PBL s3 Diare

25
LO1 Memahami dan menjelaskan Asam-Basa 1.1 Definisi Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H⁺ bebas dan anion. Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida bahan yang dapat berikatan dengan H⁺ bebas. Reaksi keseluruhannya : H + + Cl - + NH 4 + + OH - ↔NH 4 + + Cl - + H 2 O 1.2 Jenis-Jenis Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organic dan asam anorganik. Asam organic umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam. Sedangkan asam anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena sifat itulah, asam-asam anorganik banyak digunakan diberbagai kebutuhan manusia. Berdasarkan kekuatannya, asam itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya). Kekuatan asam dari seluruh asam kuat sama besar (efek perataan) dalam pelarut air, walaupun kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen berbeda. Kesetimbangan reaksi asam kuat bergerak ke arah kanan (=1) Asam lemah, adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (hanya terionisasi sebagian) Asam lemah jika perpindahan ion hidrogen ke air tidak berlangsung sampai selesai (mencapai kesetimbangan) Asam lemah merupakan elektrolit lemah. Asam lemah menghasilkan sifat koligatif yang lebih kecil daripada asam kuat. Reaksi kesetimbangan asam lemah: HA(aq) + H 2 O(l) ↔ H 3 O + (aq) + A-(aq) Rumus Kesetimbangan: [H3O+] [A-]= Ka[HA] Sifat-sifat asam:

description

sekenario diare pada blok cairan

Transcript of PBL s3 Diare

LO1 Memahami dan menjelaskan Asam-Basa1.1 DefinisiAsam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H bebas dan anion. Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida bahan yang dapat berikatan dengan Hbebas.Reaksi keseluruhannya : H++ Cl- + NH4+ + OH- NH4+ + Cl- + H2O

1.2 Jenis-JenisBerdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organic dan asam anorganik. Asam organic umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam. Sedangkan asam anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena sifat itulah, asam-asam anorganik banyak digunakan diberbagai kebutuhan manusia. Berdasarkan kekuatannya, asam itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya). Kekuatan asam dari seluruh asam kuat sama besar (efek perataan) dalam pelarut air, walaupun kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen berbeda. Kesetimbangan reaksi asam kuat bergerak ke arah kanan (=1)

Asam lemah, adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (hanya terionisasi sebagian) Asam lemah jika perpindahan ion hidrogen ke air tidak berlangsung sampai selesai (mencapai kesetimbangan) Asam lemah merupakan elektrolit lemah. Asam lemah menghasilkan sifat koligatif yang lebih kecil daripada asam kuat. Reaksi kesetimbangan asam lemah: HA(aq) + H2O(l) H3O + (aq) + A-(aq) Rumus Kesetimbangan: [H3O+] [A-]= Ka[HA]Sifat-sifat asam: O Mempunyai rasa asam dan bersifat korosif. ODapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi kertas lakmus merah. OMenghantarkan arus listrik OBereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen OMenghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air. OMemiliki pH kurang dari 7 (pH < 7). Berdasarkan bentuknya: Asam Kuat HCl - Asam klorida HNO3- Asam nitrat H2SO4- Asam sulfat HBr - Asam bromida HI - Asam iodida HClO3- Asam klorat HClO4- Asam perklorat Asam Lemah CH3COOH - Asam Asetat HF - Asam Fluorida HNO2 - Asam Nitrit C6H5COOH - Asam benzoat HCN - Asam Sianida HCOOH - Asam Format C6H8O6 - Asam Askorbat (Vitamin C) C6H5OH - FenolAsam-asam yang berasal dari proses metabolisme: OAsam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk menjadi bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari metabolismeasam amino, lemak dan karbohidrat. Contoh: karbondioksida, asam karbonat OAsam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus dieksresikan olehginjal. Contoh: asam organik, asam nonorganik

BASA: Dalam keadaan murni, basa umumnya berupa kristal padat dan bersifat kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti deodoran, obat maagh (antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa. Menurut Arhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-Basa arhenius merupakan hidroksida logam, dan dapat dirumuskan sebagai M(OH)x dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut M(OH)x (aq) M+(aq)+ xOH-Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Menurut Bronsted Lowry, basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton. Basa dapat menetralisasi asam (H+) sehingga dihasilkan air (H2O). Pengelompokan Basa: Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu: Basa kuat, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH dalam jumlah yang besar. Basa kuat biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contoh: Natrium hidroksida, Kalium hidroksida, dan Kalsium hidroksida. Kekuatan basa dari seluruh basa kuat sama besar (efek perataan) dalam pelarut air, walaupun kemampuan untuk menyumbangkan OH-berbeda. Kesetimbangan reaksi basa kuat bergerak ke arah kanan (=1)

Basa lemah, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OHdalam jumlah kecil. Contoh: ammonia. Basa lemah bereaksi dengan air untuk menghasilkan OH- Jumlah ion yang dihitung [OH-]. Kb dari basa lemah lebih kecil dari 1 dan semakin lemah suatu basa, semakin kecil nilai Kb-nya.

