Pemeriksaan Palpasi Leopold

47
Pemeriksaan Palpasi Leopold POSTED ON 31 OKTOBER 2013 UPDATED ON 12 APRIL 2014 Oleh: Gita Kostania Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin. Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah: 1. Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya 2. Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di bawah kepala untuk kenyamanan 3. Menjaga privasi 4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan 5. Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat merangsang kontraksi rahim) 6. Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

description

cara pemeriksaan palpasi leopold

Transcript of Pemeriksaan Palpasi Leopold

Page 1: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Pemeriksaan Palpasi Leopold

POSTED ON 31 OKTOBER 2013 UPDATED ON 12 APRIL 2014

Oleh: Gita Kostania

Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.

Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah:

1. Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya2. Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di bawah

kepala untuk kenyamanan3. Menjaga privasi4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan5. Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat merangsang

kontraksi rahim)6. Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

Page 2: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Gambar 1: Pemeriksaan Palpasi Leopold 1 s.d. 4

A. Pemeriksaan Leopold I

Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

 

Gambar 2: Palpasi Leopold 1

Teknik:

Page 3: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu

Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.

Hasil:

Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti mudah digerakkan)

Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting

Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.

B. Pemeriksaan Leopold II

Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin.

Gambar 3: Palpasi Leopold 2

Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan

pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan

tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).

Hasil:

Page 4: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan

menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

C. Pemeriksaan Leopold III

Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).

Gambar 4: Palpasi Leopold 3

Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan

bawah perut ibu Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian

terbawah janin.

Hasil:

Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong

Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang, sudah tidak bias (seperti ada tahanan).

D. Pemeriksaan Leopold IV

Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.

Page 5: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Gambar 5: Palpasi Leopold 4

Teknik:

Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,

ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang

meraba dinding bawah uterus. Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak bertemu

(divergen) Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila

presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)

Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Hasil:

Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)

Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP)

Menentukan usia kehamilan :

Page 6: Pemeriksaan Palpasi Leopold

 

 

 

Gambar 6-7: Gambaran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Dikonversikan dengan Usia Kehamilan (UK)

Keterangan:

Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat

Page 7: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus

Xipoideus dan pusat Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus

Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

 

Daftar Tilik Pemeriksaan Palpasi Leopold: Daftar Tilik Px Leopold – Upload

 

Referensi:

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Rachmawati, I.N., Budiati, T., & Rahmawati, C. 2008. Panduan Praktikum Prosedur Pemeriksaan Fisik Antenatal. Depok: UI.

http://en.wikipedia.org/wiki/Leopold’s_maneuvers

http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452288&section=1.5.2

http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/maternal-child-health/how-to-perform-leopolds-maneuver/

Page 8: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Pemeriksaan Denyut Jantung Janin

Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan

janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu :

120-60x / menit Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut

jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:

a. Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/mnt

b. Takikardi ringan: antara 160-180x/mnt

c. Normal: antara 120-160x/mnt

d. Bradikardia ringan: antara 100-119x/mnt

e. Bradikardia sedang: antara 80-100x/mnt

f. Bradikardia berat: kurang dari 80x/mnt

Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan DJJ:

1. Stetoskop Laennec

Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin secara manual

oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu

Cara pemeriksaan menggunakan leanec:

a. Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang

b. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin

c. Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin

d. Hitung total detak jantung janin

e. Catat hasil dan beritahu hasil pada klien

2. USG

(Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan

gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz –

2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. 

a. skema cara kerja usg

1) Transduser

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa,

seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam

transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang

disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik

(gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut

menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan

dalam bentuk gambar.

2) Monitor Monitor yang digunakan dalam USG

3) Mesin USG

Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima

Page 9: Pemeriksaan Palpasi Leopold

dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat

komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC, USG merubah gelombang menjadi

gambar

b. cara pemeriksaan

Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a) Pervaginam

Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.

1. Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.

2. Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.

3. Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.

4. Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.

5. Tidak menyebabkan keguguran.

b) Perabdominan

1. Probe USG di atas perut.

2. Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.

3. Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus

rahim.

c. jenis pemeriksaan usg

1. USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik

sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar

yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat

dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena

gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live

3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi,

gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan

keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat

ini digunakan untuk menilai keadaan / kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini

meliputi:

a. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).

b. Tonus (gerak janin).

c. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).

Page 10: Pemeriksaan Palpasi Leopold

d. Doppler arteri umbilikalis.

e. Reaktivitas denyut jantung janin.

d. saat tepat pemeriksaan

Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:

1. Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada

usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran

janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.

2. Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12

minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh.

Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah

atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka,

detail jantung, detail kaki dan sebagainya. Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas

dasar indikasi yakni:

a) Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.

b) Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah

melintang, kepala turun, dan lainnya.

e. Manfaat

1. Trimester I

a) Memastikan hamil atau tidak.

b) Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.

c) Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.

d) Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan

sebagainya.

2. Trimester II:

a) Melakukan penapisan secara menyeluruh.

b) Menentukan lokasi plasenta.

c) Mengukur panjang serviks.

3. Trimester III:

a) Menilai kesejahteraan janin.

b) Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.

c) Melihat posisi janin dan tali pusat.

d) Menilai keadaan plasenta.

3. NST 

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan

≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut

jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan

maupun persalinan.

Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan /

Page 11: Pemeriksaan Palpasi Leopold

aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline),

variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin

(Fetal Activity Determination / FAD).

