Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

33
BAB II ISI A. Landasan Teori Kehilangan gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan migrasi dan rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporo mandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung, kelainan bicara, memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek terhadap jaringan lunak mulut (Haryanto dkk., 1995). Oleh karena itu, kehilangan gigi dapat dirawat dengan menggantinya dengan gigi tiruan yang merupakan bidang prostodonsia. Menurut definisi ADA (American Dental Association), prostodonsia adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian yang padan/sesuai bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan (Haryanto dkk., 1995). Secara garis besar, prostodonsia dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu: 1. Prostodonsia lepasan Prostodonsia lepasan adalah ilmu geligi tiruan lepasan yang terbagi lagi menjadi 2 macam, yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan 4

description

Jurusan Kedokteran Gigi UNSOED

Transcript of Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

Page 1: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

BAB II

ISI

A. Landasan Teori

Kehilangan gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan migrasi dan

rotasi gigi, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi

temporo mandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung, kelainan bicara,

memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek

terhadap jaringan lunak mulut (Haryanto dkk., 1995). Oleh karena itu,

kehilangan gigi dapat dirawat dengan menggantinya dengan gigi tiruan yang

merupakan bidang prostodonsia. Menurut definisi ADA (American Dental

Association), prostodonsia adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian

yang padan/sesuai bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli

yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman

dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan (Haryanto dkk.,

1995). Secara garis besar, prostodonsia dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu:

1. Prostodonsia lepasan

Prostodonsia lepasan adalah ilmu geligi tiruan lepasan yang terbagi

lagi menjadi 2 macam, yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan

penuh/lengkap. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang

menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas

sendiri oleh pasien dari mulutnya. Gigi tiruan penuh/lengkap adalah gigi

tiruan lepasan yang menggantikan semua/seluruh gigi asli dan struktur

pendukungnya yang telah hilang pada rahang atas dan rahang bawah

(Bakar, 2012).

2. Prostodonsia cekat

Prostodonsia cekat adalah ilmu geligi tiruan cekat (Haryanto dkk.,

1995). Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang

menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas

dengan mudah, baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini

4

Page 2: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

5

dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli

yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Bakar, 2012).

3. Prostetik maksilo fasial

Prostetik maksilo fasial adalah prostetik yang mengenai wajah dan

tulang rahang (Haryanto dkk., 1995).

Menurut Bakar (2012), gigi tiruan berdasarkan saat pemasangannya

dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Immediate protesa: segera dipasang setelah pencabutan

2. Conventional protesa: tidak segera dipasang setelah pencabutan

Gigi tiruan yang digunakan dan dipasang, memerlukan suatu jaringan

pendukung, agar gigi tiruan nyaman digunakan dan tidak cepat lepas bila

menggunakan gigi tiruan lepasan. Jaringan pendukung untuk gigi tiruan

didapatkan dari gigi asli, mukosa ujung bebas, maupun kombinasi dari gigi asli

dan mukosa ujung bebas (Bakar, 2012). Terdapat banyak macam klasifikasi

untuk kehilangan gigi seperti klasifikasi Kennedy, Applegate Kennedy, Miller,

Swenson, Soelarko, Cummer, dan lain-lain. Namun, klasifikasi yang paling

banyak digunakan adalah klasifikasi Applegate Kennedy.

B. Pembahasan

SKENARIO PBL 1

HK, 23 tahun, seharian ini tampak bersungut-sungut pasalnya sudah

hampir 1 tahun ini ia selalu dipanggil Pak ketika ditempat umum. Padahal HK

belum juga lulus dari kuliahnya apalagi menikah dan punya anak. Semua ini

berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpanya 1,5 tahun yang lalu.

Meskipun HK tidak mengalami cedera kepala atau cedera lain yang serius,

akan tetapi kecelakaan itu mengakibatkan HK harus merelakan 5 gigi depannya

dicabut.

Diskusikanlah dengan metode seven jumps!

Page 3: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

Gigi Sehat

Klasifikasi Gigi Hilang

Macam-macam perawatan

DirawatTidak Dirawat

Etiologi

Dampak

Gigi Hilang

Indikasi Penatalaksanaan

6

1. Step 1: Clarifying Unfamiliar Term/Klarifikasi Istilah

Tidak ditemukan istilah sulit yang perlu diklarifikasi dari skenario kasus.

