Paper Tht Selesai
-
Upload
made-sukmawati -
Category
Documents
-
view
110 -
download
0
Transcript of Paper Tht Selesai
KELAINAN KELENJAR LIUR
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR THT
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
Pembimbing:dr. Budi
Disusun Oleh:
Adiwirya
Made Sukmawati 08310187
Wita Trianti 08310327
Tino Khasara 08310347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur kepada Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
KELAINAN KELENJAR LIUR tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu prasyarat dalam mengikuti kegiatan
kepaniteraan klinik senior di bagian THT di Rumah Sakit Haji Medan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Budi selaku pembimbing dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini memberikan tambahan ilmu dan bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..........................................................3
A. Anatomi Kelenjar Liur...........................................................3
B. Klasifikasi.................................................................................3
C. Kelainan Kelenjar Liur..........................................................9
1. Kelainan Non Neoplastik ...................................................10
2. Kelainan Neoplastik ...........................................................34
BAB III : KESIMPULAN......................................................................43
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh 1000 hingga 1500 ml saliva.
Kesehatan lapisan mulut dan faring dan fungsi pengunyahan, deglutisi ( proses
makanan sejak masuk ke rongga mulut hingga esophagus), dan pernapasan dalam
tingkatan yang lebih rendah, bergantung pada cukupnya aliran saliva.29
Kelenjar saliva adalah kelenjar eksokrin yang mensekresikan cairan ludah 9
saliva ) ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva dan saliva juga merupakan bagian dari
sistem imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva menghasilkan antibodi
terutama sekali dari kelas ig A, yang ditransportasikan ke dalam saliva. Selain itu
beberapa jenis enzim antimikrobial terkandung dalam saliva seperti lisozim,
laktoferin dan peroksidase.30
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar saliva yang besar yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva yang berpasangan, berjumlah dua buah. Masing-masing
beratnya rata-rata 25 gram dan berbentuk ireguler, berlobus, berwarna antara hijau
dan kuning, serta terletak dibawah meatus acusticus externus di dalam suatu lekukan
di belakang ramus mandibula dan di depan musculus sternocledomastoideus. (snell,
2006) Glandula submandibula terletak dibagian belakang dasar mulut tertutup di
bawah angulus mandibula, glandula sublingual terletak di bawah membrane mukosa
dasar mulut dan tertutup di bawah bagian depan lidah.31
Ada beberapa penyakit lokal yang mempengaruhi kelenjar saliva dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum
mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista dan tumor kelenjar
saliva, baik jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur
duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.
Sindrom sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini rusak karena
infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang. Adanya gangguan pada kelenjar
saliva dapat menyebabkan penurunan produksi saliva yang akan menimbulkan gejala
mulut kering atau xerostomia.30
Neoplasma kelenjar liur merupakan kasus yang jarang. Angka kejadiannya
berkisar antara 3-6% dari semua neoplasma kepala dan leher. Kelenjar parotis yang
paling sering terkena yaitu sekitar 80%, lalu kelenjar submandibula lebih kurang 10-
15% serta kelenjar sublingual dan kelenjar minor lebih kurang 5%. Angka kejadian
neoplasma maligna kelenjar parotis lebih kurang 0,5% dari seluruh neoplasma.32
Sindroma sjogren adalah suatu penyakit sistemik yang ditandai dengan mulut
yang kering, berkurangnya pembentukan air mata dan kekeringan pada selaput lendir
lainnya, adapun angka kejadian dari sindroma sjogren adalah 3 %.32
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
A. Anatomi Kelenjar Liur
Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang menyekresikan cairan
saliva, terbagi menjadi 2 golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor
terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar
sublingual. Kelenjar saliva minor terutama tersebar dalam rongga mulut, sinus
paranasal, submukosa, trakea, dan lain-lain.1
1. Kelenjar Parotis
Terletak di lateral wajah, berbadan kelenjar tunggal tetapi sering kali
dengan batas nervus facialis dibagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus profunda dan
superficial. Lobus superficial lebih besar, bentuk tidak beraturan, terletak di
superficial dari bagian posterior otot massenter, ke atas, hingga ke arkus
zigomatik, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular. Lobus profunda
lebih kecil, ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal,
mengitari posterior ramus asendens os mandibular menjulur ke dalam,
bersebelahan dengan celah parafaring. Duktus primer kelenjar parotis terletak
di superficial facia otot meseter hamper tegak lurus menuju ke dalam
membentuk otot businator dan bermuara di mukosa bukal, dekat gigi Molar 2
atas dan disebut stensen’s duct.1
Gambar 2. 1
2. Kelenjar submandibular
Terletak di tengah trigonum mandibular, terbagi menjadi dua bagian
profunda dan superficial. Bagian superficial lebih besar, bagian profunda
timbul dari sisi interna bagian superficial, melalui celah antara otot mylohioid
dan hioglosus sampai ke bagian ke bawah lidah, berhubungan dengan ujung
posterior kelenjar sublingual. Duktus kelenjar submandibular muncul dari
bagian interna kelenjar, bermuara di papilla di bawah lidah. Arteri maksilaris
eksternal melalui veter posterior otot digastrik dan fasies profunda kelenjar
submandibular, di margo anterior otot masenter mencapai daerah muka.
Nervus lingualis dari lateral menuju medial melintasi bagian inferior duktus
kelenjar submandibular memasuki lidah. Nervus sublingualis melintasi fasies
profunda venter posterior otot digastrik, bagian superficial otot hiolosus,
kearah antero superior masuk lidah. Cabang mandibular nervus fasialis sejak
muncul dari trunkus servikofacialis, di inferior kelenjar parotis, fasies
profunda otot platisma melintasi vena facialis posterior, di sekitar 1 cm dari
angulus mandibular menuju anterior, melintasi vena facialis anterior dan arteri
maksilaris eksternal dan menyebar di bibir bawah.1
3. Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual terbentuk pipih panjang, terbentuk dari banyak
kelenjar kecil, terletak di area sublingual, ujung posteriornya berhubungan
dengan perpanjangan kelenjar submadibular. Duktus sublingual ada 2 jenis,
besar dan kecil. Kebanyakan adalah duktus kecil, bermuara di mukosa bawah
lidah, duktus besar mengikuti sisi medial badan kelenjar mengikuti duktus
submandibular, keduanya kebanyakan bersatu bermuara di papilla di bawah
lidah.1
4. Kelenjar Liur Minor
Palatum durum dan palatum mole mengandung konsentrasi kelenjar
liur minor yang terbanyak. Bagaimanapun kelenjar ini juga terletak di kavum
oral, bibir, lidah danorofaring. Kelenjar liur minor bisa diidentifikasi dalam
berkelompok seperti kelenjar lingual anterior Blandin-Nuhn.Kelenjar liur
mengandung beberapa unit sekretori yang meliputi asinus di ujung proksimal
dan unit duktus distal. Unit duktus ini menggabungkan beberapa elemenduktus
yang mencapai hingga asinus : suktus striata dan duktus ekskretori. Sel-
selmioepitel mengelilingi asinus dan mencapai hingga duktus intercalata. Sel-
sel mio epitelini berkontraksi sehingga membolehkan sel glandular
mengeluarkan sekresinya. Kelainan benigna dari kelenjar liur mencakup
kelainan produksi dan sekresi saliva.2
B. Klasifikasi
Penyakit benigna dari kelenjar mayor dan minor sering diklasifikasikan
sebagai non neoplastik dan neoplastik. Penyakit benigna yang signifikan secara
klinis melibatkan kelenjar parotid dan submandibular secara primer. Kelenjar
sublingual utama yang paling jarang dan kelenjar liur minor paling banyak
tersebar.2
C. Kelainan kelenjar Liur
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva
yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.
