Patofisiologi Malnutrisi.doc

2
A. Patofisiologi Malnutrisi Malnutrisi terjadi akibat asupan yang tidak adekuat atau berhubungan dengan penyakit yang diderita sehingga mempengaruhi metabolisme, komposisi tubuh, dan nafsu makan. Pada orang usia lanjut, Mekanisme ini dapat terjadi melalui penurunan nafsu makan oleh karena penyakit, perubahan proses menelan, malabsorpsi, serta hilangnya kemampuan dalam proses makan. Dengan bertambahnya umur, respon inflamasi sering mengalami disregulasi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serum sitokin proinflamasi (IL-6, IL-1, TNF-α, dan IL-8) dan mediator inflamasi lain. Sitokin proinflamasi menimbulkan suatu kondisi katabolisme otot dengan menekan sintesis protein otot dan mempercepat kerusakan protein otot yang berasal dari makanan (Sudoyo, 2009). Malnutrisi pada anak-anak lebih sering akibat defisiensi energi protein (KEP) yang bisa menyebabkan anak ini menderita kwashiorkor, marasmus, atau bisa keduanya. Beberapa studi pada anak-anak yang menderita malnutrisi khususnya undernutrsi menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan otak, meliputi lambatnya pertumbuhan otak, berat otak yang berkurang, pengurangan jumlah neuron di otak, serta korteks cerebral otak yang menipis. Di samping timbulnya gangguan pertumbuhan, kognitif serta fungsi otak anak akibat malnutrisi, penurunan respon imun juga berdampak pada anak yang mengalami malnutrisi. Hilangnya sel T limfosit dalam fungsinya membentuk sistem imun menyebabkan anak lebih rentan jatuh sakit dan

Transcript of Patofisiologi Malnutrisi.doc

Page 1: Patofisiologi Malnutrisi.doc

A. Patofisiologi Malnutrisi

Malnutrisi terjadi akibat asupan yang tidak adekuat atau berhubungan dengan penyakit yang

diderita sehingga mempengaruhi metabolisme, komposisi tubuh, dan nafsu makan. Pada

orang usia lanjut, Mekanisme ini dapat terjadi melalui penurunan nafsu makan oleh karena

penyakit, perubahan proses menelan, malabsorpsi, serta hilangnya kemampuan dalam proses

makan. Dengan bertambahnya umur, respon inflamasi sering mengalami disregulasi

sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serum sitokin proinflamasi (IL-6, IL-1, TNF-α, dan

IL-8) dan mediator inflamasi lain. Sitokin proinflamasi menimbulkan suatu kondisi

katabolisme otot dengan menekan sintesis protein otot dan mempercepat kerusakan protein

otot yang berasal dari makanan (Sudoyo, 2009).

Malnutrisi pada anak-anak lebih sering akibat defisiensi energi protein (KEP) yang bisa

menyebabkan anak ini menderita kwashiorkor, marasmus, atau bisa keduanya. Beberapa

studi pada anak-anak yang menderita malnutrisi khususnya undernutrsi menunjukkan tanda-

tanda gangguan perkembangan otak, meliputi lambatnya pertumbuhan otak, berat otak yang

berkurang, pengurangan jumlah neuron di otak, serta korteks cerebral otak yang menipis. Di

samping timbulnya gangguan pertumbuhan, kognitif serta fungsi otak anak akibat

malnutrisi, penurunan respon imun juga berdampak pada anak yang mengalami malnutrisi.

Hilangnya sel T limfosit dalam fungsinya membentuk sistem imun menyebabkan anak lebih

rentan jatuh sakit dan timbul beberapa penyakit infeksi seperti diare (Shashidhar, 2013)