PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

26
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus. Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar dari pada yang disebutkan di atas, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, tidak tercatat, dan tidak diketahui. Seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil. Abortus bisa juga tidak diketahui karena hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang), dan insiden abortus kriminalis yang pada umumnya tidak dilaporkan. Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure) sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat. Disamping menimbulkan dampak fisik yang buruk sebagaimana disebutkan di atas, abortus juga 1

description

paper lapkas

Transcript of PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Page 1: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang

terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat

menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara

klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus.

Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar dari pada yang disebutkan

di atas, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, tidak tercatat, dan tidak

diketahui. Seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia

hamil. Abortus bisa juga tidak diketahui karena hanya dianggap sebagai

menstruasi yang terlambat (siklus memanjang), dan insiden abortus kriminalis

yang pada umumnya tidak dilaporkan.

Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat

menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure)

sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.

Disamping menimbulkan dampak fisik yang buruk sebagaimana

disebutkan di atas, abortus juga menyebabkan efek psikologis bagi wanita yang

mengalaminya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah penelitian

dilakukan untuk mengidentifikasi konsekuensi psikologis wanita yang

mengalami abortus. Pada sejumlah besar abortus yang terjadi pada wanita yang

mengalaminya merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan atau

mengecewakan. Pengalaman ini unik bagi setiap individu dan intensitas

pengalaman itu tidak berhubungan dengan usia gestasi janin.

Bagi beberapa wanita, keguguran merupakan pengalaman yang tidak

mengecewakan, tetapi melegakan karena tidak semua wanita memandang

keguguran sebagai suatu kehilangan.

1

Page 2: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Kebanyakan wanita yang mengalami abortus mengalami stres karena tidak

mengetahui apa yang terjadi pada janinnya. Selain itu mereka diminta untuk

beristirahat di tempat tidur tanpa penjelasan lebih lanjut. Lebih dari 90%

memberikan reaksi berkabung, yang berlangsung sampai sebulan pada 20 %

kasus abortus menyatakan bahwa setelah mengalami keguguran, wanita

cenderung menunjukkan gejala yang merupakan reaksi dukanya. Berbagai

karakteristik duka unik yang dirasakan wanita setelah keguguran meliputi rasa

bersalah, perasaan kehilangan salah satu bagian tubuh dan perubahan identitas

pribadi. Pada sebuah penelitian 115 wanita yang mengalami abortus

menunjukkan adanya reaksi depresi pada minggu ke-2 dan ke-25 setelah

keguguran.

Biasanya perawatan wanita yang mengalami abortus di rumah sakit selama

ini hanya mengacu kepada penilaian kondisi fisiknya saja. Setelah kondisi

fisiknya stabil, wanita yang mengalami abortus dapat dipulangkan dalam

beberapa hari. Padahal secara psikologis wanita yang mengalami abortus

merasakan.

2

Page 3: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI

Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan

janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15% dari semua

kehamilan yang diketahui.

2.2. ETIOLOGI

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya

disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12

minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.

Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan

bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau

terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar

belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,

terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit

sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal

tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus

(kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).

Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan

kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian

lanjutan. Penyebab abortus inkompletus bervariasi, Penyebab terbanyak di

antaranya adalah sebagai berikut:

3

Page 4: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

1. Faktor genetik.

Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus

disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus

pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus

karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.

Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Risiko ibu terkena

aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan

kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2

kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang

tua, factor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan

bahwa bila didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan

berikutnya juga berisiko abortus.

2. Kelainan kongenital uterus

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik.

Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan

riwayat abortus, dimana ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab

terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40-

80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%).

Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko

kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma

Asherman bias menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah

pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada

berat ringannya gangguan.

3. Penyebab Infeksi

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak

1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus

berulang pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Berbagai teori

diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus,

diantaraya sebagai berikut:

4

Page 5: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

a. Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak

langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin

sulit bertahan hidup.

c. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bias berlanjut kematian

janin.

d. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah yang bisa

mengganggu proses implantasi.

4. Faktor Hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan

adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan

bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian

menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat

peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6

minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu.