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi

menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu,

atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan

atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi

denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh

peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

a. Cara Melakukan Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan

sedativa.

b. Prosedur pelaksanaan :

1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri

2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3) Dipasang kardio dan tokodinamometer

4) Frekuensi jantung janin dicatat

5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi

6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien

diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya

pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)

8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual

c. Indikasi

Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta

f. Komplikasi

Hipertensi ortostatik

g. Cara Membaca

Pembacaan hasil :

a) Reaktif, bila :

1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit

2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit

3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit

4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin

dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian

5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain

diulang setiap minggu

Page 12: Pemeriksaan Palpasi Leopold

b) Tidak reaktif, bila :

1. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit

2. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit

3. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

4. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini

interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol,

penotiasid dan metildopa

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan NST diulang

keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi

(OCT)

c) Sinusoidal, bila :

1. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal

2. Tidak ada gerakan janin

3. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin

dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam.

Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi

belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

d) Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan

:

1. Bradikardi

2. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60

detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau

pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu

kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu

kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau

oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap

baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).

Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi

positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter

tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka

positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

4. Doppler

Fetal Doppler adalah alat dalam biomedik yang sering digunakan untuk mendeteksi detak

Page 13: Pemeriksaan Palpasi Leopold

jantung janin pada ibu hamil. Fetal Doppler menggunakan sensor Ultrasound dengan frekuensi 2

MHz untuk mendeteksi detak jantung janin berdasarkan prinsip doppler, yaitu memanfaatkan

prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan oleh sensor ultrasound. 

Cara pemeriksaan menggunakan Doppler:

Alat dan bahan

- Doppler

- Jelly

Langkah-langkah pemeriksaan

a. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

b. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan

c. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.

d. Hitung detak jantung janin :

i. Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-140 / menit.

ii. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin

e. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan bayi,

maka pasien diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke RS.

f. Pasien dipersilahkan bangun

g. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kart Ibu dan Buku KIA

(kuliah Obstetri Penerbis buku Kedokteran ECG)

http://subijakto25.blog.com/2010/11/14/usg-ultra-sonography/

http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/nst-dalam-kehamilan.html

http://puskesmas-oke.blogspot.com/2010/01/sop-pemeriksaan-denyut-jantung-janin.htmlDiposkan oleh RIAN TASALIM di 22.09 

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 3) OBSERVASI HIS

Erfan Syah | Jumat, 25 November 2011 | 0 komentar

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP 3)

OBSERVASI HIS

Page 14: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Nama mahasiswa        :

NIM                              :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI

1 2 3 4

A. Persiapan alat

1. Jam yang ada detikannyaBuku catatanAlat pelindung diri, sarung tanganB. Tahap pre-interaksi

2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien3. Siapkan alat-alat4. Cuci tangan

C. Tahap orientasi5. Berikan salam, panggil nama klien6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga

D. Tahap kerja7. Berikan klien kesemptan bertanya sebelum kegiatan dilakukan8. Siapkan lingkungan9. Alat didekatkan pada klien10. Pakai sarung tangan11. Atur posisi supine, buka pakaian yang menutupi perut klien12. Ambil jam13 Letakkan satu telapak tangan pada fundus uteri, tangan yang lain

memgang jam14. Pantau munculnya his dalam 10 menit

E. Tahap terminasi15. Evaluasi perasaan klien16. Simpulkan hasil kegiatan17. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya18. Bereskan alat-alat19. Cuci tangan

F. Dokumentasi20. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Page 15: Pemeriksaan Palpasi Leopold

VT (VAGINA TOUCHER)

Periksa dalam = VTAdalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang sanggama untuk mngetahui :

         Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum         Menetapkan titk awal suatu persalinan         Menetapkan ramalan perjalanan persalinan

Page 16: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Selanjutnya VT dilakukan berdasarkan indikasi, hal ini penting untuk mencegah timbulnya infeksi.

Indikasi VT         Bila ketuban pecah sebelum waktunya         Untuk mengevaluasi pembukaan cervik uteri         Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan         Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam

Kontra indikasi :         Pasien hamil dengan perdarahan pervagina         Adanya infeksi daerah genetalia

Hal-hal yang diperhatikan saat VT :1.      Pencegahan infeksia.       Terhadap diri sendiri         Pakai sarung tangan steril         Bidan/nakes kemungkinan besar terkena infeksi

b.      Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim         Lakukan vulva hygiene dengan benar         Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri         Masukkan jari tengah & jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan tidak boleh dikeluarkan

sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi

2.      Yang dicari saat VTa.       Perabaan cerviks         Lunak atau kaku         Pendataran (effecement)         Tebal tipisnya         Pembukaan         Kemana arah cerviksb.       Ketuban         Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam his         Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak sudah didasar panggul →

bisa dipecahkanc.      Bagian terendah anak & posisinya         Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun         Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-ubun kecil/besar         Penurunan sesuai dengan bidang Hodge         Apakah terdapat caput suksedaneum & seberapa besarnya

Page 17: Pemeriksaan Palpasi Leopold

         Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala : misal tangan/lengan menumbung, atau tali pusat

         Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya

2.      Periksa ukuran-ukuran dalam panggulKeadaan panggul diperkirakan normal bila :

Persalinan spontan bayi hidup, aterme

Primi gravida hamil 36 minggu kepala sudah masuk PAP

Ukuran-ukuran panggul yang diperhatikan :

Apakah promontorium teraba atau tidak dan bila teraba → KD?

