Paper Obgin Maria Ulfa 09310093
-
Upload
dede-nasrulloh -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of Paper Obgin Maria Ulfa 09310093
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Kejadian distosia bahu semakin menjadi ketakutan sendiri bagi dokter, perawat, bidan
dan tenaga medis lainnya karena sering kali, merupakan peristiwa kegawatan obstetri yang
tidak bisa diprediksi dan dicegah. Distosia bahu didefinisikan sebagai kelahiran yang
membutuhkan manuver obstetri tambahan untuk mengeluarkan bahu setelah traksi bawah
gagal. Distosia bahu terjadi ketika terdapat imfaksi bahu bayi anterior yang terjadi,posterior
dengan simfisis atau promontorium sakralis ibu. Biasanya distosia bahu didahului dengan
tanda klasik “turtle sign” yaitu setelah kepala bayi dikeluarkan, akan terjadi retraksi
kuatkembali ke perineum ibu. Spong mendefinisikan distosia bahu sebagai persalinan kepala-
badan yang lama. Yaitu lebih dari 60 detik, dan atau mengharuskan manuver obstetri
tambahan. Lama persalinan 60 detik dijadikan batas interval karena waktu tersebut
terletakantara dua standar devisi diatas nilai rerata persalinan normal pada penelitiannya.
Walaupun terdapat rekomendasi tersebut, distosia bahu tetap belum memiliki definisi yang
jelas.
Perbedaan laporan kasus sebagaian disebabkan oleh variasi definisi distosia bahu,
populasi pasien yang dipelajari, dan bentuk kasus over-diagnosed atau under-diagnosed.
Insidensi yang dilaporkan adalah 0.6% sampai 3%kelahiran pervaginam dengan presentasi
vertex. Walaupun distosia bahu dapat dikelola dengan tepat tetapi tetap dapat meningkatkan
angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Kegagalan bahu utuk lahir dengan spontan dapat
menjadikan ibu hamil dan bayi memiliki resiko cedera persalinan permanen. Cedera pleksus
brakhialis adalah komplikasi distosia bahu yang paling sering terjadi, yaiti 4-16% persalinan.
1
Kejadian ini tergantung dari pengalaman operator persalinan. Kebanyakan kasus diatas tanpa
adanya kecacatan permanen. Yaitu kurag dari 10% yang terjadi disfungsi pleksus brakhialis.
Cedera brakhialis pleksus neonatus adalah kasus tuntutan pengadilan paling sering berkaitan
dengan distosia bahu di inggris. Sedangkan distosia bahu masuk menjadi empat besar kasus
pengadilan, dan diperkirakan menghabiskan 11% klaim kasus obstetri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh
karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak
dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak dapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut.
II.2 Insidensi
Distosia bahu sebesar 0.2-0.3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala.
Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan
lahirnya bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasukipanggul lebih dahulu sebelum bahu
anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan
tulang sakrum atau di sekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu
anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen
obturator. Apabila bahu berada di posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas
panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang
pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan
putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan
kepala (disebut dengan trutle sign).
II.3 Komplikasi
3
Komplikasi distosia pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus), cedera
pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak.
Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan putaran
pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele,
apabila didiagnosis dan terapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik
dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50% kasus. Pada ibu komplikasi
yang dapat terjadi adalah pedarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi ataupun atonia
uteri.
II.4 Faktor Risiko dab Pencegahannya
Belum ada cara untuk memastikan terjadinya distosia bahu pada suatu persalinan,
meskipun sebagian besar distosia bahu dapat ditolong tanpa morbiditas. Tetapi apabila terjadi
komplikasi dapat menimbulkan kekecewaan dan adanya potensi tuntutan terhadap penolong
persalinan. Untuk mengurangi risiko morbiditas pada bayi dan mencegah terjadinya tuntutan,
penolong persalinan perlu mengidentifikasi faktor risiko terjadinya distosia bahu dan
mengomunikasikan akibat yang dapat terjadi pada ibu serta keluarganya.
Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari
kepalanya, sehingga mempunyai risiko terjadi distosia bahu. Risiko akan meningkat dengan
bertambahnya perbedaan antara ukuran badan dan bahu dengan ukuran kepalanya. Pada bayi
makrosomia, perbedaan ukuran tersebut lebih besar dibanding bayi tanpa makrosomia,
sehingga bayi makrosomia lebih berisiko. Dengan demikian, kewaspadaan terjadinya distosia
bahu diperlukan pada setiap pertolongan persalinan dan semakin penting bila terdapat faktor-
faktor yang meningkatkan risiko makrosomia. Adanya DOPE (diabetes, obesity, prolonged
pregrency, excessive fetal size or maternal weight gain) akan meningkatkan risiko kejadian.
