PATOFISIOLOGI epistaksis

2
PATOFISIOLOGI Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan. Salah satu penyebab epistaksis adalah hipertensi. Pada hipertensi, baroreseptor tidak berespon untuk mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal karena mereka telah beradaptasi atau mengalami reset (pengaturan ulang) untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi. Pada tekanan darah yang meninggi secara kronik, baroreseptor masih berfungsi mengatur tekanan darah, tetapi mereka mempertahankan pada tekanan rata – rata yang lebih tinggi. Hipertensi menimbulkan stress pada jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi perifer total yang meningkat, sementara pembuluh darah dapat mengalami kerusakan akibat tekanan internal yang tinggi, terutama apabila dinding pembuluh melemah akibat proses degenerative aterosklerosis. Penyulit hipertensi antara lain adalah gagal jantung kongestif akibat ketidak mampuan jantung memompa darah melawan peningkatan arteri, stroke akibat rupturnya pembuluh di otak, atau serangan jantung akibat rupturnya pembuluh koroner. Perdarahan spontan akibat pecahnya pembuluh – pembuluh kecil di bagian tubuh lain juga dapat terjadi, tetapi dengan akibat yang relative lebih ringan, misalnya ruptur pembuluh darah di hidung yang menyebabkan epistaksis.

description

patofiologi

Transcript of PATOFISIOLOGI epistaksis

Page 1: PATOFISIOLOGI epistaksis

PATOFISIOLOGI

Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang

mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada

pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan.

Salah satu penyebab epistaksis adalah hipertensi. Pada hipertensi, baroreseptor tidak

berespon untuk mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal karena mereka telah

beradaptasi atau mengalami reset (pengaturan ulang) untuk bekerja pada tingkat yang lebih

tinggi. Pada tekanan darah yang meninggi secara kronik, baroreseptor masih berfungsi

mengatur tekanan darah, tetapi mereka mempertahankan pada tekanan rata – rata yang lebih

tinggi.

Hipertensi menimbulkan stress pada jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami

peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi perifer total yang

meningkat, sementara pembuluh darah dapat mengalami kerusakan akibat tekanan internal

yang tinggi, terutama apabila dinding pembuluh melemah akibat proses degenerative

aterosklerosis. Penyulit hipertensi antara lain adalah gagal jantung kongestif akibat ketidak

mampuan jantung memompa darah melawan peningkatan arteri, stroke akibat rupturnya

pembuluh di otak, atau serangan jantung akibat rupturnya pembuluh koroner. Perdarahan

spontan akibat pecahnya pembuluh – pembuluh kecil di bagian tubuh lain juga dapat terjadi,

tetapi dengan akibat yang relative lebih ringan, misalnya ruptur pembuluh darah di hidung

yang menyebabkan epistaksis.

Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada orang yang berusia menengah dan lanjut,

terlihat perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan kolagen.

Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan yang komplet

menjadi jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh

darah karena hilangnya otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak

dan lama. Pada orang yang lebih muda, pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya

epistaksis memperlihatkan area yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini

disebabkan oleh iskemia lokal atau trauma.