PBL Blok 2 Modul 2
-
Upload
louis-ryandi -
Category
Documents
-
view
23 -
download
3
description
Transcript of PBL Blok 2 Modul 2
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak
Louis Ryandi102013411
E7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, JakartaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Campak merupakan penyakit virus yang sangat menular dan sering ditemukan. Masa
inkubasi diikuti dengan gejala prodromal berupa demam, pilek, konjungtivitis, dan batuk.1
Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak yang telah
dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat menularkan penyakit.
Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di
dalam kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.2
Seperti penyakit lain yang disebabkan oleh virus, tidak ada pengobatan khusus untuk
campak dan kebanyakan penderita mengalami kesembuhan dalam 2-3 minggu. Campak dapat
menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan, ensefalitis, diare parah, infeksi telinga
dan radang paru-paru, terutama pada anak yang kekurangan gizi serta orang-orang dengan
daya tahan tubuh rendah. Namun, penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi.3
Korespondensi: Louis Ryandi, [email protected]
Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya,
sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
dapat optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Anak-anak inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi.4
Dalam rangka tahapan reduksi campak, Pemerintah Indonesia (Kementerian
Kesehatan) telah melakukan program vaksinasi. Keberhasilan pencegahan penyakit campak
dengan cara imunisasi sudah banyak terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Cakupan imunisasi campak pada tingkat
nasional sudah cukup tinggi, mencapai 90%. Namun, masih ada laporan ditemukan Kejadian
Luar Biasa (KLB) campak di Indonesia. KLB Campak adalah adanya kasus atau kematian
campak pada suatu kecamatan, puskesmas, desa yang pada tahun sebelumnya tidak
ditemukan/dilaporkan. KLB campak juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan jumlah
kasus campak baru atau kematian campak pada suatu wilayah (desa, puskesmas, kecamatan)
selama kurun waktu 3 minggu atau lebih secara berturut-turut.5
Isi
Konsep sehat-sakit
Menurut UU Kes. No. 23 Th. 1992, sehat merupakan suatu keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan sakit merupakan penyimpangan dari suatu keadaan optimal. Gordon
&Le Richt menyatakan adanya hubungan antara pejamu (host), bibit penyakit (agent), dan
lingkungan dalam konsep sehat-sakit. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi timbulnya suatu
penyakit.
Agens (agent)
Bibit penyakit adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau
memengaruhi perjalanan suatu penyakit.6 Agens penyakit dapat berupa benda hidup (biotis)
atau mati (abiotis) dan faktor mekanis. Bibit penyakit pun memiliki empat sifat yaitu,
patogenitas, virulensi, antigenitas, dan infektifitas. Agens penyakit dapat diklasifikasikan
menjadi lima kelompok, antara lain: agens biologis, agens nutrien, agens fisik, agens kimia,
dan agens mekanis.7
Pejamu (host)2
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang
dapatmemengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit.6 Faktor pejamu (host) sangat
kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik
yang dimiliki masing-masing individu, antara lain: usia, jenis kelamin, ras, genetik,
pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat, gaya hidup, dan psikis.7
Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang
memengaruhikehidupan dan perkembangan manusia.6 Lingkungan hidup manusia pada
dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal
merupakan suatu keadaanyang dinamis dan seimbang yang disebut homeostatis, sedangkan
lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas
tiga komponen, antara lain: lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial.7
Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara
konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam
proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contohnya adalah kekurangan persediaan air
bersih terutama dalam musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan,
hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai
agens penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan
manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat
terjadi ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit.
Lingkungan sosial berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, orgaisasi sosial dan politik.
Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers,
seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosial, akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain.
Hubungan agent, host, dan environment7
3
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
Dalam usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang efektif terhadap penyakit,
perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agens penyakit, manusia, dan
lingkungan. Interaksi tersebut antara lain: interaksi agens penyakit dan lingkungan, interaksi
manusia dan lingkungan, interaksi agens penyakit dan manusia, dan interaksi agens penyakit,
manusia, dan lingkungan.
Interaksi agens penyakit dan lingkungan merupakan suatu keadaan saat agens
penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta
terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contohnya adalah viabilitas bakteri
terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang
pendingin, dan bahan kimia beracun saat proses pemanasan bumi global.
Interaksi makanan dan lingkungan merupakan suatu keadaan saat manusia langsung
dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi saat prepatogenesis dari suatu penyakit.
Contohnya adalah udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
Interaksi manusia dan agens penyakit merupakan suatu keadaan saat agens penyakit menetap,
berkembang biak, dan merangsang manusia untuk membentuk respons berupa tanda-tanda
dan gejala penyakit. Contohnya adalah demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh,
pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi
dapat berupa sembuh sempurna, cacat ketidakmampuan, atau kematian.
