PBL 23 - Hordeolum

16
Diagnosis dan Penatalaksanaan Hordeolum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat 11470 Pendahuluan Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun. 1,2 Blok 23 – Special Sense 1

description

hordeolum

Transcript of PBL 23 - Hordeolum

Diagnosis dan Penatalaksanaan HordeolumFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11470

PendahuluanKelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.1,2

Anamnesis2,3Anamnesis merupakan suatu langkah awal yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai gejala, keadaan pasien, serta kemungkinan jenis penyakit yang diderita. Pada anamnesis umumnya dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang dapat menyingkirkan differential diagnosis dan mengambil sebuah working diagnosis. Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya diajukan ke pasien atau keluarga pasien umumnya : 2 Menanyakan identitas pasien secara lengkap Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke dokter Menanyakan gejala-gejala lain yang timbul bersamaan dengan keluhan utama Menanyakan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan Menanyakan obat-obatan yang telah dikonsumsi bila ada, efek yang ditimbulkan Menanyakan apakah dulu pernah menderita penyakit serupa, atau menderita penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung. Menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit serupa Menanyakan keadan sosio-ekonomi, lingkungan tempat tinggal Menanyakan pasien merokok atau minum alkohol atau tidakSelain dengan anamnesis umum yang sering dan harus dilakukan kepada setiap pasien yang datang, maka dengan kasus-kasus penyakit tertentu dibutuhkan anamnesis tambahan yang berguna untuk memperjelas keadaan pasien tersebut. Pada kasus penyakit mata, maka dibutuhkan beberapa anamnesis tambahan, yang merupakan keluhan-keluhan yang sering terjadi pada pasien dengan kelainan mata, seperti :2,3 Apakah ada kelopak mata berdenyut? Apakah ada sakit kepala? Apakah ada bulu mata rontok/madarosis? Apakah ada sakit mata saat pergerakan bola mata? Apakah ada mata merah atau berair? Apakah ada mata berlendir atau kotor atau belekan? Apakah ada fotofobia (perasaan silau)? Apakah ada penglihatan benda yang seolah-olah menjadi lebih kecil/mikropsia? Apakah ada kelopak mata bengkak? Apakah ada penglihatan gelap/penglihatan turun mendadak pada salah satu mata atau kedua mata? Apakah ada tampakan halo pada sumber cahaya? Apakah ada astenopia atau kelelahan mata saat membaca? Apakah ada buta dengan sakit pada mata? Apakah ada buta senja atau malam?Untuk melakukan pendiagnosaan terhadap suatu jenis penyakit maka dibutuhkan riwayat atau keadaan pasien secara rinci, untuk itu dalam melakukan anamnesis terhadap suatu gejala perlu ditanyakan dari awal mula keluhan, lamanya, progresivitas, faktor yang memperberat/memperingan serta hubungannya dengan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisik Umum2Tindakan pemeriksaan fisik bertujuan untuk melihat keadaan awal pasien saat datang.Dalam pemeriksaan fisik terhadap pasien maka diperlukan perhatian khusus dalam melakukan pemeriksaan, selain itu juga dibutuhkan ketelitian dalam memeriksa keseluruhan berbagai tubuh pasien, sambil berusaha menanyakan keadaan pasien, agar tampak diketahui respon dari pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Tingkat kesadaran pasien Tekanan darah pasien Suhu tubuh pasien Frekuensi pernafasan Frekuensi denyut jantung Serta melihat keadaan pasien secara keseluruhan, bila diperlukan pemeriksaan dilakukan dengan meminta respon pasien

