakukan pemeriksaan berulang,

maka perlu pemeriksaan lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.3

Telinga

6 | P a g e

Page 7: PBL Blok 25

a. pada neonatus usia cukup bulan : telinga luar sudah terbentuk dengan baik dan

mengandung cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk dan mencegah

deformitas.3

b. Abnormalitas : adakah lesi dan kelainan kongenital lain yang tampak pada telinga

luar? Lanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi : adakah otitis media atau tidak;

c. Fungsi pendengaran : pada neonatus yang normal akan terjadi respon mengalih pada

suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara

yang keras (di ruangan tanpa suara mengganggu).3

Hidung

a. Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung. Periksa : lesi obstruktif/benda

asing bisa berupa mukus, darah dan mekonium (normalnya, bayi akan bersin

sebagai refleks untuk membersihkan hidungnya), serta adakah dislokasi bagian

tulang rawan septum nasi (biasanya akibat trauma persalinan).3

Mulut

a. Periksa dengan cara inspeksi dan palpasi : celah dan lengkung palatum; ukuran

lidah, warna sekresi dari mulut, dan lesi. Pada neonatus normal biasanya sudah

mempunyai gigi natal.3

Leher

a. Ukurannya lebih pendek dari anak yang lebih tua, namun rentang geraknya sudah

sempurna; amati : gerakan leher yang terbatas, massa, cedera.3

Tenggorokan

a. posisi trakea dan massa.3

Dada

a. Pada neonatus normal, dada berbentuk seperti tong dan prosesus xifoideus menonjol.

Amati pula : fraktur klavikula, jarak antar puting dan ukuran kuncup payudara.3

Paru

7 | P a g e

Page 8: PBL Blok 25

a. Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit dan bernafas dengan

menggunakan diafragmanya. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak

bersama-sama. Dinding dada normalnya simetris saat bernapas jika dilihat dari

lateral. Retraksi, bunyi mendengkur saat ekspirasi, pengembangan cuping hidung,

dan takipneu pada beberapa menit pertama setelah lahir masih dikatakan norma dan

akan segera menghilang. Jika terus bertahan selama beberapa waktu kemudian, maka

dikatakan abnormal dan kemungkinan ada kelainan pada parunya.3

Kardiovaskular

a. Kecepatan, irama, titik impuls tertinggi (point of maximum impulse, PMI), murmur

(intensitas dan lokasi), denyut (brakial dan femoral), pengisian kembali kapiler

(capillary refill), warna kulit dan membran mukosa.3

Abdomen

a. Bentuk, tali pusat (jumlah pembuluh darah), ukuran hepar/ginjal/limpa, massa,

bising usus, otot dan defek dinding abdomen.3

Genitourinaria

a. Genitalia, abnormalitas penis, testis, ukuran labia/klitoris, posisi dan kepatenan anus,

cara BAK dan BAB, lesi.3

Tulang belakang/neurologis

a. Rumpun, cekungan, lesi, massa, dan refleks (mengisap, gag, Moro dan

menggenggam).3

Muskuloskeletal

a. Rentang pergerakan sendi, jari, tonus, posisi saat istirahat/menangis, massa, dan

manuver pinggul Ortolani dan Barlow.3

Kulit

a. Warna, tekstur, lesi, transparansi dan tanda lahir.

8 | P a g e

Page 9: PBL Blok 25

Pemeriksaan Neurologis Neonatus Normal

Pemeriksaan neurologis secara saksama merupakan area penting yang harus

diperhatikan dalam memeriksa bayi baru lahir karena dapat digunakan sebagai

identifikasi dini potensi gangguan neurologis di kemudian hari.4

Untuk pemeriksaan neurologis ini, hal yang biasa dinilai adalah refleks-refleks

dasar yang dimiliki oleh neonatus. Refleks-refleks tersebut merupakan refleks pola

perilaku bawaan yang berkembang selama kehidupan di uterus.

