Makalah Pbl Respirasi 2 Blok 18
description
Transcript of Makalah Pbl Respirasi 2 Blok 18
Menjelaskan Hubungan Sesak Nafas Seorang Perokok dengan Batuk Berdahak
Kental Berwarna Putih.
Christine Merlinda Timotius
102011448
C1
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Skenario 9
Tn A, usia 28 tahun di bawa keluarganya ke UGD RS UKRIDA karena sesak nafas sejak
12 jam sebelum masuk RS. Pasien tidak demam, batuk ada sejak 3 hari lalu dahak sulit
keluar, jika keluar kental berwarna putih, tidak terdapat nyeri dada. Pasien mengatakan
sesaknya memang sering timbul 2 bulanan ini, namun tidak sesesak sekarang. Sesak
nafasnya biasa muncul pada malam hari. Pasien juga mengatakan lebih mudah sesak
terutama saat suasana dingin dan berdebu. Seingat pasien dalam 1 bulan terakhir dirinya
sudah 4x sesak saat dini hari. Menurut keluarga pasien biasa sesak-sesak yang dialami
sebelumnya mereda seiring waktu dengan pasien beristirahat. Pasien sebelumnya belum
pernah berobat untuk keluhan sesak nafasnya. Riwayat merokok sejak usia 17 tahun.
Pendahuluan
Batuk dan sesak napas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan.
Keduanya bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang
menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan batuk dan sesak napas
sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. Sehingga banyak
sekali pasien yang datang ke dokter karena kedua keluhan ini. Oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mengetahui patofisiologi dan tinjauan klinis dari keduanya. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih mendalam
mengenai hubungan sesak napas seorang perokok dengan batuk berdahak kental berwarna
putih.
* Studi Literatur
* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pembahasan
Anatomi Pernapasan
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan
udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan
kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Alat – alat pernapasan pada manusia
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda
asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek
dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat
rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang
masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan
juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
3. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring
disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang
cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi
utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya
udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada
waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu
bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan
bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
4. Trakea
Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Di paru-paru
trakea bercabang dua membentuk bronkus. Dinding tenggorokan terdiri atas tiga lapisan
berikut.
1. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.
2. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea tersusun atas
16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian belakang cincin tulang
rawan ini tidak tersambung
dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan trakea tetap
terbuka.
3. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak
lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat
menghirup udara.
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju bagian
belakang mulut. Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk.
Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju
paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih
panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan
paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama
dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus
akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus
sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
5. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi saluran
yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang
rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus.
6. Alveolus
Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal: alveolus), struktur berbentuk bola-bola mungil
yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli
memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga
alveolus.
7. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh siuatu sekat
disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-
paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan
gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas dan
gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru (pleura).
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara
pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml.
Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya.
Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara komplementer,
volumenya lebih kurang 1500 ml.
Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuat-
kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer,
volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata dalam
paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu lebih kurang 1500 ml.
Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer disebut
kapasitas vital paru-paru.1
Mekanisme Inspirasi dan Ekspirasi
a.
Per
nap
asa
n
Dad
a
Per
nap
asan
dad
a
adal
ah
pern
apas
an
yan
g
meli
batk
an
otot
anta
r
tula
ng
rusu
k.
Me
kani
sme
nya
dap
at
dibe
dak
an
seba
gai
beri
kut.
1
.
Fas
e
insp
iras
i.
Fas
e
ini
ber
upa
ber
kon
trak
siny
a
otot
anta
rtul
ang
rusu
k
sehi
ngg
a
ron
gga
dad
a
me
mbe
sar,
akib
atny
a
teka
nan
dala
m
ron
gga
dad
a
men
jadi
lebi
h
keci
l
dari
pad
a
teka
nan
di
luar
sehi
ngg
a
uda
ra
luar
yan
g
kay
a
oksi
gen
mas
uk.
2
.
Fas
e
eks
pira
si.
Fas
e
ini
mer
upa
kan
fase
rela
ksas
i
atau
kem
bali
nya
otot
anta
ra
tula
ng
rusu
k ke
posi
si
sem
ula
yan
g
dik
uti
oleh
turu
nny
a
tula
ng
rusu
k
sehi
ngg
a
ron
gga
dad
a
men
jadi
keci
l.
Seb
agai
akib
atny
a,
teka
nan
di
dala
m
ron
gga
dad
a
men
jadi
lebi
h
bes
ar
dari
pad
a
teka
nan
luar
,
sehi
ngg
a
uda
ra
dala
m
ron
gga
dad
a
yan
g
kay
a
kar
bon
dio
ksid
a
kelu
ar.
b. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai
berikut.
1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga
udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma
(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.1
Sesak Napas (dispnea)
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonar. Seorang yang mengalami dispnea sering mengeluh napasnya
pendek atau merasa tercekik. Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus, trapezius, pectoralis mayor),
pernapasan cuping hidung, tachypnea (frekuensi pernapasan yang lebih cepat dari normal 12
hingga 20 kali permenit yang dapat muncul dengan atau tanpa dispnea), dan hiperventilasi
(ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan
pengeluaran CO2 normal). Sesak napas tidak selalu menunjukan adanya penyakit, orang
normalpun akan mengalami hal yang sama jika melakukan aktivitas yang berlebih. Gejala
lelah berlebih harus dibedakan dari dispnea. Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk
menimbulkan dispnea bergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan
fisik dan terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan itu.2
Skala dispnea (American Thoracic Society)2
Tingkat Derajat Kriteria
0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas
kecuali dengan aktivitas
berat.
1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas,
napas pendek-pendek ketika
terburu-buru atau ketika
berjalan menuju puncak
landai.
2 Sedang Berjalan lebih lambat
daripada kebanyakan orang
berusia sama karena sulit
bernapas atau harus berhenti
berjalan untuk bernapas.
3 Berat Berhenti berjalan setelah 90
meter (100yard) untuk
bernapas atau setelah
berjalan beberapa menit.
4 Sangat berat Terlalu sulit untuk bernapas
bila meninggalkan rumah
atau sulit bernapas ketika
memakai baju atau membuka
baju.
Sebab sesak
Penyakit Saluran Napas Asma, Bronkitis kronis, Emfisema,
sumbatan laring, tertelan benda asing.
Penyakit Parenkimal Pneumonia, gagal jantung kongestif, Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
Pulmonary infiltrates with eosinophilia (PIE)
Penyakit Vaskular Paru Emboli paru, Kor pulmonal, Hipertensi paru
primer, penyakit veno-oklusi paru
Penyakit Pleura Pneumotoraks, Efusi pleura, hemotoraks,
Fibrosis.
Penyakit Dinding Paru Trauma, Penyakit neurologik, Kelainan
tulang.
Hubungan sesak napas dengan perokok?
Sejak awal merokok dimulai dengan sesak nafas ringan dan batuk sesekali. Sejalan dengan
progresifitas penyakit gejala semakin lama semakin berat. Ini dikarenakan pada rokok
terkandung berbagai efek negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu
orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena diisap,
tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon monoksida).
Nikotine yang terhirup sebagian diabsorpsi oleh mukosa mulut saat asap rokok sementara
masih dirongga mulut. Sebagian lagi masuk bersama udara napas ke dalam saluran napas dan
paru mencapai alveolus. Di membran alveol-kapiler nikotin mengalami difusi dan cepat
masuk ke peredaran darah. Dalam waktu singkat, sesudah asap rokok terhirup, nikotine dapat
mencapai otak dan ditimbun disitu, selebihnya lagi ditimbun di jaringan otot (skelet,jantung)
dan sebagainya.3
Komponen rokok:
Gambar diunduh : http://semangatku.com/278/kesehatan/mengenal-bahaya-akibat-rokok-dan-cara-berhenti-merokok/
Tar dan Asap Rokok
Tar dan asap rokok merangsang jalan napas, dan tar tersebut tertimbun disaluran itu yang
menyebabkan:
- Batuk-batuk atau sesak napas
- Tar yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan kanker jalan napas,lidah atau bibir.
