jawaban LO dmf 2

13
Supernumerary Teeth Defenisi Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal. Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya. Penyebab Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti. Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi. Proses pembentukan primary ephitelial thicketing dimulai pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal ditandai dengan terjadinya proliferasi oral epitelium ke arah ektomesenkim, kemudian di bawahnya membentuk primary epitelial thicketing. Lapisan ini akan menghasilkan tunas gigi (tooth bud). Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang

description

dmf 2

Transcript of jawaban LO dmf 2

Page 1: jawaban LO dmf 2

Supernumerary Teeth

Defenisi

Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi

yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal. Supernumerary

teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu berjejal atau malah

dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.

Penyebab

Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti.

Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat

pembentukan benih gigi. Proses pembentukan primary ephitelial thicketing

dimulai pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal ditandai dengan terjadinya

proliferasi oral epitelium ke arah ektomesenkim, kemudian di bawahnya

membentuk primary epitelial thicketing. Lapisan ini akan menghasilkan tunas gigi

(tooth bud). Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada

10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental

lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,

sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental

lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu. Apabila

terdapat aktivitas berlebih dari lamina dental maka akan dihasilkan benih gigi

lebih dari normal ( lebih dari sepuluh ). Pada beberapa kasus, kelainan ini dapat

diturunkan dari orang tua. Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan

bagian dari penyakit atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate (sumbing

pada bibir dan langit-langit), Gardner’s syndrome, atau cleidocranial dysostosis.

Pada kelainan-kelainan tersebut, biasanya supernumerary teeth mengalami

impaksi (tidak dapat tumbuh di dalam rongga mulut).

Gambaran Klinis

Page 2: jawaban LO dmf 2

Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama atau berbeda

dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat konus (seperti kerucut),

tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome (bentuknya tidak

beraturan).

Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan

rahang  bawah. Gigi berlebih ini juga dapat terbentuk di berbagai bagian rahang,

yaitu pada daerah gigi insisif depan atas (disebut juga mesiodens), di sebelah gigi

molar (disebut juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar

terakhir (disebut juga disto-molars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga

parapremolars). Supernumerary teeth yang paling sering dijumpai adalah

mesiodens. Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi

susu.

Gambar Supernumerary teeth pada bagian depan  rahang atas (mesiodens)

Gambar radiografi molar keempat

Agenesis

Page 3: jawaban LO dmf 2

Definisi

Agenesis adalah tidak terbentuknya beberapa benih gigi pada masa pembentukan

benih gigi pada masa janin. Pembentukan calon gigi sudah dimulai sejak janin

berusia 4 minggu. Sedangkan, proses keluarnya atau erupsi dimulai saat bayi

berusia 6-7 bulan.

Penyebab

Penyebab agenesis dapat karena herediter (mutasi gen autosomal. Agenesis;

mutasi gen MSX1 dan PAX9 yang bersama sama membentuk suatu bentuk

kelainan atau mutasi. diwariskan oleh gen resesif yang terpaut oleh kromosom X.

Selain itu adanya gangguan pada proses pembentukan benih gigi (tidak adanya

kerapatan mesenkim pada lonceng gigi dan tidak adanya reaksi ektodermal)

sehingga terjadi ketidakmampuan ameloblast bekerja sama dengan odontoblast

membentuk email dan terjadilah agenesis.

Gambaran Klinis

Agenesis ada 2 yaitu :

1. Agenesis soliter (hipodonsia/oligodonsia)

Hipodonsia adalah suatu keadaan dimana terdapat 1 sampai 2 gigi yang

tidak terbentuk.

Oligodonsia adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari 4 gigi yang

tidak terbentuk.

2. Agenesis absolut (anodonsia)

suatu keadaan dimana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali

Page 4: jawaban LO dmf 2

Hampir semua gigi tidak terbentuk

Gambar Hipodontia

Gambar radiografi hipodontia

Page 5: jawaban LO dmf 2

Kelainan bentuk

Dens evagenatus (extra cusp)

Definisi 

Dens evagenatus adalah anomaly gigi yang memiliki karakteristik munculnya

sebuah bentuk extra cusp (cusp berlebih) sebagai awal terbentuknya tuberkel.

Penyebab

Terjadi kesalahan evaginasi dari inner enamel epitelium.

Gambaran Klinis

Terdapat cusp tambahan pada permukaan palatal atau bukal. Cups tambahan

tersebut dinamakan talon cusp. Tuberkel terdiri dari lapisan luar enamel, inti

dentin dan perluasan pulpa yang tipis. Tuberkel ini setelah muncul akan segera

mengalami keausan atau patah yang dalam banyak kasus menyebabkan pulpa

terbuka.

Gambaran terbentuknya cusp tambahan

secara klinis

Taurodonsia

Definisi

Gambaran radiografi

Page 6: jawaban LO dmf 2

Taurodonsia adalah kelainan pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti

tanduk sapi.

Etiologi

Heriditer : autosomal dominan atau sebagai bagian dari beberapa sindrom

mencakup trichodentoosseous sindrom (TDO), otodental dysplasia, ectodermal

dysplasia, sindrom gigi dan kuku, amelogenesis imperfecta.

Gambaran klinis

Badan gigi yang mengalami taurodonsia memanjang dan akarnya pendek.

Kamar pulpa dari gigi yang mengalami tarodonsia meluas dari posisi normal pada

mahkota sampai panjang badan gigi yang memanjang, menyebabkan dasar pulpa

terletak lebih ke apikal. Taurodonsia dapat terjadi di gigi mana saja baik gigi

permanen maupun gigi desidui.

Gambaran radiografi gigi molar yang mengalami taurodonsia.

Page 7: jawaban LO dmf 2

Hubungan etiologi dengan malposisi gigi

Lingkungan

a. Prenatal

b. Postnatal

a. Prenatal :

posisi abnormal pada fetus dapat menyebabkan cacat cranial atau asimetri

muka.

diet dan metabolisme ibu dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan

obat-obatan, trauma dan German Measles , menyebabkan kelainan

kongenital dan maloklusi.

b. Postnatal :

Proses kelahiran dengan forceps

Kecelakaan, jatuh yang mengakibatkan fraktur pada condili dapat

menyebabkan asimetri muka

Luka bakar dapat menyebabkan maloklusi.

Page 8: jawaban LO dmf 2

Tambahan :

Beberapa kelainan letak gigi

1. Rotasi yaitu gigi yang mengalami perputaran melalui sumbu vertikal gigi.

a. Rotasi sentris : gigi yang berputar melalui sumbu gigi.

b. Rotasi eksentris : gigi yang berputar diluar sumbu gigi.

2. Versi yaitu gigi yang mengalami gigi berputar melalui sumbu horisontal.

3. Gresi yaitu gigi yang berpindah secara menyeluruh ke dalam atau ke luar

lengkung gigi

4. Ektopik yaitu gigi yang tidak tumbuh pada tempatnya

5. Heteropi yaitu gigi yang erupsinya tidak pada urutan tempatnya

6. Infraposisi yaitu pertumbuhan gigi di bawah bidang oklusal

7. Supraposisi yaitu pertumbuhan gigi melewati bidang oklusal.

Faktor lokal :

Frenulum labial yang tinggi

Frenulum labial yang tinggi pada rahang atas terkadang dapat

menyebabkan malposisi dari gigi terutama pada kedua gigi insisivus sentral.

Frenulum labial pada masa bayi, normalnya mempunyai daerah perlekatan yang

rendah di dekat puncak prosesus alveolaris diatas garis tengah. Pada fase geligi

sulung frenulum labialis sering terlihat melekat pada prosesus alveolaris diantara

gigi-gigi insisivus sentral rahang atas. Dengan pertumbuhan dento-alveolar yang

normal, prosesus alveolaris akan tumbuh kebawah dan daerah perlekatan

frenulum labial akan makin tinggi pada rahang. Meskipun demikian, kadang-

kadang daerah perlekatan yang rendah tetap ada, dan frenulum menjadi lebih

tinggi sehinnga menyebabkan diastema sentral pada rahang atas.

Tanggal prematur gigi sulung

Salah satu fungsi dari gigi sulung adalah menyediakan tempat bagi gigi

permanen penggantinya, dan secara tidak langsung juga mempertahankan panjang

lengkung geligi. Penyebab dari kelainan ini adalah karies dan trauma.

Page 9: jawaban LO dmf 2

Apabila terjadi tanggal prematur perubahan panjang lengkung geligi ,karena

tempat gigi sulung yang tanggal akan ditempati oleh gigi-gigi sebelahnya (gigi

sebelah menyebalahnya migrasi/tipping) sehingga apabila benih gigi permanen

penggantinya akan erupsi akan kekurangan tempat sehingga gigi geligi menjadi

saling tumpang tindih, bahkan bila tempat yang ada tidak cukup untuk tumbuhnya

benih gigi pengganti, maka gigi permanen penggantinya tidak dapat erupsi .

Letak salah benih

Pada umumnya letak salah benih menyebabkan erupsi yang bersangkutan

tidak pada lengkung yang benar. Secara klinis letak salah benih biasanya ditandai

dengan adanya rotasi atau versi. Kelainan ini banyak dijumpai pada keadaan

maloklusi, akibat yang ditimbulkan adalah adanya berdesakan pada lengkung

rahang. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada gigi permanen karena pola

pembentukan benih gigi permanen lebih lama dibanding dengan gigi sulung

sehingga seiring perjalanan waktu pembentukan benih gigi dapat terjadi

kemungkinan kelainan lain.

Sumber :

Drg. Hj. Herniyati, M.Kes dkk. 2009. Buku Ajar Ortodonsia I Edisi peertama.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember : Jember.