Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

12
Panti Asuhan Harapan Mulia Saya akan menceritakan pengalaman saya yang sangat mengesankan selama kegiatan praktik lapangan di Panti Asuhan Harapan Mulia. Menurut saya banyak sekali hal menarik yang saya alami dalam kegiatan ini baik itu secara pendidikan akademis maupun pendidikan moral. Semoga saja dengan sedikit goresan tangan ini dapat memotivasi diri kita semua untuk lebih bersyukur dan menggugah diri kita. Panti asuhan itu alamatnya berada di Mersi tidak jauh dari tempat saya menuntut ilmu disini. Panti asuhan itu berada beberapa meter dari pasar dan tidak jauh dari jalan raya. Letaknya bisa dibilang cukup strategis karena untuk sampai ke panti asuhan ini tidaklah sulit, cukup dengan menggunakan sepeda motor atau dengan mobil pun juga. Namun untuk sampai ke tempat ini saya juga harus waspada karena kondisi jalan rayanya yang cukup ramai ketika hendak menyebrang dan saya harus melewati jalan yang sering digunakan untuk aktivitas warga yang berlalu-lalang. Cerita ini bermula ketika saya memasuki hari pertama praktik lapangan disana. Menurut jadwal praktik lapangan dimulai pukul 17:00 s.d 21:00 wib, tetapi saya telah berada di lokasi sejak 30 menit lebih awal. Pada waktu itu saya segera menemui pengurus panti asuhan untuk memperkenalkan diri dan meminta izin bahwa saya merupakan mahasiswa kedokteran yang akan melakukan praktik lapangan di Panti Asuhan Harapan Mulia. Awalnya saya ragu untuk menyapa beliau terlebih dahulu karena

description

cnbbvnb

Transcript of Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

Page 1: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

Panti Asuhan Harapan Mulia

Saya akan menceritakan pengalaman saya yang sangat mengesankan selama kegiatan

praktik lapangan di Panti Asuhan Harapan Mulia. Menurut saya banyak sekali hal menarik

yang saya alami dalam kegiatan ini baik itu secara pendidikan akademis maupun pendidikan

moral. Semoga saja dengan sedikit goresan tangan ini dapat memotivasi diri kita semua untuk

lebih bersyukur dan menggugah diri kita.

Panti asuhan itu alamatnya berada di Mersi tidak jauh dari tempat saya menuntut ilmu

disini. Panti asuhan itu berada beberapa meter dari pasar dan tidak jauh dari jalan raya.

Letaknya bisa dibilang cukup strategis karena untuk sampai ke panti asuhan ini tidaklah sulit,

cukup dengan menggunakan sepeda motor atau dengan mobil pun juga. Namun untuk sampai

ke tempat ini saya juga harus waspada karena kondisi jalan rayanya yang cukup ramai ketika

hendak menyebrang dan saya harus melewati jalan yang sering digunakan untuk aktivitas

warga yang berlalu-lalang.

Cerita ini bermula ketika saya memasuki hari pertama praktik lapangan disana.

Menurut jadwal praktik lapangan dimulai pukul 17:00 s.d 21:00 wib, tetapi saya telah berada

di lokasi sejak 30 menit lebih awal. Pada waktu itu saya segera menemui pengurus panti

asuhan untuk memperkenalkan diri dan meminta izin bahwa saya merupakan mahasiswa

kedokteran yang akan melakukan praktik lapangan di Panti Asuhan Harapan Mulia. Awalnya

saya ragu untuk menyapa beliau terlebih dahulu karena waktu itu beliau sedang menerima

tamu, namun seusai itu saya segera mencoba memulai percakapan.

“Assalamualaikum, selamat sore. Permisi, sebelumnya saya mohon maaf bila mengganggu.

Saya mahasiswa kedokteran yang akan praktik lapangan di panti ini”, saya mencoba menyapa

beliau dengan ramah sembari menyodorkan surat permohonan praktik lapangan kepada

beliau.

“Waalaikumsalam, oh yang dari kedokteran ya? Iya silahkan saja nanti melakukan kegiatan

disini,” alhasil rupanya beliau merespon dengan ramah juga. Lalu setelah itu beliau

menjelaskan panjang-lebar kepada saya mengenai kondisi panti asuhan itu dan rutinitasnya

sehari-hari.