Sifat-sifat Basa: ORasanya pahit dan berlendir OSemua basa berwujud padat, kecuali NH4OH (ammonium hidroksida) OSemua basa sukar larut dalam air kecuali NaOH, KOH, NH4OH, Ca(OH2) dan Ba(OH)2OBasa yang mudah larut dalam air dan dapat menghantarkan arus listrik disebut zat elektrolit. Basa tersebut terionisasi menghasilkan ion logam (kation) dan ion OH-(anion) OBasa dapat mengubah warna kertas lakmus menjadi biru OBasa dapat bereaksi dengan asam membentuk garam, ini disebut penetralan.

Berdasarkan Bentuknya: Basa Kuat LiOH - Litium hidroksida NaOH - Atrium hidroksida KOH - Kalium hidroksida Ca(OH)2- Kalsium hidroksida RbOH - Rubidium hidroksida Sr(OH)2- Stronsium hidroksida CsOH - Secium hidroksida Ba(OH)2- Barium hidroksida Basa Lemah C2H5NH2 - Etil Amina CH3NH2 - Metil Amina NH3 - Amonia C5H5N - Piridina C6H5NH2 - Anilina C8H10N4O2 - Kafeina CO(NH2)2 - UreaAsam dan basa bersumber dari: Produksi karbondioksida (C) oleh sel-sel jaringan. C berikatan dengan air (terutama sel darah merah) untuk membentuk asam karbonat (C) yang terurai menjadi ion-ion hidrogen. Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian hidrogen. Asam hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme perantara. Sebagian besar ion hidrogen yang dihasilkan merupakan produk sampingan atau produk akhir dari proses katabolisme sempurna karbohidrat, lemak dan protein. (http//belajarkimia.com/oleh Harthadinajha, diambil pada 12 Maret 2010)

1.3 Menghitung PHAsam/Basa Kuat:elektrolit kuat (mengion hampir sempurna dalam air)pH dapat ditentukan langsung dari nilai konsentrasi (C) asam dan basa tersebut.[H+]= C asam x valensi asam[OH-]= C basa x valensi basavalensi asam/ basa adalah jumlah H/OH pada asam/basacontoh :NaOH --> valensi basa = 1H2SO4 --> valensi asam = 2 Asam/Basa Lemah: Konsentrasi H+dari asam dan OH-dari basa bergantung pada derajat ionisasi ()dan tetapan ionisasi (Ka (asam) atau Kb (basa))[H+] = Ka x C asam dan [OH-]= Kb x C basa

pH = - log [H+] pH + pOH = 14pOH = - log [OH-]

Ket:C=konsentrasi (Molaritas)

Latihan Soal:

1. Hitung pH larutan berikut a. asam sianida 0,1 M (Ka=4,9 x 10-10)b. KOH 0,05 Mc. HNO3 0,02 M d. Magnesium hidroksida 0,01 Me. pH campuran dari 50 mL larutan pH 4 dan 50 mL larutan pH2

Jawab:a. HCN adalah asam lemah, maka [H+] = Ka x C asam = 4,9 x 10-10x 0,1 = 49 x 10-12 = 7x 10-6 pH = - log [H+] =- log [7 x10-6] = 6 - log 7

d. Magnesium hidroksida = Mg(OH)2 merupakan basa kuat [OH-]= C basa x valensi basa = 0,01 x 2 = 0,02 =2x10-2 pOH = - log [ OH-] =- log [2x10-2] = 2 - log 2 pH + pOH = 14 pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2

1.4 BufferBuffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ) (Anonim, 2008).Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dariasam lemah dan garamnya. Asam lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya.Ketika masuk zat asam

ketika hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si asam ini dan bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa garam yang banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak makan atau minum yang asam asam, kita akan banyak menghasilkan urin. Karena asam karbonat bereaksi dengan asam untuk menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang sehingga kita perlu mempeorlhnya dari pernafasan CO2.Ketika masuk zat basaketika hal ini terjadi garam lah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si basa ini dan bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa asam karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui nafas (CO2). Jadi kalo banyak makan atau minum yang basa basa, kita akan banyak menghasilkan CO2.Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat berlangsung pada pH tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan penyangga agar pH senantiasa konstan ketika metabolisme berlangsung. Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah 7,35 7,5. Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat, tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. pH darah tidak boleh kurang dari 7,0 dan tidak boleh melebihi 7,8 karena akan berakibat fatal bagi manusia. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, dan diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris pada ketinggian). Untuk menjaga pH darah agar stabil, di dalam darah terdapat beberapa larutan penyangga alami, yaitu:a. Penyangga hemoglobinOksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang didapatkan melalui pernapasan. Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam darah, di mana O2 sangat sensitif terhadappH. Reaksi kesetimbangan yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.HHb+ + O2 H+ + HbO2Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalam tubuh bisa membentuk senyawa H 2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan HCO3-.Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ membentuk asam hemoglobin(HHb+).b. Penyangga karbonatPenyangga karbonat juga berperan dalam mengontrol pH darah. Reaksi kesetimbangannya adalah:H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) H2O(aq) + CO2(aq)Perbandingan molaritas HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20:1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang diterima darah lebih banyak bersifat asam.

c. Penyangga fosfatPenyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu HPO42-. Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-HPO42-(aq) + H+(aq) H2PO4-(aq)Dan jika proses metabolism sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan H2PO4-.H2PO4-(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) + H2O(l)Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan tetap.Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai penyangga urin.Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula), diare yang terus menerus, atau makanan berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.

LO2 Memahami dan menjelaskan Keseimbangan asam-basa dalam tubuh2.1DefinisiKeseimbanganasam-basa adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk menjaga cairan ke tingkat netral (tidak asam atau basa) sehingga tubuh dapat berfungsi dengan baik. Keseimbangan asam-basa adalah keseimbangan ion [H+]. Suatu keadaan dimanakonsentrasi ion Hyang diproduksi setara dengan kosentrasi ion Hyang di keluarkanoleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molekular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat kosentrasinyaion Hatau ion OH yang sangat lemah. Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tigasistem, yaitu sistem buffer, sistem paru dan sistem ginjal. Prinsip pengaturankeseimbangan asam-basa oleh sistem buffer adalah menetralisir kelebihan ion H+, bersifat temporer, dan tidak melakukan eliminasi. Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang sekresi, ekskresi, dan absorpsiion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia)Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru, sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara7.35-7.45. 2.2Jenis-Jenis

2.3MekanismeDerajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.Satuan derajat keasaman adalah pH: pH 7,0 adalah netral pH diatas 7,0 adalah basa (alkali) pH dibawah 7,0 adalah asam.Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.3. Pembuangan karbondioksida.Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.2.4ManfaatAplikasi dalam bidang kesehatan, biologi, kimia dan lain lain.1. Dapat mengetahui pH berbagai substansi dalam tubuh. Cairan getah lambung pH 1,0 2,0 Urine pH 4,8 7,5 Saliva (air liur) pH 6,56,9 Darah pH 7,357,45 2. Dapat lebih mudah untuk menunjang teori terapi. 3. Dapat menyesuaikan kadar enzim untuk terapi suatu penyakit pada organ tertentu, contoh: Enzim A memiliki sifat spesifik akan rusak pada pH tertentu, maka harus disesuaikan dengan pH organ yang akan diterapi. 4. Dapat mengetahui segala kemungkinan dari gangguan keseimbangan asam-basa jika memakan makanan yang asam seperti jeruk limo, cuka, orange juice, dll. 5. Menentukan derajat keasaman dari suatu larutan. 6. Menyatakan konsentrasi ion hidrogen . 7. Menentukan suatu kondisi asidosis atau alkalosis .8. Mengatur mekanisme ion-ion di cairan ekstraselular.

LO3 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Asam-Basa3.1DefinisiPenyimpangan status asam-basa normal dibagi menjadi empat kategori umum, bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+]. Kategori-kategori tersebut adalah asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan asidosis respiratorik.Pemeriksaan gas darah di arteri dapat menunjukkan kondisi asam basa di dalam tubuh, dengan menggunakan 3 indikator : pH, PaCO2 dan HCO3.1. pH netral di dalam cairan ekstra seluler : 7,35 7,45 pH < 7,35 : asidosis pH > 7,45: alkalosis2. PaCO2, merupakan komponen respirasi : normal 35 45 mmHg PaCO2 > 45 mmHg : asidosis respirasi PaCO2 < 45 mmHg : alkalosis respirasi3. HCO3, merupakan ginjal atau metabolik : normal 24 28 mEq/L HCO3 > 28 mmHg : alkalosis metabolik HCO3 < 24 mmHg : asidosis metabolik4. Base Excess, nilai normalnya2s/d+2 berkaitan dengan nilai bikarbonat 2428 mEq/L ( 2 = 24 mEq/L dan + 2 = 28 mEq/L)3.2Macam-macam1. Asidosis MetabolikAsidosis metabolik (kekurangan HC) adalah gangguan sistemik yang ditandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH (peningkatan []). [HC] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan pH-nya kurang dari 7.35. Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk menurunkan PaCmelalui hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadi secara akut.Kadar ion HCnormal adalah sebesar 24mEq/L dan kadar normal pC adalah 40 mmHg dengan kadar ion-H sebesar 40 nanomol/L. Penurunan kadar ion-HCsebesar 1 mEq/L akan diikuti oleh penurunan pCsebesar 1.2 mmHgKompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang menyebabkan penurunan tekanan parsial C, dapat bersifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan kompensasi ini, asidosis metabolik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Asidosis metabolik sederhana (simple atau compensated metabolic acidosis); penurunan kadar ion- HCsebesar 1 mEq/L diikuti penurunan pC sebesar 1.2 mmHg. Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik dapat juga disebut uncompensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion- HC sebesar 1 mEq/L diikuti penurunan pC kurang dari 1.2 mmHg (pC dapat sedikit lebih rendah atau sama atau lebih tinggi dari normal) Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik atau dapat disebut sebagai partly compensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion- HCsebesar 1 mEq/L diikuti penurunan pC sebesar lebih dari 1.2 mmHg (pH dapat sedikit rendah atau sama lebih tinggi dari normal)

2. Alkalosis MetabolikAlkalosis metabolik (kelebihan HCO3-) adalah suatu gangguan sistemik yang dicirikan dengan adanya peningkatan primer kadar HCO3- plasma, sehingga menyebabkan peningkatan pH (penurunan [H+]. [HCO3-] ECF lebih besar dari 26 mEq/L dan pH lebih besar dari 7.45. Alkalosis metabolik sering disertai dengan berkurangnya volume ECF dan hipokalemia.Kompensasi utamanya adalah penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO2 dan peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal, yang membantu mengkompensasi peningkatan awal konsentrasi HCO3 cairan ekstrasel.

3. Asidosis RespiratorikAsidosis respiratorik (kelebihan H2CO3) ditandai dengan peningkatan primer PaCO2(hiperkapnia), sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH: PaCO2 lebih besar dari 45 mmHg dan pH kurang dari 7.35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3- serum. Asidosis respiratorik dapat timbul secara akut maupun kronis.Respon kompensasi adalah peningkatan HCO3 plasma, yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan bikarbonat membantu mengimbangi peningkatan PCO2, sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.