Pada kondisi normal air liur berfungsi membasahi makanan untuk memantu
mengunyah dan menelan. Air liur juga dapat membersihkan mulut dari bakteri,
kelainan kelenjar liur di bagi menjadi 2 yaitu non neoplastik dan neoplastik.
1. Non Neoplastik
Penyakit Inflamasi Non InflamasiSialolithiasisSialedinitis kronik Sindrom SjogrenLesi limfoepitelial benignaPenyakit KimuraNecrotizing sialometaplasiaHiperplasia adenomatoidSarkoidosis
Sialadenosis
Kista fissura branchial
Kista dermoid
Kista congenital
Mukokel
2. Neoplastik
Benigna Maligna
Adenoma PleomorfikTumor WarthinAdenoma sel basalOnkositomaAdenoma KanalikulerMyoepethelioma
Adenoma clear cell
Karsinoma MukoepidermoidKarsinoma sel asinarKarsinoma Adenoid KistikAdenokarsinoma
1. Penyakit Kelenjar Liur Non-Neoplastik
1). Penyakit Inflamasi
a. Sialolithiasis
Definisi
Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat
pengendapan dari bahan-bahan organik dan anorganik antara lain
deposisi garam-garam kalsium disekitar nidus organik yang
t e r d i r i da r i a l t e r a s i mus in -mus in s a l i va be r sama den gan
adan ya de s kuamas i s e l - s e l ep i t e l , dekomposisi protein yang
dihasilkan oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut).2
Gejala
Gambar 2.2
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular
dengan eksaserbasi apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada
batu kelenjar liur.Obstruksi yang lama dapat menyebabkan terjadinya
infeksi akut dengan nyeri yang semkain berat dan eritema pada kelenjar
tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat xerostomia dan kadang-
kadang terasa ada benda asing seperti pasir di rongga mulut. Pemeriksaan
fisik sangat penting karena batu sering dapat dipalpasi pada dua pertiga
anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar mulut
biasanya dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih
sukar untuk di palpasi.2
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan
utama pada batu kelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi
dalam duktus akan membentuk nidus, lalu menyebabkan pembentukan
kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi. Kelenjar submandibular lebih
rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan kelenjar parotid karena
duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali dalam saliva
yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli
submandibular secara primer mengandung kalsium fosfat dan
hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium
yang tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada
foto Rontgen. Kalkuli parotid adalah lebih jarangradiopak. Kira-kira 75%,
satu batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut. Jika obstruksi tidak
ditangani, maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis
danatrofi asinar.2
Pemeriksaan penunjang
Pencitraan Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat
menunjukkan batu radiopak tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan.
Posisi intraoral mungkin lebih membantu. Sialografi adalah metode
pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi kalkuli. Sialografi dapat
dikombinasi dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan sangat
sensitif terhadap garam kalsium. Kemajuan dalam Endoskopi yang terbaru
telah membolehkan pemeriksaan duktus submandibular untuk mendeteksi
kalkuli.2
Komplikasi
Obtruksi yang persisten pada sialolitiasis dapat menyebabkan statis
aliran saliva. Hal ini juga dapat sebagai predisposisi pada kelenjar untuk
terjadi infeksi akut berulang dan pembentukan abses.2
Penanganan2
1. Ekstraksi I ntraoral
Terapi adalah berdasarkan lokasi dari batu kelenjar liur. Jika
batu tersebut dapat dipalpasi atau terlihat di bagian anterior duktus
submandibular dan tidak lewat secara spontan, maka dapat diekstrak
secara intraoral. Duktus papila didilatasikan secara serial dengan
bantuan alat lakrimal bergred, batu tersebut kemudiannya di keluarkan.
Jika batu tersebut terlalu besar, prosedur intraoral yang lebih ekstensif
harus dilakukan di bawah anestesi lokal atau umum. Duktus tersebut
dikanulasikan dan insisi di atas batu tersebut untuk mempermudahkan
ekstraksi. Insisi tidak ditutup kembali dan perhatian harus diberikan
pada saraf lingual berdekatan.
2. Eksisi O perasi
Batu yang lebih besar biasanya terletak di hilum atau pada
badan kelenjar submandibular sehingga menimbulkan gejala dan ini
memerlukan operasi eksisi pada kelenjar. Batu simptomatik yang
terletak pada badan kelenjar parotid juga memerlukan tindakan
parotidektomi.
Prognosis
Kekambuhan batu kira-kira 18%. Jika faktor resiko telah terkoreksi,
maka dapat mengurangi kadar rekurensi.
b. Sialadenitis Kronik
Definisi
Infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis yang dapat diserati
adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Sialadenitis kronik terjadi akibat
berkurangnya produksi saliva atau perubahan pada aliran saliva
menyebabkan stasis saliva. Hal ini dapat disertai obstruksi atau tidak.
Proses peradangan yang progresif dan perlahan ini biasanya terjadi pada
dewasa tetapi dapat juga memberi efek pada anak-anak.2
Gejala
Gambar 2.3
Gejalanya adalah pembengkakan kelenjar liur yang nyeri intermiten
dan kronik terutama apabila makan. Pembengkakan biasanya bilateral dan
kadang disertai infeksiakut. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang benar
dapat menyingkirkan faktor resiko dan langsung mencari penyebab yang
dapat ditangani sebagai contoh batu kelenjar liur. CT scan dan MRI dapat
membantu menyingkirkan tumor maligna terutama jika disertai massa
fibrosa di kelenjar parotid. Sialografi dan aspirasi jarum halus tidak
secarakonsisten membantu diagnosis. Bagaimanapun sialografi dapat
membantu mencariobstruksi , atrofi asinar dan dilatasi ireguler pada
duktus.2.
Patogenesis
Aliran yang melambat atau stasis memperburuk fungsi kelenjar liur
sehingga menimbulkan kondisi yang rentan terhadap infeksi. Sialadenitis
kronik mungkin dapat disebabkan oleh infeksi retrograd dari flora normal
oral dan inflamasi kronik akibat infeksi akut berulang. Kemudian inflamasi
kronik menyebabkan perubahan pada epitel duktus yang biasanya akan
menyebabkan peningkatan musin dalam sekresi, memperlambat aliran dan
sumbatan mukosa. Secara histologis, epitel duktus pada Sialadenitis kronik
dapat memperlihatkan selmukosa, skuamosa atau metaplasia onkositik.