Interaksi agens penyakit, manusia, dan lingkungan merupakan suatu keadaan saat
agens penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan
memperberat satu sama lain sehingga agens penyakit baik secara langsung maupun tidak
langsung mudah masuk kedalam tubuh manusia. Contohnya adalah pencemaran air sumur
oleh kotoran manusia dapat menimbulkan waterbone disease.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan melalui promosi kesehatan (health promotion) dan juga
dengan tindakan preventif (specific protection). Promosi kesehatan merupakan suatu tindakan
preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit dengan
4
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
menggunakan pengetahuan, sikap dan prilaku yang baik, meliputi: berprilaku sehat misalnya
mencuci tangan sebelum makan, mengkonsumsi makanan sehat, senam sehat, dan
membangun lingkungan yang bersih dan sehat. Sedangkan tindakan preventif merupakan
tindakan yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit dengan
menggunakan suatu alat pelindung khusus, meliputi: menggunakan sarung tangan dan masker
dan melakukan vaksinasi terhadap penyakit tertentu.
Tahapan pencegahan penyakit8
Tahapan usaha pencegahan terhadap perjalanan suatu penyakit disebut level of
prevention. Pada fase pra-patogenesis, keseimbangan antara agen penyakit, manusia dan
lingkungan mulai terganggu, bila dibiarkan saja maka gejala penyakit akan segera timbul dan
perlu diadakan tindakan preventif primer berupa promosi kesehatan dan perlindungan
spesifik agar orang tersebut tidak menjadi sakit.
Pada keadaan usaha yang dilakukan tidak dapat mencegah terjadinya penyakit dan
memasuki fase patogenesis, dilakukan tindakan preventif sekunder berupa diagnosa dini dan
pengobatan yang adekuat agar penyakit dapat segera sembuh. Jika tidak, penyakit akan
berjalan kronis, menyebabkan ketidakmampuan dan cacat sehingga agar dapat bertahan hidup
dilakukan tindakan preventif tersier berupa usaha rehabilitasi serta mengurangi kecacatan
atau ketidakmampuan.
Pembahasan kasus
5
Skenario:
Pada bulan lalu Puskesmas Catur Warga melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak. Angka attack rate 45% pada anak balita. Case fatality rate 20 per 1000. Menurut laporan tahunan puskesmas cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%. Kepala dinas kesehatan menanyakan mengapa masih terjadi KLB padahal cakupan imunisasi dasar sudah tinggi.
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
Menurut diskusi kelompok kami, kejadian luar biasa pada penyakit campak dapat
dicegah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan tentang penyakit
campak itu sendiri dan gejala pada campak. Walaupun imunisasi sudah ditingkatkan tetapi
tidak menutup kemungkinan juga kalau akan terkena campak lagi. Pemberian imunisasi dasar
pada balita harus lebih ditingkatkan lagi karena masih ada beberapa balita yang tidak
mendapatkan imunisasi dasar itu sendiri. Selain itu setelah diberi imunisasi dasar, jangan lupa
memberikan imunisasi sewaktu usia mereka menginjak sekolah dasar (SD). Hal itu sangat
penting dilakukan. Jika balita sudah timbul gejala-gejala penyakit campak, diharapkan agar
orang tua lebih menjaga balitanya agar penyakit campak tidak menyebar. Mungkin pada
balita dapat diberikan masker agar penyakit itu tidak menular karena penularan campak
melalui droplet. Selain itu periksakan balita ke dokter dan berilah obat yang teratur supaya
cepat sembuh. Berikan penyuluhan tentang lingkungan yang bersih supaya masyarakat
terhindar dari berbagai penyakit.
Kesimpulan
Melalui pembahasan diatas pemberian imunisasi campak pada balita sangat penting
dilakukan. Selain pemberian imunisasi, pola hidup sehat serta membangun lingkungan yang
sehat pun dapat mencegah terjadinya campak. Pengobatan campak harus dilakukan dengan
tepat supaya penyakit ini tidak menular dan pengobatan dituntaskan selama waktu yang
ditentukan dengan tidak absen seharipun. Jadi terjadinya campak karena adanya interaksi
antara pejamu, bibit penyakit, dan lingkungan.
Daftar pustaka1. Yusna D, Hartanto H. Infeksi. Dalam: Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri.
Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2008. h. 91.2. NSW Government. Campak. Australia: NSW government health. Diunduh dari
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-pdfs/parenting/8400/doh-8400-ind.pdf, 18 November 2013.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.h.225
6
Faktor yang Mepengaruhi Kejadian Luar Biasa pada Penyakit Campak Tinjauan Pustaka
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.h.129-30.
5. Pusat Biomedis dan Teknologi Kesehatan Dasar. Investigasi dan penyelidikan epidemiologi kejadian luar biasa campak di puskesmas Kotabumi, kab. Lampung Utara, provinsi Lampung, 3 Oktober 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan. 9 Oktober 2013.
6. Rajab W. Penyebab penyakit. Dalam: Ester M, penyunting. Buku ajar epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2008.h.31-5.
7. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC;2005.h.8-12.8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2006.h.14.
7