Apakah linea inominata teraba sebagian atau seluruhnya

Apakah os sakrum konkaf

Bagaimana keadaan dinding samping panggul

Apakah spina ischiadika menonjol/tidak

Keadaan arcus pubis

Bagaimana keadaan dasar panggul

3.      Keadaan abnormal/patologis

Terdapat tumor atau terjai penyempitan vagina

Kekakuan cerviks → mengganggu pembukaan

Arah & panjang cerviks

Tumor yang menghalangi penurunan bagian terendah

Keadaan abnormal tulang panggul → deformitas jalan lahir

Pemeriksaan keadaan rongga panggul dengan periksa dalam1.      Menilai ukuran melintang dari PBP         Masukkan kedua jari pada liang sanggama, tekankan pada arcus pubis. Regangan 2 jari tadi

apakah masih dapat ditambah 1 jari lagi         Bila dapat → keadaan normal sudut lengkung kemaluan > 90◦

2.      Meraba promontoriumDicoba dengan 2 jari yang ada di liang sanggama, bila promontorium dapat dicapai → ada dugaan kesempitan panggulNormal : promontorium tidak tercapai

3.      Meraba linea inominataDiperiksa apakah linea inominata teraba seluruhnya. Bila ya maka dugaan panggul sempit

4.      Meraba tulang kelangkangDiperiksa cekungan tulang kelangkang dan apakah tulang tungging (koksigis) menonjol kedepan. Normal : tulang kelangkang cekung 2 arah → dari atas kebawah dan dari kiri ke kanan.

5.      Meraba ligamentum sakro spinosum

Page 18: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Diukur panjangnya ligamentum sakro spinosum. Normal : panjang 2 jari atau lebih, bila kurang 2 jari maka dugaan panggul sempit

6.      Meraba spina ischiadikaDiperiksa spina ischiadika menonjol. Jarak antara spina ischiadika memberi gambaran tentang keadaan panggul tengah.

7.      Mengukur conjugata diagonalis

Bila promontorium tercapai dengan jari yang berada di liang sanggama diukur conjugata diagonalis yaitu dari pinggir bawah symphisis sampai promontorium

Ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata vera → dengan mengurangi ukuran conjugata diagonalis – 1,5 cm. Normal conjugata diagonalis : 12,5 cm/lebih.

 by. pipin ^____^

 VAGINAL TOUCHER(PEMERIKSAAN DALAM)

Pengertian: Suatu tindakan untuk menilai pembukaan, penipisan servix, penurunan bagianterbawah janin. Ketuban, keadaan panggul, dan kelainan pada jalan lahir.Tujuan:1. Untuk menentukan pembukaan2. Untuk penipisan servix3. Untuk menilai penipisan servix4. Untuk menilai bagian terbawah janin5. Untuk menilai ketuban6. Untuk menilai keadaan panggul7. Untuk menilai kelainan jalan lahir.Indikasi :

Page 19: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Dalam kehamilanUmum: Apabila dari hasil pemeriksaan luar tidak jelasKhusus:Kehamilan mudaRiwayat obstetric buruk yang menunjukkan kemungkinan panggul sempit.Letak janin tidak jelasPrimigravida hamil 36 minggu, kepala janin belum masuk Pintu Atas PanggulDalam PersalinanUmum: Pemeriksaan luar idak jelasKhusus: Evaluasi kemajuan persalinanAkan melakukan tindakanKetuban pecahBagian terbawah janin belum masuk PAPIndikasi socialKontra indikasi:Infeksi pada daerah vulvaKecurigaan adanya plasenta previaSebelum pemberian protap MgSo4 pada pasien dengan Pre eklamsia/Eklamsi  Pecah ketuban pada usia kehamilan kurang dari 36mgPelaksanaan: Dilakukan dengan teknik aseptic1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu samalain)3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutanantiseptic. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untukmenghindarkan kontaminasi feses (tinja)5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rectum atau luka parut di perineum.6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginamatau mekonium.7. Dengan hati-hati pisahkan labius mayus, dengan jari manis dan ibu jari ( gunakansarung tangan periksa). Masukkan ( hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jaritengah.8. Nilai vagina ( ada tidaknya luka parut)9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.10. Nilai adanya bagian –bagian terkecil janin/ talip pusat11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telahmasuk ke dalam rongga panggul.12. Jika bagian terbawah janin adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,ubun-ubun besar, frontanella magna) dan sutura sagitalis untuk menilai derajatpenyusupan atau

Page 20: Pemeriksaan Palpasi Leopold

tumpang tindih tulang kepala dan apaka ada kesesuaian ukurankepala bayi dengan panggul ibu.13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari . Celupkan sarung tangankedalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan secaraterbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.

Page 21: Pemeriksaan Palpasi Leopold

LAMINARIA

DILATASI BERTAHAP

1.Tahap pertama : pasang gagang laminaria. Masukkan gagang laminaria 2-3 buah ke dalam

kanalis servikalis dengan ujung atas masuk dalam cavum uteri dan ujung bawah dalam vagina,

lalu masukkan tampon kasa dalam vagina. Sifat laminaria adalah hidroskopis yaitu perlahan

lahan menarik/menyerap air menjadi gembung sehingga membuka kanalis servicalis. Sebaiknya

dipasang jam 6-7 malam sehingga pagi sudah bias dikeluarkan (12 jam)

PROSEDUR PEMASANGAN OGT PADA NEONATUS1. Atur pasien dengan posisi supinasi2. Pasang handuk pada dada pasien, letakan tissue wajah3. Pasang perlak, pengalas disamping telinga pasien4. Bersihkan area sekitar mulut mengguanakan tissue5. Pasang stotoskop pada telinga6. Gunakan sarung tangan steril7. Ukur panjang selang yang akan dimasukan :Ukur jarak dari tepi mulut kedaun telinga bawah dan bawahprosesus xiphoideus sternum8. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur9. Memasukkan selang sepanjang mulut, Jika terasa agak tertahanputarlah selang dan jangan dipaksakan untuk masuk 10. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatanatau pasien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksaposisi selang di belakang tenggorokan/nasofaring denganmenggunakan tongue spatel dan senter11. Periksa letak selang dengan :a. Memasang spuit pada ujung OGT, memasang bagian diafragmastotoskop pada perut di kuadran kiri atas pasien (lambung)kemudian suntikan 2-4 cc udara bersama dengan auskultasiabdomenb. 

