Patogenesis Diare Yang Disebabkan Infeksi Bakteri

5
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi: 1. Infeksi Non-Invasi Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggi, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).

description

diare anak

Transcript of Patogenesis Diare Yang Disebabkan Infeksi Bakteri

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi:

1. Infeksi Non-InvasiDiare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggi, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).

ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.

Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan makanan menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.

2. Infeksi InvasifDiare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.

Rencana terapi C : penanganan dehidrasi berat dengan cepatAlur rencana terapi CDapatkah saudara memberi cairan intravena?

TidakYa

Lanjutkan ke bawahBeri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementarainfus disiapkan. Beri 100m/kgBB cairan RL (ringer laktat), jika tidak tersedia gunakan Naclyang dibagi sebagai berikut :umurPemberian pertama 30 ml/kgBB selama :Pemberian selanjutnya 70 ml/kg selama :

Bayi(< 12 bulan)1 jam5 jam

Anak(12 bulan-5 tahun)30 menit2,5 jam

Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak terabaPeriksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepatJuga beri oralit (5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan berianak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam . nilai dehidrasinya. Kemudian pilih rencana terapi yang cocok

Apakah ada fasilitas cairan intravana yang terdekat (dalam 30 menit)?

tidakya

Lanjutkan kebawahRujuk segera untuk pengobatan intravenaJika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan

Apakah saudara telah dilatih menggunakan pipa orogstrik unutk rehidrasi?

TidakYa

Lanjutkan kebawahMulailah melakukan rehiddrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik : beri 20 ml/kg/jam (total120 ml/kg)Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :Sesudah 6 jam, periksa kembali anak.Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapiyang sesuai (A,B,C) unutk melanjutkan penanganan

Apakah anak masih bisa minum?

TidakYa

Rujuk segera ke rumah sakit untuk pengobatan IV dan OGTMulailah melakukan rehiddrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik : beri 20 ml/kg/jam (total120 ml/kg)Periksa kembali anak setiap 1-2 jam :Sesudah 6 jam, periksa kembali anak.Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapiyang sesuai (A,B,C) unutk melanjutkan penanganan

CATATAN :Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral

Sumber : Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Childrens Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfmDepartemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.