Bisa juga terdapat dilatasi duktus dan atrofisel-sel asinar. Inflamasi yang
lama dapat menyebabkan fibrosis dan infiltrasi limfosit.Jika penyebabnya
adalah obstruksi batu, kalkuli dapat terlihat di dalam duktus.2
Diagnosis banding
Penyakit granulomatosa, sialolitiasis, sarkoidosis, lesi limfo
epitel jinak, peradangan pseudotumor, sindrom Sjögren, sindrom Mikulicz
Komplikasi
Sebagai proses reaktif terhadap trauma atau penyakit, sialadenitis
nonobstruktif kronik dapat berlanjut ke pembentukan massa fibrosa atau
peradangan pseudotumor. Komplikasi lain adalah nyeri dan kerusakan
permanen pada unit asinar dan epitel duktus. Perubahan yang semakin
progresif akhirnya memperburuk fungsi unit-unit asinar dan bermanifestasi
sebagai kelenjar yang menonjol (bulging), ireguler dan nodular.2
Penanganan
Terapi konservatif dan operasi eksisi kelenjar adalah metode terapi
untuk sialadenitis non obstruktif kronik yang paling berjaya. Jika penyebab
yang dapat ditangani tidak ditemukan, pasien dinasehatkan supaya
memperbaiki kebersihan mulut dengan meningkatkan hidrasi, masase
kelenjar yang terkena, nutrisi yang adekuat dan penggunaan sialogoges
(agen yang melancarkan aliran saliva). Antibiotika diberikan pada pasien
dengan eksaserbasi akut.Parotidektomi superfisial merupakan terapi operasi
yang sering dilakukan padakelenjar parotid dengan gejala yang persisten.
Terapi alternatif lain termasuk fibrosisiatrogenik pada kelenjar tersebut
dengan metil violet 1% dan terapi radiasi dosis rendah.Prosedur seperti
ligasi duktus parotid dan neurektomi timpanik digunakan
untuk meningkatkan sekresi juga dapat digunakan sebagai terapi.2
Prognosis
Prognosisnya tergantung pada penanganan faktor penyebab yang telah
ditemukan, beberapa rekurensi telah dilaporkan hasil dari terapi-terapi yang
telah dijelaskan.2
c. Sindrom Sjogren
Definisi
Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah
penyakit autoimun sistemik yang terutama mengenai kelenjar eksokrin dan
biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari mulut dan mata
akibat gangguan fungsional kelenjar saliva dan lakrimalis.3
Etiologi
Etiologi Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui.
Terdapat peranan faktor genetik dan non genetik pada patogenesis Sindrom
Sjogren. Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan HLA
DR dan DQ.3,4
Manefestasi Klinis
Mulut kering Pembesaran Kelenjar Parotis
Gambar 2.4
Gejala tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjar tetapi
disertai pula dengan gejala sistemik atau ektraglandular. Gejala awal
biasanya ditandai dengan mulut dan mata kering dan kadang-kadang
disertai pembesaran kelenjar parotis. Secara histopatologi kelenjar eksokrin
penuh dengan infiltrasi limfosit yang menggantikan epitel yang berfungsi
untuk sekresi kelenjar (exocrinophaty).3,5
Diagnosis
Diagnosis Sindrom Sjogren sebenernya relatif mudah, tetapi untuk
Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit karena pasien menunjukkan 3
gejala utama yaitu mata kering yang dibuktikan dengan tes schmier atau tes
rose bengal, mulut kering yang dibuktikan dengan tes fungsi kelenjar
saliva, abnormal flow rate dengan skintigrafi/sialogram dan
muskuloskeletal.4
Beberapa tes untuk mendiagnosis keratokonjungtivitis, diantaranya:
1. Tes Schimers
Tes ini digunakan untuk mengevaluasi produksi kelenjar air mata. Tes
dilakukan dengan menggunakan kertas filter dengan panjang 30 mm,
caranya kertas ditaruh dikelopak mata bagian bawah dibiarkan selama 5
menit. Setelah 5 menit kemudian dilihat dari 5 mm dalam 5 menit maka
tes positif.4
Suatu penelitian di Spanyol yang menggunakan Pilokarpin 5 mg
sublingual pada 60 pasien Sindrom Sjogren primer, 46 pasien yang
rendah produksi salivanya, 22 orang diantaranya terdapat peningkatan
produksi saliva setelah menggunakan 5 mg Pilokarpin.6
Gambar 2.5
2. Biopsi
Biopsi kelenjar eksokrin minor memberikan gambaran yang
sangat spesifik yaitu tampak gambaran infiltrasi limfosit yang
dominan.7 Biopsi kelenjar saliva minor merupakan gold standar
untuk diagnosis sindrom sjogren.8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sindrom Sjogren meliputi pengelolaan disfungsi
sekresi kelenjar air mata dan saliva, pencegahan dan pengelolaan sekuele
serta pengelolaan manifestasi ektraglandular. Sampai saat ini masih belum
ada satu pengobatan yang ditujukan untuk semua manifestasi Sindrom
Sjogren. Walaupun Sindrom Sjogren bukan merupakan penyakit yang
ganas tapi keluhan mata dan mulut kering yang persisten dapat mengurangi
kualitas hidup dan dalam perkembangannya dapat menjadi limfoma yang
dapat menyebabkan kematian.3
1. Mata
Pengobatan untuk mata meliputi penggunaan air mata buatan
bebas pengawet untuk siang hari dan salep mata untuk malam hari.7
Lubrikasi pada mata kering dengan tetes mata buatan membantu
mengurangi gejala akibat sindrom mata kering. Untuk mengurangi efek
samping sumbatan drainase air mata pengganti bisa diberikan lensa
kontak, tetapi resiko infeksi sangat besar. Tetes mata yang
mengandung steroid sebaiknya dihindarkan karena merangsang infeksi.
Bila gagal dengan terapi tersebut dapat diberikan sekretagogum
yaitu stimulat muskarinik reseptor. Ada dua jenis sekretagogum yang
beredar di pasaran yaitu golongan pilokarpin dan cevimelin. Dosis
pilokarpin 5 mg 4 kali sehari selama 12 minggu sedangkan cevimelin
3x30 mg diberikan 3 kali sehari.