2. Step 2: Problem Definition/Menguraikan Masalah

a. Perawatan apa yang sebaiknya dilakukan berdasarkan skenario kasus?

b. Apakah akibat tidak adanya perawatan dalam skenario kasus?

c. Sebutkan jenis klasifikasi kehilangan gigi dalam skenario kasus?

d. Apa alasan perlunya dilakukan perawatan dalam skenario kasus?

e. Apa saja indikasi untuk perawatan pada skenario kasus?

Gambar. Bagan Masalah

3. Step 3: Brainstorm/Curah Pendapat

a. Etiologi Gigi Hilang

1) Trauma

2) Karies

3) Penyakit Sistemik; DM (Diabetes Mellitus)

4) Fisiologis; usia

5) Anomali pertumbuhan gigi; anodonsia

Page 4: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

7

6) Penyakit periodontal

b. Klasifikasi Kehilangan Gigi

1) Klasifikasi Kennedy

a) Bilateral gigi posterior

b) Unilateral gigi posterior

c) Salah satu rahang pada gigi antara posterior/anterior

d) Kehilangan gigi melewati garis median

Kekurangan dari klasifikasi ini adalah hanya bisa melihat giginya saja.

2) Modifikasi Applegate Kennedy

a) Kelas I : Bilateral Free End.

b) Kelas II: Unilateral Free End.

c) Kelas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang

masih ada dibagian posterior.

d) Kelas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan

melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak

ada modifikasi.

e) Kelas V: Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior

tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan

daya kunyah.

f) Kelas VI: Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan.

g) Kelas VII: Kehilangan setengah rahang tapi separuh gigi posterior

masih ada

h) Kelas VIII: Kehilangan setengah rahang tapi separuh gigi anterior

masih ada

3) Klasifikasi Swenson

a) Kelas I: Unilateral free end

b) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end

c) Kelas III: Bounded sadle

d) Kelas IV: Anterior tooth supported

Page 5: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

8

4) Klasifikasi Miller

a) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus

berhadapan dan tegak lurus dengan median line

b) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum

melewati median line.

c) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, sehingga akan berbentuk

segitiga

d) Kelas IV: Memakai 4 klamer

5) Klasifikasi Soelarko

a) Kelas I: Bersandaran bebas

b) Kelas II: Bersandaran ganda

c) Kelas III: Modifikasi kelas 1 dan 2 dan terdiri dari 3 divisi

c. Dampak Gigi Hilang yang Tidak Dirawat

1) Processus alveolaris menyusut (kempot)

2) Pengucapan huruf tidak jelas

3) Drifting/rotasi gigi

4) Kelainan bicara

5) Temporo Mandibular Disorder pada Temporo Mandibular Joint

6) Ekstrusi gigi antagonis

7) Beban berlebih

8) Gangguan pencernaan

9) Keausan gigi

10) Banyak kalkulus karena pengunyahan satu sisi

11) Mengganggu estetika

12) Bentuk wajah turun (brachiochepali)

13) Resesi gingiva di gigi tetangga yang hilang

14) Makroglosia pada hilang gigi seluruhnya

15) Kenyamanan mengunyah berkurang

Page 6: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

9

d. Macam-macam Perawatan

Secara umum dibagi 2, yaitu:

1) Fix/cekat

2) Removable sebagian dan penuh

a) GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)

Menggantikan gigi yang mengalami kehilangan di sebagian

gigi dan dapat dilepas sendiri oleh pasien.

Dalam skenario kasus dapat digunakan cekat (implan) dengan

syarat gigi penyangganya masih kuat. Perlu diperhatikan kenyamanan

pasien pengguna gigi tiruan.

e. Indikasi

1) GTSL

a) Kehilangan gigi sebagian

b) Tidak ada penyakit sistemik

c) Pasien kooperatif

d) Gigi yang masih ada tidak kuat menjadi penjangkar

e) Keadaan gigi di rongga mulut baik

f) Tidak alergi bahan-bahan gigi tiruan lepasan

g) Tetap perlu gigi penyangga

2) Cekat

a) Hygiene rongga mulut baik

b) Adanya gigi penjangkar

c) Tidak ada penurunan tulang alveolar

d) Pasien tidak alergi bahan-bahan gigi tiruan cekat

f. Penatalaksanaan

Dilihat pertimbangan dari gigi yang masih ada, adanya alveolar

bone, kuat menjadi penyangga apa tidak, penjangkaran juga dilihat dulu.