4
Keadaan intrapartum yang banyak dilaporkan berhubungan dengan kejadiandistosia
bahu kala I lama, partus macet, kala II lama, stimulasi oksitosin, dan persalinan vaginal
dengan tindakan. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa sebagian besar kasus distosia
bahu tidak dapat diprediksi dengan tepat sebelumnya. Upaya pencegahan distosia bahu dan
cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara:
1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi: janin
luar biasa besar (≥ 5 kg), janin sangat besar (≥ 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin
besar (≥ 4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang
memanjang dengan janin besar.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
4. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau
fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertoongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, sesusitasi bayi,
dan tindakan anastesia (bila perlu).
II.5 Diagnosis
Diagnosis bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
5
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial
simfisis pubis.
Begitu distosia bahu dikenali, maka prosedur tindakan untuk menolongnya harus segera dilakukan.
II.6 Penanganannya
Diperlukan untuk seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta
bantuan.jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior
sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan
semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan
yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi luas,
posissi McRoberts, atau posisi dada lutut. Dorongan pada fundus yang tidak diperkenankan
karena semakin nenyulitkan bahu untuk dilahirkan dan berisiko menimbulkan ruptura uteri.
Di samping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan,
keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh waktu.
Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0,04
unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia
waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera
hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut.
6
Diagnosis
Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan
Manuver McRobert
(posisi McRobet, episiotomi bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Manuver Rubin
(posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau manuver Wood
II.6.1 Langkah pertama :Manuver McRobert
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu
telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin ke dada, dan
rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan
episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium
dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan suprasimfisis kearah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk dibawah
simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan
mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan
karena akan mencederai pleksus brakhialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah
selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan persentasi kepala. Manuver ini cukup
sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai
sedang.
7
Gambar.1 Tekanan Suprapubik
II.6.2 Langkah kedua:Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari pada
diameter oblik atau tranversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah
menjadi posisi oblik atau tranversa untuk memudahkan melahirkannya. Tidak boleh
melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Yang dapat
dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik kearah
dorsal pada umumnya sulit menjangkau anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah
dilakukan pada bahu posteriornya. Masih dala posisi McRobert, masukan tangan pada bagian
posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik
atau tranversa. Lebih menguntungkan bila pemutaran itu kearah yang membuat punggung
bayi menghadap kearah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang
diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu
anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan
penekanan suprapubik pada posisi punggung anterior akan membuat bahu lebih abduksi,
8
sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah posterior,
tarikan kepala kearah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
II.6.3 Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, Posisi merangkak, atau Manuver Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi
punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang bersebrangan dengan punggung bayi.
(punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) kevagina. Temukan
bahu posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan
dengan menekan fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap
kearah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang
cukup bagi bahu anterior masuk kedalam simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis
kearah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk
melahirkan bahu anterior.
Gambar.2 Melahirkan Bahu Posterior
Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sendi sakroiliaka bisa
meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan
membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi sendi
sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan
9
dan kedua lututnya. Pada manuver ini bahu poterior dilahirkan terlebih dahulu dengan
melakukan tarikan kepala.
Gambar.3 Melahirkan dengan posisi merangkak
Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar seperti uliran
sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan mempermudah melahirkannya. Manuver
Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan yang bersebrangan dengan punggung
bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang
diletakkan di bagian bahu posterior. Bahu posterior di rotasi 180 derajat. Dengan demikian,
bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada dibawah arkus pubis, sedangkan
bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam
posisi seperti itu, bahu anterior akan dengan mudah dapat dilahirkan.
10
Gambar.5 Manuver Wood
Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya adalah
melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan dan perawata
pascatindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan
medik dan memberikan konseling pasca tindakan.
II.7 Prognosis
Tergantung dari cara penatalaksanaanya dan komplikasi-komplikasi yang mungkin
timbul serta umur kehamilannya.
11
BAB III
KESIMPULAN
Selalu antisipasi dan siap-siap akan kemungkinan terjadinya suatu distosia bahu karena
sebagian besar kasus terjadi tanpa diduga sebelumnya dan tanpa adanya suatu faktor resiko,
selalu ingat akan penatalaksanaanya distosia bahu: Manuver McRobert, Manuver Rubin,
Manuver Wood.
12