Refleks-refleks dasar ini akan terlihat ketika lahir, tetapi perlahan akan dihambat

oleh pusat yang lebih tinggi di otak dalam 2 sampai 12 bulan pertama kehidupan

pascanatal. Kemunculan dan kekuatan refleks menjadi tanda berfungsinya sistem saraf

dalam 24 jam pertama sesudah lahir. Jika refleks tidak ada, tampak berlebihan atau jika

timbul hipotonia pada tiap tes yang dikerjakan, mungkin terdapat gangguan neurologis

yang berat. Berikut ini adalah tabel refleks-refleks yang diperkirakan kemunculannya

pada neonatus aterm yang sehat. Seiring berkembangnya sistem saraf, refleks-refleks

dasar ini akan dihambat atau diubah dan muncul refleks sekunder serta postural.4

Pengaturan Suhu

Suhu bayi turun dengan cepat segera setelah lahir karena bayi dalam keadaan telanjang

dan basah sehingga mudah kehilangan panas. Berikut adalah cara bayi kehilangan

panas tubuh, yaitu :

a. Konduksi : melalui benda-benda padat yang berkontak langsung dengan kulit bayi.

Cara ini biasanya jarang terjadi, kecuali jika bayi diletakkan di atas alas yang

dingin.

b. Konveksi : pendinginan melalui aliran udara yang ada di sekitar bayi. Oleh karena

itu suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 200C dan sebaiknya tidak

berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka, serta kipas angin dan AC

yang kuat harus cukup jauh dari tempat resusitasi bayi.

c. Evaporasi : kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.

Cara ini yang biasa dialami oleh bayi baru lahir. Karena itu bayi harus dikeringkan

9 | P a g e

Page 10: PBL Blok 25

seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan,lebih

baik bila menggunakan handuk hangat untuk mencegah hilangnya panas secara

konduktif.

d. Radiasi : melalui benda padat yang ada di dekat bayi, namun tidak berkontak

langsung dengan kulit bayi, misalnya adalah jendela pada musim dingin. Karena itu

bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya idealnya dengan handuk hangat. Jika

resusitasi aktif diperlukan, bayi sedapat mungkin diselimuti karena bayi yang

mengalami asfiksia tidak dapat menghasilkan panas untuk dirinya sendiri dan

karenanya akan kehilangan panas dengan cepat. Harus diingat bahwa sebagian

penyulit pada neonatus, seperti distres pernapasan, hipoglikemi dan gangguan

pembekuan darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi tersebut mengalami

hipotermia.4

Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa persiapan untuk pengaturan suhu tubuh

bayi, adalah sebagai berikut :

1. Menutup semua pintu dan jendela di kamar bersalin

2. Mematikan AC yang langsung mengarah pada bayi

3. Suhu di kamar bersalin paling rendah 200C dan harus lebih tinggi dari bayi prematur

4. Troli resusitasi dengan pemanas di atasnya dinyalakan, diletakkan di tempat yang

paling hangat dan jauh dari aliran udara.

5. Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti/dibungkus rapat

dengan handuk hangat.

6. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang saat memandikan ataupun saat

melakukan kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat

(23-250C) atau di bawah pemanas radian/infant radian warmer.4

Resusitasi Neonatus

Resusitasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga ahli untuk

membantu bayi baru lahir – umumnya bayi prematur, dimana memiliki kesulitan dalam

menyesuaikan diri secara baik dengan kehidupan ekstra uterin. Kesulitan tersebut

10 | P a g e

Page 11: PBL Blok 25

mencakup mengembangkan dan mengisi paru dengan udara, membentuk pernapasan

ritmis, dan berubah dari pola sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa.5

Untuk itu diperlukan suatu penilaian untuk dapat mengukur derajat kesulitan

tersebut. Dan dalam bidang neonatologi, digunakanlah suatu sistem skoring yang

disebut nilai APGAR. Nilai APGAR ini merupakan penilaian skrining terhadap

kemampuan penyesuaian segera bayi baru lahir, yang dicatat dalam waktu 1 dan 5

menit setelah lahir. Sistem scoring ini menggunakan angka antara 0 dan 2 untuk setiap

kategori dari 5 kategori yang ada, meliputi warna, tonus, upaya bernapas, aktivitas

refleks dan denyut jantung.5

a. Warna kulit : hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi

merah muda setelah tercapai ventilasi yang efektif. Hampir smeua bayi memiliki

tubuh serta bibir yang berwarna merah muda, tetapi sianotik pada tangan serta

kakinya pada saat 90 detik setelah lahir. Sianosis menyeluruh setelah 90 detik dan

bayi yang pucat saat lahir merupakan keadaan abnormal.