Tahap pembuatan gigi tiruan adalah sebagai berikut:

1) Pencetakan gigi

Page 7: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

10

2) Pemilihan warna gigi

3) Design gigi tiruan

4) Proses; bisa dilakukan sendiri atau di lab

5) Insersi (retensi, oklusi, stabilisasi)

6) Kontrol

7) Edukasi pasien terhadap pemakaian gigi tiruan

4. Step 4: Analyzing The Problem/Menganalisa Permasalahan Detail

a. Etiologi Gigi Hilang

Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti

karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya

hidup dan faktor sosio-demografi juga berpengaruh terhadap kehilangan

gigi. Kehilangan gigi geligi meningkat seiring dengan bertambahnya usia

akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit periodontal

(repository.usu.ac.id).

1) Faktor Penyakit

Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang

paling sering terjadi pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies

merupakan penyakit infeksi pada gigi. Karies pada gigi yang tidak

dirawat dapat bertambah buruk, sehingga akan menimbulkan rasa

sakit dan berpotensial menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit

periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung

gigi yang apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi.

Penyakit periodontal dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan

resesi gingiva serta bertambah parah di usia tua (repository.usu.ac.id).

2) Faktor Bukan Penyakit

Faktor sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi jumlah kehilangan gigi. Usia lanjut mempengaruhi

kemampuan tubuh untuk melawan perubahan patologis. Secara

umum kondisi fisiologis pasien lanjut usia akan ditemui kemunduran

Page 8: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

11

pertumbuhan tulang dan tulang rahang. Resorbsi terjadi merata pada

rahang atas dan rahang bawah. Kemampuan menjaga kebersihan

rongga mulut pun menurun (Tarigan, 2005).

Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat

pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung

memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut,

menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup

yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.

Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai status ekonomi

yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan yang rendah,

sehingga dapat melakukan perawatan gigi dan mulut sesuai dengan

anjuran dokter gigi.

b. Klasifikasi Kehilangan Gigi

Dasar klasifikasi dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Berdasarkan sadel atau daerah yang tidak bergigi

a) Kennedy (Haryanto dkk., 1995)

(1) Kelas I: Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang

(bilateral).

(2) Kelas II: Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari

gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi

rahang (unilateral).

(3) Kelas III: Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang

masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya

berada pada salah satu sisi rahang (unilateral).

(4) Kelas IV: Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari

gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Page 9: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

12

b) Applegate Kennedy (Bakar, 2012)

(1) Kelas I: Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari

gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi

rahang/Bilateral Free End.

(2) Kelas II: Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari

gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi

rahang/Unilateral Free End.

(3) Kelas III: Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang

masih ada dibagian posterior.

(4) Kelas IV: Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior

dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini

tidak ada modifikasi.

(5) Kelas V: Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli

anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak

mampu menahan daya kunyah.

(6) Kelas VI: Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus

seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang

terjadi pertama kalinya dalam mulut.

c) Swenson (Wahyuningtyas, 2012)

(1) Kelas I: Unilateral free end

(2) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end

(3) Kelas III: Bounded sadle

(4) Kelas IV: Anterior tooth supported

d) Miller (Wahyuningtyas, 2012)

(1) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus

berhadapan dan tegak lurus dengan median line.

(2) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum

melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak

lurus.

Page 10: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

13

(3) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian

rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang

letaknya kira-kira di tengah protesa.

(4) Kelas IV: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis

membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa.

e) Klasifikasi Soelarko

(1) Kelas I: Bersandaran bebas

(2) Kelas II: Bersandaran ganda

(3) Kelas III: Modifikasi kelas 1 dan 2 dan terdiri dari 3 divisi

c. Dampak Gigi Hilang yang Tidak Dirawat

Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan

berbagai dampak, yaitu:

1) Fungsional

Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi

yang dapat menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan

sehingga mengganggu status nutrisi. Individu yang kehilangan gigi

sebagian atau seluruhnya hanya dapat memakan makanan yang lembut

sehingga nutrisi bagi tubuh menjadi terbatas. Populasi yang

mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi akan

mengubah pola konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat

seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan daging yang merupakan

sumber vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu hal yang sulit

bahkan tidak mungkin untuk dikunyah (repository usu.ac.id).