2. Mulut
Pengobatan kelaian dimulut akibat Sindrom Sjogren meliputi
pengobatan dan pencegahan karies, mengurangi gejala dimulut,
memperbaiki fungsi mulut. Pengobatan kandidiasis mulut pada kasus
yang masih ada produksi saliva dapat digunakan anti jamur sistemik
seperti flukonazol, sedang pada kasus yang tidak ada produksi saliva
digunakan anti jamur topikal.4,5
Obat yang digunakan untuk terapi sindrom sjogren, diantaranya:
a. Muskarinik agonis (Pilokarpin dan Cevimelin)
Pilokarpin 2x5 mg selama 12 minggu terdapat perbaikan
keluhan. 9
Cevimelin dengan dosis 3x15 mg/30 mg selama 6 minggu juga
dapat memperbaiki keluhan.10
Pilokarpin dapat meningkatkan kelenjar saliva dan mata. Efek
samping pilokarpin berupa keringat yang berlebih, diare, rasa panas
dikulit terutama disekitar wajah dan leher, nyeri otot, ingusan dan
gangguan penglihatan.11
a. Agen Biologik
Suatu penelitian oleh steinfeld pada 16 pasien sindrom sjogren
primer yang diterapi dengan infus Infliximab 3mg/kg pada minggu
0, minggu 2, minggu 6 terdapat perbaikan keluhan.12
Penggunaan Rituximab infus 375 mg/m2 dengan prednison 25 mg
i.v pada 8 pasien sindrom sjogren primer selama 12 minggu dapat
mengurangi keluhan mata dan mulut kering.13
b. Terapi lain
Hidroksiklorokuin yang digunakan untuk terapi malaria juga
digunakan untuk penyakit autoimun dan dari penelitian pada 14
pasien Sindrom Sjogren primer dapat meningkatkan produksi
kelenjar ludah setelah diterapi selama 6 bulan.14
Prognosis
Sindrom sjogren bukan merupakan penyakit yang ganas namun
perkembangannya dapat terjadi vaskulitis dan limfoma dan kedua hal
tersebut dapat menyebabkan kematian pada pasien Sindrom Sjogren.15
d. Lesi Limfoepetileal Benigna
Definisi
Lesi limfoepitelial2 benigna juga dikenali sebagai sebagai tumor
Gadwin, sindrom Mikulicz atau parotitis pungtata. Lesi limfoepitelial
benigna mempunyai predileksi pada wanita terutama sekiat usia 50-60
tahun. Ia juga sering disertai dengan penyakit multikistik pada pasien
dengan infeksi HIV.
Patogenesis
Lesi limfoepitelial benigna adalah proses peradangan dengan adanya
infiltrasi limfositik disekeliling duktus dan parenkim kelenjar liur. Dengan
meningkatnya infiltrasilimfositik menyebabkan atrofi asinar yang
progresif dan hilangnya asinar-asinar. Padatingkat yang lebih progresif,
epitel duktus berproliferasi dan menyebabkan obstruksiduktus.2
Gejala
Gambar 2.6
Pasien biasanya muncul dengan pembengkakan kelenjar liur unilateral
yang lunak dan kistik yang dapar disertai nyeri atau tidak. Kira-kira 20%
kasus terdapat pada bilateral. Aspirasi jarum halus pada massa parotid
sangat membantu. Sialografi jarangdiindikasikan kecuali dicurigai adanya
batu.Kondisi seperti ini biasanya mengenai kelenjar parotid darang
mengenai kelenjar submandibular. Apabila terdapat pada kelenjar
submandibular ia muncul sebagai massa tidak nyeri. Kadang dapat juga
disertai dengan limfadenopati reaktif. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
histopatologis yaitu adanya gambaran atrofi asinar dan infiltrasi limfositik
difus dan kadang ada atau tidak ada pulau-pulau epimio epitelial. Penyakit
ini berhubungan dengan sindrom Sjögren.2
Komplikasi
Penyakit ini dapat menyebabkan progresi ke arah penyakit neoplastik
sepertikarsinoma limfoepitelial, limfoma sel B gred rendah pada
pseudolimfoma MALT danlimfoma non-Hodgkin. Kadang juga disertai
dengan sarkoma Kaposi pada pasien yangterinfeksi HIV.
Penanganan dan Prognosis
Terapinya adalah simptomatik kecuali pembesaran parotid adalah
cukup berat sehingga diharuskan untuk parotidektomi superfisial. Eksisi
submandibular total adalah terapi yang sangat adekuat untuk kista
limfoepitelial benigna yang jarang. Jarang terdapat transformasi maligna,
bagaimanapun observasi tetap harus dilakukan setelah eksisi totaldari
kelenjar tersebut.2
e. Penyakit Kimura
Definisi
Penyakit Kimura adalah penyakit inflamasi kronik benigna dan jarang
yang mirip seperti tumor di bagian kepala dan leher. Ia terjadi predominan
pada laki-laki muda di Asia sekitar usia 20 dan 30 tahun.
Gejala
Gambar 2.7
Apabila penyakit Kimura terjadi di kepala dan leher, biasanya
kelenjar liur major terlibat. Di kelenjar submandibular dan parotid,
penyakit ini tampak sebagai pembengkakan superfisial yang tidak nyeri
yang sering disertai dengan limfadenopatiregional. Pembentukan folikel-
folikel limfoid dan agregasi eosinofil di jaringan yangterkena dapat
ditemukan pada pemeriksaan histologis.
Diagnosis banding
Hiperplasia angiolimfoid dengan eosinofilia, limfadenopati reaktif,
tumor parotid, manifestasi ekstranodal pada penyakit Rosai-Dorfman, lesi
limfoepitelial benigna.Hiperplasia angiolimfoid dengan eosinofilia
dibedakan dengan penyakit Kimura pada limfadenopati yang kurang dan
eosinofilia yang menurun. penyakit Rosai-Dorfman adalah penyakit
benigna idiopatik yang tampak proliferasi histiositik dan
limfadenopatimasif termasuk nodus-nodis limfe intraparotid turut terkena.
Penanganan
Terapi pilihan apabila ditemukan penyakit Kimura pada kelenjar
parotid adalah parotidektomi dengan observai yang berterusan jika ada
potensi rekurensi. Penyakit Kimura pada kelenjar submandibular biasanya
diterapi dengan eksisi kelenjar dan nodul limfe disekitarnya. Terapi
sistemik dengan steroid dan radiasi dapat memberikan perbaikan karena
penyakit Kimura sering menyebar ke jaringan sekitarnya.2
f. Necrotizing Sialometaplasia
Definisi
adalah proses peradangan yang sembuh sendiri dan jinak yang
terutamanya mengenai kelenjar liur minor. Predileksinya sering pada laki-
lakidan terjadi pada hampir semua kelompok usia. Penyakit ini muncul
secara spontan terdapat ulkus tidak nyeri atau pembengkakan yang
biasanya di palatum durum, tetapi dapat juga terjadi di mana adanya
jaringan kelenjar liur. Lesi ini biasanya unilateral dan dapat timbul dengan
sensasi terbakar dan kesemutan. Penyebabnya belum diketahui tetapi
terdapat hubungan dengan trauma dan terapi radiasi. Patogenesisnya
kemungkinan adalah terjadinya iskemik.
Diagnosis
Necrotizing sialometaplasia dapat dikonfirmasikan dengan biopsi.
