Palpasi Rectal (IKM)

10
Tanggal Praktikum : 04 Mei 2011 Penanggung Jawab : Drh. Yudi R., MSi LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN (KRP 332) PALPASI REKTAL Disusun oleh : M. Jamaluddin Assidiqi (B04080146)

Transcript of Palpasi Rectal (IKM)

Page 1: Palpasi Rectal (IKM)

Tanggal Praktikum : 04 Mei 2011

Penanggung Jawab : Drh. Yudi R., MSi

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN (KRP 332)

PALPASI REKTAL

Disusun oleh :

M. Jamaluddin Assidiqi (B04080146)

BAGIAN REPRODUKSI DAN KEBIDANAN

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Palpasi Rectal (IKM)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Deteksi estrus dan kebuntingan pada ternak sangat penting bagi sebuah

manajemen reproduksi ditinjau dari segi ekonomi. Mengetahui bahwa ternaknya

bunting atau tidak mempunyai nilai ekonomis yang perlu dipertimbangkan,

sebagai hal penting bagi manajemen reproduksi yang harus diterapkan. Pemilihan

metoda tergantung pada spesies, biaya, ketepatan dan kecepatan diagnosa. Salah

satu metode yang biasa digunakan adalah palpasi rektal (Rectal Eksploration)

Palpasi rektal pada uterus telah sejak lama dilakukan. Teknik ini dikenal

cukup akurat dan cepat ini juga relative murah untuk mengetahui status

kebuntingan maupun deteksi estrus. Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan

training bagi petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam

mendiagnosa. Pada pemeriksaan kebuntingan, teknik ini baru dapat dilakukan

pada usia kebuntingan di atas 30 hari (Jainudeen, 2000).

Diagnosa kebuntingan diperlukan dalam hal mengindentifikasi ternak

yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi

yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat;

sebagai pertimbangan apabila ternak harus dijual dan untuk menekan biaya pada

breeding program yang menggunakan teknik hormonal yang mahal sehingga

membantu manajemen ternak yang ekonomis (Hafez, 2000).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui status fisiologis kondisi sapi yaitu

kondisi estrus, kebuntingan serta gangguan kebuntingan.

TINJAUAN PUSTAKA

Palpasi rektal yaitu metode pemeriksaan status fisiologis dari hewan yakni

dengan memasukkan tangan ke dalam rektum dan meraba (palpasi) bagian uterus

dan ovarium pada dinding pelvis untuk mengetahui perubahannya. Palpasi rektal

biasa digunakan untuk mengetahui status fisiologis dari hewan. Palpasi rektal

Page 3: Palpasi Rectal (IKM)

dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Sempitnya

rongga pelvis pada kambing, domba dan babi maka palpasi rektal untuk

mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan (Arthur, et al., 1996).

Pendeteksian estrus melalui palpasi rektal saluran uterus akan

menunjukkan konsistensi yang sedikit menegang serta kondisi serviks apabila

dilakukan inseminasi buatan akan sedikit meregang atau terbuka. Deteksi estrus

diperkuat dengan pengamatan pada vagina sapi yang menunjukkan adanya

mucous yang kental dan transparan, membengkaknya labia serta kemerahan.

Pada kondisi non estrus kemungkinan yang terjadi yaitu ovarium sedang

dalam kondisi folikuler, Corpus Luteum (CL) atau gangguan kebuntinagan atau

kemajiran. Pada kondisi folikuler akan terdapat benjolan yang halus batas-

batasnya dengan permukaan ovarium, sedangkan CL akan terasa jelas batasnya

dengan permukaan ovarium. Gangguan kemajiran akan terlihat dari kondisi uterus

yang tidak berkembang maupun ovarium yang kecil dan terasa licin.

Pada kondisi kebuntingan, palpasi rektal akan menunjukkan pembesaran

saluran uterus dan terdapatnya CL. Keberhasilan perkawinan dan proses

fertilisasi, diikuti oleh konseptus yang memberikan sinyal kehadirannya kepada

sistem maternal serta memblok regresi CL guna memelihara produksi

progesterone oleh sel-sel lutealnya. Pemeliharaan atau maintenance CL adalah

penting untuk berlangsungnya kebuntingan pada semua spesies ternak.

Periode konseptus akan mensintesa dan mensekresi protein steroid sebagai

tanda atau sinyal kehadirannya pada sistem maternal. Molekul-molekul ini

mengatur sintesa dan atau merilis luteolitik prostaglandin F2ά (PGF2α) dari uterus

yang dapat mencegah terjadinya regresi CL. Periode kritis pemberian sinyal oleh

konseptus untuk memblok luteolisis dan memungkinkan berlangsungnya suatu

kebuntingan inilah yang disebut sebagai maternal recognition of pregnancy

(Geisert and Malayer, 2000).

ALAT DAN BAHAN

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sarung tangan

palpasi, gel pelicin atau bisa diganti dengan sabun, wearpack, sepatu boot serta

sapi betina yang akan diperiksa.