Pemeriksaan Fisik Mata1-3Pemeriksaan fisik mata adalah serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mata secara umum. Pemeriksaan ini dikhususkan pada bagian mata. Langkah pemeriksaan yang dilakukan yakni :1,3 Ketajaman visus, menggunakan kartu Snellen Lapang pandang, dengan tes konfrontasi Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan kemampuan palpebra untuk menutup sempurna Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar lakrimalis dan sakus lakrimalis Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus atau pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel, membran, papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada konjungtiva tarsus inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum, kalazion. Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna sekret, kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi konjungtival, siliar, atau episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron, bercak degenerasi, pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium. Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat apakah ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan kesimetrisan pupil. Gerakan ekstraokular, dengan mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk huruf H di udara, lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa nyeri saat pergerakan.2

Pada konjungtivitis, hasil pemeriksaan fisik bisaanya ditemukan visus yang normal, hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata yang bengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan adenopati preaurikular.3

Pemeriksaan Penunjang Pada Kelainan Mata1,3,4Pemeriksan penunjang merupakan pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan guna untuk membantu menegakan diagnosis yang akan diambil. Pada pemeriksaan tambahan ini umumnya membutuhkan peralatan yang digunakan untuk membantu mendapatkan hasil pemeriksaan. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus kelaian mata :1. Loupe dengan sentolop dan lampu celah (slitlamp)Loupe merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda menjadi lebih besar dari ukuran normalnya. Alat ini mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Dengan alat ini maka dengan jarak tertentu pasien dapat melihat benda menjadi lebih besar dan tanpa perlu mata berakomodasi. Selain itu, apabila benda disinari dengan sentolop maka benda yang dilihat pasien akan lebih jelat. Hal ini digunakan sebagai pengganti slitlamp atau lampu celah. Pemeriksaan ini akan lebih sempurna hasilnya apabila dilakukan dalam kamar pemeriksaan yang digelapkan.2. TonometerTonometer merupakan suatu alat pemeriksaan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan tonometri. Tonometri sendiri merupakan tindakan pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui tekanan intraokular. Pemeriksaan tonometri ini sebaiknya dilakukan kepada setiap pasien yang berusia lebih dari 20 tahun dan dilakukan secara rutin sebagai sebuah pemeriksaan fisik umum. Cara melakukan pemeriksaan ini dikenal dengan 4 macam, yakni : Tonometer digital Tonometer Schiotz Tonometer aplanasi Tonometer Mackay-Mang3. OftalmoskopOftalmoskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan oftalmoskopi. Pemeriksaan oftalmoskopi bertujuan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Oftalmoskopi dibedakan menjadi oftalmoskopi langsung dan oftalmoskopi tidak langsung. Oftalmoskopi langsung bertujuan untuk melihat daerah paling perifer sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik, dan perbesaran 15 kali. Sedangkan dengan oftalmoskopi tidak langsung akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali diameter papil, danpat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek stereoskopik dan dengan perbesaran 2-4 kali. Pemeriksaan dengan oftalmoskop ini dilakukan dalam kamar gelap.4. Kamplimeter dan PerimeterKedua alat ini merupakan alat untuk pengukur dan pemetaan lapang pandang terutama pada daerah sentral dan para sentral. Lapang pandang yang dimaksud ini merupakan bagian ruangan yang dapat terlihat oleh satu mata dalam sikap diam dan memandang lurus ke depan. Pemeriksaan lapang pandang ini bertujuan untuk mengetahui suatu jenis penyakit atau mengetahui progresivitas suatu penyakit. Hasil pemeriksaan lapang pandangan normal yakni 90 derajat temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal, 70 derajat inferior5. FluoreseinFluoresein merupakan suatu bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari oleh gelombang biru akan menghasilkan gelombang hijau. Bahan ini dipakai untuk melihat ada tidaknya defek epitel kornea, fistel kornea atau dengan disuntikan intravena unutk dibuat foto pembuluh darah retina6. Uji AnelDominique Anel adalah ahli bedah perancis 1679-1730, yang melakukan pemeriksaan fungsi ekresi lakrimal.17. Eksoftalmometer HertelEksoftalmometri merupakan suatu tindapakn mengukur penonjolan bola mata dengan sebuah alat yang bernama Hertel. Dengan alat ini maka dapat diketahui derajat penonjolan bola mata. Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm dan beda penonjolan dari 2 mm antara kedua mata dinyatakan sebagai mata menonjol patologis atau eksoftalmos.8. Uji Ishihara atau buta warna3,4Uji ini dilakukan dengan menggunakan kartu ishihara yang merupakan kartu dengan titik-titik berwarna yang kecerahannya dan bayangannya membentuk angka, huruf atau lainnya. 9. Amsler Grid, uji kisi-kisi AmslerAlat ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui fungsi penglihatan sentral makula. 10. Papan PlacidoPapan placido merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan permukaan kornea. Papan placido ini merupakan sebuah papan yang mempunyai gambaran garis hitam yang melingkar konsentris dengan lobang kecil yang terdapat pada bagian sentralnya.11. GonioskopiLensa gonioskopi merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan glaukoma. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada setiap kasus kelainan mata yang dicurigai terjadinya glaukoma.

