Pb
-
Upload
masdarto7032 -
Category
Documents
-
view
16 -
download
3
description
Transcript of Pb
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KADAR TIMBAL PADA DAUN NUSA INDAH
A. Dasar Teori
Polutan dari atmosfer dapat memberikan pengaruh besar pada tumbuhan. Polusi
tehadap tumbuhan menyebabkan kerugian, yaitu :
1. Polutan dapat memberikan efek racun secara langsung atau tidak langsung.
Polutan ini adalah penyebab penurunan kualitas hasil panen yang akan
mengancam suplai makanan.
2. Tanaman terkena pengaruh polutan yang disebabkan oleh pembakaran mesin
kendaraan bermotor yang membawa polutan berupa gas yang sampai ke tanaman.
Sebagai contoh Pb terakumulasi dalam tanaman dan keberadaannya tidak hanya
berbahaya untuk tanaman itu sendiri tetapi dapat mengancam hewan dan manusia
yang mengkonsumsinya.
Pb di lingkungan pada umumnya berupa senyawa anorganik Pb
2+
. Senyawa
organologam timbal misalnya tetrametillead (CH
3
)
4
Pb, trimetillead (CH
3
)
3
Pb
+
, dan
dimetillead (CH
3
)
2
Pb
2+
berada dalam konsentrasi yang lebih rendah daripada timbal
anorganik.
Pb merupakan hasil dari emisi dan degradasi tetraalkillead yang ditambahkan pada
bensin atau metilasi biologikal anorganik timbal dalam sedimen. Timbal ditambahkan
pada bensin sebagai campuran tetrametil dan tetraetil lead, tetapi paling besar diubah
menjadi senyawa anorganik timbal selama proses pembakaran. Sebagian kecil fraksi
diemisikan dalam bentuk organologam dan akhirnya didegradasi menjadi anorganik
timbal dalam lingkungan.
R
4
Pb R
3
Pb
+
R
2
Pb
2+
Pb
2+
Dengan R adalah CH
3
atau C
2
H
5
. (Practical environmental analiysis : 264)
Pengukuran kadar Pb dalam percobaan ini dilakukan dengan metode
Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
1. Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari metode ini adalah larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan
unsur-unsur sampel diubah menjadi uap atom dengan demikian nyala mengandung
unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa di antara atom akan tereksitasi secara termal
2
oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom bebas dalam keadaan
dasar (ground state).
Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber
radiasi yang dibuat dari unsure-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang
dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang
diabsorpsi oleh atom dalam nyala.
Absorpi ini mengikuti hukum Bear, yakni absorbansi berbending langsung
dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua
variabel ini sulit untuk ditentukan, tetapi panjangnya dapat dibuat konstan sehingga
absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan
sampel
2. Gangguan-gangguan (Interferensi)
Ada tiga gangguan utama dalam AAS, antara lain:
a. Gangguan Ionisasi
Biasa terjadi pada unsur-unsur alkali dan alkali tanah dan beberapa unsur-unsur
yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala, karena
dalam analisis yang diukur serapan atau emisi atom yang tak terionisasi. Maka
sinyal yang diperoleh pada detektor akan turun. Namun demikian, gangguan ini
bukan gangguan yang serius karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang
dipengaruhi. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yang
mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari
unsur yang dianalisis.
b. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktory (tahan panas)
Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia,
biasanya anion yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang
tahan panas (refractory). Sebagai contoh, posfat akan bereaksi dengan kalsium
dalam nyala menghasilkan kalsium piroposfat (Ca
2
P
2
O
7
). Hal ini menyebabkan
absorpsi atau emisi atom Ca dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat
di atasi dengan stronsium klorida atau lantanium nitrat ke dalam larutan. Kedua
logam ini lebih mudah bereaksi dengan posfat sehingga reaksi kalsium dalam
posfat dapat dicegah. Gangguan ini dapat pula di atasi dengan menambahkan
EDTA berlebihan. EDTA akan membentuk kompleks dengan ion kalsium,
sehingga dapat dihindarkan pembentukan senyawa refractory dengan posfat.