Page 4: Palpasi Rectal (IKM)

METODE

Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu. Sapi betina

yang akan diperiksa dimasukkan kedalam kandang jepit. Wearpack dan sepatu

boot dipakai sebagai Personal Protective Equipment (PPE). Selanjutnya sarung

tangan khusus palpasi dipakai. Apabila wearpack mempunyai lengan panjang

maka perlu disisingkan atau ditarik sampai ke atas lengan untuk mencegah iritasi

dan kesakitan pada sapi. Sarung tangan dilapisi dengan gel pelicin atau bisa

diganti denga sabun. Kemudian pemeriksaan dimulai, ekor sapi dihandle dengan

tangan kanan kita dan tangan kiri kita yang memakai sarung tangan dimasukkan

ke dalam rektum sapi. Tangan dimasukkan dalam posisi dikuncupkan kedalam

rektum. Apabila terdapat banyak feces maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan

tangan tetap pada rektum. Di dalam ruang pelvis dieksplorasi dengan tangan kita

untuk mengetahui bagian urerus dengan cara dirunut mulai dari serviks,

bifurcatio, cornua uteri sampai ovarium. Pada organ ovarium dirasakan adanya

folikel maupun corpus luteum serta diperhatikan konsistensinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan

Tabel 1. Hasil pemeriksaan organ reproduksi

Organ Panjang (cm) Diameter (cm)

Labia + 6,5 + 2

Vagina + 6 + 3

Serviks + 5 + 2

Uterus + 20 -

Tabel 2. Hasil pemeriksaan ovarium

OvariumPanjang

(cm)

Lebar

(cm)

Tebal

(cm)

Kiri + 1,5 + 1 + 1

Kanan + 2,5 + 2 + 1,5

Page 5: Palpasi Rectal (IKM)

Pembahasan

Palpasi rektal dikenal cukup akurat dan cepat ini juga relatif murah untuk

mengetahui status kebuntingan, gangguan kebuntingan maupun deteksi estrus.

Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan training bagi petugas yang

melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Pada pemeriksaan

kebuntingan, teknik ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30 hari

(Jainudeen, 2000).

Teknis pemeriksan palpasi rektal akan berakibat fatal jika tidak dilakukan

secara lege artis atau dilakukan oleh tenaga yang tidak berkompeten dan tidak

professional. Kehati-hatian dalam pemeriksaan sangat penting dan dilakukan oleh

tenaga yang terampil dan terlatih.

Pendeteksian estrus melalui palpasi rektal saluran uterus akan

menunjukkan konsistensi yang sedikit menegang serta kondisi serviks apabila

dilakukan inseminasi buatan akan sedikit meregang atau terbuka. Deteksi estrus

diperkuat dengan pengamatan pada vagina sapi yang menunjukkan adanya

mucous yang kental dan transparan, membengkaknya labia serta kemerahan.

Pada kondisi non estrus kemungkinan yang terjadi yaitu ovarium sedang

dalam kondisi folikuler, Corpus Luteum (CL) atau gangguan kebuntinagan atau

kemajiran. Pada kondisi folikuler akan terdapat benjolan yang halus batas-

batasnya dengan permukaan ovarium, sedangkan CL akan terasa jelas batasnya

dengan permukaan ovarium. Gangguan kemajiran akan terlihat dari kondisi uterus

yang tidak berkembang maupun ovarium yang kecil dan terasa licin.

Pada saat pemeriksaan palpasi rektal pada sapi nomor tiga (III)

menunjukkan bahwa saluran uterus dan ovarium dalam kondisi normal, tidak ada

menunjukkan adanya gangguan misalnya hipofungsi uteri atau ovarium. Hasil

pemeriksaan menunjukkan panjang vagina adalah + 6 cm dengan diameter + 2

cm; panjang serviks adalah + 5 cm dengan diameter + 3 cm; panjang uterus adalah

+ 20 cm . Konsistensi saluran uterus adalah kenyal dan tidak keras. Hal ini

menunjukkan saluran uterus tidak ada kelainan dan berfungsi normal.

Pada pemeriksaan cornua uteri tidak ditemukan adanya pembesaran yang

asimetri. Hal ini menunjukkan sapi tidak dalam kondisi bunting. Jika terdapat

perubahan pada salah satu apeks cornua uteri maka jangan dipaksa untuk mencari

Page 6: Palpasi Rectal (IKM)

ovarium karena menyebabkan traumatik pada fetus dan kemungkinan lisisnya

corpus luteum sehingga menyebabkan abortus.

Pada pemeriksaan ovarium sapi, pada ovarium kiri panjang ovarium

adalah + 1,5 cm dengan lebar + 1 cm dan tebal + 1 cm, sedangkan pada ovarium

kanan adalah + 2,5 cm dengan lebar + 2 cm dan tebal + 1.5 cm. Pada ovarium

kanan mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari pada ovarium bagian kiri.

Konsistensi ovarium adalah kenyal dan tidak terlalu keras. Hal ini menunjukkan

ovarium tidak ada kelainan dan berfungsi normal.

Pada bagian ovarium kanan ditemukan adanya sedikit benjolan yang

diduga merupakan folikel karena batas antara benjolan dan permukaan ovarium

tidak begitu jelas, sedangkan CL akan terasa jelas batasnya dengan permukaan

ovarium. Hal ini diperkuat dengan kondisi umum pada sapi yang tidak

menunjukkan gejala estrus atau birahi.

SIMPULAN

Hasil pemeriksaan palpasi rektal menunjukkan bahwa organ reproduksi

sapi yaitu ovarium dan uterus sapi dalam kondisi normal. Pada ovarium kanan

ditemukan sedikit benjolan folikel dan kondisi sapi tidak dalam masa birahi.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, G.F., Noakes, D.E., Pearson, H. and Parkison,T.M. 1996. VeterinaryReproduction and Obstetrics. London: W.B.Sounders

Geisert, R.D., Malayer, J.R. 2000. Implantation, dalam Hafez, E.S.E and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Hafez, E.S.E and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Jainudeen, M.R. 2000. Pregnancy Diagnosis, dalam Hafez, E.S.E and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins