Pancasila Fix

11
PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pancasila Dosen Pengampu : Murdoko, S.H., M.H. Disusun oleh : Purnyalina Layli Yunita 15710084 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

description

pancasila

Transcript of Pancasila Fix

Page 1: Pancasila Fix

PANCASILA

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Murdoko, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Purnyalina Layli Yunita

15710084

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2015

Page 2: Pancasila Fix

A. Pengertian Filsafat

Pada hakekatnya definisi dari filsafat tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi.

Filsafat dapat ditafsirkan berbeda bergantung dari sudut pandang mana kita

mendefinisikan pengertian filsafat tersebut. Berikut merupakan definisi filsafat dari

beberapa sudut pandang.

1. Pengertian menurut segi logatnya.

Perkataan filsafat adalah bentuk kata Arab falsafah yang berasal dari

perkataan yunani philosophia. Philos berarti suka atau cinta dan sophia

berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia berarti suka pada kebijaksanaan.

Maksudnya ialah setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana.

2. Pengertian menurut segi praktisnya.

Filsafat berarti alam berfikir atau alam fikiran. Berfilsafat berarti berfikir.

Meskipun begitu, tidak semua berfikir itu berarti berfilsafat. Berfilsafat

berarti berfikir secara mendalam dan dengan sungguh-sungguh. Pernah

sebuah semboyan yang menyatakan bahwa setiap manusia adalah filosuf.

Semboyan ini benar bilamana kita meninjaunya dari segi pengertian

minimal bahwa semua manusia berfikir. Tetapi secara umum semboyan itu

adalah tidak benar. Tidak setiap manusia yang berfikir itu secara otomatis

seorang filosuf. Seseorang filosuf hanyalah orang yang memikirkan

dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang hakikat segala sesuatu.

3. Pengertian dengan ilmu yang lain

Perbedaan ilmu filsafat dari ilmu yang lain dapat dilihat dari hal-hal

sebagai berikut:

Pada ilmu-ilmu selain filsafat, atau yang sering disebut orang ilmu vak,

membatasi pemeriksanya pada satu bagian saja dari alam maujud ini.

Misalnya:

a. Ilmu Bumi, hanya menyelidiki soal-soal yang langsung menjadi bagian

dari bumi, misalnya daratan, lautan, sungai-sungai, kota-kota, jalan dan

lain sebagainya.

b. Ilmu Hayat, hanya membahas hal-hal yang langsung berhubungan

dengan kehidupan manusia, hewan dan juga tumbuh-tumbuhan.

c. Ilmu Bahasa, membahas hal-hal yang menjadi persoalan tutur bahasa

manusia, susunan kalimat, pengertian dan bentukan kata-kata.

Page 3: Pancasila Fix

Jadi masing masing ilmu tidak mencakup persoalan yang dibahas oleh

ilmu lainnya. Sebaliknya, ilmu filsafat menyelidiki seluruh kenyataan yang

dibahas oleh ilmu-ilmu vak itu dan menyelidiki bagaimana hubungannya

dengan kenyataan itu satu sama lain.1

Sedangkan definisi filsafat menurut tokoh-tokoh filsafat adalah sebagai berikut:

a. Plato (275-348 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

b. Aristoteles (382-322 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di

dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

c. Al Farabi (870-950)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud sebagaimana hakikatnya yang

sebenarnya.

d. Descartes (1590-1650)

Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia

menjadi pokok penyelidikan.

Dari uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan sebagai berikut: ilmu filsafat ialah ilmu

yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,

manusia sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya

sejarah yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah

mencapai pengetahuan ini.2

B. Pengertian Sistem

Secara bahasa sistem berasal dari kata yunani yaitu sustema yang berarti aturan

sedangkan menurut istilah sistem adalah himpunan bagian atau unsur yang saling

berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut pendapat para ahli definisi sistem adalah sebagai berikut:

a. John Mc. Manama

1 Soemasdi, Hartati, 1992, Pemikiran Tentang Filsafat Pancasila, Andi offset, Yogyakarta2 Ibid.

Page 4: Pancasila Fix

Sistem merupakan sebuah struktur konseptual yang tersusun dari berbagai fungsi

yang saling berkaitan dan bekerja sebagai satu kesatuan dalam mencapai hasil yang

diharapkan secara efektif dan efisien.

b. Henry Prat Fairchild & Eric Kohler

Mereka mengemukakan sistem sebagai sebuah rangkaian yang saling terkait antara

beberapa bagian dari yang terkecil, jika suatu bagian atau sub bagian terganggu, maka

bagian yang lainnya akan ikut merasakan ketergangguan tersebut.

c. L. James Havery

Sistem ialah suatu prosedur yang rasional dan logis, yang berguna untuk merancang

ataupun melakukan suatu rangkaian komponen yang saling barkaitan satu sama

lainnya.

C. Pancasila Adalah Suatu Filsafat

Agar pancasila dapat diakui sebagai suatu sitem filsafat maka pancasila perlu

memenuhi syarat-syarat pengertian dan ciri-ciri filsafat itu. Berikut merupakan

penjelasan mengenai hal tersebut:

a. Notonegoro

Di dalam lokakaryanya Pengamalan Pancasila yang diadakan di

Yogyakarta sekitar tahun 1976, beliau mengatakan bahwa hal tersebut

dinyatakan dalam kalimat keempat daripada Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945, bahwa: “Disusunlah Kemerdekaan Kebengsaan Indonesia

yang berbenuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia

berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Mahaesa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indoneia dan kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan

/perwakilan serta dengan dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.”

