Pbl Blok 16 Diare

download Pbl Blok 16 Diare

of 15

Transcript of Pbl Blok 16 Diare

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    1/15

    1

    Inflammatory Bowel Disease (IBD)

    Arista Juliani Walay

    102010274

    13 Mei 2012

    Universitas Kristen Krida Wacana

    Alamat korespondensi :

    [email protected]

    Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl.Terusan arjuna no.6 Jakarta Barat 11510

    Pendahuluan

    Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

    biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair

    (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO

    (1980), diare adalah buang air besar encer, atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi

    dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu dirare akut dan diare kronik. Diare menetap selama

    beberapa minggu atau bulan,baik yang menetap atau intermitten, memerlukan evaluasi.

    Meskipun pada umumnya sebagian besar kasus disebabkan oleh Iritable Bowel

    Syndrome(IBS), diare dapat mewakili manifestasi dari penyakit serius yang mendasarinya.

    Pencarian yang seksama terhadap penyakit ini harus dilakukan.

    Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna

    dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis besar IBD

    terdiri dari 3 jenis, yaitu Kolitis Ulseratif (KU), penyakit Crohn (PC), dan bila sulit

    membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam kategori indeterminate colitis. Hal

    ini untuk secara praktis membedakannya dengan penyakit inflamasi penyakit usus lainnya

    yang telah diketahui penyebabnya seperti infeksi, iskemia dan radiasi.1

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    2/15

    2

    Anamnesis

    Hal yang perlu ditanyakan pada pasien yang datang dengan keluhan gangguan di

    saluran cerna:

    Diareo Seberapa sering?o Banyak atau sedikit?o Bau?o Ada darah, mukus, atau pus?o Gejala penyerta?o Baru melakukan perjalanan?

    Nyeri abdominal/dispepsia/gangguan pencernaano Keadaan?o Lokasi?o Penjalaran?3

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring

    dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui mulut. Pasien

    diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-otot abdomen menjadi

    relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks tahanan otot

    oleh pasien.

    Inspeksi

    Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya dengan cepat,

    perhatikan abdomen untuk memeriksa hal berikut ini:

    Apa bentuk abdomen? Apa warna kulit dan lesi kulit? Apakah abdomen dapat bergerak tanpa hambatan ketika pasien bernapas? Apakah pasien menderita nyeri abdominal yang nyata? Apakah pasien menderita iritasi peritoneum, yaitu pergerakan abdomen menjadi

    terbatas?

    Apakah terdapat jaringan parut akibat operasi sebelumnya?

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    3/15

    3

    Apakah terdapat distensi abdomen yang nyata? Apakah terdapat vena yang berdilatasi? Apakah terdapat gerakan peristaltik yang dapat terlihat?

    Apakah terdapat kelainan-kelainan lain yang dapat terlihat?

    Distensi yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau udara,

    sedangkan penyebab dari pembengkakkan yang terlokalisasi antara lain hernia atau

    pembesaran organ. Pada distensi abdomen yang menyeluruh, terutama jika disebabkan oleh

    asites, umbilikus dapat menonjol keluar.

    Peristaltik yang terlihat dapat dijumpai pada individu normal yang kurus, tetapi pada

    orang yang gemuk, gerakan peristaltik hanya terlihat di sebelah proksimal dari letak lesi

    obstruktif usus.2

    Palpasi

    Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri

    abdomen. Selalu tanyakan letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian tersebut

    paling akhir.

    Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, awalnya tanpa penekanan yangberlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat area nyeri yang

    diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap beberapa organ.

    Ketika meraba organ intra-abdomen yang membesar, bagian tepi organ lebih sering

    teraba daripada badan organ, akan tetapi konsistensi antara organ tersebut dengan organ

    disekitarnya seringkali mudah dibedakan hanya dengan meraba bagian tepinya. Tepi organ

    dapat diketahui dengan lebih mudah jika pemeriksa meminta pasien untuk mengambil napas

    agak dalam sehingga organ tersebut bergerak.

    Bila terdapat pembengkakkan yang abnormal, dan pada waktu palpasi tidak

    menimbulkan rasa nyeri, tentukan keadaan dan karakteristiknya.

    Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdomianal yang

    terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh pasien dengan sengaja. Adanya tahanan tersebut

    merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ

    dibawahnya. Pastikan adanya tahanan abdomen dengan melakukan perkusi ringan di atas area

    yang terkena.2

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    4/15

    4

    Perkusi

    Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya

    pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu

    perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan

    bagian tepi organ.2

    Auskultasi

    Hanya pengalaman klinis yang dapat memberitahu bising usus yang normal. Seorang

    pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat mengatakan

    dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar.

    Bising usus yang meningkat dapat ditemukan pada obstruksi usus, diare, dan jika

    terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas (keadaan yang

    menyebabkan peningkatan peristaltik).

    Bising usus menurun atau menghilang ditemukan pada ileus, perforasi, peritonitis

    generalisata.

    Bising sistolik aorta atau arteri femoralis dapat terdengar di atas arteri yang

    mengalami aneurisma atau stenosis. Bising arteri renalis dapat terdengar di bagian lateral

    abdomen atau di punggung. Dengungan vena yang kontinu dapat menunjukkan adanya

    obstruksi vena kava inferior atau obstruksi vena porta.2

    Pemeriksaan Penunjang

    Biopsi endoskopik saluran cerna

    Pemeriksaan endoskopi mempunyai peran penting dalam diagnosis dan

    penatalaksanaan kasus IBD. Endoskopi memungkinkan visualisasi langsung saluran cerna

    dan setiap tempat yang memerlukan biopsi spesimen jaringan untuk analisis histologik.

    Prosedur yang relatif tidak nyeri ini membantu mendeteksi, mendukung diagnosis, atau

    memantau kelainan saluran cerna. Komplikasinya terutama perdarahan, smentara perforasi

    dan aspirasi jarang terjadi.

    Biopsi endoskopik saluran cerna dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker,

    limfoma, amiloidosis, kandidiasis, dan ulkus lambung. Untuk mendukung diagnosis penyakitCrohn, kolitis ulseratif kronis, gastritis, esofagitis, dan melanosis koli pada penyalahgunaan

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    5/15

    5

    laksatif; serta untuk memantau perkembangan polip lambung multipel, esofagus Barett,

    kanker dan polip kolon, serta kolitis ulseratif kronis. Pada dasarnya KU merupakan penyakit

    yang melibatkan mukosa kolon secara difus dan kontinu, dimulai dari rektum dan menyebar

    atau progresif ke proksimal. Sedangkan PC bersifat transmural, segmental dan dapat terjadi

    pada saluran cerna bagian atas, usus halus ataupun kolon.1,3

    Radiologi

    Teknik pemeriksaan radiologi kontras ganda merupakan pemeriksaan diagnostik pada

    IBD yang saling melengkapi dengan endoskopi. Barium kontras ganda dapat memperlihatkan

    lesi striktur, fistulasi, mukosa yang ireguler, gambaran ulkus dan polip, ataupun perubahan

    distensibilitas lumen kolon berupa penebalan dinding usus dan hilangnya haustrae.

    Pemeriksaan radiologi merupakan kontraindikasi pada KU berat karena dapat mencetuskan

    megakolon toksik. Foto polos abdomen secara sederhana dapat mendeteksi adanya dilatasi

    toksik yaitu tampak lumen usus yang melebar tanpa material feses didalamnya. Peran CT

    scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada PC dalam mendeteksi adanya abses

    ataupun fistula.1

    Histopatologi

    Spesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai diagnostik dari pada

    spesimen yang di ambil secara biopsi per-endoskopik. Terlebih lagi pada PC yang lesinya

    bersifat transmural sehingga tidak terjangkau dengan teknik biopsi per-endoskopik.

    Gambaran khas untuk KU adalah adanya abses kripti, distrosi kripti, infiltrasi sel

    mononukleus dan polimorfonuklear di lamina propria. Sedangkan pada PC adanya granuloma

    tuberkuloid merupakan hal yang karakteristik disamping adanya infiltrasi sel makrofag dan

    limfosit di lamina propria serta ulserasi yang dalam.1

    Diagnosis

    Diagnosis Kerja

    Inflammatory Bowel Disease (IBD)

    Inflammatory bowel disease (IBD) adalah penyakit inflamasi kronik remiten dan

    progresif yang melibatkan seluruh saluran cerna serta mukosa kolon, berkaitan dengan resiko

    peningkatan karsinoma kolon, dan penyebab pastinya belum diketahui secara jelas sampaisaat ini. Mengacu pada dua penyakit yang berbeda, yakni Ulcerative Colitis (UC) dan

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    6/15

    6

    Crohns Disease (CD). Penyakit ini menyebabkan peradangan kronis pada saluran

    pencernaan yang timbul dengan berbagai gejala. Peradangan ini juga dapat mempengaruhi

    organ lain selain usus. IBD merupakan penyakit seumur hidup dengan periode penyakit aktif

    bergantian dengan periode pengendalian penyakit (remisi). IBD seringkali membuat bingung

    dengan penyakit iritasi pada usus besar, tetapi kedua penyakit ini adalah berbeda. sindrom

    iritasi usus besar.

    CD adalah penyakit pada daerah ileum dan usus besar, tetapi juga dapat mempengaruhi

    bagian lain dari Saluran Pencernaan, bentuk granuloma dan melibatkan seluruh dinding usus,

    sedangkan UC merupakan penyakit Colitis dan inflamasi yang biasanya terdapat hanya pada

    lapisan superficial (mukosa, bagian superficial dari sub mukosa) usus besar.1

    Dignosis Banding

    Diare Kronik

    Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuaan ini berlaku bagi orang

    dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.

    Etiologi

    Umumnya etiologi diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesisterjadinya.

    - Diare osmotik : osmolaritas intra lumen usus lebih tinggi dibandingkan osmolaritasserum. Hal ini terjadi pada intoleransi laktosa, obat laksatif (laktulosa, magnesium

    sulfat), obat (antasida).

    - Diare sekretorik : terjadinya sekresi intestinal yang berlebihan dan berkurangnyaabsorbsi menimbulkan diare yang cair dan banyak. Pada umunya disebabkan oleh

    tumor endoskrin, malabsorbsi garam empedu, laksatif katartik.

    - Diare karena gangguan motilitas : hal ini disebabkan oleh transit usus yang cepat ataujustru karena terjadinya stasis yang menimbulkan perkembangan berlebih bakteri

    intralumen usus. Penyebab yang klasik adalahIrritable Bowel Syndrome.

    - Diare inflamatorik : disebabkan oleh faktor inflamasi seperti inflammatory BowelDisease

    - Malabsorbsi : pada umunya disebabkan oleh penyakit usus halus, reseksi sebagianusus, obstruksi limfatik, defisiensi enzim pancreas, dan pertumbuhan bakteri yang

    berlebihan.

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    7/15

    7

    - Infeksi kronik : seperti G lamblia, Ehistolotica, nematoda usus,atau pada kelainanimmuno-compromized.

    Pendekatan Diagnostik

    - Bila dengan puasa diare berkurang, biasanya disebabkan oleh diare osmotic- Adanya penurunan berat badan yang bermakna, harus diwaspadai kemungkinan suatu

    keganasan saluran cerna ( terutama tumor kolon)

    - Anamnesis yang akurat pada umumnya akan mendekatkan kita pada kemungkinanpatogenesisnya

    - Pemeriksaan feses : mulai dari kemungkinan telur cacing, parasite, lekositfeses(infeksi) sampai analisis lemak feses 24 jam, osmolalitas feses dan tes pemakaian

    laksatif.

    - Pemeriksaan darah : elektrolit (kemungkinan adanya hypokalemia, hiponatremia),adanya anemia karena malabsorbsi (vitamin B12, folat dan zat besi), adanya

    hipoalbuminemia ( malabsorbsi, inflamasi, kehilangan protein pada enteropati). Untuk

    kelainan yang spesifik misalnya VIP serum (Vipoma), gastrin ( untuk penyakit

    Zollinger Ellison, 5-HHAA urin (untuk tumor karsinoid)

    - Kolonoskopi dan biopsy.4Karsinoma Kolorektal

    Karsinoma ini merupakan keganasan tersering kedua di inggris dan semakin

    meningkat, khususnya terjadi di kolon sebelah kanan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi mencakup mutagen dalam diet, defisiensi antimutagen

    dalam diet, kurangnya serat didalam diet, rendahnya kalsium dan asam empedu dalam diet.

    Pasien dengan IBD (inflammatory bowel disease, terutama UC), polip atau tumor

    sebelumnya, riwayat kanker ovarium atau payudara atau riwayat keluarga adanya kanker

    kolon atau sindrom poliposis familial seperti poliposis familial, sindrom gardner dan turcot.5

    Epidemiologi

    Di Amerika Serikat karsinoma kolon (58.000 kematian per tahun) peringkat kedua

    setelah karsinoma bronkogen; 98% kanker kolon ialah adenokarsinoma. Usia puncak insiden

    ialah 60-70 tahun, kecuali pada orang dewasa muda dengan sindrom popiposis. Rasio

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    8/15

    8

    pria:wanita ialah sama kecuali pada rectum; tempat pria lebih sering. Kanker kolon tersebar

    di seluruh dunia, yang lebih tinggi di negara industry.6

    Pathogenesis

    - Diet: resiko kanker berkaitan makanan yang rendah fiber (serat) sayuran, tinggikarbohidrat halus, tinggi lemak dan kekurangan mikronutrien protektif (vitamin

    A,C,E). perubahan diet dapat menaikkan paparan terhadap asam empedu dan hasil

    sampingan degradatif bakteri. Hubungan kausal belum terbukti.

    - Genetik: penyebab genetic somatik dapat ditetapkan hanya bagi sindrom polipolis.- Kebanyakan, mungkin semua, timbul pada adenoma yang telah ada sebelumnya.6

    Morfologi

    Distribusi pada kolon biasanya predominan distal tetapi kini berubah ke distribusi

    yang lebih rata. Kanker kolon dapat berupa massa polipoid seperti jamur ( terutama pada

    sekum dan kolon kanan yang luas) atau massa anuler yang melingkar dengan obstruksi mirip

    cincin serbet(khas bagi kolorektum distal). Kedua bentuk setelah bertahun-tahun akan

    menembus dinding usus.

    Ciri mikroskopik ialah sama tidak peduli lokasinya : sel torak tinggi menyerupaiepitel neoplastik pada adenoma, tetapi sekarang invasif kedalam submukosa dan muskularis

    propria. Sebaliknya, kanker mengandung sel berdiferensiasi buruk yang terbatas menyerupai

    epitel torak. Tumor invasif memacu respons stromal desmoplastik, terdiri atas inflamasi dan

    fibrosis mesenkim. Sebagian kecil tumor memproduksi musin berlebihan. Lebih jarang lagi

    terdapat fokus diferensiasi neuroendokrin , ciri-ciri cincin stempel atau diferensiasi

    skuamosa.6

    Gambaran Klinis

    Kanker kolon selama bertahun-tahun asimptomatik, tetapi kemudian menyebabkan

    kelelahan, kelemahan, anemia defisiensi besi, perasaan tidak enak di abdomen, obstruksi usus

    yang progresif atau pembesaran hati ( akibat metastasis). Prognosis bergantung kepada

    luasnya invasi saat diagnosis ditegakkan : system staging Astler-Coller bagi karsinoma kolon

    dan dan rectum ialah :

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    9/15

    9

    A Terbatas pada mukosa

    B1 Meluas kedalam muskularis propria tetapi tidak menembusnya; kelenjar limfe tidak

    terkena.

    C1 meluas ke dalam muskularis propria; kelenjar limfe terkena.

    C2 menembus ke luar muskularis propria; kelenjar limfe terkena.

    D penyebaran metastasik jauh

    Ketahanan hidup 5-tahun : stadium A (100%), B1 (67%), B2 (54%), C1 (43%), C2

    (23%). Satu-satunya harapan bagi penyembuhan ialah pembedahan.6

    Manifestasi Klinik

    Gejala: rasa tidak nyaman di perut, perdarahan rectum, turunnya berat badan, dan perubahan

    dalam buang air besar.

    Tanda: mencakup pucat, massa abdomen, masa rectum atau tukak pada pemeriksaan rectum

    dan ikterus. Kadang-kadang dapat bersifat aku tdengan obstruksi atau perforasi usus.5

    Pemeriksaan Penunjang

    Pada pemeriksaan rectum ditemukan suatu massa yang teraba pada kurang dari 50% kasus,

    namun bila dikombinasikan dengan sigmoidoskopi kaku maka persentasenya meningkat

    secara bermakna. Pemeriksaan ini bila dikombinasikan dengan enema barium akan

    mendeteksi sebagian besar lesi. Kolonoskopi yang dilakukan oleh operator yang

    berpengalaman mempunyai sensitivitas yang tinggi dan memungkinkan pemastian secara

    histologik. Pada 20% atau lebih ditemukan lebih dari satu tumor.5

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan tergantung pada ukuran dan penyebaran dari tumor. Tumor-tumor kecil

    yang terbatas pada polip dapat diangkat secara endoskopik. Pembedahan diindikasikan untuk

    semua lesi lain, terapi paliatif bedah mencegah obstruksi usus. Manfaat kemoterapi dan

    radioterapi ajuvan masik controversial.5

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    10/15

    10

    Etiologi

    Penyebab inflammatory bowel disease noninfeksi tidak diketahui meskipun

    patogenesisnya semakin banyak. Terdapat bentuk inflammatory bowel disease kronik:

    penyakit crhon, yang memiliki karakter transmural dan granulomatosa, yang terjadi di mana

    saja di sepanjang saluran cerna, dan kolitis ulseratif yang bersifat superfisial dan terbatas di

    mukosa kolon. Namun diduga penyakit ini disebabkan oleh multifaktor, yang meliputi

    genetik, pengaruh lingkungan, integritas mukosa, dan faktor imunologis. Beberapa faktor

    pencetus seperti infeksi, toksin dapat memicu proses inflamasi dan akan menyebabkan

    disregulasi respon imunologi mukosa traktus gastrointestinal pada individu yang rentan.7

    Epidemiologi

    Inflammatory bowel disease merupakan penyakit dengan kekerapan tinggi dinegara-

    negara Eropa atau Amerika. Laporan sekitar tahun 1990-an didapatkan angka insiden untuk

    kolitis ulseratif atau penyakit crohn di Eropa 11,8/7,0, Norwegia 13,6/5,8, Belanda 10,0/6,9,

    Jepang 1,9/0,5, Italia 5,2/2,3 per 100.000 orang. Jadi terdapat perbedaan tingkat kekerapan

    antara negara Barat (bahkan berbeda antara Eropa Utara dan Selatan) dengan negara Asia

    Pasifik. Sedangkan untuk angka prevalensi didapatkan di Copenhagen 161,2/44,4, Italia

    121/40, Jepang 18,1/5,8, Singapura 6,0/3,6. Penyakit IBD cenderung mempunyai puncak usia

    yang terkena pada usia muda (umur 25-30 tahun) dan tidak terdapat perbedaan bermakna

    antara perempuan dan laki-laki. Selain adanya perbedaan geografis di atas, tampaknya orang

    kulit putih lebih banyak terkena dibandingkan kulit hitam (untuk populasi penduduk di

    negara Barat). Dari segi ras, IBD banyak terdapat pada orang Yahudi. IBD cenderung terjadi

    pada kelompok sosial ekonomi tinggi, bukan perokok, pemakai kontrasepsi oral dan diet

    rendah serat. Di Indonesi belum dapat dilakukan studi epidemiologi ini.1

    Patofisiologi

    IBD terjadi karena pengaktifan selsel radang yang produknya menyebabkan jejas

    jaringan. Faktor-faktor berikut ini turut memberikan kontribusi :

    Genetik. Pengelompokan (clustering) familial tanpa adanya kaitan dengan HLAtertentu. Mutasi gen NOD2 turut terlibat pada sebagian kasus penyakit Crohn; NOD2

    meregulasi produksi sitokin proinflamatorik dan pertahanan bawaan terhadap mikroba

    patogen.