4. Alkalosis Respiratorik Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer PaCO2 (hipokapnia), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ akibat lebih sedikit absorpsi HCO3- serum berbeda-beda, bergantung pada keadaannya yang akut atau kronis.Respon kompensasi terhadap pengurangan PCO2 primer pada alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi HCO3 plasma, yang disebabkan oleh peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal.3.3 Etiologi dan 3.4Gejala1. Asidosis metabolik Penyebab mendasar asidosis metabolik adalah penambahan asam terfikasi (non karbonat), kegagalan ginjal untuk mengekskresi beban asam harian, atau kehilangan bikarbonat basa. Penyebab asidosis metabolik umumnya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan selisih anion yang normal atau meningkat. Penyebab asidosis metabolik dengan selisih anion yang tinggi adalah peningkatan anion tak terukur seperti asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, dan asam asam organik lainnya.Anion-gap dalam plasmaDalam keadaan normal, jumlah anion dan kation di dalam tubuh adalah sama besar. Selisih antara Na dengan HNO3 dan Cl atau selisih dari anion lain dan kation lain di sebut sebagai anion-gap. Pada kelompok pembentukan asam organik yang berlebihan sebagai penyebab asidosis metabolik, besar anion-gap akan meningkat oleh karena adanya penambahan anion lain yang berasal dari asam organik antara lain asam hidroksi butirat pada ketoadosis diabetik, asam laktat pada asidosis laktat, asam salisilat pada intoksikasi salisilat. Jumlah normal anion-gap dalam plasma 123 meq.Anion-gap dalam plasma [Na+] [Cl-] + [HCO3] Asidosis metabolik dengan anion-gap yang normal selalu disertai dengan peningkatan ion-Cl dalam plasma sehingga disebut juga sebagai asidosis metabolik hiperkloremik.Anion-gap dalam urin Pada keadaan asidosis metabolik dengan anion gap normal, ion Cl yang berlebihan akan di sekresikan oleh sel interkaled duktus kolingentes bersama dengan sekresi ion H+. Terganggu atau normalnya ekskresi ion NH3 dalam bentuk NH4Cl dapat dinilai dengan menghitung anion gap di dalam urin.Anion-gap dalam urin [Na- urin + K-urin] [Cl-urin] Bila hasilnya positif, terdapat gangguan pada ekskresi ion-NH3 sehingga NH4Cl tidak terbentuk akibat adanya gangguan sekresi ion H+ di tubulus distal misalnya pada renal tubular asidosis. Hasil yang negatif, menunjukkan keadaan asidosis metabolik anion-gap normal dimana ekskresi ion Cl dalam bentuk NH4Cl sebanding dengan sekresi ion H+ di tubulus distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik, misalnya pada keadaan diare. (Sudoyo,ddk, 2009)Selisih Anion Normal (Hiperkloremik)Selisih Anion Meningkat

Kehilangan BikarbonatKehilangan melalui saluran cerna: Diare lleostomi; fistula pancreas, biliaris, atau usus halusKehilangan melalui ginjal: Asidosis tubulus proksimal ginjal (RTA) Inhibitor karbonik anhidrase HipoaldosteronismePeningkatan beban asam Ammonium klorida Cairan-cairan hiperalimentasiPemberian IV larutan salin secara cepat Peningkatan produksi asam Asidosis laktat: laktat (perfusi jaringan atau oksigenasi yang tidak memadai seperti pada syok atau henti kardiopulmor) Ketoasidosis metabolik Kelaparan : peningkatan asam-asam keto Intoksilasi alcohol : peningkatan asam-asam ketoMenelan substansi toksik Overdosis salisilat : salisilat, laktat, keton Metanol atau formaldehid: formatGagal ginjal akut atau kronis

(Price dan Wilson, 2006)Selain penyebab pada selisih anion, terdapat pula penyebab lain pada asidosis metabolik, antara lain:a. Pembentukan asam yang berlebihan (asam fixed dan asam metabolik) di dalam tubuh. Ion metabolik dibebaskan oleh metabolik buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga terjadi penurunan pH. Dalam klinik ditemukan keadaan ini seperti pada: Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan, mengakibatkan jaringan mengalami proses metabolik anaerob. Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggi pada metabolik fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari starvasi dan komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak dapat memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan metabolik lipid dan keton. Intoksikasi salisilat. Intoksikasi etanolb. Berkurangnya kadar ion-HCO3 di dalam tubuh. Penurunan konsentrasi HC di cairan ekstraseluler menyebabkan penurunan efektifitas metabolik buffer dan asidosis timbul. Penyebab penurunan konsentrasi HC antara lain adalah diare, renal tubular acidosis proksimal, pemakaian obat inhibitor enzim anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal kronik stadium 3-4.c. Adanya retensi ion-H di dalam tubuhJaringan tidak mampu mengupayakan ekskresi ion metabolik melalui ginjal. Kondisi ini dijumpai pada penyakit ginjal kronik stadium 4-5, RTA-1 atau RTA-4d. Diare berat. Selama diare, HC hilang dari tubuh dan tidak direabsorpsi. Penurunan HCplasma tanpa disertai penurunan CO2 yang setara akan menurunkan pH. Karena keluar, HCyang tersedia untuk menyangga H+ berkurang, sehingga lebih banyak terdapat H+ bebas dalam cairan tubuh.e. Diabetes mellitus. Kelainan metabolik lemak yang terjadi akibat ketidakmampuan sel menggunakan glukosa karena tidak terdapat insulin akan menyebabkan pembentukan berlebihan asam-asam keto, yang disosiasinya meningkatkan H+ plasma.f. Olahraga berlebihan. Jika otot mengandalkan glikolisis metabolik sewaktu berolahraga berat terjadi kelebihan produksi asam laktat yang menyebabkan peningkatan H+.(Sherwood, 2004) ManifestasiGejala serta tanda asidosis metabolik cenderung tidak jelas, dan pasien dapat asimtomatik, kecuali jika [HCO3-] serum turun sampai di bawah 15 mEq/L. Pernafasan kussmaul (nafas dalam dan cepat yang menunjukan adanya hiperventilasi kompensatorik) mungkin lebih menonjol pada asidosis akibat ketoasidosis diabetik dibandingkan pada asidosis akibat gagal ginjal. Gejala dan tanda utama asidosis metabolik adalah kelainan kardiovaskular,neurologis, dan fungsi tulang.