Hiperhomosisteinemi, bisa congenital ataupun akuisita juga berhubungan dengan

thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21%

abortus berulang.

5. Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1 – 10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan

kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan

terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui

mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui

mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon

monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu

neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat

terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.

5

Page 6: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

6. Faktor Hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang

baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian

langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran

hormon setelah konsepsi terutama kadar progesterone.

Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama,

risiko abortus meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan

kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2 – 3 kali lipat mengalami abortus.

Pada tahun 1929, allen dan Corner mempublikasikan tentang proses

fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang

rendah berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian terhadap

perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali,

didapatkan 17% kejadian defek fase luteal. Dan 50% perempuan dengan histologi

defek fase luteal punya gambaran progesterone yang normal.

2.3. Mekanisme Abortus

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh

bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi

plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan

terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian

desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun

sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis

servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali

dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin

yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin

sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum

uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada

6

Page 7: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti

dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta

masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus

dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak

terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas

bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan

intensitas beragam.

2.4. Tahapan Abortus

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya

abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil

konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari

kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram.

5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus

telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil

konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih

berturut- turut.

7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.

8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis.

7

Page 8: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

2.5. Tanda Dan Gejala Abortus Kompletus

1.  Uterus telah mengecil

2.  Perdarahan sedikit

3.  Canalis servikalis telah tertutup.

2.6. DIAGNOSIS ABORTUS KOMPLETUS

1. Anamnesis :

- Ada riwayat terlambat haid atau amenore yang kurang dari 20 minggu.

- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsesi.

- Rasa sakit atau kram perut di daerah supra simfisis.

2. Pemeriksaan fisik :

- Pemeriksaan panggul, dilakukan untuk melihat apkah leher rahim sudah

mulai membesar.

3. Pemeriksaan penunjang :

- Pemeriksaan USG

- Pemeriksaan darah

- Pemeriksaan jaringan

Abortus kompletus merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari.

Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsi keluar seluruhnya sebelum

usia kehamilan 20 minggu. Ciri terjadinya abortus kompletus adalah : perdarahan

pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan,

tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis abortus kompleteus

ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

Untuk memastikan rahim sudah bersih atau belum bisa dilakukan dengan

pemeriksaan USG. Tidak memerlukan penanganan khusus apabila rahim sudah

bersih . Hanya saja perdarahan yang banyak bisa menimbulakan anemia atau

kehilangan haemoglobin dalam jumlah besar sehingga diperlukan transfuse darah.

8

Page 9: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

2.7.  PENATALAKSANAAN

Pada penatalaksanaan abortus komplit tidak memerlukan penanganan khusus

apabila rahim sudah bersih . Hanya saja perdarahan yang banyak bisa

menimbulakan anemia atau kehilangan haemoglobin dalam jumlah besar sehingga

diperlukan transfuse darah. Kalau hanya menderita anemia ringan saja, perlu

diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan-makanan yang mengandung

banyak protein, vitamin dan meineral.

Penanganan spesifik abortus komplit:

- Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3x1 tab/ hari.

- Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas ferosus

600 mg/ hari disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi.

Untuk anemia berat berikan transfuse darah.

- Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberiakn antibiotik,

atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.

- Lakukan observasi untuk menilai perdarahan.

- Kirimkan hasil konsepsi untuk pemeriksaan patologi.

2.8. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari abortus adalah:

1. Perdarahan

Apabila perdarahan tidak segera diatasi atau pertolongan tidak

diberikan tepat pada waktunya maka akan terjadi pengeluaran hasil

konsepsi.

2. Syock

Berkurangnya volume darah yang disebabkan oelah adanya

perdarahan.

9

Page 10: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

3. Infeksi

Hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai teknik asepsis dengan

cermat.

2.9. PROGNOSIS

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provakatus banyak

yang tidak dilaporkan, kecuali sudah terjadi komplikasi. Rata-rata terjadi 114

kasus abortus per jam. Sebagiam besar studi menyatakan kejadian abortus spontan

antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus

sebenar nya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tinggi nya angka chemical

pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setalan konsepsi,

Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet.

Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan tingkat aborsi

global adalah 28 dari 1000 perempuan pertahun.Namun, persentase aborsi yang

dilakukan tanpa bantuan tenaga medis 44% dan pada tahun 2008 menjadi 49%.

Aborsi tidak aman adalah salah satu penyebab kematian ibu hamil di dunia

dan hal itu mengacu pada prosedur aborsi yang dilakukan di luar rumah sakit,

klinik atau tanpa pengawasan medis yang memenuhi syarat.

10

Page 11: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Abortus kompletus merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari.

Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsi keluar seluruhnya sebelum

usia kehamilan 20 minggu. Ciri terjadinya abortus kompletus adalah : perdarahan

pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan,

tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis abortus kompleteus

ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

Untuk memastikan rahim sudah bersih atau belum bisa dilakukan dengan

pemeriksaan USG. Tidak memerlukan penanganan khusus apabila rahim sudah

bersih .

3.2 . Saran

Kepada isntansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan

program kesehatan masyarakat, sepertipenyuluhan dan upaya deteksi dini

terhadap kehamilan yang beresiko.

Kepada masyarakat luas dapt membantu dan mematuhi program kesehatan

yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau

bekerjasama dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, terutama

menyangkut kehamilan.

11

Page 12: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

DAFTAR PUSTAKA

1. Angsar, Dikman., 2011. Ilmu Kebidanan. Cetakan keempat. Jakarta: P.T.

bina pustaka sarwono prawirohardjo.

2. Azari (2002). Masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan, from

http ://digilib.unsri.ac.id/

3. http://www.scribd.com/doc/54128496/Makalah-Abortus

4. Khumaira Marsha. 2012. Ilmu kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka

5. Mochtar, MPH.Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. Edisi kedua

EGC. Jakarta; 1998.

6. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.

Jakarta: BP-SP, 2008.

7. Triswan,Y. (2000). kesehatan reproduksi remaja membangun perubahan

yang bermakna. Januari 2015, from http 16 : //www.path.org

12

Page 13: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

LAPORAN KASUS OBSTETRI

STATUS ORANG SAKIT

IDENTITAS

Nama : Ny. HUsia : 40 Tahun Agama : IslamSuku : JawaAlamat : Jl. Pasar VII dusun XVI TembungPendidikan : SMKPekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suami : Tn. IUsia : 40 Tahun Agama : Islam Suku : MinangAlamat : Jl. Pasar VII dusun XVI Tembung Pendidikan : SMPPekerjaan : Pegawai swasta MRS : 14/01/2015Pukul : 19.50 WIBNo. RM : 22-69-38

ANAMNESIS

KU : Keluar darah dari kemaluan.Telaah : Ny. H, 40 tahun, G3 P2 A0, i/d Tn.I, 40 tahun datang ke RSU Haji Medan pada tanggal 14 Januari 2014 pukul 19.50 WIB dengan keluhan keluar darah dari kemaluan dan memberat dalam 1 hari ini. sebelumnya hal ini dialami os sejak tanggal 12 januari 2015 pukul 14.00 WIB. Volume 2x ganti pembalut sehari dan memberat dalam 1 hari ini. Dimana perdarahan berupa gumpalan darah dengan volume 3-4x ganti pembalut. Riwayat perdarahan sebelumnya pada bulan november 2014 volume 2x ganti pembalut dan hilang setelah os berobat ke bidan. Riwayat mules-mules sesekali (+). Riwayat nyeri perut (+), BAB/ BAK (+) normal.

13

Page 14: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Os merupakan kiriman dr. Djamin Sp.OG dimana os dianjurkan untuk kuretase.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Hipertensi : disangkalDiabetes Melitus : disangkalAsma : disangkal

Riwayat Pemakaian Obat : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

Riwayat Haid

Menarche usia 15 tahun Siklus haid 28 hari Lama haid 5-6 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut Dismenorhea (+) Haid terakhir 20-10-2014 TTP 27-7-2015

Riwayat persalinan

1. Laki-laki, aterm, 3200 gr, cara persalinan spontan pervaginam , ditolong oleh bidan, umur sekarang 9 tahun, hidup.

2. Perempuan, aterm, 4200 gr, cara persalinan spontan pervaginam , ditolong oleh bidan, umur sekarang 4 tahun, hidup.

3. Hamil ini Riwayat ANC ke dr.Sp.OG 2x

Riwayat Perkawinan

Suami ke-1, menikah 1 kali, usia perkawinan 11 tahun.

