PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

6
PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL Kerentanan Kerangka Wajah terhadap Trauma Kerangka wajah tersusun atas sejumlah tulang, sinus paranasalis, dan gigi-gigi. Adanya garis-garis sutura, foramina, dinding yang tipis dari sinus dan perkembangan serta erupsi gigi-gigi menyebabkan beberapa daerah mudah mengalami fraktur. Sutura zygomaticofrontalis, zygomaticotemporalis, zygomaticomaxilaris, frontomaxillaris dan frontonasalis merupakan daerah- daerah yang lemah, mudah mengalami fraktur apabila terkena benturan. Dinding sinus yang bersifat unikortikal, khususnya pada maksila dan os. Ethmoidale, biasanya tipis dan seperti kulit telur. Benturan secara langsung maupun tidak langsung (gerakan struktur tulang di dekatnya) dapat menimbulkan fraktur, biasanya berupa fragmen kecil-kecil atau disebut fraktur kominusi. Gigi- gigi bisa merugikan sekaligus bisa menguntungkan pada fraktur orofasial. Pada satu sisi, keberadaan gigi-gigi mungkin memudahkan terjadinya fraktur, sedangkan di sisi lain oklusi gigi-geligi dapat dipakai sebagai pedoman untuk reduksi fragmen, da gigi- gigi bisa digunakan untuk fiksasi maksilomandibular. Sebelum gigi-gigi permanen bererupsi pada anak-anak, corpus mandibular hampir seluruhnya terisi dengan gigi, sehingga hanya sedikit bagian tulang yang bisa digunakan untuk menahan tekanan eksternal. Meskipun demikian, anak-anak muda usia sangat rentan terhadap fraktur mandibular di daerah subkondilar.

description

patofisiologi fraktur orofasial

Transcript of PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

Page 1: PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

Kerentanan Kerangka Wajah terhadap Trauma

Kerangka wajah tersusun atas sejumlah tulang, sinus paranasalis, dan gigi-

gigi. Adanya garis-garis sutura, foramina, dinding yang tipis dari sinus dan

perkembangan serta erupsi gigi-gigi menyebabkan beberapa daerah mudah

mengalami fraktur. Sutura zygomaticofrontalis, zygomaticotemporalis,

zygomaticomaxilaris, frontomaxillaris dan frontonasalis merupakan daerah- daerah

yang lemah, mudah mengalami fraktur apabila terkena benturan. Dinding sinus yang

bersifat unikortikal, khususnya pada maksila dan os. Ethmoidale, biasanya tipis dan

seperti kulit telur. Benturan secara langsung maupun tidak langsung (gerakan struktur

tulang di dekatnya) dapat menimbulkan fraktur, biasanya berupa fragmen kecil-kecil

atau disebut fraktur kominusi. Gigi-gigi bisa merugikan sekaligus bisa

menguntungkan pada fraktur orofasial. Pada satu sisi, keberadaan gigi-gigi mungkin

memudahkan terjadinya fraktur, sedangkan di sisi lain oklusi gigi-geligi dapat dipakai

sebagai pedoman untuk reduksi fragmen, da gigi- gigi bisa digunakan untuk fiksasi

maksilomandibular. Sebelum gigi-gigi permanen bererupsi pada anak-anak, corpus

mandibular hampir seluruhnya terisi dengan gigi, sehingga hanya sedikit bagian

tulang yang bisa digunakan untuk menahan tekanan eksternal. Meskipun demikian,

anak-anak muda usia sangat rentan terhadap fraktur mandibular di daerah

subkondilar. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan (umur 16-18 tahun),

setiap trauma yang cukup besar pada daerah anterior angulus mandibular sering

mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah molar ketiga bawah yang sedang

berkembang, karena memang merupakan daerah yang lemah (pertemuan antara ramus

yang tipis dengan corpus yang tebal). Dengan tanggalnya gigi dan resorbsi prosesus

alveolaris, basis mandibular yang tidak bergigi akan menjadi rentan terhadap fraktur,

terutama pada pertemuan antara ramus atau corpus mandibular dan pada daerah

foramen mentale.

Pergeseran Elemen Fraktur

Apabila terjadi suatu tekanan yang cukup besar maka akan mengakibatkan

tulang menjadi fraktur, biasanya pada daerah yang secara anatomis ralatif lemah.

Akibat langsungnya adalah hilangnya kekontinuan memudahkan perpindahan

Page 2: PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

frakmen-frakmen sebagai akibat tekanan yang diterima atau aksi ketidakseimbangan

muscular atau keduanya. Perpindahan tulang pada fraktur bagian tengah wajah yang

meliputi kompleks zygomaticomaxillaris, pada banyak kasusdisebabkan karena arah

gaya fraktur dan orientasi spasial dari garis fraktur. Tarikan otot ikut berperan

walaupun kecil. Pada mandibula, pergeseran frakmen kebanyakan disebabkan karena

tarikan otot yang tidak seimbang. Derajat pergeseran berhubungan dengan orientasi

garis fraktur, baik menahan atau mendukung pergeseran frakmen yaitu

menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Cedera Pada Saraf

Terganggunya elemen neurovascular dari tulang mengakibatkan cedera saraf

langsung: neurapraksia; sifatnya ringan tetapi mengakibatkan mati rasa;

aksonotmesis, tingkat sedang, disebabkan karena tergores atau hancur; dan

neurotmesis, yaitu terputusnya batang saraf.

Perdarahan

Perdarahan bisa bersifat akut dengan kehilangan darah yang cukup banyak

atau hanya rembesan sedang atau ringan. Darah bisa menyusup di sepanjang

permukaan tulang dan mengangkat periosteum. Pengumpulan darah ekstravaskular

(hematom), dan ukurannya tergantung pada banyaknya perdarahan dan kondisi

jaringan. Periosteum menjadi sobek dan terpisah dari tulang. Dengan berpindahnya

frakmen fraktur, bisa terjadi kerusakan yang parah pada otot, mukosa dan kulit.

Fraktur Terbuka dan Tertutup

Suatu fraktur terbuka terjadi jika penyebab fraktur juga mengakibatkan

sobeknya mukosa dan kulit atau apabila pergeseran frakmen begitu kuat sehingga

mampu menyobek mukosa atau kulit atau apabila fraktur melibatkan alveolus gigi

yang erupsi. Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang lain di mana tidak ada

hubungan dengan permukaan tubuh atau rongga tubuh.

Cedera Karena Energi Tinggi

Cedera karena energi tinggi yakni disebabkan karena peluru berkecepatan

tinggi, pengereman mendadak misalnya pada kecelakan sepeda motor, atau serangan

senjata yang berat ( seperti pipa/tongkat baseball), mengakibatkan cedera yang

Page 3: PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

bersifat protean. Gigi-gigi, tumpatan, dan tulang akan bergerak pada cedera energy

tinggi ini, sehingga menjadi peluru sekunder. Apabila hal ini terjadi, maka kerusakan

jaringan lunak akan sangat besar. Pengreman mendadak dan senjata yang berat

mengakibatkan kerusakan tulang yang bersifat remuk dengan pergeseran yang luas

dan kominusi (terbentuknya frakmen kecil-kecil). Trauma jenis ini pada awalnya

sering mengherankan, mengakibatkan cedera jaringan lunak yang anehnya telihat

ringan, tetapi biasanya selalu diikuti dengan suatu edema yang hebat.

Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan fraktur yang memuaskan tergantung pada reduksi (pengaturan

kembali frakmen-frakmen) yang adekuat, dan imobilisasi. Apabila frakmen fraktur

distabilisasi pada posisi yang benar, penyembuhan akan diawali dengan hematom.

Hematom ditandai dengan proliferasi pembuluh darah, misalnya pada tahap vascular.

Kemudian aktivitas fibroblas akan menyebabkan terbentuknya kalus primer dari

tulang muda. Akhirnya kalus sekunder dari tulang yang sudah matang berkembang,

dan menunjang penyatuan kembali frakmen-frakmen secara mekanis. Pada fraktur

orofasial, pembentukan kalus sekunder tersebut terjadi pada minggu kelima atau

keenam pasca fraktur. Penyembuhan berlangsung lebih cepat pada anak-anak

dibanding orang tua dan orang yang mengalami kelainan tertentu (medically

compromised). Kalus sekunder bisa terlihat pada foto rontgen dari tulang panjang dan

merupakan indicator yang nyata tentang adanya proses penyembuhan. Walaupun

suatu kalus yang dapat teraba terbentuk pada beberapa daerah fraktur mandibular,

pada fraktur orofasial tidak selalu terlihat baik secara klinis maupun radiografis.

Remodeling akan terpacu apabila tulang yang fraktur mandibular dipergunakan untuk

berfungsi. Ketidak-teraturan tulang yang disebabkan karena pembentukan kalus dan

tidak akuratnya reduksi, bisa berkurang dengan adanya aktivitas osteoblast dan

osteoklas.

Komplikasi pada Penyembuhan Fraktur

Apabila reduksi dan imobilisasi kurang baik, terganggu oleh infeksi, atau

terjadi defisiensi sistemik, bisa terjadi keadaan tidak sambung (nonunion) pada bagian

yang fraktur. Malunion (salah sambung) merupakan akibat dari reduksi atau

imobilisasi yang tidak baik, atau fraktur yang belum benar-benar sembuh.

Penyambungan tertunda (delayed union) desebabkan oleh karena infeksi, pergerakan

Page 4: PATOFISIOLOGI FRAKTUR OROFASIAL

selama proses pembentukan kalus, mobilisasi yang terlalu awal atau defisiensi

sistemik. Walaupun istilah delayed seakan- akan menunjukan bahwa terjadi union,

tetapi belum tentu akan terjadi union, dan bisa juga terjadi nonunion.