jawaban LO dmf 2
-
Upload
arofah-noor-berliana -
Category
Documents
-
view
290 -
download
20
description
Transcript of jawaban LO dmf 2
Supernumerary Teeth
Defenisi
Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi
yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal. Supernumerary
teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu berjejal atau malah
dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.
Penyebab
Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti.
Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat
pembentukan benih gigi. Proses pembentukan primary ephitelial thicketing
dimulai pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal ditandai dengan terjadinya
proliferasi oral epitelium ke arah ektomesenkim, kemudian di bawahnya
membentuk primary epitelial thicketing. Lapisan ini akan menghasilkan tunas gigi
(tooth bud). Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada
10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental
lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,
sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental
lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu. Apabila
terdapat aktivitas berlebih dari lamina dental maka akan dihasilkan benih gigi
lebih dari normal ( lebih dari sepuluh ). Pada beberapa kasus, kelainan ini dapat
diturunkan dari orang tua. Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan
bagian dari penyakit atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate (sumbing
pada bibir dan langit-langit), Gardner’s syndrome, atau cleidocranial dysostosis.
Pada kelainan-kelainan tersebut, biasanya supernumerary teeth mengalami
impaksi (tidak dapat tumbuh di dalam rongga mulut).
Gambaran Klinis
Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama atau berbeda
dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat konus (seperti kerucut),
tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome (bentuknya tidak
beraturan).
Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan
rahang bawah. Gigi berlebih ini juga dapat terbentuk di berbagai bagian rahang,
yaitu pada daerah gigi insisif depan atas (disebut juga mesiodens), di sebelah gigi
molar (disebut juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar
terakhir (disebut juga disto-molars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga
parapremolars). Supernumerary teeth yang paling sering dijumpai adalah
mesiodens. Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi
susu.
Gambar Supernumerary teeth pada bagian depan rahang atas (mesiodens)
Gambar radiografi molar keempat
Agenesis
Definisi
Agenesis adalah tidak terbentuknya beberapa benih gigi pada masa pembentukan
benih gigi pada masa janin. Pembentukan calon gigi sudah dimulai sejak janin
berusia 4 minggu. Sedangkan, proses keluarnya atau erupsi dimulai saat bayi
berusia 6-7 bulan.
Penyebab
Penyebab agenesis dapat karena herediter (mutasi gen autosomal. Agenesis;
mutasi gen MSX1 dan PAX9 yang bersama sama membentuk suatu bentuk
kelainan atau mutasi. diwariskan oleh gen resesif yang terpaut oleh kromosom X.
Selain itu adanya gangguan pada proses pembentukan benih gigi (tidak adanya
kerapatan mesenkim pada lonceng gigi dan tidak adanya reaksi ektodermal)
sehingga terjadi ketidakmampuan ameloblast bekerja sama dengan odontoblast
membentuk email dan terjadilah agenesis.
Gambaran Klinis
Agenesis ada 2 yaitu :
1. Agenesis soliter (hipodonsia/oligodonsia)
Hipodonsia adalah suatu keadaan dimana terdapat 1 sampai 2 gigi yang
tidak terbentuk.
Oligodonsia adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari 4 gigi yang
tidak terbentuk.
2. Agenesis absolut (anodonsia)
suatu keadaan dimana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali
Hampir semua gigi tidak terbentuk
Gambar Hipodontia
Gambar radiografi hipodontia
Kelainan bentuk
Dens evagenatus (extra cusp)
Definisi
Dens evagenatus adalah anomaly gigi yang memiliki karakteristik munculnya
sebuah bentuk extra cusp (cusp berlebih) sebagai awal terbentuknya tuberkel.
Penyebab
Terjadi kesalahan evaginasi dari inner enamel epitelium.
Gambaran Klinis
Terdapat cusp tambahan pada permukaan palatal atau bukal. Cups tambahan
tersebut dinamakan talon cusp. Tuberkel terdiri dari lapisan luar enamel, inti
dentin dan perluasan pulpa yang tipis. Tuberkel ini setelah muncul akan segera
mengalami keausan atau patah yang dalam banyak kasus menyebabkan pulpa
terbuka.
Gambaran terbentuknya cusp tambahan
secara klinis
Taurodonsia
Definisi
Gambaran radiografi
Taurodonsia adalah kelainan pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti
tanduk sapi.
Etiologi
Heriditer : autosomal dominan atau sebagai bagian dari beberapa sindrom
mencakup trichodentoosseous sindrom (TDO), otodental dysplasia, ectodermal
dysplasia, sindrom gigi dan kuku, amelogenesis imperfecta.