2) Sistemik

Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa

penyakit sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit

kardiovaskular (artherosclerosis). Penyebabnya adalah status gigi

yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Kurangnya konsumsi

kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah-buahan dan sayur-

sayuran akibat kehilangan gigi dapat meningkatkan resiko terjadinya

Page 11: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

14

osteoporosis. Selain itu, penyakit kardiovaskular dapat disebabkan

bersatunya agen infeksius dalam bentuk atheroma dan faktor

predisposisi genetik terhadap penyakit periodontal dan penyakit

(repository usu.ac.id).

3) Emosional

Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang

ditunjukkan pasien sehubungan dengan status kehilangan seluruh gigi

yang dialaminya. Kehilangan gigi dapat menimbulkan reaksi seperti

merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa tua,

perubahan tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan

gigi dan tidak ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak

memakai gigi tiruan serta mengubah tingkah laku dalam

bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan bahwa hilangnya gigi dan

pemakaian gigi tiruan berdampak pada psikososial seseorang.

4) Migrasi dan rotasi gigi

Hilangnya kesinambungan lengkung gigi dapat menyebabkan

pergeseran yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat

menahan beban misalnya beban pengunyahan, hal ini dapat merusak

struktur periodontal dan gigi mudah karies (Bakar, 2012).

5) Erupsi berlebih

Pada gigi yang tertinggal akan mengalami erupsi berlebih ke

arah daerah gigi yang hilang (Bakar, 2012).

6) Gangguan pada TMJ

Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabkan

berubahnya temporo mandibular joint (Bakar, 2012).

7) Terganggunya kebersihan mulut

Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga

makanan dapat masuk, lama-lama menimbulkan plak dan akhirnya

karies (Bakar, 2012).

Page 12: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

15

8) Beban berlebih pada jaringan pendukung

Jumlah gigi yang berkurang akibat kasus kehilangan gigi

menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan sehingga

beban yang diterima jaringan pendukung semakin besar, akibatnya

membran periodontal mudah rusak dan menyebabkan gigi menjadi

goyah (Bakar, 2012).

9) Kelainan berbicara

Apabila kehilangan gigi depan, maka huruf labio dental seperti

F, V, P, H tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga dengan

huruf linguo dental (Bakar, 2012).

d. Macam-macam Perawatan

1) Gigi Tiruan Lepasan

Gigitiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan

gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL).

a) Gigi Tiruan Penuh

Gigi tiruan penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang

menggantikan seluruh gigi geligi yang hilang dan jaringan

pendukungnya di rahang atas dan rahang bawah. Tujuan

pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik,

fonetik, dukungan oklusal, untuk pengunyahan, kenyamanan

dan kesehatan jaringan pendukung (Haryanto dkk., 1995).

b) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

GTSL adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian

dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh

pasien dari mulutnya (Bakar, 2012).

2) Gigi Tiruan Cekat

Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut

yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan tidak

dapat dilepas dengan mudah, baik oleh pasien maupun dokter

giginya. Restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada

Page 13: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

16

gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama

dari restorasi tersebut (Bakar, 2012)

e. Indikasi

1) GTSL (Yasin, 2012)

a) Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

(1) Usia: usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar,

panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut

dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya

memerlukan waktu yang lama.

(2) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum

Ante.

(3) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.

b) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end

saddle)

c) Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat

d) Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan

e) Bila membutuhkan estetik yang lebih baik

f) Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut

g) Keinginan pasien

2) GTC (Yasin, 2012)

a) Menggantikan gigi yang hilang satu atau beberapa gigi

b) Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan

periodontal relatif baik

c) Pasien berumur 20-55 tahun

f. Penatalaksanaan

Dilihat pertimbangan dari gigi yang masih ada, adanya alveolar

bone, kuat menjadi penyangga apa tidak, penjangkaran juga dilihat dulu.