Page 22: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung12. Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan padahidung 13. Evaluasi setelah terpasang OGT STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR MEMASANG OGT (ORAL GASTRIC TUBE)

STANDAR OPERASIONAL PEROSEDURMEMASANG OGT (ORAL GASTRIC TUBE)

A.    PengertianMelakukan pemasanga selang dari rongga mulut sampai kelambung pada bayi atau anak

B.     Indikasi1.      Pasien dengan masalah salauran pencernaan atas (stenosis esoagus, tumor mulit atau faring

atau juga esofagus dll)2.      Pasien yang tidak mampu menelan3.      Pasien pasca operasi pada hidung faring atau esofagus

C.     Tujuan1.      Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan2.      Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung3.      Mengirigasi lambung karena perdarahan atau keracunan dalam lambung4.      Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau terauma5.      Mengambil spesemen dalam lambung untuk pemeriksaan laboratorium

D.    Persiapan alata.       Bak troli yang berisi :1.      OGT No 5 atau 8 (untuk anak yang lebih kecil)2.      Sudip lidah (tongue spatel)3.      Sepasang sarung tangan4.      Senter5.      Spuit ukuran 20-50 cc6.      Plester7.      Stotoskop8.      Handuk9.      Tissue10.  Bengkok

b.      Alat-alat yang dimasukan dalam bak instrumen steril :1.      Selang NGT2.      Sarung tangan steril3.      Spuit

E.     Persiapan perawat

Page 23: Pemeriksaan Palpasi Leopold

1.      Mencuci tangan (merujuk pada mencuci tangan yang baik dan benar)2.      Mempersiapkan alat3.      Membaca status pasien untuk memastikan instruksi4.      Alat-alat yang dimasukan dalam bak instrumen :a.       Selang OGTb.      Sarung tanganc.       Spuit OGT

F.      Persiapan pasien1.      Memberikan penjelasan mengenai tindakan, perosedur serta tujuan dari tindakan yang akan

dilakukan2.      Mengatur posisi pasie supkinasi

G.    Persiapan lingkungan1.      Menutup pintu atau ordien dan juga sampiran harus diperhatikan2.      Mengatur pencahayaan dei ruangan pasien dengan cukup

H.    Perosedir pelaksanaan1.      Mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar2.      Berikan salam teraupetik kepada pasien3.      Perkenalkan kembali nama perawat serta validasi identias pasien4.      Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuanya (termasuk rasa tidak nyaman yang

kemungkinan yang akan dialami pasien ketika tindakan berlangsung)5.      Atur pasien dengan posisi supkinasi6.      Pasang handuk pada dada pasien, letakan tissue wajah pada jangkauan pasien7.      Pasang perlak, pengalas dan bengkok disamping telinga pasien8.      Untuk menentukan insersi OGT minta pasien rileks dan bernafas normal9.      Bersihkan area sekitar mulut mengguanakan tissue10.  Pasang stotoskop pada telinga11.  Gunakan sarung tangan steril12.  Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan mengguanakan :a.       Metode Tradisional

Ukur jarak dari tepi mulut kedaun telinga bawah dan proksesus xiphoideus pada sternumb.      Metode Hanson

Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukan adalah pada pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional

13.  Beri tanda pada panjang selang yang suddah diukur14.  Masukan selang di mulut yang sudah ditentikan15.  Lanjutkan memasukan selang sepanjang mulut. Jika terasa agak tertahan putarlah selang dan

jangan dipaksakan untuk masuk16.  Lanjutkan memasang selang sampai memasukan nasofaring. Setelah melewati nasofaring (3-4

cm) kalau perlu anjurkan pasien untuk menekuk dan menelan. Jika perlu berikan sedikit air minum

17.  Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakang tenggorokan  dengan menggunakan tongue spatel dan senter

Page 24: Pemeriksaan Palpasi Leopold

18.  Jika telah selesai memasang OGT, sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan pasien untuk bernafas normal dan rileks

19.  Mperiksa letak selang dengan :a.       memasang spuit pada ujung OGT, memasang bagian diafragma stotoskop pada perut

dikuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikan 5-10 cc udara bersama dengan auskultasi abdomen

b.      aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung20.  Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari  penekanan pada hidung dengan cara :a.       Potong 5 cm pelester, belah menjadi 2 sepanjang 2,5 cm pada salah satu ujungnya. Memasang

ujung yang tidak dibelah pada batang hidung pasien dan silangkan plester pada selang yang keluar dari hidung

b.      Tempelkan ujung selang OGT pada baju pasien dengan memasang plester pada ujung dan penitikan pada baju pasien

21.  Evaluasi setelah terpasang OGT22.  Rapikan alat-alat23.  Cuci tangan24.  Dokumentasi hasil tindakan pada catatan perawat :

Page 25: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Tehnik Memasang NGT pada Anak

0.00 / 5 5 1 / 5 2 / 5 3 / 5 4 / 5 5 / 5

0 votes, 0.00 avg. rating (0% score)MEMASANG NGT

Alat dan Bahan

-          Selang: disesuaikan dengan ukuran anak dan viskositas larutan yang diberikan.

-          Wadah untuk cairan: untuk jumlah kecil 10-30 ml spuit barel atau asepto untuk yang lebih besar spuit 50 ml dengan ujung kateter.

