ULFA MAZIDAH (080210192023)
-
Upload
ulfamazidah -
Category
Documents
-
view
398 -
download
0
Transcript of ULFA MAZIDAH (080210192023)
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT ) DENGAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR
FISIKA KELAS XII IPA 2 MADRASAH ALIYAH NURUL QURNAIN
SUKOWONO
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Fisika
Oleh :
ULFA MAZIDAH
NIM : 080210192023
No HP : 085236263792
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
0
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata pelajaran fisika merupakan suatu ilmu yang ditunjukkan untuk
mempelajari semua gejala alam. Oleh karena itu, sebagian besar peristiwa alam
dalam kehidupan sehari-hari dipelajari dalam mata pelajaran fisika sehingga siswa
tidak hanya membaca, mendengar, dan menjelaskan apa yang disuruh guru dan
juga dapat mengalaminya secara langsung dan dapat membangun pengetahuan
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Karena fisika bukan hanya
penguasaan sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, dan prinsip kerja saja,
tetapi juga sebagai penemuan yang dapat membangun sumber daya manuasia
yang berkualitas.
Fisika merupakan salah satu pelajaran yang memiliki kualitas hasil belajar
yang rendah. Beberapa kendala dalam pembelajaran fisika antara lain adalah
penggunaan metode dan model pembelajaran oleh guru yang kurang cocok dalam
suasana kelas tersebut, media pembelajaran yang digunakan juga kurang tepat,
guru juga kurang memperhatikan minat dan perhatian siswa terhadap mata
pelajaran fisika. Sebagian besar siswa sering mengeluhkan mata pelajaran fisika
sebagai mata pelajaran yang kurang disukai dengan alasan mata pelajaran fisika
adalah mata pelajaran yang sulit karena banyaknya rumus-rumus yang harus
dihafalkan serta konsep yang susah dipahami oleh siswa. Sehingga banyak siswa
yang malas dan kurang bersemangat terhadap mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika di MA Nurul Qurnain
Sukowono diperoleh informasi bahwa diantara 2 kelas IPA disekolah tersebut
kelas XII IPA 2 adalah kelas yang memiliki aktivitas dan hasil belajar fisika yang
rendah. Hasil belajar yang rendah terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang
mencapai 40 % dari nilai SKM yang telah ditentukan yaitu 65. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh : dalam aktivitas
bertanya, hanya 1-2 siswa dari 40 siswa yang bertanya; siswa yang
memperhatikan guru pada saat mengajar, hanya 15-20 siswa dari 40 siswa yang
memperhatikan penjelasan guru, 5-7 siswa bermain-main, dan 8-10 siswa
1
berbicara sendiri; ketika diberi tugas, hanya 20 siswa dari 40 siswa yang
mengumpulkan tugas dengan lengkap dan 20 siswa lainnya hanya mengumpulkan
nama dan soal saja. Melihat rendahnya aktivitas dan hasil belajar fisika, sehingga
perlu diadakan pendekatan lebih agar siswa tidak malas dan siswa bisa semangat
dan aktif dalam pembelajaran fisika.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan
menerapkan pendekatan, model, metode, strategi pembelajaran dan penggunaan
media pembelajaran yang tepat. Dengan harapan, dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sehingga dapat merubah asumsi
bahwa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang tidak hanya berisi tentang
rumus-rumus, hukum, prinsip, dan materi hafalan, tetapi juga berisi tentang
informasi yang bermanfaat dalam menyelesaikan masalah di kelas XII IPA 2
Oleh karena itu dibutuhkan model yang relevan dalam mengatasi
permasalahan tersebut. TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe
pembelajaran model kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar dan keaktifan siswa MANQ Sukowono kelas XII IPA 2. Penerapan model
ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama
bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Diusahakan dinamika kelompok kohesif dan
kompak sehingga dapat menumbuhkan rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games)
yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian
bodoran. Setelah selesai disajikan dalam bentuk diskusi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan Metode Demonstrasi Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
XII IPA 2 Madrasah Aliyah Nurul Qrnain Sukowono”
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu:
1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan metode demonstrasi dalam
pembelajaran fisika kelas XII IPA 2 MA Nurul Qurnain Sukowono?
2. Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament)dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran fisika di
kelas XII IPA 2 MA Nurul Qurnain Sukowono?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika selama
menerapkan model koperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) di
kelas XII IPA 2 Madrasah Aliyah Nurul Qurnain Sukowono.
2. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar fisika setelah menerapkan
model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dikelas XII IPA
2 Madrasah Aliyah Nurul Qurnain Sukowono.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam rangka
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika yang lebih baik.
2. Bagi guru, sebagai solusi dan masukan dalam memilih model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran fisika
3. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka
mencari alternatif metode pembelajaran fisika yang efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa
3
4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
tentang peningkatan kualitas pembelajaran fisika sebagai bekal di dunia
kerja.
5. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
mengenai alternatif cara belajar guna meningkatkan keaktivitas dan
ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajarn fisika.
6. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk penelitian lebih lanjut.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Fisika
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid (Sagala, 2005:61). Pembelajaran merupakan suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap antara siswa dengan
guru yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang dikembangkan
melalui pengalaman belajar (Dimiyati&Moedjiono, 1999:159).
Pembelajaran fisika merupakan suatu proses belajar-mengajar tentang teori
yang menerangkan gejala alam, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dikembangkan melalui pengalaman belajar.
Jadi pembelajaran fisika tidak hanya menuntut siswa untuk menghafal dan
memahami konsep saja, tetapi siswa uga harus mampu mengaplikasikan materi
fisika dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pembelajaran fisika lebih mengutamakan
peran siswa untuk memahami sendiri fakta-fakta, konsep, dan prinsip fisika yang
ditemuinya melalui bimbingan guru sesuai dengan pendekatan belajar yang
digunakan dalam proses belajar-mengajar.
2.2 Model Pembelajaran
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola
pikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan
konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang
sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus
juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variable-
variebel yang terdapat dalam teori tersebut. ( Pribadi, 2009:86 )
Joice, B dan Weil, M. (dalam Abbas, 2000:10) mendefinisikan model
pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
5
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Arends (dalam Abbas,
2000:10) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu kepada pendekatan
pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan definisi di atas, model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai
pedoman gurudalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran,
mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat
disusun dan dikembangkanm oleh guru. Perangkat-perangkat itu meliputi buku
guru, buku siswa, lembar tugas/kerja siswa, media bantu seperti komputer,
transparansi, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan
lain-lain.
Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:10) model pembelajaran terdiri dari
model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif
( cooperatif learning), model pembelajaran berbasis masalah ( problem based
learning), model pembelajran diskusi (discussion), model pembelajaran strategi
(learning strategy).
2.3 Model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
2.3.1 Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan beberapa siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
6
Sedangkan menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang
difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan
suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Menurut Kagan (1994),pembelajaran kooperatif mempunyai banyak
manfaat,yaitu:
a. Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa
b. Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial
c. Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan
d. Dapat meningkatkan kepercayaan diri
e. Dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
Adapun kekurangan pembelajaran Kooperatif adalah :
a. kemungkinan akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika
mereka ditempatkan dalam kelompok
b. adanya kesan negatif pada diri siswa mengenai kegiatan kerjasama atau
belajar berkelompok
c. banyak siswa tidak senang disuruh bekerjasama dengan orang lain
d. siswa yang kurang mampu akan merasa minder jika ditempatkan dalam satu
group dengan siswa yang pandai
7
2.3.2 Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah
suatu pembelajaran dimana setelah kehadiran guru, siswa pindah kekelompoknya
masing-masing untuk saling membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
materi yang diberikan. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu
seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain. Tiga
siswa dalam setiap turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab satu
pertanyaan yang sama, yang telah dibahas bersama-sama dalam kelompoknya.
Dengan cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor sebanyak-
banyaknya untuk kelompoknya.
2.3.3 Unsur-unsur dalam Model Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT)
Adapun unsur-unsur dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dijelaskan sebagai berikut :
a. Sintakmatik
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ada empat tahapan yang perlu
ditempuh yaitu :
Tahap pertama : Mengajar (teach)
Pada tahap ini guru mempresentasikan atau menyampaikan materi yang
akan dipelajari, menyampaikan tujuan, tugas atau kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa
Tahap kedua : Belajar kelompok (team study)
Pada tahap ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
kecilyang beranggotakan 5-6 orang. Kemudian siswa melakukan diskusi
dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok siswa melakukan diskusi untuk
memecahkan masala bersama, salaing memberikan jawaban dan mengoreksi
jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawabnya.
Tahap ketiga : Permainan (games tournament)
8
Pada tahap ini siswa bermain dalam sebuah tournament atar
kelompok. Tournament diikuti oleh anggota masing-masing kelompok yang
berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah sema
anggota kelompok telah menguasai materi, dimana materi-materi yang
diberikan berhubungan dengan materi yang didiskusikan. Adapun permainan
yang digunakan dalam pada tahap ini adalah permainan monopoli yang
didalamnya berisi soal-soal untuk diselesaikan oleh peserta permainan. Dalam
permainan ini digunakan kelengkapan berupa dadu, biji, dan sebuah papan
permainan monopoli yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai media. Pemain melempar dadu dan selanjutnya mata
dadu yang muncul akan menentukan nomor soal yang dijawab.
Tahap keempat : Penghargaan kelompok (team recognition)
Pada tahap ini gur mengumumkan kelompok yang menang dan
memberikan penghargaan (reward) atau hadiah kepada pemenang dalam
tournament. Kelompok yang daat mencapai finish mendapat skor tertinggi
dan mendapat penghargaan.
b. Sistem sosial
Dengan model pembelajara kooperatif tipe TGT akan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa
dapatbelajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
c. Prinsip reaksi
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah membangun ikatan
emosianal, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
menjalin hubungan dan menyingkrkan segala ancaman dalam proses
pembelajaran. Guru juga berperan dalam menciptakan suasana psikologis
yang dapat membangkitkan respon siswa.
d. Sistem pendukung
Model pembelajaran ini dalam pelaksanaannya memerlukan segala
sarana, bahan, dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang semula
9
membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan semangat
belajar siswa.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa hars ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan. Dengan demikian model pembelajaran ini
memiliki kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT
antara lain :
a. Mengandung unsur permainan sehingga cenderung disukai siswa. Permainan
yang terdapat dalam model pembelajaran ini dapat menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang
semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa.
b. Adanya kelompok belajar, dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat, serta belajar menerima pendapat orang lain.
c. Setiap siswa terlibat dalam games tournament, sehingga setiap siswa
mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
Selain kelebihan-kelebihan diatas model pembelajaran kooperatif tipe
TGT juga memiliki kekrangan, yaitu : guru harus selalu mengawasi,
memperhatikan, dan membimbing agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
efektif. Jadi, peran guru sangat besar. Agar tercipta suasana pembelajaran yang
kondusif, sebaiknya sebelum melaksanakan model pembelajaran ini siswa diberi
tugas untuk mempelajari yang akan dipelajari terlebih dahulu.
2.4 Media Permainan Ular tangga
Dalam pembelajaran fisika dikelas, dibutuhkan komunikasi dan interaksi
yang baik antar guru dan siswa. Disini guru dituntut kreatif menciptakan situasi
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk membuat siswa dapat
menyenangi mata pelajaran fisika sehingga diharapkan dapat memberikan hasil
belajar fisika yang lebih baik.
10
Pembelajaran dapat juga dilakukan dengan cara melakukan permainan
yang melibatkan banyak siswa dengan peran masing-masing. Dengan melibatkan
bermain, maka unsur permainan memberi kesempatan yang menyenangkan untuk
belajar yang hampir tidak disadari merupakan suatu alat yang efektif untuk
merangsang minat dan memacu siswa untuk belajar. Beberapa permainan yang
dapat digunakan sebagai metode pembelajaran antara lain bermain dengan
menggunakan alat bantu kertas, simulasi, bermain kartu, dan ular tangga,
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan
oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan
diberi gambar. Dalam permainan ini setiap kotak berisi soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang telah dipelajari. Bobot soal yang disajikan
berbeda-beda. Media perrmainan ular tangga diharapkan siswa dapat menikmati
proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan dan termotivasi untuk
belajar.
2.5 Model pembelajaran kooperatif tipe TGT disertai Media Ular Tangga
dalam Pembelajaran Fisika.