Panti asuhan ini menampung kurang lebihnya sekitar tiga puluh anak dan

keseluruhannya adalah laki-laki. Sebagian besar dari mereka kini telah duduk di bangku SMP

Page 2: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

dan SMA, sedangkan sebagian yang lain masih duduk di bangku SD. Mayoritas dari mereka

pulang sekolah hinnga pukul lima sore, alhasil saya harus menunggu mereka untuk memulai

praktik lapangan dan melakukan perkenalan terlebih dahulu. Karena rasanya tidak etis untuk

meminta mereka langsung berkumpul di aula selepas pulang sekolah, akhirnya saya lebih

memilih untuk bersabar dan mempersilahkan mereka untuk membersihkan diri dulu dan

beristirahat sejenak. Setelah itu kita sholat maghrib berjemaah di musholla terdekat, lalu

setelah itu segera bergegas menuju aula dan berkumpul bersama. Saya mencoba

mengakrabkan diri dengan mereka dan memilih memulai percakapan terlebih dahulu untuk

mencairkan suasana.

“Selamat malam Adik-adik, bagaimana kabar?”, saya menanyakan hal ini dengan senyum

khas.

“Alhamdulillah baik kak”, mereka menjawab dengan polosnya.

“Alhamdulillah kalau begitu, OK saya mulai perkenalan terlebih dahulu ya Adik-adik.

Karena ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang dan tak kode maka tak peka”,

Canda saya untuk menghangatkan suasana.

“Ah, hahaha hahaha”, mereka tertawa sambil melihat kemari. Ternyata lelucon kecil ini

sedikit menghibur mereka. Saya sengaja memancing tawa mereka dengan mengucapkan kata-

kata yang menghibur untuk melakukan pendekatan kepada mereka agar tidak terkesan terlalu

formal. Lalu untuk pendekatan berikutnya saya menjadi lebih mudah dan dapat

mengendalikan suasana.

Sebelum memulai percakapan yang lebih jauh dengan bahasan yang lebih luas, saya

pun memperkenalkan diri saya. Setelah giliran saya memperkenalkan diri kepada mereka lalu

dilanjutkan oleh mereka semua untuk perkenalan secara bergantian. Bisa dibilang mereka

cukup antusias dalam hal ini, meskipun sebagian masih terlihat malu-malu saat perkenalan.

Namun lambat laun kita saling bercanda dan bertukar wawasan untuk mengisi waktu luang

karena jujur saja saya tidak tahu harus melakukan kegiatan apa pada malam itu yang cukup

produktif. Namun, tak lama kemudian ada beberapa pemuda dari luar yang datang dan

bergabung dengan kita. Saya penasaran dan bertanya-tanya kepada teman sebelah saya dan

ternyata dia juga tidak tahu. Saya heran dan berusaha mengira-ngira.

“Mereka terlihat seperti mahasiswa, namun untuk apa mereka datang kemari? Apakah praktik

lapangan juga? Ah masa iya jadwalnya bersamaan.” Saya menerka-nerka dalam hati.

Page 3: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaran saya, saya pun memulai untuk menyapa salah

satu dari mereka dahulu.

“Assalamualaikum, dari mana ya Mas?” saya menyapanya sok akrab sembari berjabat tangan

dengannya.

“Waalaikumsalam, saya dari Sahabat Panti, Masnya dari mana ya?”, orang itu berbalik

bertanya dengan nada sok akrab pula dan mengayunkan jabatan tangan kami.

“Oh gitu toh, saya dari kedokteran Mas sedang praktik lapangan”. Saya mulai tertarik untuk

berbicara dengan orang ini.

“Unsoed ya? Saya juga dari Unsoed Matematika. Saya disini dan kawan-kawan yang lain

biasanya mengajari adik-adik di panti asuhan ini saat malam seperti ini”, dia merespon

dengan asiknya dan berbalik memperkenalkan diri.

“Iya Mas, oh ya kalau begitu untuk malam ini kita kerjasama saja bagaimana Mas? Ya

setidaknya kita mengajar bersama disini dan sharing ilmu”, saya pun menwarkan untuk

simbiosis mutualisme diantara kita.

“Bagus itu Mas, silahkan saja”, orang itu setuju dengan tawaran saya dengan respon positif.

Akhirnya kita semua berkolaborasi pada malam itu untuk mengajar di panti asuhan.

Kegiatan di mulai pada pukul setengah delapan dengan agenda belajar bersama adik-

adik panti asuhan, yaitu dimana mereka mengerjakan tugas mereka dari sekolah dan kita dari

pihak pengajar membantu mereka dalam mengerjakannya untuk mempermudah dan

memperjelas materi yang mereka pelajari di sekolahnya masing-masing.