3
Selanjtnya kompleks Ca-EDTA akan mudah terdisosiasi dalam nyala menjadi
atom Ca yang menyerap sinar.
c. Gangguan Fisik
Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan
sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut
adalah kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau
solven, kandungan padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dan lain-lain.
Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi atau
standarisai.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kadar Pb yang terserap di dalam daun nusa indah
2. Untuk menganalisis perbedaan kadar Pb yang terdapat dalam daun nusa indah dari
dua tempat yang berbeda.
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
gelas ukur 25 mL
kantong plastik
Labu ukur
neraca
AAS
2. Bahan :
Sampel daun nusa indah
larutan HNO
3
0,1 M
larutan standar Pb(NO
3
)
2
2, 4, 6, 8, 10 ppm
kertas HVS
D. Prosedur Kerja :
1. Pengambilan Sampel :
Sampel daun nusa indah diambil dari dua tempat yang berbeda. Salah satu diambil
dari pohon yang tumbuh di dekat jalan yang arus lalu lintas kendaraan bermotornya
padat, yang lainnya di ambil dari pohon yang tumbuh di tempat yang arus kendaraan
4
bermotornya jarang. Sampel daun dimasukkan ke dalam kantung plastik polietilen
kemudian ditutup rapat.
2. Perlakuan Sampel
Ke dalam 2 buah kantong plastik yang masing-masing berisi satu lembar sampel
daun dimasukkan 25 mL larutan HNO
3
0,1 M yang telah dipanaskan hingga 70
o
C,
kemudian dikocok selama kurang lebih 2 menit. Larutan yang terjadi dipindahkan ke
dalam labu ukur, 25 mL ditutup rapat. Selain itu disiapkan larutan standar Pb(NO
3
)
2
2, 4, 6, 8, dan 10 ppm.
3. Analisis Kadar Pb
a. Larutan hasil dari langkah kerja perlakuan sampel dianalisis kadar timbalnya
dengan menggunakan Spetrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 283
nm.
b. Hal yang sama dilakukan terhadap larutan standar 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm untuk
membuat kurva standar.
4. Penentuan Kadar Pb dalam Daun Nusa Indah
a. Dari data absorbansi yang diperoleh pada larutan standar dibuat kurva standar
antara konsentrasi larutan standar dan absorbansi.
b. Dari data absorbansi larutan sampel dilakukan interpolasi ke dalam
persamaan regeresi kurva standar untuk memperoleh kadar Pb dalam 25 mL larutan.
c. Untuk mengetahui luas sampel daun nusa indah dibuat plot outline pada tepi
daun pada kertas HVS, kemudian kedua plot bentuk daun yang dihasilkan dipotong
dan ditimbang. Dari plot itu diambil luasan 10 x 10 cNI2 kemudian ditimbang.
Dengan mengganggap bahwa semua bagian kertas adalah homogen dalam hal
ketebalan dan massa jenisnya luas daun dalam cNI2 adalah (massa kertas plot daun
: massa potongan kertas 10x10 cNI2) x 100 cNI2.
d. Dari hasil penentuan kadar Pb dalam 25 mL larutan dengan satuan ppm atau
mg/L, dan luas sampel daun dalam cNI2 ditentukan kadar Pb terserap dalam daun
dengan satuan mg/100 cNI2.
E. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan
5
1. Sampel daun diambil di dua tempat. Satu sampel dipetik dari pohon yang tumbuh
di tepi jalan perempatan New Armada (Kode sampel NI1), Magelang, yang satunya
diambil di pohon nusa indah yang tumbuh di Kompleks Perumahan SMU TN
Magelang (Kode sampel NI2).