Pada penelitian ini, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan media ular tangga dalam pembelajaran fisika adalah :
a. Persiapan
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas,biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah,diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa
harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan
guru,karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor
kelompok.
b. Mengajar (teach)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, baik dilakukan pengajaran langsung, diskusi, maupun demonstrasi.
Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang
11
harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas
ini siswa benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang telah
disampaikan oleh guru, karena akan embantu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat games karena skor games akan
menentukan skor kelompok
c. Belajar Kelompok (teams)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja
dalam kelompok yang terdiri atas 5-6 orang yang anggotanya heterogen
dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, agama yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas, sehingga dapat memotivasi siswa untuk saling
membantu khususnya antara siswa yang berkemampuan kurang dengan siswa
yang berkemampuan lebih. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama kelompoknya. Dalam kelompok
terjadi diskusi untuk memecahkan permasalahan bersama berdasarkan LKS/
modul yang diberikan oleh guru.
d. Permainan/ pertandingan (games tournament)
Pada turnament terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
sedemikian rupa untuk menguji kemampuan siswa yang diperoleh dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan yang digunakan adalah ular
tangga. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
berdasarkan materi yang telah didapatkan baik dari belajar kelompok maupun
penyajian kelas.
e. Penghargaan kelompok (recognisi)
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi yang akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas.
2.6 Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
2.6.1 Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar siswa disekolah bervariasi. Aktifitas belajar fisika siswa
merupakan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
12
Tournament (TGT). Aktivitas juga berperan dalam menentukan keberhasilan
proses belajar-mengajar
Paul B, dalam sardiman (2006: 76) membuat suatu daftar yang berisi
177 macam kegiatan yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya: membaca,
memperhatikan gambaran demonstrasi, percobaan, pelajaran, pekerjaan orang
lain;
2. Oral activities, meliputi: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;
3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram;
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, melakukan kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
7. Mental activities, misalnya: menggali, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, megambil keputusan;
8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati yaitu, mental activities,
oral activities, motor activities, listening activities.
2.6.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh
siswa berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT), yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimana hasil belajar
diperoleh dari hasil test yaitu pre test atau post dan skor tournament. Criteria
ketuntasan hasil belajar secara perorangan apabila telah mencapai skor ≥ 70.
Presentase ketuntasan yaitu perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dengan
13
PBM FisikaBAB. Gejala dan SifatGelombang
Pembelajaran Model Kooperatif tipe TGT
Teach Team study Game tournament
Memperhatikan penjelasan guruBekerjasama memecahkan masalah Mengumpulkan skor
Suasana belajar aktif Motivasi belajar meningkat
Aktivitas belajar meningkat
Hasil belajar meningkat
Media Ular Tangga
dengan jumlah seluruh siswa kelas XII IPA 2 Madrasah Aliyah Nurul Qurnain
Sukowono setelah mencapai 75 %.
2.7 Kerangka Konseptual Penelitian
14
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Nurul Qurnain Sukowono
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Semester Ganjil tahun pelajaran
2011/2012. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian sebagai berikut :
a. Adanya permasalahan proses pembelajaran di kelas XII IPA 2 sehingga perlu
adanya tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut
b. Madrasah Aliyah Nurul Qurnain Sukowono memiliki kriteria yang
memungkinkan untuk diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
3.2 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenisnya. Kemudian
variabel-variabel yang sudah dibedakan tersebut didefinisikan dalam definisi
operasional variabel yang bertujuan untuk memperjelas pengertian variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, jenis variabel meliputi variabel bebas (Independent
Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable).
a. Variabel bebas : Model kooperatif tipe Teams Games Tournament
b. Variabel terikat : - Aktivitas belajar fisika siswa
- Ketuntasan hasil belajar fisika siswa
Agar penelitian ini mudah dipahami serta tidak terjadi salah pengertian,
maka perlu didefinisikan beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini.
1. Penerapan model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
Pembelajaran Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa belajar lebih rileks
15
disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
2. Aktvitas Belajar Fisika Siswa
Aktivitas belajar siswa disekolah bervariasi. Aktifitas belajar fisika siswa
merupakan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika di
kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati yaitu,
memperhatikan penjelasan guru, melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan, bekerjasama dalam satu tim, berdiskusi antar teman 1 kelompok,
membuat kesimpulan.
3. Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Siswa
Hasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh siswa
berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran
fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan menggunakan
model kooperatif TGT (Teams Games Tournament), yaitu aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dimana hasil belajar diperoleh dari hasil test yaitu pre test atau
post an skor tournament. Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa kelas XII IPA 2 di
Madrasah Aliyah Nurul Qurnain adalah sebagi berikut:
a. Ketuntasan perorangan, apabila siswa telah mencapai skor ≥ 70 dari skor
maksimum 100.
b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal
75% telah mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimum 100.
c. Presentase ketuntasan yaitu perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas
dengan dengan jumlah seluruh siswa kelas XII IPA 2 MANQ Sukowono
setelah mencapai 75 %.
3.3 Jenis dan Desain Penelitian
3.3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
16
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Aksi
Observasi
Refleksi
Perencanaan Ulang
Aksi
Refleksi
Observasi
Siklus 1
Siklus 2
agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran
dikelas profesional (Suyanto dalam Depdiknas (2004)).
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan atau
memperbaiki berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi di kelas. Bentuk
penelitian tindakan kelas tidak pernah kegiatan tunggal tetapi rangkaian kegiatan
yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
3.3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model Hopkins. Penelitian
tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah yang saling
berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sering disebut dengan
istilah satu siklus.
17
Gambar. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins
Siklus penelitian Model Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dalam konsep pada pembelajaran fisika di SMA adalah:
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan tindakan yaitu sebagai
berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan saat pembelajaran
berlangsung
c. Menyusun perangkat pembelajaran (bahan ajar, RPP, LKS, lembar
observasi, media, dan sistem penilaian) dan pembuatan instumen
tindakan (pedoman observasi, pedoman wawancara)
2. Pelaksanaan Tindakan
Berupa implementasi kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat pada fase sebelumnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Memotivasi siswa untuk belajar
c. Guru membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok
5-6 orang
d. Guru menyampaikan materi secara garis besar
e. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok
f. Siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing
g. Terjadi diskusi kelompok dan antar kelompok
h. Guru memberikan permainan akademik
18
i. Setiap kelompok yang telah dibentuk, mengirimkan wakil dari kelompok
masing-masing untuk bermain dengan perwakilan masing-masing
kelompok.
j. Setelah selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan
jumlah skor yang diperoleh.
k. Siswa diberi penghargaan berdasarkan skor yang diperoleh baik skor
kelompok atau skor individu
3. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan
tindakan yang merupakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
kelompok selama pembelajaran berlangsung dan juga aktivitas guru mulai
proses pembelajaran sampai tes dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disediakan. Kegiatan yang dilakukan observer adalah mengamati
kegiatan siswa selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung yang
meliputi, memperhatikan penjelasan guru, melakukan kegiatan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan, bekerjasama dalam satu tim, berdiskusi antar
teman 1 kelompok. Selain itu observer juga mengamati aktivitas guru.
Aktivitas guru yang diamati adalah untuk mengetahui apakah guru telah
melakukan sesuai dengan langkah pembelajaran yang telah dibuat.
Selanjutnya dianalisis untuk mengetahui presentasi keaktivan siswa.
4. Kegiatan Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan upaya untuk mengkaji segala hal yang
terjadi dengan cara menganalisis, memahami, menjelaskan, menyimpulkan
hasil tes, hasil pengerjaan LKS, observasi, wawancara. Jika hasilnya
meningkat maka penelitian dinyatakan berhasil. Jika tidak maka dilanjutkan
ke siklus kedua. Tetapi jika siklus kedua belum mencapai hasil yang
diinginkan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dan dilakukan
analisis mengenai penyebabnya.
Siklus 2
19
Siklus kedua dilakukan apabila hasil-hasil yang diperoleh pada siklus
pertama tidak memenuhi target yang diinginkan. Yang didahului dengan
perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama.
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan model kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
pertama.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti beserta observer untuk mengamati aktivitas
siswa pada pembelajaran fisika dengan model kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament)
4. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksaan siklus kedua an jika pada
siklus kedua hasil yang diharapkan belum terpenuhi maka dibuat siklus 3
Tetapi jika pada siklus pertama sudah memenuhi hasil yang diharapkan maka
siklus kedua tidak usa dilaksanakan. Siklus kedua sebagai perbaikan dari
siklus pertama atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus pertama.
Tindakan yang sudah baik pada siklus pertama tetap dilaksanakan
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar umtuk
memperoleh data. Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bahan-bahan yang relevan, akuran dan sesuai dengan tujuan
penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan tes
3.4.1 Observasi
20
Observasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai aspek-aspek
tertentu, diantaranya aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Jenis
observasi dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang
dilakukan observer sesuai RPP untuk memperoleh data penelitian
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah teknik berupa dialog yang digunakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Hasil wawancara
ini digunakan sebagai data pendukung dalam pembahasan. Wawancara yang
digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, dimana responden atau informan
akan diberi kebebasan dalam mengutarakan pendapatnya, tetapi dibatsi oleh
patokan-patokan yang telah disiapkan oleh pewawancara (Arikunto,2006:156).
Wawancara dilakukan pada guru bidang studi fisika dan beberapa siswa kelas XII
IPA 2 untuk mengetahui respon terhadap penerapan model koperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) dalam proses belajar-mengajar fisika.
3.4.3 Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pemgetahuan, intelegensi, kemampuan, akal yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:174). Test dalam penelitian
ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa. Bentuk test berupa
tes subjektif (essay) dan test objektif (pilihan ganda). Test yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pre-test dan post-test. Test yang dilaksanakan sebelum
pembelajaran (pre test), bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang
dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar Tes dilaksanakan sesudah
pembelajaran (post test), bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar.
3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
berupa jumlah dan nama siswa kelas XII IPA 2, nilai ulangan harian, foto
kegiatan belajar-mengajar pada penelitian tindakan kelas ini dan dokumen-
dokumen yang mendukung penelitian ini
21
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah data
yang telah diperoleh selama penelitian. Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif maupun kuantitatif. Analisa data
secara kuantitatif diperoleh dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
a. Data aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan rumus :
P=n1
Nx100 %
Keterangan :
Pa : Persentase keaktivitan belajar siswa
n1 : jumlah skor yang diperoleh siswa
N : jumlah skor maksimum
Tabel 3.1 Kriteria aktivitas siswa
Persentase Aktivitas Kriteria
P ≥ 80% Sangat aktif
60% ≤ P < 80% Aktif
40% ≤ P < 60% Sedang
20% ≤ P < 40% Kurang aktif
P < 20% Sangat kurang aktif
b. Untuk menentukan besar ketuntasan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)
digunakan rumus sebagai berikut :
E= nN
x100%
Keterangan:
E : persentasi ketuntasan belajar siswa
n : jumlah siswa yang tuntas belajar atau mencapai ≥ 75
22
N : jumlah seluruh siswa
SKENARIO PEMBELAJARAN (RPP) Siklus -1
Satuan Pendidikan :MA Nurul Qurnain Sukowono
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/ Semester : Kelas XII/ Semester 1
Materi Pembelajaran : Gejala dan Sifat gelombang
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah
II. Kompetensi Dasar1.1 Mendiskriipsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum
1. Pertemuan pertama
Langkah / Fase Kegiatan guruKegiatan belajar
Alokasi
waktu
Indikator keberhasilan
Kegiatan Awal 1. Penyajian Kelas
a. Hening
b. Apersepsi dan Motivasi
c. Membacakan tujuan pembelajara
d. Membentuk
1. Guru membuka pelajaran dengan mengajak berdoa
2. Guru memberikan apersepsi dan motivasi ‘’ apa yang menyebabkan benda bergetar?’’
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru meminta siswa
1. Siswa berdoa sendiri-sendiri
2. Siswa menjawab pertanyaan guru
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru
4. Siswa bergabung
1’
3’
2’
≥90% siswa berdoa sendiri-sendiri
≥85% siswa memperhatikan guru 3 orang menjawab pertanyaan guru
≥85% siswa memperhatikan
23
kelompok heterogen
untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya
5. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan adanya penghargaan bagi pemenang dalam tournament
dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru
2’
2’
penjelasan guru
90% siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing
≥85% siswa memperhatikan penjelasan guru
Kegiatan Inti2. Mengajar (teach)
3. Belajar kelompok (team)
1. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari (gelombang)
1. Guru membagikan LKS kepada siswa (Berdiskusi tentang gelombang)
2. Guru memantau dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi
3. Guru bersama siswa mengevaluasi hasil kerja
4. Guru menanggapi jawaban peserta didik dan memberikan informasi yang benar
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru
1. Siswa mengerjakan dan mendiskusikan LKS yang diberikan oleh guru
2. Siswa bekerja bersama kelompoknya
3.
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru
5. Siswa bertanya
25 menit
15’
10’
5’
10’
5’
≥85% siswa memperhatikan penjelasan guru
≥75% siswa mengerjakan LKS
≥75% siswa bekerja bersama kelompok
≥85% siswa memperhatikan guru
3 orang menjawab pertanyaan guru
Kegiatan penutup 1. Guru bersama siswa menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari
2. Guru menyampaikan kepada siswa tentang
1. Siswa berperan aktif menyimpulkan
2. Siswa memperhatikan
5’
5’
≥90% Siswa memperhatikan evaluasi dari guru
≥90% Siswa
24
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya agar siswa mempersiapkan diri
dan melaksanakan perintah guru
memperhatikan dan melaksanakan perintah guru
2. Pertemuan pertama
Langkah / Fase Kegiatan guruKegiatan belajar
Alokasi
waktu
Indikator keberhasilan
Kegiatan Awal 1. Penyajian Kelas
a. Hening
b. Apersepsi dan Motivasi
c. Membacakan tujuan pembelajara
d. Membentuk kelompok heterogen
1. Guru membuka pelajaran dengan mengajak berdoa
2. Guru memberikan apersepsi dan motivasi ‘’ apa yang terjadi jika kamu melempar matu di sungai?’’
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya
5. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan adanya penghargaan
1. Siswa berdoa sendiri-sendiri
2. Siswa menjawab pertanyaan guru
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru
4. Siswa bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru
5. Siswa memperhatikan penjelasan
1’
3’
2’
2’
2’
≥90% siswa berdoa sendiri-sendiri
≥85% siswa memperhatikan guru 3 orang menjawab pertanyaan guru
≥85% siswa memperhatikan penjelasan guru
90% siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing
≥85% siswa memperhatikan
25
penjelasan guru
Kegiatan Inti2. Mengajar (teach)
3. Belajar kelompok (team)
4. Games Tournament
1. Guru mendemonstrasikan salah satu sifat gelombang
1. Guru membagikan LKS kepada siswa (Berdiskusi tentang sifat gelombang)
2. Guru memantau dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi
3. Guru menanggapi jawaban peserta didik dan memberikan informasi yang benar
1. Guru meminta setiap kelompok untuk mengirimkan wakil dari kelompok masing-masing untuk bermain dengan perwakilan masing-masing kelompok.
2. Guru meminta siswa untuk melakukan tournament sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan
3. Setelah selesai guru meminta siswa untuk kembali ke kelompok asal
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru
1. Siswa mengerjakan dan mendiskusikan LKS yang diberikan oleh guru
2. Siswa bekerja bersama kelompoknya
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru
1. Siswa bergabung dengan perwakilan dari masing-masing kelompok. Siswa melakukan permainan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
2. Siswa melakukan tournament sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan oleh guru
3. Siswa menyampaikan skor yang telah diperoeh
10’
10’
10’
5’
40’
≥85% siswa memperhatikan penjelasan guru
≥75% siswa mengerjakan LKS
≥75% siswa bekerja bersama kelompok
≥85% siswa memperhatikan guru
≥90% Siswa melaksanakan perintah guru
≥100% Siswa melakukan tournament
≥90% Siswa menyampaikan skor
Kegiatan penutup4. Penghargaan
1. Guru memberikan 1. Siswa 5’ 2 Siswa mendapat
26
Kelompok penghargaan kepada salah satu kelompok yang memiliki skor tertinggi
menerima penghargaan yang diberikan oleh guru
penghargaan
27