12. Uji Ultrasonografi4Ultrasonografi merupakan tindakan pemeriksaan mata yang dipakai untuk melihat struktur abnormal yang terjadi pada mata dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak dimungkinkan untuk melihatnya dengan mata secara langsung. Cara mengetahui hasilnya adalah dengan melihat adanya gambaran ultrasonigrafi yang telah terekam dengan adanya pantulan getaran yang berbeda-beda. Proses kerja alat ini adalah dengan melihat dan memotret jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang yang tidak dapat terdengar, pemeriksaan ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler. USG mata ini umumnya dilakukan pada pasien yang terduga menderita katarak.13. ElektroretinografiElektroretinografi merupakan suatu pemeriksaan terhadap retina dengan melihat hasil rekaman gelombang listrik retina yang terjadi pada perubahan sinar. ERG ini berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina14. Visual evoked responseRangsangan pada mata akan menimbulkan rangsangan pada jalur penglihatan hingga korteks oksipital. Pada pemeriksaan ini akan dilihat perbedaan besar rangsangan pada kedua mata, sehingga akan diketahui adanya gangguan rangsangan atau penglihatan pada seseorang.15. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata untuk mengetahui penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism bakteri atau pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Working DiagnosisHordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5

Differential DiagnosisKalazionGejalanya adalah adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeritekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar dan tidak ada tanda&tanda radang akut. Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru&baru ini, diikuti dengan peradangan akut misalnya merah, pembengkakan, perlunakan. Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh.

PatofisiologiHordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum 2,3

Gejala KlinisGejala 2,3 Pembengkakan Rasa nyeri pada kelopak mata Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata Riwayat penyakit yang sama

Tanda 7 Eritema Edema Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata Seperti gambaran absces kecil

Faktor Resiko1. Penyakit kronik.2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.4. Diabetes5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.6. Riwayat hordeolum sebelumnya7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. 4

Penatalaksanaan3,5Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.4Umum1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.

ObatAntibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.1. Antibiotik topikal. Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 3Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.5 2. Antibiotik sistemikDiberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. 3Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.6

PembedahanBila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 6Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila: Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik. 6

Prognosis3Prognosis penderita hordeolum baik namun waspadai kekambuhan. 3

KesimpulanHordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. Gejala dan tanda hordeolum antara lain bengkak, nyeri pada kelopak mata, perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, memiliki riwayat penyakit yang sama, eritema, edem, nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata. Seperti gambaran absces kecil. Penatalaksanaan terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat, antibiotik topikal atau pun sistemik dan pembedahan.

Daftar pustaka1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006. h.35-6, 109-48.2. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta: EGC, 2009. h.147-57.3. Riordan-Eva P, Whitches JP. Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC, 2009. h.97-124.4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systematic approach. Edisi ke-7. China: Elsevier Saunders, 2011. h.25-9.5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2012. h.120-376. Utama H. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h.28-9

Blok 23 Special Sense 1