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    11/15

    11

    Infeksi. Tidak ada mikroorganisme patogen yang spesifik. Banyak agen penyebabmemiliki korelasi dengan IBD.

    Integritas mukosa. Peningkatan permeabilitas intestinal dan perubahan mukoproteindapat memengaruhi kemampuan mikroba untuk menjangkau epitelium usus ddanmemicu respons inflamatorik.

    Imunoreaktivitas hospes yang abnormal. Respons hospes yang berlebihan terhadapstimulasi antigen yang tidak berbahaya.8

    Manifestasi Klinik

    Diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan manifestasi

    klinis IBD yang paling umum dengan beberapa manifestasi ekstra intestinal seperti artritis,uveitis, pioderma gangrenosum, eritema nodosum dan kolangitis. Dismping itu tentunya

    disertai dengan gambaran keadaan sistemik yang timbul sebagai dampak keadaan patologis

    yang ada seperti gangguan nutrisi. Gambaran klinis KU relatif lebih seragam dibandingkan

    gambaran klinis pada PC. Hal ini disebabkan distribusi anatomik saluran saluran cerna yg

    terlibat pada KU adalah kolon, sedangkan pada PC lebih berfarisi yaitu dapat melibatkan atau

    terjadi pada semua segmen saluran cerna, muali dari mulut sampai anorektal. Perjalanan

    klinik IBD ditandai oleh fase aktif dan remisi. Fase remisi ini dapat disebabkan oleh

    pengobatan terapi tidak jarang dapat terjadi spontan.1

    Penatalaksanaan

    Tujuan terapi pada IBD adalah mengurangi proses inflamasi, mencegah komplikasi dan

    mencegah relaps atau perburukan penyakit, memeperbaiki status nutrisi dan kualitas hidup.

    Terapi Medikamentosa

    Medikamentosa yang digunakan untuk induksi remisi, mempertahankan remisi, mencegah

    dan mengurangi relaps adalah:

    1. Aminosalisilat (ASA), terutama untuk mempertahankan remisi. Dosis tinggi digunakan

    untuk induksi remisi.

    Sulfasalasin, dosis 30-50 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis, dapat ditingkatkan

    sampai 75 mg/kg

    -50 mg/kg/hari dalam2-4 dosis (maksimal 3,2g/hari)

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    12/15

    12

    2. Kortikosteroid, untuk induksi remisi. Tidak berperan dalam mempertahankan remisi.

    -2 mg/kg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi

    -3 dosis

    3. Imunomodulator, digunakan untuk induksi dan mempertahankan remisi.

    -2,5 mg/kg/hari dosis tunggal

    -Mercatopurin, dosis: 1,5 mg/kg/hari dosis tunggal

    4.Anti-tumor necrosis factoruntuk induksi remisi

    infliximab merupakan antibodi monoklonal anti-TNF-alfa. Infliximab, dosis: 5

    mg/kg dilarutkan dengan 250 ml NaCl fisiologis secara intravena. Infliximab

    dosis tunggal untuk Penyakit Crohn derajat moderat-berat atau pada fistula

    dengan dosis 5mg/kg dalam 2 jam 3 kali pada minggu 0, 2, dan 6, sering

    diikuti pemberian setiap 8 minggu. Data penggunaan infliximab pada Kolitis

    Ulserativa tidak sebaik pada Penyakit Crohn.

    5. Antibiotika

    -50 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Metronidazole diberikan

    pada kelainan perianal Penyakit Crohn

    Terapi medikamentosa pada Kolitis Ulserativa tergantung dari derajat berat dan

    luasnya inflamasi. Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk mengendalikan proses

    inflamasi, menghilangkan gejala klinis, mencegah komplikasi, dan mencegah relaps, serta

    mempersiapkan untuk tindakan bedah karena 20% penderita akan mengalami tindakan bedah.