-          Spuit: digunakan untuk aspirasi isi lambung atau menginjeksikan udara setelah selang dipasang.

-          Air/ pelumas: digunakan untuk melumasi selang.

-          Plester: digunakan untuk melekatkan selang pada pipi bayi atau anak.

-          Stetoskop: digunakan untuk membantu dalam menentukan pemasangan yang tepat dalam lambung.

-          Larutan untuk pemberian makanan.

 

Prosedur Pemasangan NGT1. Tempatkan anak pada posisi telentang dengan kepala sedikit hiperfleksi atau dalam posisi

bersin (hidung menghadap kelangit-langit).2. Ukur selang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan plester

kecil.3. Masukkan selang yang telah dilumasi dengan air atau pelumas melalui mulut atau salah

satu lubang hidung sampai tanda yang telah ditentukan sebelumnya:

-          Jika menggunakan hidung, masukkan selang disepanjang dasar hidung dan arahkan lurus kebelakang oksiput.

-          Jika memasukkan selang melalui mulut arahkan selang ke arah belakang tenggorok.

-          Jika anak mampu menelan sesuai perintah , sesuaikan pemasukan selang dengan penelanan.

1. Periksa posisi selang dengan menggunakan cara:

-          hubungkan selang dengan spuit dan beri tekanan negatif, lakukan aspirasi, jika mengandung isi lambung maka menunjukkan penempatan yang tepat, tapi jika mengandung sekresi pernafasan maka penempatan salah.

-          Dengan spuit injeksikan sedikit udara (0,5 sampai 1 ml untuk premature, dan 5 ml untuk anak yang lebih besar) ke dalam selang sambil bersamaan mendengarkan dengan stetoskop diatas area lambung. Bunyi gemuruh akan terdengar bila selang berada tepat didalam lambung.

Page 26: Pemeriksaan Palpasi Leopold

1. Stabilkan selang dengan menahan atau memplesternya pada pipi bayi, untuk mempertahankan letak yang tepat ukur dan catat jumlah panjang selang yang dimasukkan dari hidung atau mulut atau lubang bagian distal saat selang dipasang untuk pertama kali.

 

II.MEMBERI MAKAN LEWAT NGT

Tujuan pemberian makan melalui Nasogastrik Tube adalah untuk menyuplai pemberian makan gastrointestinal untuk anak yang tak mampu makan melalui mulut karena anomali tenggorok atau esophagus, kerusakan kapasitas menelan, kelemahan berat, gawat nafas atau tak sadar.

 

Prosedur Pemberian Makan Melalui NGT1. Jika mungkin gendong bayi dan anak kecil selam pemberian makan untuk memberikan

kenyamanan kontak fisik selama prosedur. Jika tak mungkin tempatkan bayi atau anak pada posisi telentang atau sedikit miring.

2. Hangatkan formula pada suhu ruangan, tuangkan formula kedalam barel spuit yang dihubungkan dengan selang pemberian makan. Untuk memulai aliran, berikan dorongan lembut dengan plunger, tapi kemudian lepaskan plunger dan biarkan cairan mengalir kedalam lambung sesuai gravitasi. Kecepatan ditentukan oleh diameter selang dan tinggi wadah penampung makanan dan diatur oleh pengaturan tinggi spuit, pemberian makan biasanya diselesaikan dalam 15-30 menit.

3. Bilas selang dengan air steril (1 atau 2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml untuk selang lebih besar)

4. Tutup atau klem selang indwelling untuk mencegah hilangnya makanan. Ketika selang dilepaskan, pertama pijat selang dengan kuat untuk mencegah keluarnya cairan saat selang ditarik.

5. Tempatkan anak pada posisi miring ke kanan atau tengkurap selama sedikitnya 1 jam untuk meminimalkan kemungkinan regurgitasi dan aspirasi. Bila mungkin, sendawakan anak setelah pemberian makan.

6. Diantara pemberian makan, berikan empeng pada bayi untuk memuaskan kebutuhan oral.

 

III.PEMASANGAN INFUS Terapi intravena diberikan pada bayi dan anak dengan tujuan:

a)      Untuk penggantian cairan.

b)      Untuk pemeliharaan cairan.

c)      Untuk rute pemberian obat atau substansi terapeutik lain (misal: darah, produk darah, imunoglobulin)

Karakteristik set pemberian pediatrik:

a)      Kalibrasi volume dan ruang kontrol dengan kapasitas terbatas dan mekanisme pemotongan otomatis.

b)      Ruang tetes dengan pemberian tetes mikro 60 tetes/ menit atau 60 cc/ jam.

c)      Ukuran kecil (23-25 G) dengan jarum kupu-kupu (bersayap) kateter plastik fleksibel diatas jarum (22-24 G) atau selang polietilaen melalui prosedur pemotongan pembedahan.

Page 27: Pemeriksaan Palpasi Leopold

d)     Untuk pemberian jangka panjang, alat infus intermiten (adapter PRN atau perifer), kateter garis tengah, kateter sentral yang dipasang secara perifer, kateter vena sentral atau lubang yang diimplantasi.

Area injeksi pada terapi intravena:

a)      Vena superfisial pada tangan, kaki, atau lengan.

b)      Vena kulit kepala. Hal yang perlu diwaspadai:

a)      Kelebihan pemberian tekanan.

b)      Laju tetesan lebih cepat dari pada yang dapat diakomodasi oleh vena.

c)      Jarum keluar dari vena.

d)     Alat menginfuskan cairan dengan jumlah yang tak tepat.

e)      Kaji laju tetesan dengan mengkaji jumlah cairan yang masuk dalam waktu yang sudah ditentukan.

f)       Hitung laju tetesan.