Gambaran klinis
Badan gigi yang mengalami taurodonsia memanjang dan akarnya pendek.
Kamar pulpa dari gigi yang mengalami tarodonsia meluas dari posisi normal pada
mahkota sampai panjang badan gigi yang memanjang, menyebabkan dasar pulpa
terletak lebih ke apikal. Taurodonsia dapat terjadi di gigi mana saja baik gigi
permanen maupun gigi desidui.
Gambaran radiografi gigi molar yang mengalami taurodonsia.
Hubungan etiologi dengan malposisi gigi
Lingkungan
a. Prenatal
b. Postnatal
a. Prenatal :
posisi abnormal pada fetus dapat menyebabkan cacat cranial atau asimetri
muka.
diet dan metabolisme ibu dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan
obat-obatan, trauma dan German Measles , menyebabkan kelainan
kongenital dan maloklusi.
b. Postnatal :
Proses kelahiran dengan forceps
Kecelakaan, jatuh yang mengakibatkan fraktur pada condili dapat
menyebabkan asimetri muka
Luka bakar dapat menyebabkan maloklusi.
Tambahan :
Beberapa kelainan letak gigi
1. Rotasi yaitu gigi yang mengalami perputaran melalui sumbu vertikal gigi.
a. Rotasi sentris : gigi yang berputar melalui sumbu gigi.
b. Rotasi eksentris : gigi yang berputar diluar sumbu gigi.
2. Versi yaitu gigi yang mengalami gigi berputar melalui sumbu horisontal.
3. Gresi yaitu gigi yang berpindah secara menyeluruh ke dalam atau ke luar
lengkung gigi
4. Ektopik yaitu gigi yang tidak tumbuh pada tempatnya
5. Heteropi yaitu gigi yang erupsinya tidak pada urutan tempatnya
6. Infraposisi yaitu pertumbuhan gigi di bawah bidang oklusal
7. Supraposisi yaitu pertumbuhan gigi melewati bidang oklusal.
Faktor lokal :
Frenulum labial yang tinggi
Frenulum labial yang tinggi pada rahang atas terkadang dapat
menyebabkan malposisi dari gigi terutama pada kedua gigi insisivus sentral.
Frenulum labial pada masa bayi, normalnya mempunyai daerah perlekatan yang
rendah di dekat puncak prosesus alveolaris diatas garis tengah. Pada fase geligi
sulung frenulum labialis sering terlihat melekat pada prosesus alveolaris diantara
gigi-gigi insisivus sentral rahang atas. Dengan pertumbuhan dento-alveolar yang
normal, prosesus alveolaris akan tumbuh kebawah dan daerah perlekatan
frenulum labial akan makin tinggi pada rahang. Meskipun demikian, kadang-
kadang daerah perlekatan yang rendah tetap ada, dan frenulum menjadi lebih
tinggi sehinnga menyebabkan diastema sentral pada rahang atas.
Tanggal prematur gigi sulung
Salah satu fungsi dari gigi sulung adalah menyediakan tempat bagi gigi
permanen penggantinya, dan secara tidak langsung juga mempertahankan panjang
lengkung geligi. Penyebab dari kelainan ini adalah karies dan trauma.
Apabila terjadi tanggal prematur perubahan panjang lengkung geligi ,karena
tempat gigi sulung yang tanggal akan ditempati oleh gigi-gigi sebelahnya (gigi
sebelah menyebalahnya migrasi/tipping) sehingga apabila benih gigi permanen
penggantinya akan erupsi akan kekurangan tempat sehingga gigi geligi menjadi
saling tumpang tindih, bahkan bila tempat yang ada tidak cukup untuk tumbuhnya
benih gigi pengganti, maka gigi permanen penggantinya tidak dapat erupsi .
Letak salah benih
Pada umumnya letak salah benih menyebabkan erupsi yang bersangkutan
tidak pada lengkung yang benar. Secara klinis letak salah benih biasanya ditandai
dengan adanya rotasi atau versi. Kelainan ini banyak dijumpai pada keadaan
maloklusi, akibat yang ditimbulkan adalah adanya berdesakan pada lengkung
rahang. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada gigi permanen karena pola
pembentukan benih gigi permanen lebih lama dibanding dengan gigi sulung
sehingga seiring perjalanan waktu pembentukan benih gigi dapat terjadi
kemungkinan kelainan lain.
Sumber :
Drg. Hj. Herniyati, M.Kes dkk. 2009. Buku Ajar Ortodonsia I Edisi peertama.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember : Jember.