ikm penyuluhan

44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Angka Kematian Ibu dan ANC Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI di Jawa Tengah, masih cukup tinggi mencapai 116,01/100.000 kelahiran pada tahun 2011. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. 1 Salah satu upaya penurunan angka kematian ibu adalah dengan melakukan antenatal care. 2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan Antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan ke lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan tahun dicapai 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan terhadap telah mengalami penurunan dari waktu ke waktu yang

description

ikm penyuluhan

Transcript of ikm penyuluhan

Page 1: ikm penyuluhan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Angka Kematian Ibu dan ANC

Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. AKI di Jawa Tengah, masih cukup tinggi mencapai

116,01/100.000 kelahiran pada tahun 2011. Angka tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup.1

Salah satu upaya penurunan angka kematian ibu adalah dengan melakukan

antenatal care.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan Antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal care (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi.Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan ke lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang

akan tahun dicapai 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari

hasil survei yang dilakukan terhadap telah mengalami penurunan dari waktu ke waktu yang

terus-menerus, namun demikian membutuhkan komitmen dan usaha keras, apabila hal ini

tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan sebesar 90% pada tahun 2015 tidak akan tercapai, konsentrasi lebih lanjut

bisa berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat.3

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri

langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan

penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 %, dll.

2. Perdarahan Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari semua

kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui

sebelumnya, duapertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari jenis retensio

Page 2: ikm penyuluhan

plasenta,dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri

maupun perdarahan. Perdarahan, khususnya perdarahan post-partum, terjadi secara

mendadak dan lebih berbahaya apabila terjadi pada wanita yang menderita anemia.

Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam.

Kondisi kematian ibu secara keseluruhan diperberat oleh “tiga terlambat” yaitu terlambat

dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat rujukan, terlambat dalam

mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas kesehatan.

3. Preeklamsia

a. Pengertian

Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working

Group on Blood Pressure in Pregnancy13,24-26 preeklampsia adalah timbulnya

hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu

atau segera setelah persalinan. Saat ini oedema pada wanita hamil dianggap dianggap

sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsi. Hipertensi

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan

darah diastolik 90 mmHg. Tekanan darah diastolik ditetapkan pada saat hilangnya

bunyi korotkoff ( korotkoff 5 ). Proteinuria didefinisikan sebagai adanya protein

dalam urin dalam jumlah 300 mg/ml dalam urin tampung 24 jam atau 30 mg/dl dari

urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing 25,26.

Preeklampsia sendiri dibagi menjadi 2, yaitu preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat. Preeklampsia ringan adalah preeklampsia, dengan tekanan darah

sistolik 140 - <160 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 - <110 mmHg. Disebut

dengan preeklampsia berat bila pada penderita preeklampsia didapatkan salah satu

gejala berikut : Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110

mmHg ; Proteinuria 5 gr / jumlah urin selama 24 jam atau dipstick 4 + ; Oliguria ;

Peningkatan kadar kreatinin serum (> 1,2 mg/dl) ; Edema paru dan sianosis ;

Gangguan visus dan serebral disertai sakit kepala yang menetap ; nyeri epigastrium

yang menetap ; Trombositopenia < 100.000 sel/mm3; Peningkatan enzim hepar

(alanin aminotransferase [ALT] atau aspartate aminotransferase [AST] ; Hemolisis ;

Trombositopenia (< 100.000/mm3), sindroma HELLP 13,25.

Page 3: ikm penyuluhan

Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang tonik klonik disusul

dengan koma26. Superimposed preeklampsia/eklampsia adalah timbulnya proteinuria

pada wanita hamil yang sebelumnya telah mengalami hipertensi. Proteinuria hanya

timbul setelah kehamilan 20 minggu26. Penyakit hipertensi kronis adalah

ditemukannya desakan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum

kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan26.

b. Epidemiologi

Dari data berbagai kepustakaan didapat angka kejadian preeklampsia di

berbagai negara antara 7–10%27. Di Indonesia sendiri angka kejadian preeklampsia

berkisar antara 3,4 – 8,5 %26. Pada penelitian di RS. Dr. Kariadi Semarang tahun

1997 didapatkan angka kejadian preeklampsia 3,7 % dan eklampsia 0,9 % dengan

angka kematian perinatal sebesar 3,1 %28. Sedang pada periode tahun 1997 – 1999

didapatkan angka kejadian preeklampsia 7,6 % dan eklampsia 0,15 % 29. Penelitian

pada bulan Juni 2002 – Februari 2004 di RS. Dr. Kariadi Semarang didapatkan 28,1

% kasus persalinan dengan preeklampsia berat30. Dari data ini terlihat 10

kecenderungan peningkatan angka kejadian preeklampsia di RS. Dr.Kariadi dari

tahun ke tahun.

c. Faktor risiko

Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor

risiko maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia

diantaranya adalah sebagai berikut :

- Kehamilan pertama

- Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

- Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

- Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

- Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan

tekanan darah tinggi)

- Kehamilan kembar

Page 4: ikm penyuluhan

d. Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara

teoritik urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi,

dan terakhir proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan

diatas dapat dianggap bukan preeklamsi.

Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang

paling penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila

penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau

nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

e. Gambaran Klinis Preeklampsia

1) Gejala subjektif

Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.

Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan

merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan

meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.

2) Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan

sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari

140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari

160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan

menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi

ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.

f. Patofisiologi Preeklampsia

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan

patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh

vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami

peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,

tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.

Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang

ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

Page 5: ikm penyuluhan

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar

dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes

fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume

intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh

perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan

trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-organ:

1) Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada

preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan

dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang

secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia

kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau

kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang

ektravaskular terutama paru.

2) Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak

diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada

penderita preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau

penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat

mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan

oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak

berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang

nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum

biasanya dalam batas normal.

3) Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain

itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan

merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain

yang menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah

adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya

Page 6: ikm penyuluhan

perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di

dalam retina.

4) Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia

pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.

5) Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada

plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan

oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi

peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi

partus prematur.

6) Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh

edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya

aspirasi pneumonia, atau abses paru.

g. Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan

pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat

diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu;

1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :

- Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,

atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan

dengan riwayat tekanan darah normal.

- Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine

kateter atau midstream.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

- Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.

- Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

- Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di

epigastrium.

Page 7: ikm penyuluhan

- Terdapat edema paru dan sianosis

- Trombositopeni

- Gangguan fungsi hati

- Pertumbuhan janin terhambat

h. Penatalaksanaan Preeklampsia

Diagnosis dini, supervisi medikal yang ketat, waktu persalinan merupakan

persyaratan yang mutlak dalam penatalaksanaan preeklamsi. Persalinan merupakan

pengobatan yang utama. Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan selanjutnya

harus berdasarkan evaluasi awal terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Berdasarkan

hal ini, keputusan dalam penatalaksanaan dapat ditegakkan, yaitu apakah

hospitalisasi, ekspektatif atau terminasi kehamilan serta harus memperhitungkan

beratnya penyakit, keadaan ibu dan janin, dan usia kehamilan. Tujuan utama

pengambilan strategi penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin

hidup yang tidak memerlukan perawatan neonatal lebih lanjut dan lama.

Penatalaksanaa pada preeklamsi dibagi berdasarkan beratnya preeklamsi, yaitu :

1) Preeklamsi ringan

Pada preeklamsi ringan, observasi ketat harus dilakukan untuk mengawasi

perjalanan penyakit karena penyakit ini dapat memburuk sewaktu-waktu. Adanya

gejala seperti sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan dan proteinuri

meningkatkan risiko terjadinya eklamsi dan solusio plasenta. Pasien-pasien

dengan gejala seperti ini memerlukan observasi ketat yang dilakukan di rumah

sakit. Pasien harus diobservasi tekanan darahnya setiap 4 jam, pemeriksaan

klirens kreatinin dan protein total seminggu 2 kali, tes fungsi hati, asam urat,

elektrolit, dan serum albumin setiap minggu. Pada pasien preeklamsi berat,

pemeriksaan fungsi pembekuan seperti protrombin time, partial tromboplastin

time, fibrinogen, dan hitung trombosit. Perkiraan berat badan janin diperoleh

melalui USG saat masuk rumah sakit dan setiap 2 minggu. Perawatan jalan

dipertimbangkan bila ketaatan pasien baik, hipertensi ringan, dan keadaan janin

baik. Penatalaksanaan terhadap ibu meliputi observasi ketat tekanan darah, berat

badan, ekskresi protein pada urin 24 jam, dan hitung trombosit begitu pula

Page 8: ikm penyuluhan

keadaan janin (pemeriksaan denyut jantung janin 2x seminggu). Sebagai

tambahan, ibu harus diberitahu mengenai gejala pemburukan penyakit, seperti

nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan gangguan penglihatan. Bila ada tanda-tanda