Alat-alat dan cairan IV:

a)      Cairan IV sesuai dengan yang diperlukan.

b)      Set infus.

c)      Standart infus.

d)     Sarung tangan.

e)      Abbocath (sesuai dengan usia bayi atau anak).

f)       Kapas alcohol.

g)      Kasa steril.

h)      Tourniquet.

i)        Gunting, plester.

j)        Bengkok.

k)      Spalk dan perban bila perlu.

Prosedur pamasangan infus:

a)      Mempersiapkan alat dan mengecek bungkus/ botol cairan, warna cairan dan tanggal kadaluarsa.

b)      Kunci atau klem selang infus.

Sambungkan selang dengan cairan infus dan gantung botol infus. Isi “chamber” dengan cairan infus 1/3-1/2 bagian dan alirkan cairan sampai keujung selang.

c)      Matikan aliran pada selang dan lindungi ujungnya dengan jarum untuk mencegah kontaminasi.

d)     Memilih dan mengkaji kondisi vena anak.

e)      Memposisikan bayi atau anak pada posisi yang nyaman dan mempermudah insersi.

f)       Menyiapkan tempat penusukan.

Pasang tourniquet kurang lebih 5 cm diatas vena sampai vena terlihat.

Page 28: Pemeriksaan Palpasi Leopold

g)      Pasang sarung tangan dan bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol.

h)      Buka jarum dan pegang dengan tangan dominan, insersi jarum dengan sudut 15-45 derajat. Tahan vena yang akan ditusuk dibawah tempat penusukan dengan tangan dominan. Menusukkan jarum perlahan-lahan.

i)        Bila sudah masuk kedalam vena, tarik jarum sampai keluar darah kemudian masukkan sisa kanul perlahan sampai pangkal.

j)        Memfiksasi kateter IV dengan satu tangan dan buka tourniquet lalu lepas jarum.

k)      Hubungkan selang infus dengan kateter yang masuk vena dan membuka selang infus.

l)        Mulai menjalankan dan pastikan infus mengalir dengan baik.

m)    Letakkan kassa diatas area tusukan dan fiksasi dengan plester.

n)      Hitung tetesan infus dan sesuaikan dengan program.

 

 

 

 

IV.TEKNIK INJEKSIb)     Area Injeksi Intramuskular Pada Anak

Area vastus lateralis-          Lokasi

Palpasi untuk menemukan trokhanter mayor dan sendi lutut; bagi jarak vertical di antara dua tanda ini kedalam tiga bagian; injeksikan ke dalam di bagian sepertiga tengah.

-          Insersi jarum dan ukuran

Memasukkan jarum pada sudut 45 derajat di antara spuit dan paha atas pada bayi dan anak kecil, atau jarum tegak lurus terhadap paha atau sedikit menyudut terhadap paha lateral 22 sampai 25G, 1,5 sampai 2,5 cm.

-          Keuntungan

Otot yang besar dan berkembang baik dapat mentoleransi cairan dalam jumlah yang lebih besar (0,5 ml [bayi] sampai 2,0 ml [anak]).

Tidak saraf atau pembuluh darah yang penting diarea ini mudah dijangkau bila anak berada pada posisi telentang.

Bila tourniquet dapat digunakan di atas area injeksi untuk memperlambat reaksi hipersensitivitas obat.

-          Kerugian

Trombosis arteri femoralis dari injeksi dari area tengah paha.

Kerusakan saraf skiatik karena jarum panjang yang diinjeksikan secara posterior dan medial kedalam ekstermitas kecil.

Area ventrogluteal-          Lokasi

Palpasi untuk mencari lokasi trokhanter mayor, tuberkel iliaka superior anterior (ditemukan dengan memfleksikan paha pada pinggul dan ukur ke atas 1-2 cm di atas lipatan yang terbentuk

Page 29: Pemeriksaan Palpasi Leopold

di pangkal paha),dan puncak iliaka posterior; tempatkan telapak tangan diatas trokhanter mayor, jari telunjuk di atas tuberkel iliaka superior anterior, dan jari tengah secara posterior di sepanjang puncak ilium sejauh mungkin; injeksikan ke dalam bagian tengah bentuk V yang dibentuk oleh jari.

-          Insersi dan ukuran jarum

Masukkan jarum tegak lurus di area injeksi tetapi membentuk sudut sedikit ke arah trokhanter mayor 22 sampai 25 G, 1,25 sampai 2,5 cm.

-          Keuntungan

Bebas dari saraf dan struktur vaskular yang penting.

Mudah diidentifikasi melalui tonjolan tulang .

Dapat mengakomodasi cairan dengan jumlah yang lebih besar (0,5 ml [bayi] sampai 2,0 ml [anak])

Mudah diakses jika anak berada pada posisi telentang, telungkup atau miring.

Kurang menimbulkan nyeri dibandingkan vastus lateralis.

-          Kerugian

Professional kesehatan kurang mengenali sisi ini.

Tidak sesuai untuk penggunaan tourniquet.

 

Area dorsogluteal-          Lokasi

Tentukan trokhanter mayor dan spina iliaka superior posterior, tarik garis imajiner diantara kedua titik ini dan injeksikan bagian lateral dan superior dari garis kedalam otot gluteus maksimus atau medius.

-          Insersi dan ukuran jarum

Masukkan jarum tegak lurus terhadap permukaan dimana anak berbaring telungkup 20 sampai 25 G, 1,25 sampai 3,75 cm.

-          Keuntungan

Pada anak yang lebih besar, massa otot lebih besar; otot yang berkembang baik dapat mentoleransi volume cairan yang lebih basar (sampai 2 ml).