Menurut Bakar (2012), tahap pembuatan gigi tiruan adalah sebagai

berikut:

Page 14: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

17

1) Pencetakan dengan teknik mukostatik

2) Pemilihan warna dan bentuk gigi

3) Pemuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan

4) Kirim ke lab atau membuat sendiri

5) Try in, cek oklusi, retensi, dan stabilisasi

6) Insersi

7) Kontrol

5. Step 5: Formulating Learning Issues/Merumuskan Tujuan Belajar

a. Analisis bagaimana gigi tiruan yang dibuat pada gigi yang baru hilang

dengan gigi yang sudah lama hilang?

b. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi!

c. Bagaimanakah beban kunyah di Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)

dan Gigi Tiruan Cekat (GTC)?

d. Bagaimana edukasi yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien

pengguna gigi tiruan?

e. Sebutkan indikasi GTSL dan GTC (meliputi gigi penjangkar juga)!

f. Bagaimana penggunaan GTSL pada pasien yang memiliki penyakit

sistemik?

6. Step 6: Self Study/Belajar Mandiri

7. Step 7: Reporting/Diskusi Hasil Belajar

a. Perbedaan Gigi Tiruan yang Dibuat Pada Gigi yang Baru Hilang dengan

Gigi yang Sudah Lama Hilang

Gigi tiruan yang dibuat pada gigi yang baru hilang termasuk pada

jenis immediate protesa atau gigi tiruan sebagian yang segera dipasang

setelah pencabutan. Pada jenis ini, gigi tiruan dimasukkan 1-2 mm pada

soket gigi yang hilang tersebut (Husodo, 2013). Sedangkan pada gigi

yang sudah lama hilang, maka termasuk jenis conventional protesa atau

tidak segera dipasang setelah pencabutan. Karena dipasang dalam jangka

Page 15: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

18

waktu lama setelah gigi hilang, maka soket pada daerah gigi yang hilang

akan tertutup, sehingga gigi tiruan tidak dimasukkan atau dibenamkan di

dalam soket. Tidak dapat langsung diberikan gigi tiruan. Lamanya waktu

kehilangan gigi menjadi pertimbangan dokter gigi, misalnya sudah lama

hilang maka akan terjadi kelainan seperti ada gigi yang mengalami rotasi

sehingga akan menentukan jenis perawatan. Kondisi tulangnya pun

diperhatikan apalagi jika berhubungan dengan trauma. Ketinggian tulang

alveolar perlu diperhatikan, setelah pencabutan ada proses selama 8

minggu untuk pemadatan tulang alveolar. Apabila pencabutan sudah

lama, maka ada resorpsi tulang alveolar, untuk rahang atas resorpsi

tulang ke arah atas sedangkan rahang bawah ke arah bawah dan dalam.

Gigi hilang yang telah lama akan memperlihatkan kerusakan karena

beban kunyah yang berlebihan. Immediate denture digunakan untuk gigi

yang hilang/ekstraksi pada saat itu dipasang dan hanya bersifat

sementara.

b. Klasifikasi Kehilangan Gigi

Dasar klasifikasi dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Berdasarkan sadel atau daerah yang tidak bergigi

a) Kennedy (Haryanto dkk., 1995)

(1) Kelas I: Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang

(bilateral)

(2) Kelas II: Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari

gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi

rahang (unilateral)

(3) Kelas III: Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang

masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya

berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)

(4) Kelas IV: Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari

gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang

Page 16: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

19

b) Applegate Kennedy (Bakar, 2012)

(1) Kelas I : Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior

dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi

rahang/Bilateral Free End.

(2) Kelas II : Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior

dari gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi

rahang/Unilateral Free End.

(3) Kelas III : Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi

yang masih ada dibagian posterior.

(4) Kelas IV : Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian

anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk

kelas ini tidak ada modifikasi.

(5) Kelas V : Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli

anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak

mampu menahan daya kunyah.

(6) Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus

seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang

terjadi pertama kalinya dalam mulut.