Riwayat Kontrasepsi

Pemakaian Kb suntik selama 3 tahun dari tahun 2010-2013.

14

Page 15: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status PresentSens : compos mentisTD : 130/70 mmHgHR : 84x/iRR : 20x/iT : 36,⁰CAnemis : (-/-)Ikterik : (-/-)Dyspnoe : (-)Sianosis : (-)Oedem : (-)

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)

TFU : TTB

P/V : (+) bercak darah pada doek

BAB : (+)

BAK : (+)

b. Status GeneralisataKepala : dalam batas normalMata : anemis -/-, ikterik -/-Leher : KGB tidak teraba, TVJ normalThorax : Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, bunyi jantung

tambahan (-)Pulmo : suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)Abdomen : distensi (-), peristaltik (+) normal.Ekstremitas : akral hangat, edema (-).

c. Status Obstetri Pemeriksaan Dalam (VT) : cervix tertutup Pemeriksaan Inspekulo : tampak darah di introitus vagina lalu dibersihkan

darah tidak menembus

Diagnosa

Abortus komplit

15

Page 16: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Penatalaksanaan

Lapor supervisor dr. H.m. Haidir SP.OG dan anjurannya USG pada tanggal 15 januari 2015 di poli obgyn.

Hasil USG tanggal 15 januari 2015

Kk terisi baik

UT AF BB uk P 10,2 cm

Kedua adnexa dalam batas normal

Kesimpulan: abortus komplit.

Laporan kuretase

Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi Dilakukan tindakan aseptik dan pasang doek steril Dalam GA tiva dilakukan pemasangan inspekulo atas dan bawah

tampak jaringan di OUE Portio dijepit dengan tenakulum arah jam 11, jaringan dibersihkan

dilakukan sonde uterus, uterus AF 11 cm Dilakukan pembersihan dengan abortus tang dilanjutkan dengan

sendok kuret tumpul dan dibersihkan hingga bersih Didapatkan jaringan kesan lengkap, darah 60 cc berwarna merah

kontraksi uterus baik. Keadaan ibu post kuretase stabil.

TERAPI POST KURETASE

Terapi : -IVFD RL 20 gtt/i

- Metergin tab 3x1

-Cefotaxin 1 gr/8 jam

-Asam mefenamat tab 3x500 mg

Diagnosis post kuretase a/i abortus komplit +H0

16

Page 17: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Follow up tanggal 15/01/2015

Status present

S : tidak ada keluhan

sens : compos mentis anemis : -/-

TD : 120/80 mmHg ikterik : -/-

HR : 84 x/i sianosis : -

RR : 20 x/i dyspnoe : -

T : 36,50C oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)

P/V : (+), lochia rubra

BAB : (-)

BAK : (+), spontan

Flatus : (+)

Terapi: - IVFD RL 20 gtt/i

- Metergin tab 3x1

-Cefotaxin 1 gr/8 jam

-Asam mefenamat tab 3x500 mg

Diagnosis post kuretase a/i abortus komplit +H1

17

Page 18: PAPER +Lapkas ABORTUSSS OBSTET

Follow up tanggal 16/01/2015

Status present

sens : compos mentis anemis : -/-

TD : 130/80 mmHg ikterik : -/-

HR : 76 x/i sianosis : -

RR : 20 x/i dyspnoe : -

T : 36,50C oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)

P/V : (+), lochia rubra (+)

BAB : (+)

BAK : (+)

Flatus : (-)

Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i

- Metergin tab 3x1

-Cefotaxin 1 gr/8 jam

-Asam mefenamat tab 3x500 mg

Diagnosis post kuretase a/i abortus komplit +H2

R/ PBJ tanggal 16 januari 2015

18