2. Dari pengukuran luas daun diperoleh hasil sebagai berikut :
Luas daun sampel NI1 = 89,8134 cNI2
Luas daun sampel NI2 = 54,2640 cNI2
3. Analisis dengan AAS larutan sampel dan larutan standar diperoleh data
absorbansi sebagai berikut :
a. Data absorbansi larutan stadar pada tabel berikut :
b. Data absorbansi larutan sampel :
F. Analisis Data
1. Dari data absorbansi larutan standar didapatkan kurva standar dengan persamaan
y = 0,0075 x – 0,001
Konsentrasi
Pb(ppm)
Absorbansi
2
4
6
8
10
0.013
0.029
0.046
0.060
0.073
Kode Sampel Absorbansi
NI1 0,002
NI2 0,000
6
KURVA STANDAR
KONSENTRASI vs ABSORBANSI
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi (ppm)
absorbansi
b. Dengan memasukkan data absorbansi larutan sampel pada persamaan regresi
kurva standar diperoleh kadar Pb sebagai berikut :
c. Penentuan kadar Pb terserap dalam daun dengan satuan miligram/cNI2 sebagai
berikut :
Kadar Pb pada larutan NI1 = 0,5430 ppm = 0,5430 mgram/L atau = 0,5430/40
mgram/25mL = 0,014 mg/25 mL, sehingga kadar Pb dalam daun NI1 (luasnya
89,8134 cNI2) = 0,014 mg. = 0,014 /mg/89,8134 cNI2 = 1.5 x 10
-4
mg/cNI2.
Dengan cara analog kadar Pb pada sampel NI2 = 0,01457 ppm sama dengan
67 x 10
-4
mg/cNI2.
F. Pembahasan
Dari hasil analisis data diperoleh kadar Pb dalam sampel NI1 yaitu daun nusa
indahdi dekat arus lalu lintas padat = 1,5 x 10
-4
mg/cNI2. dan pada sampel NI2 yaitu
daun nusa indah yang berada di tempat yang jarang arus lalu lintasnya
adalah = 67 x 10
-4
mg/cNI2. Hasil yang pertama cukup signifikan dengan keadaan
Kode Sampel Absorbansi Konsentrasi Pb (ppm)
NI1 0,000 0,4106
NI2 0,001 0,2780
7
daun yang memang setiap hari menyerap asap kendaraan bermotor. Sedangkan untuk
NI2 agak mengherankan dengan terdeteksinya kandungan Pb. Setelah dilakukan
pengecekan kembali di lapangan ternyata pohon nusa indah dari daun itu terletak di
belakang garasi mobil, sehingga setiap hari terjadi emisi asap dari pemanasan mobil
yang setiap harinya berkisar 5-10 menit.
Terlepas dari kekurangcermatan dalam teknis pemilihan sampel tersebut, secara
signifikan bisa dilihat pengaruh besarnya emisi gas buangan kendaraan bermotor
terhadap kadar Pb terserap daun nusa indah. Jika dilihat perbedaan kadar Pb pada NI1
terhadap NI2 tersebut dalam persentase selisih NI1 terhadap NI2
= (1,5-67)10
-4
/67x10
-4
x 100% = 97,76 %. Dari selisih perbedaan ini cukup
memberikan gambaran bahwa ada perbedaan kadar Pb yang terserap pada daun yang
sering menyerap gas buangan kendaraan bermotor dengan yang jarang atau tidak
terkena polusi gas buangan kendaraan bermotor.
Implikasi lebih jauh dari analisis di atas adalah perlu diperhatikan dalam konsumsi
bagian-bagian tumbuhan (daun, bunga, buah) baik hewan maupun manusia karena
adanya potensi penyerapan Pb jika terdapat emisi polutan dari sisa pembakaran bahan
bakar minyak dari berbagai sumber yang mungkin di sekitar tumbuhnya tanaman
yang bersangkutan. Perhatian ini diperlukan karena telah diketahui tingginya
toksisitas Pb sebagai ion logam berat berbahaya, sifatnya yang terakumulasi dalam
jaringan tubuh dan nilai ambang batas maupun kadar tertinggi diijinkan dalam
standar kesehatan yang harus berada pada konsentrasi rendah atau tidak ada sama
sekali. Perlu penelitian yang lebih lanjut dan seksama dalam hal ini.
G. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Kadar Pb dalam daun nusa indah dengan kode NI1 = 1.5 x 10
-4
mg/cNI2, dan
pada daun nusa indah dengan kode NI2 = 67 x 10
-4
mg/cNI2
2. Terdapat selisih kadar sebesar 97,76 %.antara NI1 dan NI2 yang berarti dapat
disimpulkan ada perbedaan yang cukup jelas kadar Pb pada sampel daun nusa indah
yang diambil di tempat yang padat arus kendaraan bermotornya dibanding dengan
tempat yang lebih jarang arus kendaraan bermotornya.