1. Alkalosis metabolik Etiologi - Kekurangan H+ dari ECF (Muntah,penyedotan nasogastrik, diare dengan kehilangan klorida, diuretik, hipokalemia) - Retensi HCO3- (Pemberian natrium bikarbonat berlebihan, sindrom susu alkali)

Manifestasi Tidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya gangguan ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah, penyedotan, nasogastrik, pengobatan diuretik atau pasien yang baru sembuh dari gagal nafas (Hiperkapnia)

2. Asidosis respiratorik Etiologi Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata (henti jantung akut), terapi oksigen pada hiperkapnia kronis, apnea saat tidur, obat-obatan:overdosis opiat, sedatif) Gangguan pada otot-otot pernafasan(penyakit neuromuskular, kifoskoliosis, obesitas yang berlebihan, cedera dinding dada) Gangguan pertukaran gas(emfisema dan bronkitis, edema paru akut, pneumonia, pneumotoraks) Obstruksi saluran nafas atas akut(aspirasi benda asing atau muntah, langiospasme atau edema laring) ManifestasiGejala dan retensi CO2 tidak bersifat khas dan pada umumnya tidak mencerminkan kadar PaCO2 selain itu asidosis respiratorik akut maupun kronis selalu disertai oleh hipoksemia sehingga hipoksemia bertanggung jawab atas banyak tanda-tanda klinik akibat retensi CO2.4.Alkalosis respiratorik Etiologi Rangsangan pusat pernafasan(Hiperventilasi, hipermetabolik, tumor otak, cedera kepala, intoksikasi salisilat) Hipoksia(Gagal jantung kongestif, fibrosis paru, tinggal ditempat yang tinggi, asma, edema paru) Ventilasi mekanisme yang berlebihan Mekanisme yang belum jelas(Sepsis gram negatif, sirosis hepatis) Latihan fisik

ManifestasiTerdapat pola pernafasan yang berbeda-beda pada sindrom hiperventilasi yang diinduksi oleh kecemasan; mulai dari pernafasan yang normal sampai pernafasan yang jelas tampak lebih cepat, dalam, dan panjang. Pasien seringkali terlihat banyak menguap dan gejala mencolok lainnya adalah kepala terasa ringan, parestasi sekitar mulut. Apabila alkalosis yang terjadi cukup parah dapat timbul tetani seperti spasme karpopedal. Pasien dapat mengeluh kelelahan kronis, jantung berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, dan tidak bisa tidur. Gejala alkalosis respiratorik berat dapat disertai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop.3.5Patofisiologi3.6Pemeriksaan3.7Diagnosis3.8Tatalaksana1. Asidosis metabolikTata laksana : Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan baik agar koreksi dapat dilakukan dengan tepat tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan pasien.Langkah Pertama adalah menetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan disebut letal bila pH darah < 7 atau kadar ion H > 100 nmol/L. Gangguan yang perlu diperhatikan bila pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion H antara 50-80 nmol/LLangkah Kedua adalah menetapkan anion-gap atau bila perlu anion-gap urin untuk mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolik. Dengan bantuan tanda klinik lain kita dengan mudah menetapkan etiologi.Langkah Ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion-gap dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada pasien diperiksa dikurangi dengan median anion gap normal, delta delta HCO3: kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar HCO3 pasien). Bila rasio >1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat. Langkah ketiga ini menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan. Prosedur koreksia. Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7.2 atau kadar ion HCO3 12mEq/Lb. Pada keadaan khusus: Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan secara penuh hingga mencapai kadar ion HCO3 20-22 mEq/L. Pada ketoasidosis diabetik atau asidosis laktat tipe A, koreksi dilakukan bila kadar ion HCO3 dalam darah kurang atau sama dengan 5 mEq/L, terdapat hiperkalemia berat, setelah koreksi insulin pada diabetes mellitus, koreksi oksigen pada asidosis belum terkendali. Koreksi dilakukan sampai kadar ion HCO3 10 mEq/L Pada asidosis metabolik yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan tidak menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas pertimbangan depresi pernapasan. Koreksi dilakukan dengan pemberian Na-Bikarbonat yang secukupnya untuk menaikkan HC menjadi 15 mEq/L dan pH kira-kira sampai 7.20 dalam jangka waktu 12 jam.Larutan Ringer Laktat IV biasanya merupakan cairan pilihan untuk memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal serta kekurangan volume ECF yang sering menyertai ini. Natrium laktat dimetabolisme secara perlahan dalam tubuh menjadi NaHCO3, dan memperbaiki keadaan asidosis secara perlahan.(Sudoyo,dkk, 2009)