Kata-kata dengan berdasar kepada tersebut menentukan kedudukan

Pancasila dalam Negara Republik Indonesia sebagai dasar negara, dalam

pengertian dasar filsafat.3 Dari pembicaraan oleh Badan Penyelidik

3 Notonegoro, Prof. Dr. SH., Prasaran Tentang P ancasila dan Pengamalannya. Lokakarya Pengalaman Pancasila, kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri – Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, tgl. 20 Maret s/d 2 April 1967. Yogyakarta, panitia Lokakarya Pengamalan pancasila, 1976, hal. 52, 54.

Page 5: Pancasila Fix

Usaha-uasaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menjelang Proklamasi

Kemerdekaan dapat disimpulkan bahwa dasar itu dimaksudkan sebagai

dasar filsafat.

b. MOH. YAMIN

Dalam buku Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945 Mr. Moh.

Yamin menyebutkan:4

“Ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalm suatu sistem

filsafat”.

Pancasila merupakan filsafat, filsafat sendiri merupakan suatu

kebudayaan yaitu suatu hasil kreasi manusia atau dengan kata lain sebagai

hasil produk manusia. Karen aunsur budaya manusia adalah cipta, rasa,

karsa, maka filsafat adalah hasil kebulatan cipta, rasa, karsa tersebut.

Kalau dikatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat, maka dapatlah

kita nyatakan bahwa filsafat Pancasila adalah suatu filsafat di mana

objeknya itu adalah pancasila. Pancasila sebagai konsep filsafati

merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.5

c. DRIJARKARA

Menurut Drijarkara bahwa Pancasila sudah lama merupakan

Weltanschauung bagi kita bangsa Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuskan

sebagai filsafat. Namun, dikemukakan sebagai dalil-dalil filsafat

Pancasila.6

D. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pada hakekatnya Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Sebagaimana yang

telah dijabarkan sebelumnya, sistem merupakan sebuah rangkaian yang saling terkait.

Kesatuan sila-sila Pancasila juga meliputi kesatuan dasar dasar ontologis,

epistemologis dan aksiologis dari sila Pancasila sebagaimana yang ada dalam filsafat.

a. Dasar Ontologis

Ontologi menurut Aristoteles, adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu

dan disamakan artinya dengan metafisika. Sehingga ontologi adalah bidang dalam

4 Soenoto, Drs., Mengenal Filsafat Pancasila: pendekatan melalui Metafisika-Logika-Etika, Yogyakarta, Fakultas Ekonomi UII, 1981, hal. 39-40.5 Soemasdi, Hartati, 1992, Pemikiran tentang Filsafat Pancasila, Andi offset, Yogyakarta, hal.47 – 486 Ibid, hal. 50

Page 6: Pancasila Fix

filsafat yang menyelidiki makna yang ada (keberadaan dan eksistensi), sumber,

jenis dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kosmologi atau

kesemestaan.

Dasar ontologis Pancasila yaitu manusia yang memiliki hakekat mutlak.

Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, sebagaimana pada

penjelasan berikut: “Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan,

yang dipimpin oleh hikmat permusyawaratan/ perwakilan, serta yang berkeadilan

sosial adalah manusia.7

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologis

memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa,

jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri sendiri

dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kedudukan kodrat

manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Yuhan

inilah maka secara hirerarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari

dan menjiwai keempat sila-sila pancasila lainnya.8

b. Dasar Epistemologis

Epistemologis merupakan bidang dalam filsafat yang menyelidiki makna dan

nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-sarat dan proses terjadinya ilmu

termasuk validitas suatu ilmu pengetahuan.

Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya

adalah suatu sistem pengetahuan. Sebagai sutau sistem pengetahuan maka

susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila bersifat hirerarkis

dan berbentuk piramidal, di mana setiap sila dalam Pancasila berkaitan dan

saling melandasi satu sama lainnya.

Menurut (Notonegoro, 1975) susunan isi arti Pancasila meliputi tiga

hal sebagai berikut

1. Isi arti pancasila yang umum universal, yaitu intisari atau esensi pancasila

sehingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada

7 Notonegoro, Prof. Dr. SH., 1975, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Pantjuran Tudjuh, Jakarta.8 Ibid, hal. 53

Page 7: Pancasila Fix

bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam

realisasi praktis dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit.

2. Isi arti pancasila yang kolektif, yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman

kolektif Negara dan banga Indonesia terutama dalam tertib hukum

Indonesia.

3. Isi arti pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit, yaitu isi artipancasila

dalam realisasi praktis dalam berbagai kehidupan sehingga memiliki sifat

yang khusus kongkrit serta dinamis.

c. Dasar Aksiologis

Aksiologi memiliki arti nilai, manfaat, pikiran dan atau teori. Menurut

Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki:

a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika.

b. Eksresi etika, yang berwujud yang berwujud estetika atau seni dan

keindahan.

c. Sosio politik yang berwujud ideologi

Sehingga, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna,

sumber, jenis, tingkatan, dan hakikatnilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan

dan agama.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan satu kesatuan. Pada

hakekatnya segala sesuatu itu benilai, namun yang menjadi pembeda adalah nilai

macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan

manusia.

Nilai- nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.

2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mellakukan suatu kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dapat dibagi atas empat macam yaitu:

a. Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia.

b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia.

c. Nilai moral atau kebaikan yang berunsur dari kehendak atau kemauan

manusia.

Page 8: Pancasila Fix

d. Nilai religius, yaitu nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak

yang bersumber dari keyakinan atau kepercayaan manusia9

9 Notonegoro, 1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Pantjuran Tudjuh, Jakarta.