b. Tonus otot : semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya

secara aktif segera setelah lahir. Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau

bayi dengan tonus otot yang lemah biasanya asfiksia, mengalami depresi akibat obat

atau menderita kerusakan sistem saraf pusat.

c. Upaya bernapas : bayi normal akan megap-megap saat lahir, menciptakan upaya

bernapas dalam 30 detik, dan mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi

30-60 kali per menit pada usia 2 – 3 menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau

tidak teratur terjadi oleh karena beberapa sebab termasuk asidosis berat, asfiksia,

infeksi janin, kerusakan SSP atau pemberian narkotika pada ibu.

d. Aktivitas refleks : respon normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior

melalui lubang hidung adalah menyeringai, batuk atau bersin.

e. Frekuensi denyut jantung : normalnya saat lahir antara 120-160 denyut per menit.

Denyutan di atas 100 per menit biasanya menunjukkan asfiksia dan penurunan curah

jantung.5

Hasil interpretasi nilai ini sering menuntun tindakan segera : ≥ 7 dianggap normal,

4-6 membahayakan dan 0-3 merupakan kedaruratan medis. Nilai ini dapat dicatat setiap

11 | P a g e

Page 12: PBL Blok 25

5 menit sampai mencapai nilai 7 atau lebih. Karena itu nilai APGAR yang dicatat

sebagai 1,3,5,8 diinterpretasikan sebagai 1 pada saat satu menit, 3 pada saat lima menit,

5 pada saat 10 menit dan 8 pada saat 15 menit.6

gambar 2. Nilai APGAR

Nilai APGAR bukan merupakan suatu tolok ukur yang baik untuk asfiksia dan

untuk hasil jangka panjang. Terlebih lagi, kelompok neonatus tertentu tidak akan

memberi nilai yang baik, seperti bayi kurang bulan (karena neonatus belum mengalami

perkembangan neuormuskular yang memadai), janin yang mendapat narkotika, janin

yang mengalami trauma serta anastesi umum pada ibu yang cukup untuk menganastesi

janin.

Bila kelahiran seorang bayi dalam keadaan prematur atau jika dicurigai dari

riwayat ibu bahwa janin mengalami asfiksia atau terdapat tanda distres janin,diperlukan

dua tenaga ahli untuk melakukan resusitasi pada bayi tersebut. Sedangkan pada bayi

sehat dengan napas spontan, tonus baik dan ketuban jernih, tidak perlu dilakukan

resusitasi, tetapi tetap harus dilakukan perawatan rutin berupa mengeringkan bayi,

memberi kehangatan, membersihkan jalan napas bila diperlukan, dan mengobservasi

warna kulit bayi.6

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

12 | P a g e

Page 13: PBL Blok 25

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama

paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan

menemukan puting ibunya.7

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan

suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan denga inkubator, menjaga kolonisasi kuman

yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga

menjadi cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat

menurunkan insidens ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat

bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat

badan bayi cepat meningkat dan akan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Sedangkan

manfaat IMD bagi ibu, adalah mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin

dan secara psikologis dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

Pada tindakan ini, setelah bayi lahir hanya perlu dibersihkan secukupnya dan

tidak perlu membersihkan verniks atau mengeringkan tangan bayi karena bau cairan

amnion pada tangan bayi akan membantunya dalam mencari puting susu sang ibu.

Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai menendang dan bergerak menuju puting.

Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala refleks menghisap seperti membuka

mulut dan mulai mengulum puting. Refleks menghisap yang pertama ini timbul 20-30

menit setelah lahir dan menghilang secara cepat. Dengan IMD ini, bayi dapat langsung

menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca

persalinan.7

Memandikan Bayi

Bayi tidak boleh dimandikan sesaat setelah lahir, karena akan menyebabkan

hipotermia, terutama pada kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum lepas dari tali

pusat atau dalam perjalanan, tidak perlu dipaksakan untuk mandi berendam, bayi cukup

diseka dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih.

Untuk mengurangi risiko kehilangan panas, maka upaya yang dilakukan adalah

suhu ruangan saat memandikan bayi harus hangat (>250C) dan suhu air yang optimal

13 | P a g e

Page 14: PBL Blok 25

adalah 400C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat berangsur turun sampai 300C

untuk bayi di atas 2 bulan.7

Pelabelan

Label nama bayi dan nama ibu harus dilekatkan pada pergelangan tangan atau

kaki bayi sejak di ruang bersalin. Pemasangan dilakukan dengan sesuai agar tidak terlalu

longgar atau ketat, sehingga mudah dilepas.7

Profilaksis Mata

Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi, terutama pada bayi dengan ibu

yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagaian

besar konjungtivitis muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian

antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis.

Profilaksis mata yang sering diberikan adalah tetes mata silver nitrat 1%, salep mata

eritromisin dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah

konjungtivitis gonore. Namun saat ini silver nitrat tetes mata sudah tidak dianjurkan

karena dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada mata.7

Pemberian Vitamin K

Berdasarkan penelitian, didapat bahwa di Indonesia 67% dari angka kematian

bayi merupakan kematian neonatus dimana salahc satu penyebabnya adalah perdarahan

akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK), yang berpotensi untuk menjadi kondisi yang

serius.

Menurut onsetnya, PDVK dibagi menjadi 3 yaitu : PDVK dini (umur 1-2 hari),

PDVK klasik (umur 2-7 hari) dan PDVK lambat (umur 2 minggu-6 bulan).7

Melihat bahayanya PDVK, maka Departemen Kesehatan telah membuat

kebijakan nasional yang berisi semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin

K (fetomenadion).7

- Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (Rekomendasi A)

- Vitamin K1 diberikan intramuskular atau oral (Rekomendasi A)

14 | P a g e

Page 15: PBL Blok 25

- Dosis untuk semua bayi baru lahir :

o IM, 1 mg dosis tunggal

o Oral, 3 kali masing-masing 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari

dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan (Rekomendasi A)

- Bayi ditolong oleh dukun wajib diberikan vitamin K1 oral (Rekomendasi C)

- Penyediaan vitamin K1 dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, dosis oral 2 mg/tablet yang

dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya (Rekomendasi C)

- Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program nasional

(Rekomendasi C).7

Pemberian vitamin K1 baik secara IM maupun oral terbukti menurunkan insiden PDVK.

Dari penelitian di Thailand pada tahun 1999, didapatkan insiden PDVK pada bayi tanpa

pemberian profilaksis lambat vitamin K1 mencapai 30 per 100000 kelahiran, sedangkan pada

pemberian profilaksis vitamin K1 kurang dari 5 per 100000 kelahiran.

Adaptasi Neonatal

- Sistem Respirasi

- Sistem Sirkulasi

- Sistem Saluran Cerna

- Metabolisme

- Sistem Saraf Pusat

Kriteria Fisis Neonatus Normal

Cukup Bulan : 37 - 42 minggu

Berat Lahir : 2500 - 4000 gram (SMK)

Panjang Badan : 44 - 53 cm

Lingkar Kepala : 31 - 36 cm

Skor APGAR : 7 - 10

Tanpa Kelainan Bawaan

15 | P a g e

Page 16: PBL Blok 25

Nilai Normal Darah Neonatus Normal

Hemoglobin : 14 – 20 g/dL

Hematokrit : 43 - 63%

Eritrosit : 4,2 – 6 juta/uL

Retikulosit : 3 – 7%

Trombosit : 150.000 – 350.000/uL

Volume Darah : 85 mL/kgBBPENCEGAHAN

BALLARD SCORE

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan

usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian

neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel

to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,

payudara, mata/telinga, dan genitalia 3.2

1. Penilaian Maturitas Neuromuskular

a. Postur

Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan

saat otot diregangkan . Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin

mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas

bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan

kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai

fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus

pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur

menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi

ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi

nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari

ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan

16 | P a g e

Page 17: PBL Blok 25

memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa

abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok. 2

b. Square Window

Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor

memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari

bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut

antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan

berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 ° .2

c. Arm Recoil

Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut

mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan

cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian

bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati

reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1:

fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °,

dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh.2

d. Popliteal Angle

Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi

ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok,

paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks

dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan

sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan

pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan

sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha

dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi

berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech

pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi

17 | P a g e

Page 18: PBL Blok 25

mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah

pemulihan telah terjadi .2

e. Scarf Sign

Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,

pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi

melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa

diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua

bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku

pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat

leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2);

garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4).2

f. Heel to Ear

Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan

fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi

terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin

dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan

amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka

pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil

dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu

(1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).2

2. Penilaian Maturitas Fisik

a. Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya

bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix

caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau

mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi

dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada kondisi

ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum

18 | P a g e

Page 19: PBL Blok 25

corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia

perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan

pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur

dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat

mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah,

dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.2

b. Lanugo

Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme

prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia

gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan

punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari

punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan

maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada

punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi

lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan

hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes

mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya

menilai pada daerah yang mewakili jumlah relative lanugo bayi yakni pada daerah atas

dan bawah dari punggung bayi.2

c. Permukaan Plantar

Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan

berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih

mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada kulit hitam

dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada

telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan

menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very

premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk

membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka

19 | P a g e

Page 20: PBL Blok 25

dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm

diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.2

d. Payudara

Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen

ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai

ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila

Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu

jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam millimeter.2

e. Mata/Telinga

Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya

menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago

kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa

mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya

(Gambar II.12). Gambar II.12. Pemeriksaan Daun Telinga 3 Pada bayi prematur daun

telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya

menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka

dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu

jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan

bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan

meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian

disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi

kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan

terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi

perkembangan kematangan palpebra.2

f. Genital (Pria)

Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada

minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu

ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau

20 | P a g e

Page 21: PBL Blok 25

bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum

menjadi lebih tebal dan membentuk rugae (Gambar II.14) . Testis dikatakan telah turun

secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature

scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda

halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan

dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang

terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang

sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama. Pemeriksaan Genitalia Neonatus laki-

laki.2

g. Genital (wanita)

Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan

telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 derajat dari garis horisontal. Abduksi yang

berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan

aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.9 Pada neonatus extremely

premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan

berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora

menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut

dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar Labia majora tersusun atas lemak

dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat

menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang

menyebabkan labia majora kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan

labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.2

3. Interpretasi Hasil 3

Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik disesuaikan

dengan skor dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor. 2

PENUTUP

Pada kasus ini bayi yang dilahirkan dalam kategori normal. Bayi 39 minggu gestasi

lahir spontan pervaginam dengan berat 3200 gr, panjang badan 40cm, lingkar kepala 33cm,

21 | P a g e

Page 22: PBL Blok 25

lingkar dada 30cm, lingkar perut 30cm, dan cairan ketuban jernih. Bayi menangis spontan, aktif,

denyut jantung 140x/menit, (+) reflek bersin dengan badan kemerahan dan ekstremitas sedikit

biru. Perawatan pada bayi tersebut sama seperti pada bayi normal lainnya, kita bersihkan bayi,

hitung apgar dan ballard score. Kemudian lihat gestational weeknya lalu berikan pada ibu untuk

asi dini. Dan di pantau sampai untuk mengetahui ada tidaknya kelainan terjadi pada bayi

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Artsiyanti D.At a glance obstetric dan ginekologi.2008.Jakarta:Penerbit Erlangga.h.8.

2. Brahm U.Obstetri Williams,ed,23,vol.2.2009.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC.h.616-16.

3. Prawirohardjo, sarwono.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal,Ceyakan ke-4.YBRS-P.2006.Jakarta

4. Wahab S.Ilmu Kesehatan Anak Nelson,Ed.15,Vol.1.2012.Jakarta:Penerbitan Buku

Kedokteran EGC.h.532-8.

5. Sarwono P.Ilmu Kebidanan,cetakan ke-8.Yayasan Bina Pustaka.2006.Jakarta:Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

6. Hartini K,Rachmawati AD.Lecture notes on Pediactrics.2005.Jakarta:Penerbit Erlangga.

7. Gunadi H.Dasar-dasar pediatric,Ed.3.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

22 | P a g e