2. Alkalosis metabolikTata laksana : koreksi alkalosis metabolik bertujuan meningkatkan minute ventilation, meningkatkan tekanan oksigen arterial dan mixed venous oxygen tension, serta menurunkan konsumsi oksigen. Oleh karena itu sangat penting melakukan koreksi pada pasien klinis.Pada alkalosis metabolik, disebut letal bila pH darah lebbih 7,7. Bila ada deplesi volume cairan tubuh, upayakan agar volume plasma kembali normal dengan pemberian NaCl isotonik.Bila penyebabnya hipokalemia, lakukan koreksi kalium plasma .Bila penyebabnya hipokloremia, lakukan koreksi klorida dengan pemberian NaCl isotonik.Bila penyebabnya adalah pemberian bikarbonat berlebihan, hentikan pemberian bikarbonat. Pada keadaan fungsi ginjal yang menurun atau edema akibat gagal jantung, kor pulmonal atau sirosis hati, koreksi dengan NaCl isotonik tidak dapat dilakukan karena dikhawatirkan dapat terjadi retensi natrium disertai kelebihan cairan (Edema bertambah). Pada keadaan ini diberikan antagonis enzim anhidrase karbonat sehingga reabsorbsi bikarbonat terhambat. Asetazolamid merupakan suatu penghambat anihidrase karbonat yang efektif mengatasi alkalosis metabolik. Dosis tunggal 500 mg (Dewasa) dianjurkan untuk mengatasi alkalosis metabolik.Kebutuhan HCl dapat dihitung dengan menggunakan rumus :Kelebihan bikarbonat = 0,5 x berat badan x (HCO3- plasma 24)

3. Asidosis respiratorikTata laksana : Atasi penyakit dasarnya Bila hipoksemia beri oksigenHipoksemia berat memerlukan ventilasi mekanik baik invasif maupun non invasif. Pemberian oksigen pada pasien dengan retensi CO2 kronik dan hipoksia harus berhati-hati karena pemberian oksigen dengan FiO2 yang tinggi dapat mengakibatkan minute volume dan semakin meningkatkan PCO2. Pada pasien asidosis respiratorik kronik, penurunan PCO2 harus berhati-hati untuk menghindari alkalosis yang berat mengingat umumnya sudah ada kompensasi ginjal. Pada asidosis respiratorik yang terjadi bersamaan dengan alkalosis metabolik atau asidosis metabolik primer, tata laksana terutama ditujukan untuk kelainan primernya.

4. Alkalosis respiratorikTata laksana : Ditujukan terhadap kelainan primernya. Alkalosis disebabkan hipoksemia diatasi dengan memberikan terapi oksigen. Alkalosis respiratorik disebabkan karena serangan panik diatasi dengan menenangkan pasien atau memberikan pernapasan menggunakan sistem air rebreathing. Overventilasi pada pasien dengan ventilasi mekanik diatasi dengan mengurangi minute ventilation atau dengan menambahkan dead space. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diterapi dengan oksigen dan memperbaiki penyebab gangguan pertukaran gas. Koreksi alkalosis respiratorik dengan menggunakan rebreathing mask harus berhati-hati, terutama pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat, untuk menghindari ketidakseimbangan pH cairan serebrospinal dan pH perifer.(buku gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam-basa)