progresi penyakit, hospitalisasi diperlukan. Pasien yang dirawat di rumah sakit

dibuat senyaman mungkin. Ada persetujuan umum tentang induksi persalinan

pada preeklamsi ringan dan keadaan servik yang matang (skor Bishop >6) untuk

menghindari komplikasi maternal dan janin. Akan tetapi ada pula yang tidak

menganjurkan penatalaksanaan preeklamsi ringan pada kehamilan muda. Saat ini

tidak ada ketentuan mengenai tirah baring, hospitalisasi yang lama, penggunaan

obat anti hipertensi dan profilaksis anti konvulsan. Tirah baring umumnya

direkomendasikan terhadap preeklamsi ringan. Keuntungan dari tirah baring

adalah mengurangi edema, peningkatan pertumbuhan janin, pencegahan ke arah

preeklamsi berat, dan meningkatkan outcome janin. Medikasi anti hipertensi tidak

diperlukan kecuali tekanan darah melonjak dan usia kehamilan 30 minggu atau

kurang. Pemakaian sedatif dahulu digunakan, tatapi sekarang tidak dipakai lagi

karena mempengaruhi denyut jantung istirahat janin dan karena salah satunya

yaitu fenobarbital mengganggu faktor pembekuan yang tergantung vitamin K

dalam janin. Sebanyak 3 penelitian acak menunjukkan bahwa tidak ada

keuntungan tirah baring baik di rumah maupun di rumah sakit walaupun tirah

baring di rumah menurunkan lamanya waktu di rumah sakit. Sebuah penelitian

menyatakan adanya progresi penyakit ke arah eklamsi dan persalinan prematur

pada pasien yang tirah baring di rumah. Namun, tidak ada penelitian yang

mengevaluasi eklamsi, solusio plasenta, dan kematian janin. Pada 10 penelitian

acak yang mengevaluasi pengobatan pada wanita dengan preeklamsi ringan

menunjukkan bahwa efek pengobatan terhadap lamanya kehamilan, pertumbuhan

janin, dan insidensi persalinan preterm bervariasi antar penelitian. Oleh karena itu

tidak terdapat keuntungan yang jelas terhadap pengobatan preeklamsi ringan.

Pengamatan terhadap keadaan janin dilakukan seminggu 2 kali dengan

NST dan USG terhadap volume cairan amnion. Hasil NST non reaktif

memerlukan konfirmasi lebih lanjut dengan profil biofisik dan oksitosin challenge

test. Amniosentesis untuk mengetahui rasio lesitin:sfingomielin (L:S ratio) tidak

Page 9: ikm penyuluhan

umum dilakukan karena persalinan awal akibat indikasi ibu, tetapi dapat berguna

untuk mengetahui tingkat kematangan janin. Pemberian kortikosteroid dilakukan

untuk mematangkan paru janin jika persalinan diperkirakan berlangsung 2-7 hari

lagi. Jika terdapat pemburukan penyakit preeklamsi, maka monitor terhadap janin

dilakukan secara berkelanjutan karena adanya bahaya solusio plasenta dan

insufisiensi uteroplasenter.

2) Preeklamsi berat

Tujuan penatalaksanaan pada preeklamsi berat adalah mencegah konvulsi,

mengontrol tekanan darah maternal, dan menentukan persalinan. Persalinan

merupakan terapi definitif jika preeklamsi berat terjadi di atas 36 minggu atau

terdapat tanda paru janin sudah matang atau terjadi bahaya terhadap janin. Jika

terjadi persalinan sebelum usia kehamilan 36 minggu, ibu dikirim ke rumah sakit

besar untuk mendapatkan NICU yang baik.

Pada preeklamsi berat, perjalanan penyakit dapat memburuk dengan

progresif sehingga menyebabkan pemburukan pada ibu dan janin. Oleh karena itu

persalinan segera direkomendasikan tanpa memperhatikan usia kehamilan.

Persalinan segera diindikasikan bila terdapat gejala impending eklamsi, disfungsi

multiorgan, atau gawat janin atau ketika preeklamsi terjadi sesudah usia

kehamilan 34 minggu. Pada kehamilan muda, bagaimana pun juga, penundaan

terminasi kehamilan dengan pengawasan ketat dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan neonatal dan menurunkan morbiditas neonatal jangka pendek dan

jangka panjang.

Pada 3 penelitian klinis baru-baru ini, penatalaksanaan secara konservatif

pada wanita dengan preeklamsi berat yang belum aterm dapat menurunkan

morbiditas dan mortalitas neonatal. Namun, karena hanya 116 wanita yang

menjalani terapi konservatif pada penelitian ini dan karena terapi seperti itu

mengundang risiko bagi ibu dan janin, penatalaksanaan konservatif hanya

dikerjakan pada pusat neonatal kelas 3 dan melaksanakan observasi bagi ibu dan

janin. Semua wanita dengan usia kehamilan 40 minggu yang menderita

preeklamsi ringan harus memulai persalinan. Pada usia kehamilan 38 minggu,

wanita dengan preeklamsi ringan dan keadaan serviks yang sesuai harus diinduksi.

Page 10: ikm penyuluhan

Setiap wanita dengan usia kehamilan 32-34 minggu dengan preeklamsi berat

harus dipertimbangkan persalinan dan janin sebaiknya diberi kortikosteroid. Pada

pasien dengan usia kehamilan 23-32 minggu yang menderita preeklamsi berat,

persalinan dapat ditunda dalam usaha untuk menurunkan morbiditas dan

mortalitas perinatal. Jika usia kehamilan < 23 minggu, pasien harus diinduksi

persalinan untuk terminasi kehamilan.