Anak tidak melihat jarum dan spuit.

Mudah diakses bila anak telungkup ataiu miring.

-          Kerugian

Dikontraindikasikan pada anak yang belum berjalan pada sedikitnya usia 1 tahun

Bahaya cidera pada saraf skiatik.

Area deltoid-          Lokasi

Tentukan lokasi prosesus akromion, injeksikan hanya kedalam sepertiga atas otot yang dimulai sekitar dua ruas jari di bawah akromion.

-          Insersi dan ukuran jarum

Page 30: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Masukkan jarum tegak lurus ke arah area sudut sedikit membentuk sudut ke arah siku22 sampai 25 G, 1.25 sampai 2,5 cm.

-          Keuntungan

Absorbsi lebih cepat daripada diarea gluteal

Tourniquet dapat digunakan diatas area injeksi

Mudah diakses dengan hanya sedikit membuka pakaian

Kurang begitu menimbulkan nyeri dan efek samping local lebih sedikit dari vaksin dibandingkan dengan vastus lateralis.

-          Kerugian

Massa otot kecil; obat yang diinjeksikan hanya boleh dalam jumlah sedikit (0,5 sampai 1,0 ml)

Batas keamanan kecil dengan kemungkinan kerusakan pada saraf radialis dan saraf aksilaris (tidak terlihat, berada di bawah deltoid pada pangkal humerus).

 

c)      Intradermal Dan Subcutan

Tempat manapun dapat digunakan asalkan ujung-ujung saraf sensori yang ada relatif sedikit, dan pembuluh arah besar serta tualng relatif dalam; anjurkan untuk melakukan injeksi diarea-area di bawah ini:

Sepertiga tengah aspek lateral lengan atas

Abdomen

Sepertiga tengah paha anterior

(hindari sisi medial lengan atau kaki di mana kulit lebih sensitif)

 

-          Insersi dan ukuran jarumGunakan jarum ukuran 27-30 G; ganti jarum sebelum pungsi kulit bila jarum menembus karet pada vial.

Injeksikan sedikit volume cairan (sampai 0,5 ml).

Siapkan area untuk pungsi dengan agens bakteriostatik.

-          Pemberian per subkutanCubit lipatan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Dengan menggunakan gerakan seperti memainkan dart, tusukkan jarum pada sudut 90 derajat ( beberapa praktisi menggunakan sudut 45 derajat pada anak dengan jaringan subkutan yang sedikit atau pada anak yang dehidrasi).

Aspirasi adanya darah.

Injeksikan obat dengan perlahan tanpa melakukan tracking melalui jaringan.

-          Pemberian per intradermalRegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk jika perlu untuk memudahkan penetrasi.Tusukkan jarum dengan bevel menghadap keatas dan sejajar dengan kulit.

Aspirasi adanya darah.

Injeksikan obat dengan perlahan.

Page 31: Pemeriksaan Palpasi Leopold

 

d)     Intravena

-          Siapkan alat-alat yang diperlukan.

-          Pertahankan asepsis ketat dan kewaspadaan umum.

-          Siapkan area pungsi dengan agens bakteriostatik.

-          Untuk menetapkan akses vena:

Pasang tourniquet; tourniquet pilihan untuk neonatus adalah pita karet.

Lihat atau palpasi vena.

Masukkan jarum dengan bevel menghadap keatas; sedikit letupan dapat dirasakan pada saat memasuki vena anak; pada bayi kecil dan praterm hal ini tidak terjadi.

Lepaskan tournuquet, bila digunakan.

-          Taik jarum dari alat atau area penusukan.

-          Berikan tekanan kuat pada kasa steril kering atau kapas yang diletakkan di area ini.

-          Buang spuit dan lepaskan penutupnya, buang jarum yang tidak dipotong dibuang kedalam wadah yang tahan tusukan yang diletakkan didekat tempat pelaksanaan prosedur.

 

V.MEMASANG OKSIGEN

Terapi ini mencakup penggunaan masker, hood, hut, kanula nasal, face  oksigen tent. Metode dipilih berdasarkan pada:

Konsentrasi oksigen inspirasi yang diperlukan. Kemampuan anak untuk bekerja sama sesuai kemampuanya menggunakan alat.

Konsentrasi diatur sesuai kebutuhan anak (biasanya 40-50 % atau 4-6 liter aliran).

 

 

1. a.      Alat

-          Nasal kanul, face mask, sesuai ukuran

-          Central oksigen dengan flow meter

-          Humidifier dengan cairan steril

-          Kasa

-          Plester

-          Bengkok

-          Hand scond

1. b.      Prosedur pemasangan oksigen

-          Kaji kebutuhan terapi oksigen

-          Atur posisi bayi atau anak.

-          Cuci tangan dan gunakan sarung tangan

-          Bersihkan rongga hidung bila terdapat secret

Page 32: Pemeriksaan Palpasi Leopold

-          Sambungkan selang kecentral oksigen, lalu cek apakah oksigan dapat mengalir dan terdapat gelembung pada humidifier.

-          Letakkan face mask atau nasal kanul pada hidung bayi atau anak.

-          Alirkan oksigen sesuai petunjuk pemberian.

-          Evaluasi  keadaan bayi atau anak.