    Luasnya inflamasi terbagi menjadi 2 tipe yaitu:

    dicapai dengan terapi topikal

    memerlukan terapi sistemik

    Pada Penyakit Crohn sampai saat ini belum ada terapi definitif,

    penatalaksanaan umumnya terdiri dari terapi medikamentosa dan dukungan

    nutrisi. Sampai saat ini, belum ada regimen medikamentosa yang dapat

    mempengaruhi outcome jangka panjang Penyakit Crohn. Oleh karena itu,

    medika mentosa digunakan untuk serangan eksaserbasi dan mengurangi

    frekuensi serangan eksaserbasi.

    Terapi Bedah

    Pendekatan terapi bedah pada IBD tergantung dari jenis dan berat penyakit. Tujuan

    terapi bedah pada Kolitis Ulserativa dan Penyakit Crohn berbeda. Karena kelainan Kolitis

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    13/15

    13

    Ulserativa terbatas pada kolon, maka total kolektomi merupakan terapi definitif. Akan tetapi,

    pada Penyakit Crohn dimana kelainan traktus gastrointestinal dapat terjadi mulai dari mulut

    sampai anus, saat ini belum ada terapi bedah definitif.

    Indikasi bedah Penyakit Crohn adalah:

    Perdarahan yang tidak terkontrol

    (localized disease)

    Indikasi bedah untuk Kolitis Ulserativa adalah:

    Prolonged corticostreoid dependent

    epitel dan resiko tinggi keganasan

    .9

    Komplikasi

    Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi: 1). Perforasi usus yang

    terlibat, 2). Terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis, 3). Megakolon toksik (terutama

    pada KU), 4). Perdarahan, 5). Degenerasi maligna. Diperkirakan risiko terjadinya kanker

    pada IBD lebih kurang 13 %.1

    Prognosis

    Pada dasarnya, penyakit IBD merupakan penyakit yang bersifat remisidan

    ekasserbase. Cukup banyak dilaporkan adanya remisi yang bersifat spontan dan dalam jangka

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    14/15

    14

    waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi atau tingkat

    respon terhadap pengobatan konservatif.1

    Kesimpulan

    Inflammatory Bowel Disease adalah suatu kondisi pada usus yang terinfiltrasi secara

    kronis oleh sel radang. Adanya sel radang mengindikasikan adanya peradangan pada usus

    akibat respon tubuh. Sel radang yang terlibat yaitu eosinofil yang umum terdapat pada

    radang, neutrofil yang berperan pada infeksi bakteri, dan limfosit berperan dalam respon

    imun. Ketika organisme asing menyebabkan iritasi mengakibatkan pergerakan usus lebih

    cepat. Jika terjadi terus menerus menyebabkan usus menjadi radang dan menebal. Infeksi

    pada usus mengakibatkan usus menjadi rapuh dan rentan terhadap organisme asing.Perubahan ini mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan makanan. Sampai saat ini

    etiologi Penyakit Crohn dan Kolitis Ulserativa belum jelas. Beberapa faktor predisposisi

    terjadinya IBD adalah: Penderita IBD mempunyai faktor predisposisi genetik, faktor

    Lingkungan (stres psikososial, faktor makanan, seperti pajanan susu sapi atau pengawet

    makanan, asupan serat kurang dan zat toksin lingkungan), faktor imunologi, integritas epitel.

    Insidens IBD lebih tinggi dinegara maju dibanding negara berkembang.

    Daftar Pustaka

    1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmupenyakit dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 591-7.

    2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC, 2009. Hal. 77-88.3. Kowalak JP, Welsh W, editor. Buku pegangan uji diagnostik. Ed. 3. Jakarta: EGC,

    2009. Hal. 606.

    4.

    Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakitdalam. Jakarta : Internal Publishing. 2009. h.444-54.

    5. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005. Hal. 654.6. Robbins, Ramzi SC, Vinai K. Buku saku dasar patologi penyakit. Jakarta: EGC, 2003.

    h. 502-03.

    7. Ganong WF, Stephen J. Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran klinis.Edisi 5. Jakarta: EGC. Hal. 408.

    8. mitchell, Richard N. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. jakarta:EGC. 2008. h 492-3.

  • 7/29/2019 Pbl Blok 16 Diare

    15/15

    15

    9. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran - Universitas

    Indonesia; 2007.h.599-612.