Pemeriksaan histoligis menunjukkan adanya hiperplasi pseudo
epiteliomatosus dan metaplasia skuamosa. Harus hati-hati suapaya tidak
terkacau dengan diagnosis karsinoma sel skuamosa atau karsinoma
mukoepidermoid, keluhan utamanya dapat terjadi salah diagnosis. Lesi
pada necrotizing sialometaplasia adalah bersifat sembuh
sendiri,biasanyadengan intensi sekunder dan rekurensi adalah jarang.2
Gambar 2.8
g. Hiperplasia Adenomatoid
Definisi
Hiperplasia adenomatoid adalah pembengkakan kelenjar liur minor
yang jarang dan sering terdapat pada palatum.
Etiologi
Trauma lokal, iritasi persekitaran dan inflamasi kronik adalah
penyebab terjadinya kondisi seperti ini.
Gejala
Pasien menunjukkan gejala pembengkakan yang tidak nyeri yang telah
muncul dalam jangka waktu yang tidak dapat dipastikan. Mukosa
diatasnya biasanya normal. Hiperplasia adenomatoid harus dapat
dibedakan dengan tumor kelenjar liur minor.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding termasuk tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan
histologis menunjukkan adanya hipertrofi glandular dan
infiltrasi peradangan tetapi secara umum tidak terdapat perubahan
arsitektur kelenjar dan tidak ada bukti neoplasia ataupun atipia.
Penanganan
Eksisi komplit adalah terapi pilihan. Disebabkan insidens tertinggi
tumor maligna terletak di palatum durum, ini dapat digunakan
untuk menyingkirkan tumor maligna dari Hiperplasia adenomatoid
benigna.2
2) Penyakit Non Inflamasi
a. Sialadenosis
Definisi
Sialadenosis atau sialosis adalah keadaan non-inflamasi yang jarang
yang menyebabkan pembesaran kelenjar liur yang bilateral, difus dan
tidak nyeri. Kondisi in dapat juga menyebabkan perubahan degeneratif
pada persarafan autonom kelenjar. Kelenjar parotid adalah yang paling
sering terkena diikuti kelenjar submandibular.
Etiologi
Walaupun etiologinya tidak jelas, beberapa kondisi medis dan
metabolik dapat berhubungan dengan sialadenosis. Ini termasuk obesitas,
sirosis alkohol, diabetes, hiperlipidemia, hipotiroidisme, anemia,
kehamilan, malnutrisi, menopaus dan bebeparamedikasi (contohnya
klozapin).
Diagnosis
Pemeriksaan fisik yang lengkap dan skrining adalah penting. Aspirasi
jarum halus dilengkapkan dengan CT scan dapat menjelaskan diagnosis.
Hasil histopatologismenunjukkan adanya pembesaran asinar.
Penanganan dan Prognosis
Terapinya adalah langsung ke kondisi yang mendasari. Parotidektomi
diindikasikan jika terdapat pembesaran parotid yang menganggu secara
kosmetik. Operasi reseksi terhadap kelenjar submandibular yang terkena
adalah terapi pilihan.Tetapi masih bisa terdapat pembesaran yang
persisten pada kelenjar yang tertinggal kecuali perbaikan yang dilakukan
pada kelainan yang mendasari telah berjaya diatasi.Dengan ini prognosis
adalah tergantung pada terapi terhadap kondisi yang mendasari.
b. Kista parotid
Klasifikasi:2
a) Kista parotid congenital
1. Anomali branchial cleft
Kista kongenital dapat diakibatkan dari anomali cleft brankial,
anomali ini terbagikepada kista Tipe I dan Tipe II.
a.Kista Tipe I adalah anomali duplikasi dari ektodermal
kanalis auditorieksternal. Kista ini mungkin terletak di anterinferior
dari lobus telinga.
b.Kista Tipe II mengandung elemen ektodermal dan
mesodermal dan dapatmembuka secara anterior ke otot
sternokleidomastoideus atau kanalis auditorieksternal. Kedua-dua
Tipe I dan Tipe II ini terdapat traktus sinus yang mana
sangat berhubungan erat dengan nervus fasialis. Maka, eksisi pada
kista parotid kongenital inimemerlukan pendekatan parotidektomi dan
pemeliharaan nervus fasial.
2. Kista Dermoid
Kista kongenital tipe kedua pada kelenjar parotid adalah kista dermoid.
Kista iniwujud akibat dari epidermis embrionik yang terperangkap dan
muncul sebagai massa bulat. Ia mengandung epitelium skuamosa
keratinisasi, kelenjar keringat dan bagian- bagian lain dari kulit. Eksisi
untuk mencegah infeksi berulang dengan perhatian penuh pada saraf
fasial merupakan terapi yang paling berhasil.
b) K ista parotid didapat2
Kelainan ini dapat disebabkan oleh kelainan parotid yang lain seperti
tumor,trauma, sialadenitis kronik, sialolitiasis dan cedera akibat radiasi.
Kista yang berhubungan dengan infeksi HIV telah didiskusikan pada
awal bagian perbahasan ini.