Nikotin
Nikotin merangsang bangkitnya adrenalin hormon dari anak ginjal yang menyebabkan:
- Jantung berdebar-debar
- Meningkatkan tekanan darah serta kadar kholesterol dalam darah,yang erat dengan
terjadinya serangan jantung
Gas CO (Karbon Monoksida)
Gas CO juga berpengaruh negatif terhadap jalan napas dari pembuluh darah. Karbon
monoksida lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen. Oleh sebab itu, darah
orang yang kemasukan CO banyak, akan berkurang daya angkutnya bagi oksigen dan orang
dapat meninggal dunia karena keracunan karbon monoksida. Pada seorang perokok tidak
akan sampai terjadi keracunan CO, namun pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan
sedikit demi sedikit, dengan lambat namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan napas
dan pada pembuluh darah.
Kenapa bisa terjadi nyeri dada?
Ada berbagai penyebab nyeri dada, tetapi nyeri yang paling khas pada penyakit paru adalah
nyeri akibat radang pleura (pleuritis). Hanya lapisan parietalis pleura yang merupakan sumber
nyeri karena pleura viseralis dan parenkim paru dianggap sebagai organ yang tidak peka.
Umumnya pleuritis terjadi mendadak, tapi juga dapat timbul secara bertahap. Nyeri terjadi
pada tempat peradangan dapat diketahui dengan tepat. Nyeri itu bagaikan teriris-iris dan
tajam, diperberat dengan batuk, bersin dan napas yang dalam; sehingga pasien sering
bernapas cepat dan dangkal, serta menghindari gerakan-gerakan yang tidak diperlukan. Nyeri
dapat sedikit diredakan dengan menekan daerah yang terkena peradangan tersebut.2,4
Penyebab nyeri pleuritik 3
Gangguan Mekanis Pneumotoraks, Hemotoraks
Gangguan Peradangan Infeksi, Infark paru
Neoplasma Paru Primer, Metastasis
Penyakit Autoimun Lupus Eritematosus sistemik, Artritis
Reumatoid, Skleroderma
Hubungan dengan demam?
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan
dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara
36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C
atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C. Demam terjadi karena
adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.5
Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien.
Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah
pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari
pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini
pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat
mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi. Proses terjadinya demam dimulai dari
stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan
patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi
panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh
naik ke patokan yang baru tersebut. Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase
demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan
peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan
merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah
meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan
panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.6,7
Tipe demam yang sering dijumpai antara lain8:
Tipe-tipe demam Jenis demam Penjelasan
Demam septik Pada demam ini, suhu badan
berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas
normal pada pagi hari.
Demam hektik Pada demam ini, suhu badan
berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat yang
normal pada pagi hari
Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat
turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal
Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun
ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi
suhu sepanjang hari yang tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu
badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam
untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Anamnesa
Pertanyaan yang dapat diajukan berdasarkan skenario :
1. Sesak napasnya sejak kapan?
2. Sesaknya terjadi diwaktu-waktu tertentu atau terus-terusan sesak?
3. Batuknya sudah sejak kapan?
4. Batuknya terus-terusan atau hilang timbul (malam saja/pagi saja/siang saja/tidak
menentu)?
5. Batuknya berdahak atau tidak? Kalau ada dahaknya warna apa? Ada darah atau tidak?
Dahaknya itu banyak atau tidak?
6. Nyeri dadanya timbul sejak kapan? Nyerinya itu menusuk tajam atau terasa teriris-
iris?
7. Demamnya sejak kapan? Menggigil atau tidak?
Pada skenario :
Autoanamnesis : Tn. A, 28 tahun
Keluhan utama : - Sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk RS,
- Tidak demam,
- Batuk ada sejak 3 hari lalu dahak sulit keluar kental berwarna
putih,
- Tidak terdapat nyeri dada.
Riwayat penyakit sekarang : - Sesak sering timbul 2 bulanan ini, tapi tidak sesesak
sekarang
- Muncul pada malam hari.
- Lebih mudah sesak terutama saat suasana dingin dan
berdebu.
- Dalam 1 bulan terakhir dirinya sudah 4x sesak saat
dini hari.
Riwayat penyakit D ahulu : - Sesak tapi tidak sesesak sekarang dan mereda
waktu istirahat
Riwayat Sosial/ekonomi : Merokok sejak usia 17 tahun.