Terdapat beberapa ketentuan dalam klasifikasi ini, yaitu:

1) Dilakukan setelah semua pencabutan dilaksanakan

2) Bila gigi 8 hilang dan tidak akan diganti, maka tidak masuk

klasifikasi

3) Bila gigi 8 hilang da akan diganti, maka masuk klasifikasi

4) Bila gigi 7 hilang dan tidak diganti, maka tidak masuk

klasifikasi

5) Bagian tak bergigi paling posterior menentukan kelas utama

dalam klasifikasi

6) Daerah tak bergigi lain, disebut Modifikasi

7) Luas modifikasi/jumlah gigi tidak diperhitungkan

8) Kelas IV Kennedy tidak ada modifikasi

Page 17: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

20

c) Swenson (Wahyuningtyas, 2012)

Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy, yaitu:

(1) Kelas I: Unilateral free end

(2) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end

(3) Kelas III: Bounded sadle

(4) Kelas IV: Anterior tooth supported

d) Austin Lidge (Wahyuningtyas, 2012)

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan

wilayah daerah gigi yang hilang, yaitu:

(1) Daerah gigi yang hilang anterior: A

(2) Daerah gigi yang hilang posterior: P

Pada masing-masing daerah tersebut dibagi 2 lagi dengan batas

median line.

2) Berdasarkan pada letak retainer

a) Miller (Wahyuningtyas, 2012)

(1) Kelas I: Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus

berhadapan dan tegak lurus dengan median line

(2) Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum

melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum

tegak lurus

(3) Kelas III: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian

rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang

letaknya kira-kira di tengah protesa

(4) Kelas IV: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis

membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa

b) Cummer (Wahyuningtyas, 2012)

(1) Kelas I: Protesa dengan 2 retensi direct, letaknya diagonal,

berorientasi pada frame protesa

(2) Kelas II: Protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila

dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line

Page 18: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

21

(3) Kelas III: Protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada

1 sisi/bidang

(4) Kelas IV: protesa dengan 3-4 klamer, bila dihubungkan dengan

garis membentuk segi empat dan berada di tengah protesa

c. Beban kunyah di GTSL dan GTC

1) GTSL

Prinsip dasar desain GTSL adalah memelihara atau

mempertahankan kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan sebagian

lepasan dengan memperhatikan:

a) Distribusi tekanan yang luas (melalui cengkeraman)

b) Mempersamakan tekanan (keseimbangan kiri dan kanan)

c) Physiologic basing (tekanan fisiologis pada mukosa di bawah

basis)

Bila gigi hilang gigi belakang dimana beban kunyah besar, sedangkan

gigi penjangkarnya kurang kuat untuk mendukung beban kunyah yang

besar tersebut, maka sebaiknya dibuatkan GTS gingiva.

Menurut Haryanto (1995), macam-macam gigi tiruan sebagian

menurut jaringan pendukungnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Gigi Tiruan Sebagian (GTS) paradental/tooth supported:

cengkeram yang dipakai adalah cengkeraman paradental. Gigi

penjangkar sedapat mungkin dekat dengan gigi yang hilang,

kecuali bila mengganggu estetis. Basis tidak perlu terlalu luas.

Dukungannya berupa gigi asli.

b) GTS gingival/mucosa supported: cengkeram yang dipakai adalah

ginggival, gigi penjangkar sedapat mungkin dekat dengan gigi yang

hilang, basis dibuat seluas mungkin. Dukungannya berupa mukosa

ujung bebas.

c) GTS kombinasi paradental-gingival/mucosa and tooth supported:

cengkeram yang dipakai adalah pada sisi paradental menggunakan

paradental, pada sisi gingival menggunakan cengkeram gingival.

Page 19: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

22

Pada satu sisi tidak boleh ada cengkeram paradental dan gingival

bersama-sama. Basis pada sisi paradental tidak luas, sedangkan

pada sisi gingival luas.

Pada protesa dukungan gigi, gaya kunyah disalurkan kepada gigi

pendukung, membrana periodontal, baru kemudian kepada tulang.

Jika jaringan yang menjadi pendukung geligi tiruan, gaya kunyah

disalurkan kepada jaringan lunak lalu ke tulang.

2) GTC

Gaya kunyah pada geligi tiruan cekat disalurkan kepada gigi

pendukung, membrana periodontal, baru kemudian ke jaringan tulang

(dukungan gigi) (Haryanto dkk., 1995).

d. Edukasi yang Diberikan oleh Dokter Gigi Pada Pasien Pengguna Gigi

Tiruan

1) Pemeliharaan protesa

Plak pada gigi tiruan 50% dapat dihilangkan dengan cara

mekanik yaitu dengan cara menyikat dengan kapas/sikat bulu lembut

gigi tiruan setiap pagi dan malam, 20-30% dapat dihilangkan secara

kimiawi yaitu dengan merendam gigi tiruan dalam air, cairan cleanser

selama 5-10 menit atau larutan desinfektan pada malam hari dan 80%

dapat dihilangkan dengan kombinasi mekanik dan kimiawi.

Dianjurkan untuk membuka gigi tiruan pada malam hari atau selama

6-8 jam setiap hari untuk mengurangi berkontaknya mukosa dengan

plak gigi tiruan. Berhati-hati ketika membersihkan gigi tiruan karan

mudah fraktur (repository.usu.ac.id).

2) Pemeliharaan rongga mulut

Pasien diminta untuk menjaga oral hygiene nya. Pasien harus

tahu kekurangan GTSL, kontrol.

Untuk pasien pengguna immediate denture dapat diberikan

edukasi berupa mengunyah pada semua sisi, termasuk pada sisi yang

terdapat gigi tiruannya, tidak boleh makan makanan yang panas,

Page 20: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

23

dikompres air dingin paska ekstraksi selama 15 menit, dan kumur-kumur

air hangat yang dicampur garam. Pada pasien yang akan mengenakan

gigi tiruan pertama kali, perubahan neuromuskular bisa memperbesar

waktu yang diperlukan untuk adaptasi gigi tiruan. Kepada pasien perlu

diajarkan bahwa masalah ini dialami oleh semua pemakai gigi tiruan.

Suruh pasien membiasakannya demi kepentingan dirinya sendiri

sehingga gigi tiruan tersebut lama kelamaan terasa menjadi bagian dari

organ rongga mulut (Tarigan, 2005)

e. Indikasi GTSL dan GTC

1) GTSL (Yasin, 2012)

a) Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

(1) Usia: usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar,

panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut

dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya

memerlukan waktu yang lama.

(2) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum

Ante.

(3) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.

b) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end

saddle)

c) Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat

d) Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan

e) Bila membutuhkan estetik yang lebih baik

f) Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut

g) Keinginan pasien

2) GTC (Yasin, 2012)

a) Menggantikan gigi yang hilang satu atau beberapa gigi

b) Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan

periodontal relatif baik

c) Pasien berumur 20-55 tahun

Page 21: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

24

Berikut ini adalah syarat umum gigi penjangkar, yaitu:

a) Gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan

sempurna

b) Bentuk anatomis dan besarnya normal

c) Tidak ada kerusakan atau kelainan. Misalnya tambalan yang besar,

karies, hypoplasia, konus

d) Posisi dalam lengkung gigi normal

e) Keadaan akar gigi: bentuk ukurannya normal, tertanam dalam

tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3, jaringan

periodontal sehat, tidak ada kelainan periapikal

f) Sedapat mungkin tidak goyang

f. Penggunaan GTSL pada pasien yang memiliki penyakit sistemik

1) Diabetes Mellitus (DM)

Masih dapat dilakukan GTSL dengan syarat DM nya

terkontrol. Menghindari perawatan yang menyebabkan luka. Pada

pasien DM dibuat desain gingival mengingat keadaan dari sisa gigi

yang ada sering goyang. Penderita DM biasanya mengalami

xerostomia, apabila terjadi xerostomia, maka gaya adhesi dan gaya

kohesi akan berkurang sehingga harus diberi obat namun hindari obat

yang mengandung karbohidrat, pada desain GTSL nya juga dapat

diberikan modifikasi reservoir saliva buatan. Pasien dan dokter gigi

harus kooperatif dan kontrol lebih sering, pasien juga diharapkan

berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Pemeriksaan

penunjang seperti roentgen juga diperlukan untu mengetahui kelainan

terutama pada pasien yang ingin dibuatkan gigi tiruan cekat.

2) Epilepsi

Penderita epilepsi apabila kumat, maka gigi tiruan akan

mengalami fraktur, sehingga GTSL kurang aman untuk penderita ini.

Page 22: Lap. PBL 1 Blok Dental Rehab. BAB 2

25

3) Osteoporosis

Pada penderita osteoporosis, pemakaian gigi tiruan akan

mempercepat resorpsi tulang, karena adanya tekanan dari basis.