Patogenesis Periodontitis-sek 2-Dmf 1
-
Upload
gita-putri-kencana -
Category
Documents
-
view
34 -
download
7
description
Transcript of Patogenesis Periodontitis-sek 2-Dmf 1
Berdasarkan etiologinya mekanisme terjadinya periodontitis dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. Mekanisme yang akan
dibahas berikut adalah proses terjadinya periodontitis ditinjau dari adanya bakteri
dalam plak sebagai induksinya.
Dengan demikian mekanisme tersebut diawali dengan adanya plak pada
regio supragingival. Seiring dengan jalannya waktu, yang disertai oral hygine
yang buruk atau adanya manifestasi sistemik sehingga pertahanan host rendah,
maka plak pada supragingival ini akan mampu berkembang menjadi plak pada
regio subgingival. Sedangkan plak pada supragingival akan mengalami kalsifikasi
sehingga membentuk calculus supragingival. Plak yang berada pada subgingival
ini akan mampu berkembang dengan cepat dikarenakan pada regio ini self
cleansing dari saliva maupun kegiatan menyikat gigi tidak mampu mencapai
daerah ini, akibatnya retensi makanan semakin tinggi pada daerah ini, sehingga
plak supragingival ini akan berkembang dengan cepat. Selain itu bakteri anaerob
akan berkembang cepat pada daerah tersebut. Dimana bakteri anaerob lebih
patogen dibanding bakteri aerob. Bersamaan dengan adanya retensi makanan plak
ini nantinya akan cepat sekali berkembang menjadi calculus subgingival. Calculus
dengan tektstur yang keras menyebabkan iritasi pada gingival yang merupakan
jaringan lunak. Iritasi inilah yang merangsang respon inflamasi pada daerah
tersebut. Tidak hanya iritasi calculus yang terlibat dalam merangsang respon
inflamasi gingiva, toksin dan produk proteolitik bakteri menjadi faktor lain
terjadinya iritasi gingiva (gingivitis) yang mampu merangsang proses inflamasi
pada daerah tersebut.
Gambar 1: mekanisme gingivitis
Gambar 3: bleeding on probing (BOP)
Respon inflamasi pada lesi awal gingivitis ditandai dengan meningkatnya
cairan crevikular gingiva, bersamaan dengan itu akan terjadi pula infiltrasi PMN
pada area juntional epitelium. Pada lesi ini belum terjadi adanya tanda klinis
daripadanya. Apabila bakteri terus menghasilkan toksin dan enzim proteolitik ke
arah apikal lama-lama akan terjadi destruksi pada area tersebut. Dengan demikian
bila aktivitas bakteri terjadi pada subgingival, maka dekstruksi jaringan akan
berlangsung pada junctional epitelium. Disamping aktivitas dari enzim proteolitik
dalam mendektruksi jaringan. Interaksi bakteri dengan sel-sel inflamasi juga
mampu menghasilkan enzim proteolitik berupa kolagenase yang juga mampu
melakukan dekstruksi pada jaringan ikat. Bahkan dekstruksi akan semakin besar
ketika kalkulus yang terkalsifikasi dan bertekstur kasar terus mengalami deposit
pada area juntional epitelium. Akibatnya akan terjadi penurunan juntional
epitelium ke apikal membentuk poket periodontal (periodontitis). Keadaan inilah
yang kemudian mampu dideteksi dengan pengukuran probbing depth pada area
tersebut. Jika aktivitas dektruski bakteri tersebut terus belanjut pada tulang
alevolar, hal yang pasti terjadi adalah rusaknya ligamen periodontal dan
dekstruksi pada tulang aleolar tersebut. Hal inilah yang kemudian menyebakan
timbulnya tanda klinis berupa mobilisasi dari gigi.
Bentuk penyebaran gingivitis tidaklah
hanya bergerak secara vertikal menuju area
Gambar 2: mekanisme periodontitis
apikal, melainkan juga bergerak secara horizontal yang menyebabkan
pembengkakan gusi, BOP(bleeding on probing), dan hilang kontur (stippling)
serta tekstur (kekenyalan) dari gingiva. Mekanisme daripadanya adalah serupa
dengan penyebaran pada aera vertikal. Yaitu toksin dan enzim bakteri mampu
merangsang reaksi inflamasi dari daerah tersebut, salah satunya adalah dilatasi
pembuluh darah. Dilatasi ini menyebakan merembesnya eksudat pada jaringan
intersisial. Pengisian ruang kosong sel dengan suatu cairan menyebakan
terpisahnya jarak antar sel, hal inilah yang kemudian menyebabkan
pembengkakan pada gingiva diikuti berubahnya kontur akibat hilangnya stippling
dan berubahnya tekstur gingiva menjadi lunak. Aktivitas diatas juga seiring
dengan destruksinya jaringan ikat kolagen akibat aktivitas enzim protelitik
bakteri berupa kolagenase atau akibat interaksi bakteri dan sel inflamasi yang juga
mampu menghasilkan kolagenase. Bila kolagen ini rusak, eksudat akan lebih
mudah mengilfitrasi daerah tersebut akibatnya perbesaran juga akan berkembang
cepat. Perbesaran yang disertai dilatasi pembuluh darah ini nantinya akan
menipiskan seal (lapisan pertahanan margin gingiva) sehingga gingiva akan
mudah sekali berdarah ketika berinteraksi dengan prob. Rusaknya kolagen ini juga
menurunkan rigiditas dari lapisan epitelium keratin (rete pag) yang membentuk
kontur stippling, akibatnya kontur tersebut akan hilang.
Keadaan periodontitis biasanya juga disertai dengan keadaan halitosis.
Keadaan ini dihasilkan oleh aktivitas bakteri pada subgingival yang dalam
interaksinya dengan GCF(Gingival Crevicular Fluid) berupa protein yang mampu
melakukan degenerasi protein menjadi asam amino yang akan menghasilkan
produk samping VSC (Volatile Sulfur Compound) yang dalam sifatnya sangat
mudah menguap dan berbau tidak sedap. Dalam aktivitasnya ini, energi bakteri
didapatkan dari karbohidrat yang terkandung dalam makanan di teretensi pada
area subgingival.
Selain itu tahap-tahap pathogenesis dari gigingivitis di golongan menjadi
beberapa stage/tahap, antara lain :
Tahap I.(Initial lesion)
a.Manifestasi:Perubahan vaskuler berupa dilatasi kapiler dan peningkatan aliran
darah.
b.Klinis : Belum terlihat adanya perubahan klinis.
c.Mikroskopis: Terjadi perpindahan netrofil kedinding darah dan peningkatan
PMNs pada pembuluh darah dan peningkatan migrasi lekosit dalam sulkus
gingival disertai peningkatan GCF.
Tahap II. Early lesion
a. Klinis :Eritema (kemerahan ) dan Bleeding on probing (BOP +)
b. Mikroskopis :Infiltrasi lekosit pada jaringan ikat dibawah junctional
epitelium, tulimfosit (75% sel T) dan peningkatan kerusakan kolagen yaitu 70%
disekeliling infiltrat plasma.
Tahap III Established Lesion
a.Klinis : Pembuluh darah menjadi padat, venousreturn rusak dan aliran
darah melambat sehingga menyebabkan anoksemia local yang di tandai dengan
warna merah kebiruan. Pada tahap ini inflamasi gingiva digambarkan sedang
sampai dengan parah.
b.Mikroskopis :Terjadi peningkatan jumlah sel plasma. Junctional epitelium telah
melebar dan terisi debris granulerseluler seperti lisosom, netrofil, limfosit dan
monosist rusak.
Stage of Gingivitis