Awalnya saya terkejut ternyata mereka memiliki latar pendidikan yang berbeda, ada

yang SMA A, SMK B, SMP C, dan SD Z. Untuk pekerjaan rumah tingkat SD sampai SMA

mungkin saya masih bisa membantu, tetapi ada satu tugas yang membuat saya tidak bisa

membantu apapun, yaitu materi tentang pertelevisian.

“What, Saya harus menjelaskan bagaimana? Meskipun saya sering menonton televisi, tetapi

saya tidak pernah belajar dengan detail mengenai cara kerja maupun pemprosesannya apalagi

mengotak-atik bagian interiornya”, saya menggrutu dalam hati. Jujur saja untuk hal ini saya

menyerah.

Akhirnya saya memutuskan untuk membantu seorang anak SD yang cukup menarik

dan sangat baik dalam berkomunikasi, namanya adalah Tegar. Tegar adalah siswa kelas enam

Page 4: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

yang sekolah di daerah tersebut. Tegar sedang mengerjakan tugas IPA yang menurut saya hal

itu cukup dasar sebagai permulaan.

Tidak lebih dari 20 menit saya membantu Tegar dalam mengerjakan tugasnya, kami

memutuskan melanjutkannya dengan tanya jawab untuk membuat pola belajar ini menjadi

lebih interaktif. Diawali dengan saya memberikan pertanyaan kepada Tegar, ya pertanyaan

saya masih seputar di mana dia sekolah, kegiatan apa sehari-harinya, dan kadang saya

mencoba menanyakan bahasan menarik tentang hal menarik di sekoahnya.

Selanjutnya Tegar lalu berbalik betanya kepada saya dan teman-teman saya, selain itu

ternyata Tegar sangat suka dengan cerita sejarah, dimana pertanyaan yang ia refleksikan itu

selalu berkutat dengan dengan silsilah kerajaan di Indonesia, tentang perang dunia pertama

dan kedua. Saya pun merasa heran dan kagum dengan anak ini.

“Bagaimana bisa anak yang masih sekolah tingkat dasar seperti dia sangat menyukai hal-hal

yang berbau sejarah sementara saya saja yang sudah kuliah tidak terlalu menyukainya”, saya

bergumam dalam hati dan intropeksi diri.

Selain bertanya tentang sejarah ternyata Tegar mempunyai jiwa filosofis yang cukup

hebat untuk anak seusianya, yaitu pertanyaan yang cukup membuat saya harus memutar otak

dengan apa yang ia tanyakan kepada saya dan teman-teman saya.

“Mas apa itu waktu? Apakah waktu itu berharga? Kenapa kita harus menghargainya? Dan

kenapa kita harus memanfaatkannya?”, pertanyaan skak max dari anak kelas 6 SD.

Lalu sejenak saya berpikir dan bertanya apa benar dia siswa sekolah dasar kelas enam?

Karena saya mengakui pertanyaan darinya cukup susah lalu saya mempersilahkan teman saya

untuk menjawabnya, ternyata teman saya juga cukup filosofis. Dia justru mendefinisikan

waktu dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia. Hal ini membuat saya menjadi semakin

kacau dan membuat saya berpikir sebenarnya sedang berada di planet apa? Akhirnya waktu

telah menunjukkan pukul 9 malam dan kita harus mengakhiri praktik lapangan malam ini dan

mempersiapkan untuk kegiatan hari kedua esok hari pada waktu dan tempat yang sama juga.

Hari kedua, seperti biasa saya dan teman sekolompok saya berkumpul setengah jam

sebelum agenda praktik lapangan dimulai. Setelah semua anggota kelompok telah lengkap

maka kita berangkat bersama-sama menuju Panti Asuhan Harapan Mulia. Sesampainya

disana saya menyaksikan suguhan yang sangat menarik. Ternyata pada sore itu adik-adik

panti asuhan sedang melakukan olah raga bela diri yang disebut ‘Capoeira’. Menurut saya hal

Page 5: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

ini merupakan suatu hal yang sangat langka di Indonesia karena memang bela diri ini

sangatlah sukar ditemui di beberapa tempat bahkan di kota-kota besar sekalipun sebab

peminat dan pelatihnya belum seberapa banyak jumlahnya. Saya hampir tak bisa berkata-kata

karena senang dan kagum terhadap adik-adik panti yang dengan semangatnya mengikuti

latihan. Apapun itu yang membuat saya merasa takjub dengan hal ini karena saya bisa

melihat olah raga ini di Purwokerto tepatnya di panti asuhan ini, “Amazing”. Saya sudah

tidak sabar ingin sharing ilmu dengan pelatihnya karena saya pribadi pun menggemari seni

bela diri seperti pencak silat, kungfu, karate, dan parkour. Seusai latihan, saya memberanikan

diri untuk menemui pelatihnya.

“Assalamualaikum Mas, mohon maaf mengganggu. Saya dari kedokteran, bolehkah saya

bergabung dan sharing tentang Capoeira?”, saya menyapanya dengan ramah dan berjabat

tangan dengan erat.

“Waalaikumsalam, oh yang dari kedokteran ya? Iya silahkan saja Mas”, pelatih itupun

memberikan tanggapan positif kepada saya. Langsung saja saya memulai percakapan dan

melontarkan banyak pertanyaan tentang Capoeira.

Capoeira merupakan olah raga bela diri dari Brazil yang digunakan oleh penduduk

setempat untuk melawan penjajah. Latihannya bila dilihat sekilas sangat mirip dengan orang

menari dan akrobatik serta dimainkan dengan alunan musik khas ala Capoeira Brazil, tetapi

dibalik semua itu hanya untuk mengelabuhi pasukan penjajah yang sedang berpatroli pada era

penjajahan. Karena pada waktu itu semua aktivitas yang berhubungan dengan bela diri atau

yang berpotensi untuk melawan penjajah biasanya akan ditangkap oleh petugas patroli

penjajah.

Pada Capoeira juga terdapat suatu tradisi atau tata krama. Dimana seorang yang sedang

bermain atau duel di dalam lingkaran atau circle harus mengahargai satu sama lain dan

jangan sampai melukai lawan bermainnya. Mereka saling menunjukkan teknik yang mereka

kuasai dan mengikuti intruksi dari pelatihnya yang sembari memainkan alat musik tradisional

ala Brazil. Hal unik lainnya yakni ketika musik dimainkan dengan tempo lambat maka

mereka berakrobatik dengan tenang, sedangkan ketika temponya dipercepat maka mereka

saling menyerang dengan cepat dan berirama. Tidak hanya unsur seni dan historis saja yang

saya peroleh dari latihan Capoeira kali ini, tetapi juga filosofis. Dimana kita harus

menghargai kawan kita, sementara lawan kita merupakan kawan bermain bagi kita serta tidak

ada musuh dalam duel ini.

Page 6: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul setengah 8 malam, dan anak-anak panti

asuhan pun berkumpul di tempat yang sama seperti kemarin. Dan sebelum kami

melaksanakan acara yang sudah direncanakan, kita mengadakan acara makan bersama yang

hari ini di beri oleh ibu panti yang ternyata sedang merayakan ulang tahunnya. Akhirnya kita

semua pun melakukan doa bersama dengan adik-adik panti yang lain.

“Ya Allah semoga hajatnya tercapai, rezekinya dilancarkan, dan semoga memperoleh surga-

Mu”, saya memimpin doa bersama.

“Amin Ya Robbal Alamin”, yang kemudian diamini oleh adik-adik panti.

Setelah kegiatan makan bersama selesai kita melanjutkan dengan kegiatan permainan

yang dinamai “Pemburu, Tsunami, Gempa”. Tetapi saya tidak sempat mengikuti kegiatan ini

dan memilih untuk pulang karena sakit yang saya derita kembali terasa amat sakit pada waktu

itu, maka dari itu saya meminta ijin untuk pamit kepada teman-teman saya dan anak-anak

panti disana.

Hari ketiga atau hari terakhir praktik lapangan kami, agenda kami adalah sosialisasi dan

game, seperti hari kemarin agenda kami dari pukul 5 sampai pukul 7 tetap sama menunggu

adik-adik panti bersiap-siap dan tilawah Alquran. Setelah adik-adik berkumpul lalu kita

melakukan makan bersama yang kali ini didanai oleh inisiatif kami sendiri sebagai tanda

terima kasih dan perpisahan sebelum praktik lapangan selesai.

Selesai makan bersama saya dan teman sekelompok mengarahkan adik-adik untuk

berkumpul dengan memberikan mereka hiburan yaitu persembahan tari saman dari beberapa

teman kami yang mengikuti UKM Saman. Acara tari saman ini sangat menarik antusias anak-

anak disana untuk fokus ikut dalam agenda yang telah kami buat.

Lalu kami lanjutkan dengan kegiatan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat

bagi anak-anak panti. Dalam kegiatan itu yang menjadi pembicara adalah saya dan teman

saya. Saya sengaja membawakan materi tersebut dengan sedikit lawakan agar mereka tidak

terlalu bosan dengan sosialisasi yang memang terkesan membosankan bagi anak seusia

mereka.

Banyak dari mereka yang senang dengan materi yang kami bawakan dan tentunya

senang dengan cara kami membawakannya. Materi yang kami berikan banyak yang dapat di

terima dengan mudah oleh adik-adik panti karena banyak dari mereka yang bertanya dan

justru bisa menjawab ketika kami melemparkan pertanyaan kepada mereka.

Page 7: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

Setelah kegiatan itu selesai, kami melanjutkan dengan kegiatan permainan motivasi

yang sangat heboh dinamakan “Tangkaplah cita-citamu”. Permainan itu memiliki aturan

ketika bola dilemparkan kepada seseorang, orang yang menangkap bola itu harus

menyebutkan cita-citanya. Namun, ada prosedur khusus dalam melakukannya yaitu pelempar

bola harus mengucapkan kalimat “Bismillahi rahmani rahim”, sedangkan penerima

mengucapkan “Alhamdulillah” ketika berhasil menangkap bolanya dan beristighfar ketika

bola terjatuh atau tidak berhasil ditangkap dengan baik.

Setiap anak ikut andil dalam permainan itu. Kita semua membentuk sebuah lingkaran

dan melemparkan bola ke arah yang berlawanan secara acak atau random hingga akhirnya

semua mendapatkan giliran. Pada akhir permainan, saya merupakan penangkap bola yang

terakhir. Sesuai peraturan permainan, saya juga menyebutkan cita-cita saya.

“Alhamdulillah, cita-cita saya ingin menjadi seorang dokter. Doakan saya agar bisa

menggapai cita-cita saya”, dengan penuh harap

“Amiiin”, adik-adik panti pun mengamininya bersama.

Ternyata game motivasi ini belum selesai. Ada event tambahan dari saya yang

merupakan intisari dari permainan ini. Saya memposisikan diri di tengah lingkarang dan

mengangkat bola yang berada ditangan saya setinggi mungkin dengan menggunakan tangan

kanan saya. Saya bertanya kepada mereka semua dengan lantang.

“Siapakah yang ingin meiliki cita-cita?”

“Saya, saya, saya”, mereka menjawab sambil mengacungkan tangannya.

“Siapakah yang mau mempunyai bola ini?”

“Saya, saya, saya, saya”, mereka semakin antusias dan meneriakkannya sambil

mengacungkan tangannya, tetapi mereka masih duduk dan diam di tempatnya.

“Hanya mau doank? Hei bolanya ada disini”, dengan penambahan intonasi.

“Saya, saya, saya, saya, saya”, teriakan mereka semakin keras dan antusias. Akhirnya ada

beberapa anak yang tergerak dan berusaha untuk menjangkautangan saya lalu mengambil

bola itu dari tangan saya. Saya pun menghadiahkan bola itu untuknya karena dia telah berani

mengambilnya dari tangan saya dan melakukan usaha yang lebih dari temannya yang lain.

Pada akhirnya sayapun menjelaskan esensinya pada mereka.

Page 8: Panti Asuhan Harapan Mulia (Dani & Sesar)

“Beginilah kehidupan, setiap orang harus memiliki cita-cita untuk menentukan tujuan dalam

hidup ini. Mungkin sama, mungkin berbeda. Tetapi kenapa orang tidak bisa meraih cita-

citanya? Kenapa orang lain bisa berhasil? Padahal setiap orang berkesempatan yang sama

bila dianalogikan dengan permainan tadi. Yang membedakan hal itu adalah usaha. Kita

semua harus berusaha untuk meraih cita-cita kita dan jangan hanya berdiam diri saja”, lalu

saya pun menutup permainan ini dan kita semua bertepuk tangan karena telah berpartisipasi

serta menjadi juara dalam permaianan ini.

Tidak terasa waktupun telah menunjukkan pukul sembilan yang artinya kita harus

menutup sesi hari ini. Kita menutup sesi dengan perpisahan dan memberikan anak-anak panti

beberapa hadiah semoga saja bisa bermanfaat bagi mereka. Finally, kita berpamitan dengan

semua adik-adik beserta pengurus panti asuhan itu dengan salam, permohonan maaf,

pemberian cinderamata, dan foto bersama.

Semoga semua kegiatan yang telah kita lakukan disana menjadi manfaat dan menjadi

amal ibadah untuk kita semua, “Amin”.