c. Mucocele
Mucocele adalah sebuah benjolan di dalam mulut. Hal ini dapat
terjadi jika kelenjar ludah terluka atau tersumbat. Banyak kelenjar ludah
di dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tersebut mengandung
air, lender, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui
saluran kecilo yang disebut duck (pembuluh). Terkadang salah satu
saluran ini terpotong, ludah kemudian menggumpal pada titik yang
terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada
umumnya mucocele didapati di bagian dalam bibir bawah, namun dapat
juga ditemukan di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan
dasar mulut. Akan tetapi mucocele jarang didapati di atas lidah.16
Gambaran Klinis
Permukaan ventral lidah Mukokel pada bibir bawah
Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau
pembengkakan lunak berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila
massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal
seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,
apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga
beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel
umumnya kurang dari 1 cm.16
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievalusi diambil
mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan
secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed
Tomography Scan), Ultrasonografi, Sialografi dan juga Radiografi
Konfensional.16
Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klonis dgn
mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma
(apabila letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm.16
Penatalaksanaan
Pembedahan massa dibagi tiga jenis yaitu eksisi, marsupialisasi dan
disssecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung ukuran dan lokasi
massa.16
d. Xerosmia
Definisi
Xerostomia secara harfiah berarti “mulut kering”, berasal dari dua kata,
xeros yang berarti kering dan stoma yang berarti mulut. Xerostomia
merupakan gejala dari bermacam-macam kondisi kesehatan (Amerogen,
1992). Laju aliran saliva keseluruhan yang tidak terstimulasi < 0,1 ml/menit
adalah menurun. 17,18
Etiologi
Beberapa penyebab xerostomia adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan umum yang menurun
Kesehatan umum yang menurun pada beberapa penderita dapat
menyebabkan berkurangnya sekresi kelenjar saliva yang dapat
meningkatkan resiko terhadap radang mulut. Gangguan-gangguan ini dapat
timbul karena berbagai sebab, misalnya berkeringat yang berlebihan, diare
yang lama atau pengeluaran urin yang melampaui batas.19
a. Gangguan sistem saraf
Sekresi saliva terutama terdapat di bawah pengaturan hormonal dan
diatur oleh neuronal baik oleh sistem saraf otonom parasimpatis maupun
simpatis. Gangguan pada sistem saraf pusat dan perifer dapat mempunyai
akibat kecepatan sekresi saliva. Kelainan saraf yang diikuti gejala
degenerasi, seperti sklerosis multipel, juga akan mengakibatkan
menurunnya sekresi saliva.19
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia yaitu golongan
obat antihistamin, antidepresan, antikolinergik, antianorexia, antihipertensi,
antipsikotik, antiparkinson, diuresis, dan sedatif. Sebagian besar efek
xerogenik dari obat obatan tersebut bersifat sementara.20
c. Gangguan kelenjar saliva
Gambaran penyakit dengan sel-sel asinar dan sel-sel duktus kelenjar
saliva yang berkurang atau mengecil, mengakibatkan penurunan sekresi
saliva, seperti aplasi atau hipoplasi kelenjar saliva mayor pembawaan,
atropi kelenjar saliva karena ketuaan atau penyinaran, penyumbatan muara
pembuangan oleh batu saliva, tumor, penyakit autoimun, radang kelenjar
saliva.19
d. Penyinaran daerah kepala-leher
Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah penyinaran dengan sinar
ionisasi pada daerah kepala-leher sudah banyak diketahui. Jumlah dan
keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya
penyinaran.19 Pada perawatan untuk kanker mulut, untuk kondisi neoplastik
di kepala dan leher atau pada iradiasi mantel atau iradiasi tubuh total (TBI)
sebelum transpalntasi sel induk haematopoietic (transplantasi tulang
sumsum).18
e. Fisiologi
Sensasi mulut kering yang subjektif terjadi setelah pembicaraan yang
berlebihan dan selama berolahraga. Pada keadaan ini ada dua faktor yang
ikut bernafas. Bernafas melalui mulut yang terjadi pada saat olahraga,
berbicara atau menyanyi, juga dapat memberi efek kering pada mulut.
Selain itu, juga ada komponen emosional, yang merangsang terjadinya efek
simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf
parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva dan mulut
menjadi kering. Sebagian besar orang mengalami sensai mulut kering
sebelum melakukan tanya jawab yang penting atau sebelum berpidato.21
f. Agenisis dari kelenjar saliva
Sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang pasien memang mempunyai
keadaan mulut yang kering sejak lahir. Hasil sialograf cacat yang besar dari
kelenjar saliva.21
g.Karena penyumbatan hidung
Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering terlihat
adalah pembesaran tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang dewasa terjadi
berbagai macam penyebab, dari penyimpangan keadaan hidung, polip hidung
atau hipertropi rinitis. Semua keadaan tersebut menyebabkan pasien bernafas
dari mulut, tanpa penyumbatan hidung.21
h. Faktor ketuaan dan psikologi
Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan
mengunyah dan menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi tiruan.
Muka yang kering menyebabkan pemakaian gigi tiruan tidak
menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukous untuk
tempat gigi tiruan melayang pada permukaannya dan dengan tegangan
permukaan yang berkurang untuk retensi gigi tiruan atas dalam menahan
tekanan kunyah. Bila daerah pendukung gigi tiruan telah terasa nyeri,
trauma dapat berlangsung terus.21 Menurut Hasibuan, perubahan atropi pada
kelenjar saliva seiring dengan bertambah usia, dimana hal ini akan
menurunkan produksi saliva dan mengunyah komposisinya.22
i. Penyakit kelanjar saliva
Selain sondrom sjogren, penyakit-penyakit kelenjar saliva jarang
menimbulkan xerostomia. Penyakit harus mengenai kedua kelanjar parotid
secara bergantian, untuk dapat menimbulkan kerusakan yang menyeluruh.22
Penatalaksanaan20
Xerostomia dapat diatasi oleh beberapa obat-obatan seperti
polocarpine, cevimeline dan anethole tritione. Masing-masing obat tersebut
memiliki maekanisme kerja serta kontra indikasi sebagai berikut:
a. Pilocarpine
Pilocarpine adalah obat yang bersifat kolinergik dan
parasimpatomimetik yang bekerja secara lebih dominan pada reseptor
muskarinik dalam merangsang sekresi saliva. Adapun kontra indikasinya
adalah meningkatkan pengeluaran keringat, gangguan pencernaan,
hipotensi, rhinitis, diare, dan gangguan penglihatan.
b. Cevimeline
Cevimeline adalah obat yang bersifat kolinergik dan agonis dengan
daya tarik yang tinggi pada reseptor muskarinik yang terletak pada lacrimal
dan epithalium glandula saliva, besarnya pertambahan sekresi eksokrin
glandula dan termasuk pertambahan pengeluaran saliva dan keringat. Obat
inin memiliki kontra indikasi sama seperti pilocarpine, selain itu cevimeline
memiliki efek samping seperti pengeluaran keringat yang berlebih, mual,
rhinitis, diare dan gangguan penglihatan. Hal tersebut sering kali terjadi
pada malam hari.
c. Anethole trithione
Anethole trithione adalah obat yang distimulasi dan disekresikan di
dalam empedu juga distimulasikan pada sistem saraf parasimpatis dan dapat
meningkatkan sekresi dari asetilkolin, stimulasi dari saliva dihasilakn dari
serous sel asini. Obat ini tidak dapat diberikan pada pasien sjogren sindrom
dan efek sampingnya adalah perut terasa tidak nyaman dan adanya gas
dalam perut atau usus.
e. Ptyalisme
Ptyalisme adalah hiperproduksi saliva. Ia juga berhubungan dengan
beberapa kondisi medis termasuk peradangan, palsi serebral dan kehamilan.
Efek samping obat-obatan juga dapat menimbulkan ptyalisme.Jika obat-
obatan dengan agen pengering tidak efektif, maka operasi adalah indikasi.
Terapi pilihan lain adalah neurektomi selektif pada saraf korda timpani,
eksisi kelenjar liur dan ligasi atau transposisi duktus yang terkena.2
2.Kelainan Kelenjar Saliva Neoplastik
1) Benigna
a. Adenoma Pleomorfik
Definisi
Adenoma pleomorfik atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang
berasal dari kelenjar saliva yang dapat tumbuh dari kelenjar saliva minor
maupun mayor.23
Adenoma pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum
dijumpai pada kelenjar parotis. Tumor ini merupakan campuran (benign mixed
tumor) yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan
tersusun dalam beberapa variasi komponennya.24
Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan
ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya
lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam.
Biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau
dari spindel atau stelleta.25
Etiologi
Penyebab adenoma pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui
secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik.
Gejala Klinis
Adenoma pelomorfik mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor
tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal.23
Diagnosis Banding
Diagnosis banding adenoma pleomorfik adalah neopalsma maligna :
karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah,
neoplasma adnexa dalam, dan neopalsma mesenkimal.26
Komplikasi
Komplikasi dari adenoma pelomorfik adalah karsinoma ex-pelomorfik
adenoma (carsinoma ex-pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor
sampur jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed tumors) tapi
jarang terjadi.26
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adenoma pleomorfik adalah dengan pembedahan
dengan mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Jika pengambilan
tumor masih meninggalkan sel tumor di dalam jaringan mesenkim glandula,
maka dapat terjadi kekambuhan.23
b.Tumor Wharthin / Papillary Cystadenoma Lymphomatosum
Definisi
Tumor Wharthin juga dikenal sebagai papillary Cystadenoma
Lymphomatosum, merupakan tumor jinak yang paling sering kedua dari
kelenjar parotis. Biasanya terdapat di posterior mandibula. Laki-laki lebih
sering dan terjadi antara dekade ke 5 dan ke 8. tumor ini terjadi bilateral.25
Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil
yang tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit,
perubahan kistik dan infiltrasi limfosit yang matang.26
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi
Wharthin’s tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini.25
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan
suatu massa dengan batas jelas pada bagian posterior-inferior dari lobus
superficial parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat
terlihat peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan
peningkatan isi dari mitokondrianya.26
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi. Terapi terdiri
dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis.26
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari Tumor Wharthin adalah pembedahan seluruh
jaringan tumor dengan mengupayakan kapsul terangkat utuh tanpa
meninggalkan sel tumor tersisa di dalam jaringan kelenjar saliva karotis.
Pengangkatan sempurna dapat mencegah kekambuhan. Prognosis setelah
pembedahan adalah baik.23
c. Adenoma Sel Basal
Adenoma sel basal merupakan 2% dari semua neoplasma kelenjar liur
epitelial. Tipe histologis termasuk tubular, trabekular, silindroma dan solid.
Tipe solid adalah yang paling sering. Adenoma sel basal terjadi sama diantara
laki-laki dan wanita dan biasanya sekitar usia dekade keempat dan kesembilan.
Kelenjar parotid adalah kelanjar yang sering terkena.
Adenoma sel basal harus dapat dibedakan dengan karsinoma kistik
adenoid, adenokarsinoma sel basal dan ameloblastoma.2
d. Onkositoma
Tumor jinak ini mengandung sel-sel epitelial membentuk polihidron yang
besar yang dikenali sebagai onkosit, yang penuh dengan sitoplasma eosinofilik
bergranul dan mitokondria.
Onkositoma dapat terjadi akibat proses hiperplasi, proses metaplasia
atau kedua-duanya.
Kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya onkositoma
yang di ikuti kelenjar submandibula. Di tempat-tempat ini, tumornya muncul
sebagai masa yang tumbuh lambat dan tidak nyeri yang sering keras dan
kadang-kadang kistik. Pembengkakan kelenjar parotid dapat difus dan sekitar
7% terjadi bilateral.Oprasi eksisi tanpa melibatkan margins adalah terapi yang
dinjurkan dan onkositoma yang bersifat radio resisten.2
e. Adenoma Kanalikuler
Adenoma kanalikuler adalah neoplasma benigna yang mengenai
kelanjar liur minor. Tumor ini pernah menjadi subtipe dari adenoma sel basal.
Bagaimanapun sekarang dikenali sebagai inti yang berbeda berdasarkan
gambaran histologis. Adenoma kanalikuler harus dibedakan dengan adeno
karsinoma. Adenoma kanalikuler mudah menjadi multifokal dan sering
terdapat pada mukosa bibir atas terutama pada lanjut usia. Eksisi intra olar
adalah bersifat kuratif walaupun multifokal pada penyakit ini dapat
mempredisposisi rekurensi jika semua fokal tidak dibuang.2
f. Myoepthelioma
Mioepitelioma adalah subtipe dari adenoma monomorfik yang
merupakankurang dari 1% dari neoplasma kelenjar liur. Ia mengandung
hampir semuanyasel-sel mioepitelial. Tidak ada predileksi jenis kelamin dan
mioepitelioma seringterjadi pada dekade ketiga hingga keenam. Tumor ini
terjadi di kelenjar parotidsebanyak 40%.Secara histologis, mioepitelioma
adalah terkapsulasi. Terdapat tipe selspindel dan sel plasmasitoid. Diagnosis
bandingnya termasuk tumor campuran,schwannoma, leiomioma,
plasmasitoma, karsinoma sel spindel dan histiositomafibrosa.2
g. Hemangioma
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan
sebagai diagnosis banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor
jinak ini berasal darisel endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua
tumor kelenjar liur. Pada anak-anak, hemangioma kapiler adalah tumor
kelenjar liur yang paling sering yaitu lebih dari90% tumor kelenjar liur terjadi
pada anak-anak di bawah usia 1 tahun. Tumor inmengenai perempuan lebih
banyak dari laki-laki dan sering terdapat pada kelenjar parotid.2
Gejala
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral
dantidak nyeri. Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering
menyebabkan deformitaskosmetik. Aspirasi jarum halus biasanya tidak
penting. CT scan, MRI atau keduanyadapat menunjukkan gambaran
vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding termasuk kelainan proliferatif
vaskular seperti limfangioma dan hemangioma kavernosa.2
Penanganan
Kemungkinan untuk regresi spontan ada dan karena itu operasi eksisi
dapatditunda. Bagaimanapun, jika terdapat gangguan fungsional ataupun
kosmetik, eksisi totalmelalui parotidektomi dengan memelihara nervus fasial
adalah indikasi. Pada anak-anak semakin superfisial lokasi dari nervus fasial
dibandingkan pada orang dewasa yang mana penting untuk dipertimbangkan
dalam mengidentifikasi saraf tersebut sewaktuintraoperatif. Transformasi
maligna belum pernah dilaporkan.2
2) Maligna
a. Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar saliva mayor, yaitu
kelenjar saliva parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar saliva minor,
dan paling sering melibatkan kelenjar saliva minor di palatum. Tumor ini
sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita
wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya
lambat dan berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi
bermetastasis. 2-10% melibatkan kelanjar saliva mayor dan paling sering
adalah kelenjar saliva parotis.23
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva
yang diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada
usia antara dekade 30-40. hampir 75% pasien mempunyai gejala
pembengkakan yang asimtomatis, 13% dengan rasa sakit dan sebagian kecil
lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel ephitelial
interlobar dan intralobar duktis saliva. Tumor ini tidak berkapsul dan
metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40%. Penentuan derajat
keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah, menengah
dan tinggi.24,25
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low
grade, intermediate grade dan high grade. Gambaran mikroskopis
menunjukkan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mukus dan sel
epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang
berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang
kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan
struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel
epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar
mukus. Tipe intermediate dengan sedikit memproduksi kelanjar mukus. Tipe
poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak
terlihat sel-sel berdiferensiasi.23
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan
tumor. Prognosis baik well differentiated/low grade, tetapi dapat bermetastasis
dan 90% kasus well differentiated dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi
jika poorly differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk dan
kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah.23
b. Karsinoma Sel Asinar
Definisi
Karsinoma sel asinar merupakan tumor ganas kelanjar saliva parotis
yang jarang terjadi, angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-
tumor kelenjar saliva. Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel
yang membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3cm.23
Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria. Puncak
insidens antara usia dekade 5 dan 6. Tanda patologik khas adalah adanya
amiloid. Asa; mula sel ini dari komponen serosa asinar dan sel duktus
intercalated.27
Penatalaksanaan
Terapi karsinoma sel asinar meliputi bedah eksisi lengkap.28
c. Tumor Sel Granular
Tumor sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan
sering berhubungan dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi
pada kavum oraldan sangat tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri.
Aspirasi jarum halus dapatmenunjukkan proses neoplastik. Pemeriksaan
histopatologis memberikan gambaran sel-sel poligonal dengan sitoplasma
granular eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus pleomorfik ringan yang
berbentuk bulat hingga oval. Karena ia berpotensi ke arahmaligna, kombinasi
KESIMPULAN
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva
yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri. Pada
kondisi normal air liur berfungsi membasahi makanan untuk memantu mengunyah
dan menelan. Air liur juga dapat membersihkan mulut dari bakteri.
Pada gangguan kelenjar saliva seringkali ditemukan gejala
seperti pembengkakan pada wajah, pembengkakan pada telinga, sakit diwajah,
kesulitan membuka mulut dan mulut kering
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell Rs, Kepala dan Leher dalam buku Anatomi klinik Untuk mahasiswa
kedokteran, Jakarta:EGC, 2006 Hal: 722-724
2. Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill, Benign diseases of the salivary glands,
Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-ShinButt, Current Diagnosis and
Treatment, Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd. 2008. New York
3. Sumariyono. Diagnosis dan tatalaksana Sindrom Sjogren. Kumpulan makalah
temu ilmiah Reumatologi. 2008:134-136
4. Troy Daniels, DDS, MS. Sjogrens Syndrome Primer on Rheumatic diseases.
2008;13:389-397
5. Yuliasih. Sindrom Sjogren. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV. Pusat
Penerbitan IPD FKUI. 2006:1193-1196
6. Tsifetaki N. Kitsos CA Paschides Oral Pilocarpin for the treatment of ocular
symptoms in patient with Sjogren Syndrome A randomized 12 weeks controlled
Study. Ann. Rheum. Dis. 2003;62:1204-1207
7. Everson JW, Cawson RA. Salivary gland tumors. A review of 2,410 cases with
particular reference to histologic type, site, age, and sex distribution. J Pathol
1985;146:51-8
8. Price EJ. Venables PJ. Dry eyes and mouth syndrome. A subgroup of patient
presenting with sicca symptoms. Rheumatol. 2002:164;1275-1282
9. Ramos-Casals M. Loustaud-Ratti V. De Vita S, et al. Sjogren syndrome
associated with hepatitis C virus. A multicenter analysis of 137 cases. Medicine.
2005;84:81-89
10. Frederick B. Vivino MD. Pilocarpine tablets for the treatment of dry mouth and
dry eye symptoms in patient with Sjogren Syndrome. Arch Intern Med.
2000;159:174-181
11. Garcia-Carraso M. Ramos-casals M. Rosas J, et al. Primary Sjogren syndrome.
Clinical and immunologic disease pattens in a cohort of 400 patient. Medicine.
2002;81:270-280
12. Casals MR.Front J. Primary Sjogren Syndrome: Current and Emergent
Aetiopathogenic Concepts Rheumatology. 2005;44:1354-1367
13. Meijer JM. Pijpe J. Vissink A. Treatment of Primary Sjogren syndrome with
Rituximab; extended follow up, safety and efficacy of treatment. Annals of the
Rheumatic. Diseases. 2009;68:284-285
14. Markus R. Ulbrick R. Treatment of sicca symptoms with Hydroxychloroquine in
patients with Sjogren Syndrome. Rheumatology. 2005;11:1093-1094
15. Tsifetaki N. Kitsos CA. Paschides. Oral Pilocarpin for the treatment of ocular
symptoms in patient with Sjogren Syndrome. A eandomized weeks controlled
Study. Ann. Rheum. Dis. 2003;62:1204-1207
16. Suryana Dra, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, Jakarta: EGC, 1996
17. Greenberg, M. S; Glick, M.; Ship, J.A. 2008. oral Medicine. Edisi 11. hamilton:
B. C. Decker Inc
18. Scully, C. 2008. oral and Maxillofacial Medicine. Second Edition. Philadelphia:
Elsevier
19. Amerongen, A. V. N. 1992. Ludah dan Kelenjar Luda; Arti Bagi Kesehatan Gigi.
Yohyakarta: Gadjah Mada University Press
20. Bartels, C. L. 2005. xerostomia-Information for Dentist, Helping Patients with
Dry Mouth. Available from: http://www.oralcncerfoundation.org
21. Gayford, J. J, dan Haskell, R. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Ed.
II. Jakarta: EGC
22. Hasibuan, S. 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau dari Faktor Penyebab,
Manifestasi dan Penanggulangannya. Available from: http://library.usu.ac.id
23. Syafriadi, M. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
Rongga Mulut. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. 31-82
24. Ansori, H. 2009. gambaran Radiografi Adenoma Pleomorfik pada Kelenjar
Saliva. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara
25. Elsoin,Y.2009.tumorKelenjarLiur.Availableat
http://adamelsoin.blogspot.com/2009/05/tumor-kelenjar-liur.html.
26. Asih,B.Referat`THT:Tumor`Parotis.`Available`a
http://koasku.blogspot.com/2008/12/referat-tht-tumor-parotis.html
27. Amirlak, B. 2009. Parotid Tumors, Malignant. Available at
http://emedicine.medspace.com/article/1289616-overview#ref12
28. Vidyadhara, S. Shetty, AP. Rajasekaran. S. 2007. Case Report : Widespread
Metastases From Acinic Cell Carcinoma of Parotid Gland. Singapore Med J : 48
(1) : e13
29. Predesen, Gordon W, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta: EGC, 1996
30. Hasibuan S, Keluhan Mulut kering di Tinjau dari Faktor Penyebab, Manifestasi
dan Penanggualangannya, USU digital Library, 2002: 1-8
31. Gibson, John, Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat edisi 2, Jakarta:
EGC, 2003
32. The Nation Institutes Of health General Information About Salivary Gland
Cancer:2012July07http://www.cancer.glv/cancertopics/pdq/treatment/salivary/
healthprofesional/page1 http://www.pathologyimagesinc.com/preview-oral-surg/
necrotiz-sialomet/fs-necrot-sialomet.html 201 1