Tujuan obyektif utama penatalaksanaan wanita dengan preeklamsi berat

adalah mencegah terjadinya komplikasi serebral seperti ensefalopati dan

perdarahan. Ibu hamil harus diberikan magnesium sulfat dalam waktu 24 jam

setelah diagnosis dibuat. Tekanan darah dikontrol dengan medikasi dan pemberian

kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Batasan terapi biasanya bertumpu

pada tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi. Beberapa ahli menganjurkan

mulai terapi pada tekanan diastolik 105 mmHg , sedangkan yang lainnya

menggunakan batasan tekanan arteri rata-rata > 125 mmHg. Tujuan dari terapi

adalah menjaga tekanan arteri rata-rata dibawah 126 mmHg (tetapi tidak lebih

rendah dari 105 mmHg) dan tekanan diastolik < 105 mmHg (tetapi tidak lebih

rendah dari 90 mmHg). Terapi inisial pilihan pada wanita dengan preeklamsi berat

selama peripartum adalah hidralazin secara IV dosis 5 mg bolus. Dosis tersebut

dapat diulangi bila perlu setiap 20 menit sampai total 20 mg. Bila dengan dosis

tersebut hidralazin tidak menghasilkan perbaikan yang diinginkan, atau jika ibu

mengalami efek samping seperti takikardi, sakit kepala, atau mual, labetalol (20

mg IV) atau nifedipin (10 mg oral) dapat diberikan. Akan tetapi adanya efek fetal

distres terhadap terapi dengan hidralazin, beberapa peneliti merekomendasikan

penggunaan obat lain dalam terapi preeklamsi berat. Pada 9 penelitian acak yang

membandingkan hidralazin dengan obat lain, hanya satu penelitian yang

menyebutkan efek samping dan kegagalan terapi lebih sering didapatkan pada

hidralazin.

Bila ditemukan masalah setelah persalinan dalam mengontrol hipertensi

berat dan jika hidralazin intra vena telah diberikan berulang kali pada awal

puerperium, maka regimen obat lain dapat digunakan. Setelah pengukuran

tekanan darah mendekati normal, maka pemberian hidralazin dihentikan. Jika

Page 11: ikm penyuluhan

hipertensi kembali muncul pada wanita post partum, labetalol oral atau diuretik

thiazide dapat diberikan selama masih diperlukan.

Pemberian cairan infus dianjurkan ringer laktat sebanyak 60-125 ml

perjam kecuali terdapat kehilangan cairan lewat muntah, diare, diaforesis, atau

kehilangan darah selama persalinan. Oliguri merupakan hal yang biasa terjadi

pada preeklamsi dan eklamsi dikarenakan pembuluh darah maternal mengalami

konstriksi (vasospasme) sehingga pemberian cairan dapat lebih banyak.

Pengontrolan perlu dilakukan secara rasional karena pada wanita eklamsi telah

ada cairan ekstraselular yang banyak yang tidak terbagi dengan benar antara

cairan intravaskular dan ekstravaskular. Infus dengan cairan yang banyak dapat

menambah hebat maldistribusi cairan tersebut sehingga meninggikan risiko

terjadinya edema pulmonal atau edema otak.

Pada masa lalu, anestesi dengan cara epidural dan spinal dihindarkan pada

wanita dengan preeklamsi dan eklamsi. Pertimbangan utama karena adanya

hipotensi yang ditimbulkan akibat blokade simpatis. Ada juga pertimbangan lain

yaitu pada keamanan janin karena blokade simpatis dapat menimbulkan ipotensi

dan menurunkan perfusi plasenta. Ketika teknik analgesi telah mengalami

kemajuan beberapa dekade ini, analgesi epidural digunakan untuk memperbaiki

vasospasme dan menurunkan tekanan darah pada wanita penderita preeklamsi

berat. Selain itu, klinisi yang lebih menyenangi anestesi epidural menyatakan

bahwa pada anestesi umum dapat terjadi penigkatan tekanan darah tiba-tiba akibat

stimulasi oleh intubasi trakea dan dapat menyebabkan edema pulmonal, edema

serebral dan perdarahan intrakranial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wallace

dan kawan-kawan menunjukkan bahwa penggunaan anestesi baik metode anestesi

umum maupun regional dapat digunakan pada persalinan dengan cara seksio

sesarea pada wanita preeklamsi berat jika langkah-langkah dilakukan dengan

pertimbangan yang hati-hati. Walaupun anestesi epidural dapat menurunkan

tekanan darah, telah dibuktikan bahwa tidak ada keuntungan signifikan dalam

mencegah hipertensi setelah persalinan. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah

anestesi epidural aman digunakan selama persalinan pada wanita dengan

hipertensi dalam kehamilan, tetapi bukan merupakan terapi terhadap hipertensi.

Page 12: ikm penyuluhan

Indikasi persalinan pada preeklamsi dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Indikasi ibu

- Usia kehamilan ≥ 38 minggu

- Hitung trombosit < 100.000 sel/mm3

- Kerusakan progresif fungsi hepar

- Kerusakan progresif fungsi ginjal

- Suspek solusio plasenta

- Nyeri kepala hebat persisten atau gangguan penglihatan

- Nyeri epigastrium hebat persisiten, nausea atau muntah

b) Indikasi janin

- IUGR berat

- Hasil tes kesejahteraan janin yang non reassuring

- Oligohidramnion.

4. Mutu Layanan Kesehatan

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan

dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan

eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus

berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus. Sistem pengembangan

dan manajemen kinerja klinis (SPMKK) bagi perawat dan bidan terkait erat dan sinkron

dengan program jaminan mutu (Quality Assurance). Kecenderungan masa kini dan masa

depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan

mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang

bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan

kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap

pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan

semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan keperawatan dan

kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap perawat dan bidan perlu

dilakukan terus menerus.8

1. Pengertian Mutu

Page 13: ikm penyuluhan

″Mutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasen ditingkatkan mendekati

hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan.8

Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Mutu adalah

kesesuaian terhadap permintaan persyaratan. Mutu pelayanan kesehatan dasar adalah

kesesuaian antara pelayanan kesehatan dasar yang disediakan/diberikan dengan

kebutuhan yang memuaskan pasien atau kesesuaian dengan ketentuan standar

pelayanan.9

Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.10 Pengertian

layanan kesehatan bermutu adalah suatu layanan yang dibutuhkan,dalam hal ini akan

ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien

ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.11

2. Dimensi mutu layanan kesehatan

Dimensi mutu layanan kesehatan antara lain11 :

a. Dimensi kompentensi teknis ( keterampilan,kemampuan,dan penampilan atau kinerja

pemberi layanan kesehatan ).

b. Keterjangkauan / akses ( layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat

tanpa terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi,organisasi dan bahasa ).

c. Efektifitas ( bagaimana standar layanan kesehtanitu digunakan dengan tepat,

konsisten, dan sesuai situasi setempat ) dan sangat berkaitan dengan ketrampilan

dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam layanan kesehatan.

d. Efesiensi ( dapat melayani lebih banyak pasien /masyarakat ).

e. Kesinambungan ( pasien harus dapat dilayanai sesuai kebutuhan ).

f. Keamanan ( aman dari resiko cedera, infeksi dan efek samping atau bahaya yang

ditimbulkan oleh layanan kesehtan itu sendiri ).

g. Kenyamanan (kenyamanan dapat menimbulkan kepercayaan pasienkepada organisasi

layanan kesehatan).

h. Informasi ( mampu memberikan informasi yang jelas tentang

apa,siapa,kapan,dimana,dan bagaimanan layanan kesehatan akan dan telah

dilaksanakan. Ini penting untuk tingkat Puskesmas dan RS )

Page 14: ikm penyuluhan

i. Ketepatan waktu ( agar berhasil, layanan kesehtan itu harus dilaksanakan dalam

waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi pelayanan yang tepat, dan menggunakan

peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang efesien ).

j. Hubungan antar manusia (merupakan interaksi antar pemberi pelayanan kesehatan

dengan pasien, antar sesama pemberi layanan kesehatan). HAM ini akan memberi

kredibilitas dengan cara salingmenghargai,menjaga rahasia,saling

menghormati,responsifmemberi perhatian.

Dalam menilai kualitas jasa/ pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/

pelayanan, yaitu12 :

a. Tangible (nyata/berwujud)

b. Reliability (keandalan)

c. Responsiveness (Cepat tanggap)

d. Competence (kompetensi)

e. Access (kemudahan)

f. Courtesy (keramahan)

g. Communication (komunikasi)

h. Credibility (kepercayaan)

i. Security (keamanan)

j. Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya

dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang

dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi

(ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu12 :

a. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan

dan alat-alat komunikasi.

b. Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah

dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

c. Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan

(konsumen) dan menyediakan jasa/pelayanan yang cepat dan tepat.

d. Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan

dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan

Page 15: ikm penyuluhan

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau

keragu-raguan.

e. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada

pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami

kebutuhan pelanggan.

3. Kebutuhan pelanggan layanan kesehatan11

a. Kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan, artinya kemudahan memperoleh

layanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Kebutuhan terhadap layanan yang tepat waktu, artinya tingkat ketersediaan layanan

kesehatan pada saat dibutuhkan.

c. Kebutuhan terhadap layanan kesehtan yang efesien dan efektifartinya biaya layanan

kesehtan terjangkau.

d. Kebutuhan layanan kesehtan yang tepat dan layak artinya layanan kesehatan

diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Cara mengukur mutu

Banyak kerangka pikir yang dapat digunakan untuk mengukur mutu. Pada awal

upaya pengukuran mutu layanan kesehatan, tiga kategori penggolongan layanan

kesehatan yaitu struktur, proses, dan keluaran.11

a. Standar struktur

Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang-

kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk kedalamnya hubungan

organisasi, misi organisasi,kewenangan, komite-komite, personel, peralatan gedung,

rekam medik, keuangan, perbekalan obat dan fasilitas. Standar struktur merupakan

ruler of the game.

b. Standar proses

Standar proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan

kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan. Standar proses

akan menjelaskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan

bagaimana sistem bekerja. Dengan lain, standar proses adalah playing the game.

c. Standar keluaran

Page 16: ikm penyuluhan

Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.

Standar keluaran akan menunjukan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal.

Keluaran (outcame) adalah apa yang diharapkanakan terjadi sebagai hasil dari

layanan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan itu diukur.

5. Kualitas Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis,

pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu

serta indikasi dasar dan khusus.11 Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan rujukan.11

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat,ibu maupun bayinya dengantrauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar

masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan

keluarga dalam menerimakelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta

optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar. Keuntungan layanan

antenatal sangat besar karena dapat mengetahui resiko dan komplikasi sehingga ibu hamil

dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan

sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat

dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat.13

Pelayanan yang dilakukan secara rutin juga merupakan upaya untuk melakukan deteksi

dini kehamilan beresiko sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk

mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan

antenatal terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal.14

Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan janin atau

lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan perawatan berkala

terhadap adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan

Page 17: ikm penyuluhan

antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor resiko bisa diketahui

seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan.15

Kualitas pelayanan Antenatal erat hubungannya dengan penerapan. Standar pelayanan

kebidanan, yang mana standar pelayanan berguna dan penerapan norma dan tingkat kinerja

yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan

sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil penilaian

dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Mengukur tingkat kebutuhan terhadap standar

yang baik input, proses pelayanan dan hasil pelayanan khususnya tingkat pengetahuan

pasien terhadap pelayanan antenatal yang dikenal standar mutu yaitu16 :

1. Standar pelayanan Antenatal

Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut ini :

a. Standar : Identifikasi Ibu Hamil

Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya.

Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,

suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b. Standar : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan memberikan pelayanan

antenatal berkualitas dan diteliti dalam komplikasi.

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesa dan pemantauan ibu dan dan janin dengan seksama untuk menilai apakah

perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan

risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ Infeksi HIV ;

memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang

tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

c. Standar : Palpasi Abdominal

Page 18: ikm penyuluhan

Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan,

pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama & melakukan palpasi

untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa

posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan

membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus

atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan

ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih

kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi.

Dalam upaya standardisasi perkiraan tinggi fundus, para peneliti saat ini

menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas

simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan oleh

petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang baik, terutama untuk

mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan

kehamilan kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur

masih bervariasi antar operator, namun variasi ini lebih kecil dibandingkan dengan

metoda tradisional lainnya. Oleh karena itu penelitian mendukung penggunaan pita

ukur untuk memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin

pada setiap kunjungan.

d. Standar : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan

melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum

persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan

kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada

kecendurungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa

Page 19: ikm penyuluhan

kehamilan. Perubahan normal ini di kenal sebagai Hemodilusi dan biasanya

mencapai titik terendah pada kehamilan minggu ke-30. Oleh karena itu

pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulang

kembali pada minggu ke-30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb.

e. Standar :Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada

kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini

setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala

preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. Standar : Persiapan Persalinan.

Standar Persiapan Persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa persalinan

direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan

terampil. Bidan memberikan saran yang tepat Kepada ibu hamil, suami/keluarganya

pada trisemester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan

suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat

darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu

hamil untuk hal ini.

2. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal

Pelayanan Antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan

ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan Antenatal penting untuk

menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian

seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap

saat. Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko

bagi ibu.

Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, satu kali pada triwulan

Page 20: ikm penyuluhan

pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Penerapan

operasionalnya dikenal standar minimal (7T) yang terdiri atas :

a. (Timbang) berat badan dan pengukuran tinggi badan, suatu teknologi tepat guna

yang dapat dimanfaatkan untuk menilai status gizi ibu bila tidak tersedia

timbangan pada waktu pemeriksaankehamilan yang pertama, adalah pengukuran

lingkar lengan atas (LLA).

b. Ukur (Tekanan) darah.

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri.

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap.

e. Pemberian (Tablet besi), minimal 90 tablet selama kehamilan.

f. (Tes) terhadap Penyakit Menular Seksual.

g. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kebijakan teknis pelayanan antenatal setiap kehamilan dapat berkembang menjadi

masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan

pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan

meliputi komponen-komponen sebagai berikut : mengupayakan kehamilan yang sehat,

melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan, persiapan persalinan

yang bersih dan aman, perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi komplikasi.

3. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil.17

a. Mengumpulkan Data Dasar / Pengkajian Data

Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif,berupa data fokus yang

dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan

anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

1) Data Subyektif terdiri dari :

a) Biodata ibu dan suami

b) Alasan ibu memeriksakan diri

c) Riwayat kehamilan sekarang

d) Riwayat kebidanan yang lalu

e) Riwayat menstruasi

f) Riwayat KB

Page 21: ikm penyuluhan

g) Riwayat kesehatan

h) Riwayat bio-psikososial-spiritual

i) Pengetahuan tentang tanda bahaya persalinan

j) Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data subyektif adalah dengan

dengan melakukan anamnesis.

2) Data objektif terdiri dari :

a) Hasil pemeriksaan umum (tinggi badan, berat badan,lingkar lengan, suhu,

nadi, tekanan darah, pernapasan).

b) Hasil pemeriksaan kepala dan leher.

c) Hasil pemeriksaan tangan dan kaki.

d) Hasil pemeriksaan payudara.

e) Hasil pemeriksaan abdomen.

f) Hasil pemeriksaan denyut jantung janin.

g) Hasil pemeriksaan darah dan urine.

Sumber data baik data subyektif maupun data obyektif yang paling akurat

adalah ibu hamil yang diberi asuhan, namun apabila kondisi tidak

memungkinkan dan masih diperlukan data bisa dikaji dari status ibu yang

menggambarkan pendokumentasian asuhan sebelum ditangani dan bisa juga

keluarga atau suami yang mendampingi ibu saat diberi asuhan.

b. Menginterpretasikan /menganalisa data /merumuskan diagnosa

Pada langkah ini data subyektif dan obyektif yang dikaji dianalisis menggunakan

teori fisiologis dan teori patologis sesuai dengan perkembangan kehamilan

berdasarkan umurkehamilan ibu pada saat diberi asuhan, termasuk teori tentang

kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil. Hasil analisis dan interpretasi data

menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan.

Rumusan diagnosis kebidanan pada ibu hamil disertai dengan alasan yang

mencerminkan pikiran rasional yang mendukung munculnya diagnosis selanjutnya.

Page 22: ikm penyuluhan

c. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada diagnosis

mengacu pada diagnosis, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan

kondisi klien saat diberi asuhan.

d. Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman

Pelaksanaan rencana asuhan bisa dilaksanakan bidan langsung, bisa juga dengan

memberdayakan ibu.

e. Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi ditujukan terhadap efektivitas intervensi tentang kemungkinan

pemecahan masalah, mengacu pada perbaikan kondisi/kesehatan ibu dan janin.

Evaluasi mencangkup jangka pendek, yaitu sesaat setelah intervensi dilaksanakan,

dan jangka panjang, yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya /

kunjungan ulang.

f. Pendokumentasian dengan SOAP

Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan teknik pencatatan Subjectif

Objective Assessment Planing ( SOAP ) meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencatat data subyektif dan objektif

2) Mencatat data hasil pengkajian,diagnosis,masalah klien/ibu hamil yang diberi

asuhan berdasarkan masalahnya.

3) Mencatat perencanaan asuhan yang meliputi perencanaan tindakan asuhan,

pelaksanaan tindakan asuhan.

Adapun tujuannya adalah :

a. Sebagai bahan komunikasi antar petugas/bidan

b. Sebagai bahan evaluasi

c. Sebagai bahan tindak lanjut

d. Sebagai bahan laporan

e. Sebagai bahan pertanggungjawaban dan tanggung gugat

f. Meningkatkan kerja sama antar tim

g. Sebagai bahan acuan dalam pengumpulan data

Page 23: ikm penyuluhan

6. Faktor – faktor yang dapat menunjang kualitas pelayanan antenatal

1. Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis menyangkut ketrampilan, kemampuan, dan penampilan atau

kinerja pemberi layanan kesehatan. Kompetensi teknis itu berhubungan dengan

bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah

disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi. Tidak

dipenuhinya kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari

penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal

yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.11

2. Prosedur / Standar

Aplikasi program jaminan mutu di Puskesmas adalah dalam bentuk penerapan

standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil yang diperoleh tetap terjaga

kualitasnya, meskipun pada kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian.

Standar adalah suatu suatu pernyataan yang dapat dipergunakan untuk mengukur atau

menilai efektifitas suatu sistem pelayanan.13Sedangkan standar menurut Donabedian

adalah rentang variasi yang dapat diterima dari suatu norma atau kriteria.11

Menurut Utari, et al standar adalah pernyataan yang dapat diterima dan

disepakati tentang sesuatu ( produk, proses, kegiatan, barang ) yang dipergunakan untuk

mengukur atau menilai efektifitas suatu sisitem pelayanan.18

Standar menurut Meissenheimer dalam Koentjoro adalah ukuran yang ditetapkan

dan disepakati bersama, merupakan tingkat kinerja yang diharapakan. Dalam PP 102

tahun 2000 dijelaskan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang

dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua

pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,

kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

pengalaman, yakni perkembangan masa kini dan masa yang akan datang. Dalam UU

No. 23 tahun 1992 pasal 53 ayat 2 disebutkan bahwa standar adalah pedoman yang

harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi dengan baik.19

Keberadaan standar dalam pelayanan kesehatan akan memberikan manfaat,

antara lain merupakan persyaratan profesi, dan dasar untuk mengukur mutu. Ditetapkan

Page 24: ikm penyuluhan

standar juga akan menjamin keselamatan pasien dan petugas penyedia pelayanan

kesehatan.Pedoman standar pelayanan antenatal untuk memandu para pelaksana

program agar tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, sehingga ada

protokol dan petunjuk pelaksanaan. Protokol adalahsuatu pernyataan tertulis yang

disusun secara sistematis yang dipakai sebagai pedoman atau cara kerja oleh para

pelaksana dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Semakin dipenuhi pedoman atau

prosedur tetap pelayanan maka semakin tercapai standar yang ditetapkan.20

Pedoman atau prosedur tetap merupakan gambaran bagi karyawan mengenai

cara kerja atau tata kerja yang dapat dipakai sebagai pegangan apabila terdapat

pergantian /perubahan karyawan sehingga dapat dipakai untuk menilai.18

3. Fasilitas / alat

Lingkungan dan fasilitas / alat merupakan faktor yang mendukung untuk

melaksanakan tindakan atau kegiatan. Lingkungan meliputi ruangan pemeriksaan ibu

hamil yang memenuhi standar kesehatan yaitu tersedianya air bersih yang memenuhi

syarat fisik, kimia dan bakteriologik, pencahayaan yang cukup, ventilasi yang cukup

serta terjamin keamananya.21

Sedangkan fasilitas suatu alat atau sarana untuk mendukung melaksanakan

tindakan/kegiatan, pengelolaan logistik yang baik dan mudah diperoleh serta pencatatan

dan pelaporan yang lengkap dan konsisten.21

7. Konsep Puskesmas

Indonesia dengan visinya: “Indonesia sehat 2010” menggambarkan bahwa masyarakat

Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,

mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan Tujuan nasional Bangsa

Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi

segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan

Page 25: ikm penyuluhan

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.19

Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, maka perlu

diselenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart profesi serta

pelayanan yang memuaskan pelanggan. Hal itu perlu segera diwujudkan untuk memenuhi

tuntutan masyarakat yang semakin meningkat akan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Tuntutan masyarakat tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi semua

kalangan yang berkompeten, khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

Pada bagian ini akan dipaparkan konsep Puskesmas sebagai unit populasi dalam

penelitian ini. Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan di kecamatan yang

mandiri.19

Dalam bidang organisasi, sesuai dengan PP 8 tahun 2000 pasal 8 ayat 4, Puskesmas

dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala

Dinas Kabupaten/Kota dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat.3

1. Pengertian Puskesmas3,19

Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2. Fungsi Puskesmas3,19

Fungsi utama Puskesmas adalah sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan

kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan 3) pusat

pelayaan kesehatan tingkat dasar.Pada fungsi pertama, Puskesmas diharapkan dapat

bertindak sebagai motor, motivator dan memantau terselenggaranya proses

pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan. Pada

fungsi kedua, Puskesmas ikut memberdayakan masyarakat agar masyarakat tahu, mau

dan mampu menjaga dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Sedangkan

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas

wajib melaksanakan program pokok yang bersifat nasional dan bersifat lokal sesuai

dengan permasalahan dan kebutuhan daerah.

Page 26: ikm penyuluhan

Input Proses Outcome

3. Program Pokok Puskesmas3,19

a. KIA

b. KB

c. Usaha Kesehatan Gizi

d. Kesehatan Lingkungan

e. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular

f. Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan

g. Penyuluhan kesehatan masyarakat

h. Kesehatan sekolah

i. Kesehatan olah raga

j. Perawatan Kesehatan Masyarakat

k. Kesehatan kerja

l. Kesehatan Gigi dan Mulut

m. Kesehatan jiwa

n. Kesehatan mata

o. Laboratorium sederhana

p. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK

q. Pembinaan pemgobatan tradisional

r. Kesehatan remaja

s. Dana sehat

8. Teori Pendekatan Sistem

Lingkungan : Kebijakan, logistik, manajemen dan lain – lain

a. Standar

pelayanan

b. Tenaga terlatih

c. Peralatan

d. Ibu Hamil

e. Ruang periksa

h. Anamnesa

i. Pemeriksaan fisik

j. Diagnosis / deteksi

k. Pemberian obat

l. Penyuluhan/konseling

perdarahan, BBLR,dsb

m. Pengetahuan ibu

tentang kehamilan,

persalinan, dan

gizi.

n. Tidak terjadi

kelainan pada

Page 27: ikm penyuluhan

f. Kartu ibu/KMS

ibu hamil

g. Tablet Fe, dsb

kehamilan dan

persalinan

B. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

DAMPAK

- KESAKITAN

- UMUR HARAPAN HIDUP

- STATUS GIZI

- KEMATIAN

PROSES

P1

P2

P3

MUTUCAKUPAN HASIL

LINGKUNGAN

SIMPLE PROBLEM

INPUT

COMPLEX PROBLEM

Output outcome

Page 28: ikm penyuluhan
Page 29: ikm penyuluhan

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive

Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22,  New York: McGraw-

Hill, 2005 : 761-808

2. Mariam siti, Makalah pre-eklampsia, 14 april 2013, diakses tanggal 27 juni 20013

dari, http://sitimaryamhsb.makalah-pre-eklamsia.html

3. Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013 dari,

http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf

4. Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3,

Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo,  2005: 281-301