Panduan Kentrung Fix

28
BUKU PANDUAN PERTUNJUKAN KESENIAN Kentrung Solokuro - -- ---- ------ 1

description

Kesenian Kentrung dari Lamongan

Transcript of Panduan Kentrung Fix

BUKU PANDUANPERTUNJUKAN KESENIANKentrung Solokuro

-------------

Kesenian Daerah Lamongan, Indonesia

KATA PENGANTARBismillahirrohmairrohim, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian terkait kesenian tradisional (Kentrung) di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Tidak lupa peneliti ucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang bersangkutan atas segala dukungan dan bantuan yang senantiasa telah memberikan banyak sumbangsih dalam keberhasilan penelitian ini. Dengan terselesaikannya penelitian ini maka setidaknya mampu dijadikan sebagai bahan acuan dalam berbagai studi ataupun penelitian selanjutnya.

PENDAHULUANKesenian tradisional merupakan kesenian yang dimiliki secara khusus oleh masing-masing daerah dengan karakteristik yang berbeda-beda. Seperti halnya kesenian daerah yang terdapat di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Jenis kesenian yang terdapat di Desa Solokuro adalah kesenian Kentrung. Kentrung merupakan jenis kesenian tradisional yang mudah dijumpai di berbagai wilayah di Jawa Timur. Hampir sebagian besar wilayah Jawa Timur memiliki kesenian tradisional ini, akan tetapi masing-masing wilayah memiliki jenis Kentung yang berbeda. Begitu juga dengan Kentrung yang ada di Desa Solokuro. Kentrung Solokuro memiliki ciri khas tersendiri yang mampu membedakan dan mengiidentifikasikan Kentrung Solokuro dengan kentrung-kentrung lainnya. Adapun pertunjukkan jenis kesenian Kentrung ini adalah disampaikan melalui media masyarakat tradisional pada umumnya, yaitu secara lisan dan diwariskan secara turun temurun serta disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut. Kesenian Kentrung ini diwujudkan sebagai sarana komunikasi masyarakat melalui simbol-simbol yang berisikan kritik, nasehat, dan pesan moral dalam segala segi kehidupan yang dikemas halus dengan bahasa daerah (Jawa). Kesenian Kentrung tidak hanya sebatas sebuah hiburan rakyat, melainkan juga sebagai salah satu media dakwah dan penyampain ajaran-ajaran kehidupan masyarakat pada umumnya. Kentrung Solokuro dengan didalangi oleh Bapak H. Khusaeri, selaku pemilik sekaligus pelaku kesenian, telah lama berdiri dan terus dikembangkan hingga saat ini. Namun, yang menjadi perhatian tersendiri adalah bahwa hingga saat ini belum ada calon pewaris kesenian yang memiliki kompetensi untuk dapat menggantikan Bapak H. Khusaeri. Hal ini tidak lain disebabkan karena untuk menjadi seorang dalang Kentrung diprioritaskan memiliki keterampilan dan juga penguasaan agama yang mumpuni. Oleh karena menjadi seorang penerus dalang Kentrung Solokuro tidak mudah, maka tentunnya diperlukan sebuah penjelasan yang lebih mendalam terkait kesenian Kentrung Solokuro dan segala hal yang berkaitan dengan Kentrung itu sendiri. Dengan demikian, dalam rangka menjaga dan melestarikan kearifal lokal daerah Lamongan, terkhusus Desa Solokuro, maka adanya buku panduan ini setidaknya mampu memberikan gambaran mengenai kesenian Kentrung Solokuro dan agaknya dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran selanjutnya kepada semua lapisan masyarakat pada umumnya.

Surabaya. 04 Juni 2015

Tim PenelitiDAFTAR ISIKata Pengantar.......................................................2Pendahuluan ...........................................................3Daftar Isi .....................................................................7 A.Sejarah Dan Perkembangan ..............................8B.Persiapan Pementasan .....................................10Teknik dasar Pementasan....... 101. Cerita yang disampaikan102. Alat untuk pementasan Kentrung113. Atribut yang dikenakan124. Olah Suara13C.Proses Pementasan Kentrung ..........................14

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KENTRUNG SOLOKUROKentrung Solokuro didirikan oleh bapak Khusaeri pada tahun 1991, dengan nama asli Kentrung Sunan Drajat. Kesenian ini Berawal dari tradisi lisan sejak masa dakwah Sunan Drajat. Awalnya dinamakan mocopatan, atau tradisi membaca tembang mocopat yang pada masa Sunan Drajat sangat digemari masyarakat. Selanjutnya tradisi tersebut diwariskan kepada Mbah Marko, tokoh masyarakat dari Desa Payaman, dan kemudian istilah mocopatan berubah nama menjadi Kentrung. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan kesenian Kentrung semakin lama semakin kurang diminati, akibatnya adalah kesenian ini sempat mengalami mati suri. Setelah bertahun-tahun hilang, Kentrung kembali muncul atas inisiatif Bapak H. Khusaeri. Berawal dari petuah yang berisi perintah membaca salah satu tembung macapat (dalam hal ini adalah pangkur), dan kemudian dikembangkan oleh Bapak Khusaeri dengan menyesuaikan kondisi yang ada hingga saat ini. Meskipun pada awal berdirinya kesenian ini diberi nama Kentrung Sunan Drajat, akan tetapi masyarakat lebih mengenalnya dan akrab dengan sebutan Kentrung Solokuro. Tidak lain hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengidentifikasian bahwa Kentrung yang dimaksud adalah Kentrung yang terdapat di Desa Solokuro.

PERSIAPAN PEMENTASAN KENTRUNG SOLOKUROTeknik dasar PementasanSeperti halnya yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kesenian ini hanya dimainkan oleh satu orang (dalang), yang duduk diatas panggung kemudian menyampaikan cerita-cerita ataupun syair-syair tertentu. Maka sebelum memasuki ranah pementasan, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan, diantaranya adalah cerita yang akan disampaikan, alat yang akan digunakan, dan atribut yang dikenakan.Cerita yang disampaikanCerita yang disampaikan dalam kesenian ini adalah bukan sembarang cerita. Sebelum melaksanakan pertunjukan, seorang dalang harus mempersiapkan segala perlengkapannya dengan matang. Cerita yang disampaikan biasanya adalah cerita-cerita yang berkenaan dengan kehidupan manusia, cerita rakyat, perjuangan walisongo, tokoh-tokoh islam, babad tanah jawa dan legenda daerah. Tema-tema tersebut dipilih oleh dalang berdasarkan konteks masyarakat yang menjadi sasarannya. Jika kentrung ditampilkan dalam acara kedaerahan, maka cerita yang disampaikan bertemakan legenda-legenda daerah. Ketika kentrung ditampilkan dalam acara hajatan, seperti Waimatul Ursy, maka cerita yang disampaikan berisikan pembahasan mengenai kiat membangun rumah tangga yang bahagia, adab suami istri, adab menantu dan mertua, dan begitu pun seterusnya.Alat untuk pementasan KentrungSetelah menyiapkan cerita yang akan disampaikan, maka selanjutnya adalah menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pementasan. Seperti di awal disebutkan bahwa kesenian ini adalah kesenian yang dimainkan dengan iringan musik rebana, yang ditabuh oleh dalang sendiri atau dengan bantuan orang lain. Maka sebelum pementasan dimulai, seorang dalang harus mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakannya. Adapun alat-alat tersebut adalah dua buah rebana. Atribut yang dikenakan Dalam pementasannya, atribut yang dikenakan seorang dalang ketika memainkan kesenenian ini adalah disesuaikan berdasarkan acara yang sedang berlangsung. Seperti halnya pakaian berwarna merah dipakai pada saat acara Haul, sedangkan warna putih dipakai pada saat acara khitanan, pernikahan dan hari jadi Kota serta pada acara-acara Kedaerahan lainnya. Karena dalam setiap pemakaiannya memiliki maksud dan tujuan tersendiri, yang mana menyesuaikan dengan kondisi saat kesenian Kentrung itu dimainkan. Olah SuaraSebelum mementaskan kesenian ini sang dalang terlebih dahulu mempersiapkan kondisi suaranya melalui latihan pernapasan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat kualitas suara yang bagus, karena tanpa kualitas suara yang bagus maka dapat mempengaruhi proses penyampaian cerita. Sudah menjadi sebuah kelayakan tersendiri bahwa sebelum pementasan dimulai, sang dalang terlebih dahulu mempersiapkannya.

Proses Pementasan Kentrung SolokuroSetelah segala persiapan telah dipenuhi, Kentrung Solokuro siap dipentaskan. Hal selanjutnya yang akan dilakukan dalang dalam pertunjukan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para kiyai atau ustadz saat ceramah (dakwah) di depan masyarakat. Yaitu pertama memberi salam, menyapa warga, mengawali dengan cerita yang akrab dengan warga, dan mengajak berdoa untuk kepentingan dan kebaikian masyarakat. Posisi dalang saat menampilkan adalah duduk bersila dan memegang dua buah rebana yang ditabuh dengan irama yang sesuai dengan pergerakan lidah.

DalangUntuk menjadi seorang dalang Kentrung, diperlukan keterampilan bercerita yang baik. Pertama kali yang harus dilakukan adalah melatih lidah untuk bercerita kepada orang lain. Selain itu, juga diperlukan kemampuan ngelawak sebagai media penghibur masyarakat. Untuk melatih itu semua, dapat juga menggunakan cerita-cerita wayang, cerita-cerita daerah dan lain sebagainya yang kemudian disisipkan lelucon-lelucon yang berkaitan dengan masyarakat dan cerita tersebut. Setelah menyiapkan hal-hal diatas sang dalang menyampaikan cerita-cerita yang sudah dipersipakan sebelumnya, dalam penyampaianya sang dalang harus menggunakan bahasa yang jelas, mudah dimengerti dan menarik perhatian penontonnya. Sang dalang tidak hanya menyampaikan cerita yang bersifat monoton dan membuat bosan penikmatnya, melainkan sesekali harus memberikan lelucon pada para penonton agar tidak jenuh. Maka sebelum pementasan, sang dalang juga perlu mempersiapkan hal-hal yang bersifat humor agar para penonton yang menyaksikannya tidak jenuh. Di samping itu, pengetahuan dan penguasaan dalam hal agama dan kebangsaan, juga menjadi prioritas dalam diri seorang dalang. Hal tersebut diutamakan karena dalam setiap ajaran yang disampaikannya memiliki keterkaitan diantara keduanya.

2