Berdasarkan gejala skenario di atas ada kemungkinan diduga pasien tersebut menderita
penyakit dibawah ini:
1. Asma Bronkial
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel dan
elemen seluler yang memegang peranan penting terutama eosinofil, T limfosit,
makrofag, netrofil dan epitel; inflamasi ini menyebabkan episode mengi, sesak napas,
dada terasa penuh, batuk, terutama pada malam atau pagi hari.
Diagnosis ditegakan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, misalnya Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV)
berfungsi untuk mendiagnosis asma dan tingakatannya. Skin test : Berfungsi untuk
mengetahui penyebab dari asma.2
2. Bronkitis Kronik dan Emfisema
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun
selama 2 tahun berturut-turut dan produksi sputum yang berlebihan(ekspektorasi)
dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman akibat batuk kronik berdahak
tersebut. Bronkitis Kronik dan Emfisema merupakan proses yang berbeda, tapi kedua
penyakit ini sering ditemukan bersama-sama pada penderita COPD (Penyakit Paru
Obstruktif Kronis). COPD menyerang pria dua kali lebih banyak daripada wanita,
diperkirakan karena pria adalah perokok berat; tetapi insiden pada wanita meningkat
600% sejak tahun 1950, dan diperkirakan akibat perilaku merokok mereka. Temuan
patologis utama pada bronchitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi sel-sel radang dan
edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala
khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan
dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang
lazim terjadi di daerah industri. Sedangkan emfisema dibagi menurut bentuk asinus
yang terserang. Ada dua bentuk yang paling penting sehubungan dengan COPD:
1. Emfisema sentrilobular (CLE), secara selektif hanya menyerang bagian
bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris. CLE seringkali lebih berat
menyerang bagian atas paru, tetapi akhirnya cenderung tersebar tidak merata.
CLE banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita, biasanya berhubungan
dengan bronchitis kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak
merokok.
2. Emfisema Panlobular (PLE), bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus
yang terletak distal dari bronkiolus terminalis mengalami pembesaran serta
kerusakan secara merata; mengenai bagian asinus yang sentral maupun yang
perifer. PLE mempunyai gambaran yang khas yaitu : tersebar merata diseluruh
paru, meskipun bagian-bagian basal cenderung terserang lebih parah.
PLE,tapi tidak CLE, juga ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer. Jenis
emfisema ini ditandai dengan peningkatan resistensi jalan napas yang berlangsung lambat
tanpa adanya bronchitis kronik, mula timbulnya dini dan biasanya memperlihatkan gejala-
gejala pada usia antara 30 dan 40 tahun. Emfisema dapat terjadi pada seseorang dengan
kebiasaan merokok lebih dari 20 batang perhari dan kebiasaan merokok tersebut sudah terjadi
selama 20 tahun.
Diagnosis dapat ditegakkan pada bronchitis kronik dengan cara pemeiksaan radiologi
(rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah sedangkan pada emfisema (Standar baku emas)
secara anatomi saat ini adalah High Resolution Computed Tomography, namun tidak semua
rumah sakit di Indonesia memiliki alat tersebut.2,3
Demikianlah, pembahasan yang dapat saya bagikan. Sekian dan Terima Kasih.
Daftar Pustaka
1. Ethel Sloane. Anatomi dan fisiologi untuk pemula Edisi pertama. Jakarta: EGC; 2004.
2. Sylvia A..Prince, Lorraine M wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta.EGC. 2006. Hal 773-789.
3. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus SimadibrataK., Siti
Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2006. Hal 969-1044.
4. Underwood, JCE. Patologi umum dan sistematik Volume 2 Edisi 2. Jakarta:
EGC;1999.
5. Dinarello CA, Gelfand JA. 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper DL, Fauci AS,
Longo DL, Braunwald E, Hauser SL and Jameson JL (Ed.). Harrison’s principles of
internal medicine. McGraw-Hill. New York. p: 104-108.
6. Dalal S, Zhukovsky DS. Pathophysiology and management of fever. J Support Oncol
4:(1): 9-16, 2006. PMID: 16444847.
7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001.
8. Nelwan, R.H.H. 2007. Demam: Tipe dan Pendekatan dalam Sudoyo, Aru W. et.al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.