Apr

SOP / PROTAP Rujukan Neonatus Dengan AsfiksiaSOP Rujukan Neonatus Dengan Asfiksia1. NAMA PEKERJAANRujukan Neonatus Dengan Asfiksia2. TUJUANSebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksiaia3. RUANG LINGKUPSemua Neonatus dengan Aspexia yang akan dirujuk4. KETERAMPILAN PETUGASDokter dan Bidan yang akan merujuk Neonatus dengan Asfiksia5. ALAT DAN BAHAN5.1. Alat.5.1.1. Selimut hangat/tebal yang bersih/popok serta kain penyeka muka.5.1.2. Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.0 untuk bayi kurang bulan5.1.3. Penghisap lendir.slym dan penekan lidah : 1 set5.1.4. Meja kering, bersih dan hangat5.1.5. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set5.1.6. Timer ( jam tangan yang ada detiknya )5.2. Bahan.5.2.1. Oxygen, ventilasi dengan oxygen6. INSTRUKSI KERJANeonatus yang mengalami asfiksia memerlukan penangan khusus oleh dokter, selamaproses merujuk petugas perlu melakukan tindakan sbb:6.1. Penanganan Umum.6.1.1. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan kain yang hangatyang kering.6.1.2. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat6.1.3. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah radiant – heater ) untukresusitasi6.1.4. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan

Page 33: Pemeriksaan Palpasi Leopold

dan resusitasi6.2. Resusitasi.Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan .Indikator terpenting bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayilahir.6.3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi sebagai berikut :Posisi bayi :6.3.1. Terlentang6.3.2. Kepala lurus dan sedikit terngadah / ekstensi ( posisi mencium bau )6.3.3. Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada6.3.4. Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu hidung, jika terdapat darah/meconium dimulut atau hidung, hisap segera untuk menghindari aspirasi.Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam ditenggorokan, karena dapatmengakibatkan turunnya rekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhentibernafas.6.3.5. Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.6.3.6. Nilai kembali keadaan bayi :- Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan awal bayibaru lahir.- Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.6.4. Ventilasi bayi baru lahir.6.4.1. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )6.4.2. Posisi sungkup dan cek perlekatannya6.4.3. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung6.4.4. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah6.4.5. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya balon.6.5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada. Pertahankanfrekuensi ( sekitar 40 x / menit ) dan tekanan ( amati dada mudah naik dan turun ).6.5.1. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.6.5.2. Jika dada tidak naik :Cek kembali dan koreksi posisi bayiReposisi sungkup untuk pelekatan lebih baikRemas balon lebih kuat untuk mukus, darah / mekonium6.6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas spontan6.6.1. Jika pernafasan normal ( frekwensi 30 – 60 x / menit ), tidak ada tarikan dindingdada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkandengan asuhan awal bayi baru lahir.6.6.2. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafasspontan terjadi.6.7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit setelahtangis berhenti.6.7.1. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan dindingdada dan suara merintih dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkandengan asuhan awal bayi baru lahir.6.7.2. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.6.7.3. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen, jika tersedia,

Page 34: Pemeriksaan Palpasi Leopold

rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yangh dituju.6.8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi :6.8.1. Rujuk ke pelayanan yang dituju.6.8.2. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.6.9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah 20 menitventilasi, hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis kepada keluarga.7. INDIKATOR KERJANeonatus yang mengalami asfiksia mendapat penangan yang sesuai protab8. DOKUMEN TERKAIT8.1. Kartu Anak8.2. Surat rujukan8.3. Buku Rujukan8.4. Buku KIA

Langkah Menyusui yang BenarRubrik: Kesehatan, Pendidikan Anak | Oleh: dr. Elvira Rosana - 26/11/13 | 12:41 | 22 Muharram 1435 H

Belum ada komentar 15.614 Hits

Page 35: Pemeriksaan Palpasi Leopold

Ilustrasi. (McKesson Health Solutions LLC.)dakwatuna.com – Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh…Tulisan ini hanya ditujukan untuk sharing kepada ibu-ibu terutama ibu muda yang sedang menyusui serta calon ibu yang insya Allah akan menyusui anaknya kelak.“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…” (Al-Baqarah: 233).Sama halnya dengan suatu pekerjaan yang lain, menyusui suatu pekerjaan yang mulia yang dihitung setiap isapan dan tetesannya sebagai pahala, mempunyai teknik agar apa yang kita harapkan itu tercapai (anak dan ibu mendapat manfaatnya).Berikut langkah menyusui yang benar yang disadur dari buku “Manajemen Laktasi”.Langkah-langkah menyusui yang benar:

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola (daerah hitam payudara). Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.o Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar

kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.o Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi

terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi di tahan dengan telapak tangan ibu.

o Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.o Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan

kepala bayi).o Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

Page 36: Pemeriksaan Palpasi Leopold

o Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain memotong di bawah. Jangan

menekan puting susu atau aerolanya saja.4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara :o Menyentuh pipi dengan puting susu atau,o Menyentuh sisi mulut bayi.5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan

puting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi.o Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada

di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah aerola.

o Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.Setelah tahu langkahnya dan sudah dipraktekkan maka kita harus menilai apakah yang sudah kita lakukan itu benar dan berhasil. Jika menyusui dengan teknik tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.Berikut Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar

1. Bayi tampak tenang,2. Badan bayi menempel pada perut ibu,3. Mulut bayi terbuka lebar,4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu,5. Sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bagian bawah lebih banyak yang

masuk,6. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan,7. Puting susu ibu tidak terasa nyeri,8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus,9. Kepala agak menengadah,

Apabila terasa satu payudara sudah kosong maka sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Untuk Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.Tidak lupa juga selesai menyusui kita harus menyedawakan bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelahnya. Cara menyedawakan bayi:

1. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,

2. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, Kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.Demikian sedikit sharing, semoga bermanfaat. Semangat memberikan yang terbaik untuk buah hati.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/11/26/42723/langkah-menyusui-yang-benar/

#ixzz37iIqirj2 

Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook