BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c....

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditunjukan untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2010). Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Hastuti, 2007). Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari gastritis adalah konsumsi obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol yang berlebihan, terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobacteri pillory, dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c....

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan ditunjukan untuk mencapai Indonesia sehat,

yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat,

berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan

kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes

RI, 2010).

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya

mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang

menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan

nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi,

kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan

cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga

banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat

menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan

kematian (Hastuti, 2007).

Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari gastritis adalah konsumsi

obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol yang berlebihan,

terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobacteri pillory,

dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual

dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

2

Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung

semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-luka (ulkus) yang

dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran

cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan

anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan

dapat menimbulkan kanker lambung (suratun, 2010). Banyaknya faktor yang

dapat menyebabakan gastrtitis membuat angka kejadian gastritis juga

meningkat. Budiana (2012), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar di

seluruh dunia dan bahlan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar orang.

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap

beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian

gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada

35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis

yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2%

yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar

4,1% dan bersifat asimptomatik.

Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun

gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.

Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang

banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian

gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

3

kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala

gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa

meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006).

Gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak

pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus

(4,9%) (Depkes, 2012). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa

penduduk.Didapatkan data bahwa di kotaSurabaya angka kejadian Gastritis

sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian

infeksi cukup tinggi sebesar 79,6% (Riskesdas, 2013).

Di Sulawesi Tenggara tahun 2016, angka kejadian penyakit gastritis

sebanyak 41.899 kasus (Dinkes Sultra, 2013). Berdasarkan laporan RSUD

Kabupaten Buton menunjukkan bahwa angka kejadian gastritis pada tahun

2016 (Rawat Inap 26, Rawat Jalan 147 kasus, Tahun 2017 (Rawat Inap 4

Rawat Jalan 134 kasus, Tahun 2018 (Rawat Inap 6, Rawat Jalan 18 kasus)

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik

melakukan studi kasus gangguan sistem pencernaan dengan penyakit gastritis

yang dtuangkan dalam judul “Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem

pencernaan Gastritisdi Ruang interna RSUD Pasarwajo

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn.F dengan gangguan

sistem pencernaan Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan

Gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian gangguan sistem pencernaan gastritis di Ruang

interna Rumah Sakit Pasarwajo

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada gangguan sistem pencernaan

gastritis di Ruang interna Rumah Sakit Pasarwajo.

c. Merumuskan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem

pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.

d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem

pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.

e. Melakukakan evaluasi asuhan keperawatan dengan gangguan sistem

pencernaan gastritis di Ruanginterna Rumah sakit pasarwajo.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Dapat dijadikan sebagai pengembangan pengetahuan peneliti

sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku

perkuliahan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat/ Klien

Menambah pengetahuan dan keterampilan klien dan keluarga

mengenai perawatan kesehatan dengan penyakit gastritis.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk

institusi pendidikan dan sebagai referensi Perpustakaan Poltekkes

Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai

bahan bacaan dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.

c. Bagi Peneliti

Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan

“Asuhan Keperawatan dengan kasus gangguan sistem pencernaan

gastritis di RSUD Pasarwajo.

E. Metode Dan Teknik Penelitian

Studi kasus ini dilakukan dengan kasus gangguan Sistem Pencernaan

Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo pada tanggal12 – 15 februari

2019 Teknik pengumpulan data pada studi kasus dengan gangguan sistem

pencernaan gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo dilakukan dengan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan

dengan karya tulis ini.

b. Studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

6

penyusunan rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana

tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan

beberapa cara antara lain :

a. Observasi dengan mengadakan pengamatan langsung pada klien

dengan cara melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan

perkembangan dan keadaan klien.

b. Wawancara dengan mengadakan pengamatan langsung.

c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui;

Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

d. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dan medical record hasil

pemeriksaan di RSUD .

F. Teknik Penulisan

Tekink penulisan disusun secara sistematis sebagai berikut:

a. BAB I: Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan

teknik penulisan.

b. BAB II: Tinjuan teoritis yang mencakup konsep dasar gastritis

c. BAB III: Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang

meliputi pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

d. BAB IV: Pembahasan kasus

e. BAB V: Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran serta diakhiri

dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

7

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Gastritis

1. Definisi Gastritis

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan it is

yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis atau yang secara umum

dikenal dengan sakit “maag” atau sakit ulu hati adalah peradangan

dinding lambung terutama pada selaput dinding lambung (Gustin,2011).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung.Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa

lambung sampai terlepasnya epital mukosa superficial yang menjadi

penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan

epitel akan merangsang timbulnya proses imflamasi pada lambung

(Sukarmin 2012).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan

submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme proektif mukosa

dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis adalah proses

inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi

dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah

tersebut (Suryono,2011).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

8

Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu:

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.

2. Gastritis Kronik

Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang bersifat menahun.Gastritis kronik dikasifikasikan dengan tiga

perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik, dan gastritis

hipertrofik.

a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta

perdarahan dan erosi mukosa

b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan

mukosa. Pada perembangannya dihubungkan dengan ulkus dan

kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

karakterisitik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya modul-

nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan

hemoragik.

2. Etiologi

a. Gastritis akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti

merokok,jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi,

alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

9

empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011). Faktor-

faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti

whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan

mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding

lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi

normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2017).

Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri

H.Pylori, namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti

H.heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus

species,Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary

syphilis (Anderson, 2017). Gastritis juga dapat disebabkan oleh

infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti

Candidiasis,Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk

penyebab dari gastritis (Feldman,2011).

Penyebab gastritis akut adalah stres fisik dan makanan,

minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan

saraf pusat dan refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh

penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga

menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel

lambung (Wibowo, 2017).

b. Gastritis kronik

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

10

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum

diketahui,tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa

meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi

(Muttaqin, 2011).

a. Gastritis infeksi

b. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter

pylorimerupakan penyebab utama dari gastritis kronik. Infeksi

Helicobacter pylori sering terjadi pada masakanak-kanak dan

dapat bertahan seumur hidup jika tidakdilakukan perawatan.

Saat ini Infeksi Helicobacter pyloridiketahui sebagai penyebab

tersering terjadinya gastritis. Infeksi lain yangdapat

menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacterheilmannii,

Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus

(Wehbi, 2010).

c. Gastritis non-infeksi

1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistemkekebalan

tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalamdinding

lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dansecara bertahap

menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar

penghasil asam lambungdan mengganggu produksi faktor

intrinsik yaitu sebuah zatyang membantu tubuh mengabsorbsi

vitamin B-12.Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat

mengakibatkanpernicious anemia, sebuah kondisi serius yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

11

jika tidakdirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam

tubuh.Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang

tua (Jackson, 2016).

2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi

reflukgaram empedu kronis dan kontak dengan OAINS

atauAspirin (Mukherjee, 2009).

3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis

yangmenyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada

mukosalambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-

obatan(Wehbi, 2008).

4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang

berhubungandengan berbagai penyakit, meliputi penyakit

Crohn,Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan

kokain,Isolated granulomatous gastritis, penyakit

granulomatuskronik pada masa anak-anak, Eosinophilic

granuloma,Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma

cellgranulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis,

dangranulomas yang berhubungan dengan kanker

lambung(Wibowo,2007).

5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenousgastritis

dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2014).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

12

3. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila

terdapat ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor

pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan

faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor

ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim

pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif,

OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau

faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni

elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2013).

Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah

berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang

fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen.

Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas

pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion

untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel. Lapisan

pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit. Komponen

terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang

adekuat (Pangestu, 2013). Endotoksin bakteri setelah menelan

makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen

pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap sebagai

penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel

lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

13

meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat,

misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid,

steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga

diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol

diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum

secara terpisah (Price dan Wilson, 2015).

a) Gejala klinis

Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut

dangastritis kronik (Mansjoer, 2014)

1. Gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual,

kembung,muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering

muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa

hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda

anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis

lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau

bahan kimia tertentu.

2. Gastritis kronik

Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan

gejala apapun (Jackson, 2016). Hanya sebagian kecil mengeluh

nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik

tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

14

secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang

tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa

penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.

4. Diagnosis

Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering

dihubungkandengan gastritis yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu

hati disertaimual dan muntah. Keluhan tersebut tidak bisa digunakan

sebagaiindikator dalam evaluasi keberhasilan terapi dari

gastritis.Pemeriksaan fisik juga tidak memberikan informasi yang

dibutuhkandalam menegakkan diagnosis gastritis (Hirlan, 2009).

Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan endoskopi

danhistopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan secara sistematis

yangmengharuskan menampilkan topografi. Gambaran endoskopi

yangditemukan adalah eritema, eksudatif, flat erosison, raised

erosion,perdarahan, edematous rugae. Perubahan histopatologi

selainmenggambarkan perubahan morfologi, sering juga

menggambarkanproses yang mendasari misalnya autoimun, atau

respon adaptifmukosa lambung. Perubahan yang terjadi yaitu

degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel

mononuklear,folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hiperplasia

sel endokrin,dan kerusakan sel epitel. Pemeriksaan histopatologi juga

menyertakanpemeriksaan Helicobacter pylori (Hirlan, 2009).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

15

5. Komplikasi

Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut

dangastritis kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan

saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena.

Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik. Gastritis kronik

komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,

perforasi dan anemia (Mansjoer, 2014).

6. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:

a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan

hemoragi.

b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,

kelesuan,mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.

c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi

tidakdimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun

nafsumungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer,

2011)

2. Gastritis Kronis

Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik

kecualiuntuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

16

pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu

hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan

muntah.

7. Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

b. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

c. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit

diberikanintravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan

sampaigejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah

diobati denganantasida dan istirahat.

d. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat

pembentukanasam lambung dan kemudian menurunkan iritasi

lambung.

e. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung

dengancara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam

danpepsin yang menyebabkan iritasi.

f. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan

perforasi,Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi

pilorus.(Dermawan, 2010)

2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis kronisdiatasi dengan menginstruksikan pasien

untukmenghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

17

Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur

yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila

gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau

alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen

penyebab.

a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal

:alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan

juslemon encer atau cuka encer.

b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karenabahaya

perforasi.terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,

antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin

diperlukan.

Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat

gangreneatau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi

lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis

kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,

mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi

dengan antibiotic( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu (

pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami

malabsorbsi vitamin B12yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap

faktor instrinsik (Smeltzer, 2011)

3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

18

a. Tirah baring

b. Mengurangi stress

c. Diet

8. Pathway

Gambar 2.1 Pathway Gatritis

B. Konsep Asuhan keperawatan Gastritis

1. Fokus Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

19

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2008). Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk

dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan

berlangsung.

a. Identitas

1) Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,

agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian diagnose medis, status dan alamat.

2) Identitas keluarga/penanggung jawab meliputi: nama, umur,

alamat, pendidkan, pekerjaan, hubungan dengan klien

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji status atau

masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta keluarga, kemudian

dapat menggunakan pola PQRST dalam mengumpulkan data yang

lebih lengkap tentang setiap keluhan pasien.

1) Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh

klien sangat mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium.

2) Riwayat kesehatan utama merupakan pengembangan dari

keluhan utama yang terdiri dari : provikative/palliative (p) yaitu

faktor penyebab, quality (q) seberapa berat nyeri dirasakan,

region (r) seberapa luas nyeri dirasakan, savety atau skala nyeri

(s) seberapa tinggi nyeri yang dirasakan, time (t) seberapa lama

serangan itu terjadi.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

20

3) Riwayat kesehatan dahulu menerangkan kedaan keluarga apakah

ditemukan ada penyakit keturunan kecenderungan alergi dalam

satu keluarga, penyakit menular, akibat kontak langsung maupun

tidak langsung antara anggota keluarga..

4) Riwayat kesehatan keluarga menanyakan tentang riwayat

penyakit dalam keluarga terdekat klien.

c. Aspek Biologis

1) Keadaan/ Penampilan Umum : lemah, sakit ringan, sakit berat,

gelisah, rewel.

2) Kesadaran : dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif

atau kuantitatif yang dipilih secara dengan kondisi klien. Secara

kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran Glossgow Coma

Scala (GCS), sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran

dimulai dari compos mentis, apatis, somnolen, spoor dan koma.

3) Berat Badan/ tinggi badan.

4) Tanda-tanda vital yang terdiri dari :

a) Tekanan Darah : tekanan sistole/ tekanan diastole mmHg

b) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat/ tidak, regular/ ireguler.

c) Suhu : ° C

d) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, regular/ ireguler

d. Pemeriksaan fisik

1) Sistem Pernafasan dikaji ketajaman penciuman bentuk dada,

adanya nyri tekan atau tidak, bunyi suara nafas.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

21

2) Sistem kardiovaskuler dikaji apakah ada peninggian vena

jugularis, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung.

3) Sistem gastrointestinal dikaji mengenal nafsu makan, kebiasaan

defekasi, intoleransi makanan, nual, muntah, dan nyeri, bising

usus.

4) Sistem perkemihan dikaji frekuensi buang air kecil. Warna

apakah ada nyeri saat buang air kecil.

5) Sistem neurologis dikaji sakit kepala, kelemahan, tingkat

kesadaran dapat terganggu, disorientasi/ bingung, dan nyeri

epigastrium.

6) Sistem musculoskeletal ditunjukkan dengan adanya kelemahan

dan kelelahan pada ekstremitas.

7) Sistem endokrin menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan,

polipagia, poliurea, polidipsi.

8) Sistem Integumen mengkaji warna kuit, tekstur kulit, turgor kulit,

CRT kurang dari 2 detik, suhu oedema, infeksi, pada pasien diare

kulit pucat, turgor jelek, suhu tubuh, meningkat.

9) Sistem genetalia memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan

infeksi

e. Pola Aktivias

1) Pola nutrisi: terdapat penurunan nafsu mskn, mual dan muntah.

2) Pola elimminasi: terjadi diare atau konstipasi.

3) Pola Istirahat: terjadi gangguan tidur karena nyeri.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

22

4) Pola aktivitas: biasanya penderita merasa cepat lelah bila

beraktivitas.

5) Personal hygiene: ketidakmampuan klien dalam melakukan

pemeliharaan secara mandiri.

f. Psikososial dan spiritual

1) Status emosi dikaji perasaan atau perilaku yang tidak diharapkan

seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.

2) Konsep diri

a. Citra tubuh yaitu sikap individu terhadap tubuhnya baik

disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau

sekarang megenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan

potensi tubuh.

b. Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana

seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.

3) Harga diri yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku

dengan ideal dirinya.

4) Peran diri yaitu serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan

yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi

individu di dalam kelompok sosialnya.

5) Identitas diri yaitu kesadaran tentang diri sendiri yang dapat

diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,

menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

23

6) Data social yaitu interaksi klien selama di rumah sakit pada

perawat, dokter dan lingkungan sekitar.

7) Data ekonomi yaitu kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan

penggunaan program jaminan Kesehatan.

8) Data Spiritual dikaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat

sakit hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta,

tergantung pada kepercayaan dianut oleh klien.

9. Data Penunjang

a. Pemriksaan radiologi : USG, BNO.

b. Elektrokardiografi.

c. Laboratorium.

2. Fokus Diagnosa Keperawatan

Menurut (Nanda NIC NOC, 2013) pada pasien gastritis diagnosa

keperawatan yang dapat ditemukan antara lain :

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan

keluar/ hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/

perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.

b. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: iritasi mukosa

lambung.

c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan

dengan tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena

berpuasa.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

24

d. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubaha status

kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri

3. Fokus Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnose keperawatan, maka intervensi dan

aktivitas keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi, menghilangan,

mencegah keperawatan klien yang disebut perencanaan keperawatan

(Nanda nic noc, 2013).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisa tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindkan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,

2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi

keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi Tindakan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (jasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Rohma & Walid, 2012). Evaluasi sebagai

langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk menetukan apakah

seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan apakah tindakan

berhasil dengan baik (Zaidin, 2010).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

25

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Dengan metode wawancara dilakukan pengkajian , observasi langsung,

melakukan pemeriksaan fisik pada klien, menelaah catatan medis dan

keperawatan klien. Asuhan keperawatan dilakukan pada klien Tn F, usia 28

tahun, agama Islam, dengan diagnosa medis gastritis, selaku penanggung

jawab Ny.L selaku Istri dari klien. Klien masuk jam 10.45 Wita tanggal 12

februari 2019. Data diperoleh melalui wawancara dengan Tn.F secara

langsung di Ruang Interna Rumah Sakit Pasar Wajo.

Pada tanggal 13 februari 2019, dan dari hasil pengkajian diperoleh sebagai

berikut :

1. Riwayat Kesehatan

a. Alasan masuk rumah sakit

Klien mengatakan nyeri daerah ulu hati skala nyeri 5, mual,muntah 6 kali,

dan tiap memakan sesuatu dimuntahkan kembali.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri pada Ulu Hati. Pada pengkajian

riwayat keluhan klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba,

nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau dan dirasakan pada daerah

perut, klien mengatakan dari angka 0-10 nyeri yang dirasakan

berada diangka 5 (nyeri sedang) dan keluhan yang dirasakan terus

menerus yang membuat klien tidak bisa tidur sepanjang malam.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

26

Keluarga mengatakan pada saat itu tanpa berpikir langsung

mengantarkan Tn.F ke RSUD Pasarwajo untuk dilakukan

pemeriksaan segera.Dari hasil observasi yang dilakukan nampak

wajah klien meringis,gelisah,menjerit kesakitan dan terlihat

memegang perut bagian yang dirasakan sakit dan terdapat nyeri

tekan pada epigastrium.

2) Keluhan yang menyertai

Klien mengakatakan keluhan lain yang dirasakan yaitu mual dan

muntah 6 kali,4 kali sebelum dibawa di rumah sakit dan 2 kali

setelah klien sudah berada di rumah sakit, klien mengatakan

kesulitan untuk makan, jika makan akan langsung dimuntahkan

kembali.

3) Terapi/operasi yang pernah dilakukuan

Klien mengatakan tidak pernah menjalani oprasi

4) Riwayat Kesehatan Masalah Lalu

Klien mengatakan sering mengalami keluhan yang sama sebelumnya

jika sudah telat makan berkali-kali dan jika setelah makan

makanan yang bersifat asam, klien tidak pernah mengalami riwayat

penyakit lain.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan anggota keluarganya belum pernah ada yang

mengalami keluhan yang sama dengan Tn.F sebelumnya, keluarga

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

27

juga mengatakan anggota kelarganya tidak ada yang memiliki

riwayat penyakit tertentu atau penyakit keturunan.

c. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran

composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu

37° C. pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada

epigastrium. Pada pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan

hasil tidak ada data bermasalah atau dikeluhkan klien.

d. Pola aktivitas

Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien

mengatakan jenis makanan yang sering dikonsunmsi adalah jenis

makanan berminyak, asam, pedas, dan berbumbu. Klien megatakan

sering terlambat makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar.

Selama sakit klien dianjurkan diet makanan lunak dengan porsi sedikit

tapi sering dan menghindari makanan pencetus keluhan. Tidak ada

masalah pada pengkajian pola aktivitas kebersihan perorangan,

istirahat dan aktivitas.

e. Psikososial

Pada pengkajian sosial/interaksi didapatkan data adanya dukungan

keluarga, kelompok/teman/masyarakat dan reaksi saat interaktif klien

terlihat kooperatif. Pada pengkajian psikologis klien mengatakan

merasa cemas dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

28

dirasakan masih belum hilang dan merasa takut jika keadaannya tak

kunjung membaik, hasil observasi yang dilakukan nampak wajah klien

terlihat tegang dan takut, klien tampak bingung tentang penyakitnya

ketika ditanya.

f. Terapi yang didapatkan saat ini yaitu omeprazole tab 3x1,

cotrimoxazole 3x1, vitamin B komplek 3x1.

B. Analisa Data

Data Subyektif

• Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati

P:Kien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tahu

penyebab timbulnya keluhan.

Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau.

R: Keluhan dirasakan pada daerah ulu hati

S: Skala nyeri 5 (nyeri sedang ).

T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus.

• Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan memang sering

dikosumsi adalah jenis makanan berminyak, asam, pedas.

• Klien mengatakan sering terlambat makan.

• Kien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya

• Kien mengatakan nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa

takut jika keadaanya tak kunjung membaik.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

29

Data obyektif

• Nampak wajah klien meringis

• Klien terlihatmenjerit kesakitan

• Nampak klien gelisah

• Klien terlihat tegang

• terlihat memegang perut bagian yang dirasakan sakit

• Nyeri tekan pada epigastrium

• Klien tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya.

• Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHg

N :86 x /m

RR: 24 x/m

S : 37 C

C. Klasifikasi Data

Tabel 3.1 klasifikasi data

No Data Etiologi Masalah

1 Data Subjektif :

1. Klien mengeluh nyeri

pada daerah ulu hati

P : klien mengatakan

keluhantimbul secara

tiba-tiba

Q : klien mengatakan

nyeri yang dirasakan

seperti teriris pisau

R : keluhan dirasakan

pada daerah ulu hati

S : skala nyeri 0-10

(nyeri berat7)

T :klien mengatakan

Faktorpredisposisi

(Pola makan tidak

teratur, obat-obatan,

bakteri)

Mengganggu

pembentukan sawat

mukosa lambung

Produksi

HCLmeningkat

Nyeri Akut

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

30

keluhan yang

dirasakan terus

menerus

Data Objektif :

1. Nampak wajah klien

meringis

2. Nampak klien gelisah

3. Nyeri tekan pada

epigastrium

4. Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHG

N : 86 x/m

RR : 24 x

S : 37 C

Mukosa

lambungteriritasi

Nyeri Akut

2 Data Subjektif :

1. Klien mengatakan merasa

takut dengan keadaannya

2. Klien mengatakan rasa

nyeri yang dirasakan

masih belum hilang dan

merasa takut jika

keadaannya tak kunjung

membaik.

Data Objektif :

1. Nampak klien gelisah

2. Nampak wajah klien

terlihat tegang

3. Tanda-tanda vital :

TD 120/90 mmHg

N : 86 x/m

RR : 24 x/m

S : 37 °C

kurang informasi

faktor predisposisi

(Pola makan tidak

teratur, obat-obatan,

bakteri)

Gastritis

Perubahan status

kesehatan

Ansietas

Ansietas

D. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis, ditandai dengan :

Data Subjektif :

1. Klien mengeluh nyeri pada ulu hati

P : klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba

Q : klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

31

R : keluhan dirasakan pada daerah ulu hati

S : skala nyeri 5 (nyeri sedang )

T : klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus

DO :

1. Nampak wajah klien meringis

2. Nampak klien gelisah

3. Nyeri tekan pada epigastrium

4. Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHg

N : 86 x/m

RR : 24 x/menit

S : 37 C

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehaan yang ditandai

dengan :

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan merasa takut dengan keadaannya.

2) Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan

merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik.

Data Objektif :

1) Nampak klien gelisah

2) Nampak wajah klien terlihat tegang

3) Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHg, N : 86 x/menit, RR : 24 x/menit , S : 37 °C

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

35

D. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic

1 NyeriAkut berhubungan

dengan agen cedera biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3

x 24 jam diharapkan klien

mampu:Melaporkan nyeri yang

terkontrol

Dengan Kriteria Hasil :

1. Skala nyeri berkurang/tidak ada

2. Tanda – tanda vital dalam rentan normal

Manajemen Nyeri :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya

nyeri dan faktor pencetus.

2. Kurangi atau eliminasi faktor – faktor yang

dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri

3. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi

seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau

akupressur)

4. Kolaborasidalam pemberian analgesik untuk

penurunan nyeri

2 Ansietas berhubungan dengan

perubahan status kesehatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24

jam diharapkan klien tidak merasa cemas,

dengan Kriteria Hasil :

1. Tidak mengalami perasaan gelisah

2. Tidak mengungkapkan perasaan takut

3. Tidak terlihat tegang

Pengurangan kecemasan :

1. Kaji tanda verbal dan non verbal dari kecemasan

2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,

perawatan, dan prognosis

3. Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat

4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien

dengan cara yang tepat

E. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

1 Nyeri Akut berhubungan

dengan agen cedera

biologis

13 Februari

2019

Manajemen Nyeri :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

Subjektif :

1. Klien mengatakan nyeri masih

dirasakan.

2. Klien mengatakan nyeri yang

dirasakan masih sama, 0-10 nyeri

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

36

faktor pencetus.

Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati.

Skala nyeri 7

2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor

yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

nyeri

Hasil : menyarankan untuk makan tepat

waktu dan tidakmakanmakanan yang kecut

3. Mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi seperti (aplikasi panas digin

dan pijatan atau akupressur)

Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik

untuk penurunan nyeri

Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam

Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam

berada di angka 7 (nyeri berat) Objektif :

1. Nampak klien masih meringis,

2. Nyeri tekan pada epigastrik

3. Klien mampu

mendemonstrasikan teknik

relaksasi dan distraksi.

4. Tanda-tanda vital

TD : 120/100 mmHg

N : 86 x/m

RR : 24 x/m

S : 36, 8 °C

A : Masalah belum teratasi

Planning :

Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan.

2 Ansietas berhubungan

dengan perubahan status

kesehatan

13 Februari

2019

Pengurangan kecemasan :

1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari

kecemasan

Hasil : klien mengatakan khawatir dengan

keadaanya

2. Memberikan informasi faktual terkait

diagnosis, perawatan, dan prognosis

Hasil : klien dapat mengerti

3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk

istirahat

Hasil : klien tidak bisaberistirahat

4. Mendorong keluarga untuk mendampingi

klien dengan cara yang tepat.

Hasil : anak klien selalu menemani

Subjektif

Klien mengatakan cemas sedikit

berkurang setelah mendapatkan

informasi tentang kondisi

kesehatannya.

Objektif

Nampak wajah klien lebih rileks dan

tidak merasa tegang.

A : masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

3 Nyeri Akut berhubungan

dengan agen cedera

biologis

14 februari 2019 Manajemen Nyeri :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

Subyektif

1. klien mengatakan nyeri sudah

sedikit berkurang skala nyeri 4.

2. Klien mengatakan mengontrol

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

37

kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

faktor pencetus.

Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati,

skala nyeri 3

2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor

yang dapat mencetuskanataumeningkatkan

nyeri

Hasil : menyarankan untuk makan tepat

waktu

3. Mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi seperti (aplikasi panas digin

dan pijatan atau akupressur)

Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik

untuk penurunan nyeri

Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12

jamInjeksi ranitidine 1 amp/IV/12 jam

nyeri dengan teknik relaksasi dan

distraksi (nonton)

3. Klien mengatakan nyeri

berkurang dengan teknik

manajemen nyeri yang diajarkan.

Objektif :

1. Nampak wajah klien tidak

meringis

2. Nyeri tekan pada epigastrik.

3. Klien mampu

mendemonstrasikan teknik

relaksasi dan distraksi.

4. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mm Hg

N : 82 x/m

RR : 22 x/m

S : 36,8 °C

A : Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan.

4 Ansietas berhubungan

dengan perubahan status

kesehaan

14 februari 2019 Pengurangan kecemasan :

1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari

kecemasan

Hasil : klien mengatakan sudah tidak

khawatir dan optimis pasti sembuh

2. Memberikan informasi faktual terkait

diagnosis, perawatan, dan prognosis

Hasil : klien dapat mengerti

3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk

istirahat Hasil : klien beristirat dengan tenang

4. Mendorong keluarga untuk mendampingi

klien dengan cara yang tepat.

Hasil : anak klien selalu menemani

Subjektif :

1. Klien mengatakan sudah tidak

lagi merasa cemas.

2. Klien yakin akan segera sembuh

dari sakitnya. Objektif :

Nampak wajah klien rileks dan tidak

merasa tegang.

A : masalah teratasi

Planning : intervensi dipertahankan

5 NyeriAkut berhubungan

dengan agen cedera

biologis

15 februari 2019 Manajemen Nyeri :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

Subjektif :

1. klien mengatakan nyeri sudah

berkurang skala nyeri 2.

2. Klien mengatakan mengontrol

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

38

kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

faktor pencetus.

Hasil : nyeri dirasakandi daerah ulu hati,

skala nyeri 3

2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor

yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

nyeri

Hasil : menyarankan untuk makan tepat

waktu dan tidak makan makanan yang

kecut.

3. Mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi seperti (aplikasi panas digin

dan pijatan atau akupressur)

Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik

untuk penurunan nyeri

Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam

Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam

nyeri dengan teknik relaksasi dan

bermain hp.

3. Klien mengatakan nyeri

berkurang dengan teknik

manajemen nyeri yang diajarkan.

Objektif :

1. Nampak wajah klien tidak

meringis

2. Tidak ada nyeri tekan pada

epigastrik.

3. Klien mampu

mendemonstrasikan teknik

relaksasi dan distraksi.

4. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mm Hg

N : 80 x/m

RR : 22 x/m

S : 36,5 °C

A : Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dihentikan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

39

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Tahap awal dalam proses keperawatan adalah Pengkajian sehingga tahap

yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah dan walid, 2012).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian

pada Tn F, usia 28 tahun, agama Islam, diagnosa medis gastritis. Pengkajian

dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian keperawatan yaitu

metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan menelah catatan medik

dan keperawatan untuk memperoleh data yang diperlukan.

Data yang didapatkan pada pengkajian Tn.F pada tahap pengkajian

riwayat kesehatan didapatkan data, keluhan utama klien mengeluh nyeri pada

daerah ulu hati, hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan Nampak

wajah klien meringis, klien Nampak menjerit-jerit, Nampak memegang perut

pada daerah yang sakit, gelisah dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.

Nyeri timbul karena asam lambung tak dapat ditekan produksinya hal ini

akan mengakibatkan peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung

saraf yang terpajan yaitu saraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam

lambung, kontak antara lesi dan asam lambung juga merangang mekanisme

reflex lokal yang dimulai dengan kontraksi otot sehingga terjadi nyeri (srin,

Syafrudin, dan Purwatiningsih, 2009), hal ini didukung dengan diagnose

medic yaitu gastritis pada catatan medik klien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran

composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan suhu 37° C, pada

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

40

pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada

pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan hasil tidak ada data

bermasalah atau dikeluhkan klien. Menurut Natadijaja (2012) abdomen dibagi

menjadi empat kwadran dan lambung berada di kwadran dua sehingga ada

nyeri tekan karena adanya peradangan pada lambung.

Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien

mengatakan jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah jenis makanan

berminyak, asam, pedas dan berbumbuu.Klien mengatakan sering terlambat

makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar. Mengkonsumsi

makanan instan, pedas, asam-asaman. Tidak jarang kondisi seperti ini

menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit

gastritis.

Sebaiknya makan diberi dalam porsi kecil tapi sering. Makan tiga sampai

empat kali sehari dalam porsi kecil untuk menghindari makan dalam keadaan

lapar dan dalam porsi yang besar, jangan makan dengan tergesa-gesa

sehingga makanan yang masuk dapat lebih sedikit dan makanan dapat lebih

dinikmati (sulastri, 2012).

Pada pengkajian psiokologis klien mengatakan merasa cemas,tegang

dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum

hilang dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik, hasil

observasi yang dilakukan Nampak wajah klien terlihat tegang dan takut, klien

tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya. Menurut Mutaqqin

(2011) Pengkajian yang dilakukan pada pasien gastritis adalah pengkajian

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

41

tentang nyeri epigastrium yang dapat menimbulkan manfiestasi kecemasan

secara individu.

Terapi yang digunakan saat ini adalah omeprazole tab. 2x1, cotrimoxazole

2x2, vitamin B komplek 3x1. Tujuan utama dalam pengobatan gastritis

adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi, dan mencegah

terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Sampai saat ini pengobatan

ditujukan untuk mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu pengobatan

gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive mukosa

lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Wardaniati, 2011).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari

individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi danperawat

dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau

untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan

Walid, 2012).

Pada perumusan maslah diagnosa yang didapatkan dari analisa data

berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan

pada tinjuan teori dengan kasus megenai masalah gastritis terdapat sedikit

perbedaan. Dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus

terdapat 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam

tinjuan teori yaitu :

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

42

1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan

keluar/hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan)

ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.

2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung.

3. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan

tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.

Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus Tn.F dengan gangguan

sistem pencernaan gastritis yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung

yang ditanda dengan:

Data subjektif:

Klien mengeluh nyeri pada perut

P: Klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba setelah makan

makanan yang kecut (rujak)

Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau

R: Keluhan dirasakan pada daerah perut

S: Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang)

T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terusmenerus

Data objektif:

a. Nampak wajah klien meringis

b. Nampak klien gelisah

c. Klien Nampak menjerit

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

43

d. Klien terliha tmemegang daerah perut pada bagian yang dirasa sakit

e. Nyeri tekan pada epigastrium

f. Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHg

N : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 37 °C

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditanda

dengan:

Data subjektif :

a. Nampak klien gelisah

b. Klien Nampak cemas

c. Nampak wajah klien terlihat tegang

d. Tanda-tanda vital :

TD : 120/100 mmHg

N : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 37 °C

Beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan tiga

diagnosa yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa

lambung.

Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa

keperawatan yang pertama karena diagnosa ini saat pengkajian yang

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

44

paling klien keluhkan yaitu nyeri pada perut, diagnosa ini didasarkan

pada triage konsep yaitu penulis memprioritaskan masalah yang perlu

penanganan perawatan yang tepat, tidak mengancam kehidupan, tetapi

mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat, masalah ini bila

tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas sehari-hari bahlan

menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih berat.

Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat

diambil penulis adalah agen cedera biologis. Agen cedera biologis

yang dialami pasien yaitu adanya perlukaan mukosa gaster. Perlukaan

mukosa gaster adalah penyakit yang disebabkan dengan luka yang

terjadi di lambung (Nuraruf, Kusuma, 2015).

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau

tidak diketahui oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh

antisipasi terhadap bahaya). Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan

yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan

individu untuk bertindak menghadapi ancaman ( NANDA NIC-NOC,

2013). Kecemasan yang dialami klien timbul karena perubahan status

kesehatan yang terjadi pada klien Ny. N, sumber utama kecemasan

yang dialami adalah karena kurangnya informasi tentang masalah

gastritis yang sedang dilami.

Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa

keperawatan yang kedua karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

45

klien, keluhan dirasakan klien sehingga perlu penanganan keperawatan

guna meperbaiki psikologis klien mengenai kondisi kesehatan yang

dialami saat ini.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan kesimpualan tindakan yang

ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

kesehatan dan masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan (Zaidin,

2010).

Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012).

Penyusunan rencana keperawatan disesuaikan dengan teori asuhan

keperawatan yang ada. Rencana tindakan keperawatan diagnose yang pertama

nyeri Kronis berhubungan dengan agen cedera biologis ; setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang

atau teratasi dengan kriteria hasil Skala nyeri berkurang/tidak ada, tanda –

tanda vital dalam rentan normal dengan manajemen nyeri.

Intervensi yang ditetapkan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif yang meliputi lokasi,karakteristik, onset/durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas,atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. Kurangi atau

eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri,

Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan

pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

46

(aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan Kolaborasi dalam

pemberian analgesik untuk penurunan nyeri.

Rencana tindakan keperawatan diagnosa yang kedua ansietas

berhubungan dengan perubahan status kesehatan ; setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas dapat berkurang atau

hilang dengan criteria hasil klien Tidak mengalami perasaan gelisah, Tidak

mengungkapkan perasaan takut Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda

verbal dan non verbal dari kecemasan, Berikan informasi faktual terkait

diagnosis, perawatan, dan prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk

istirahat , Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,

2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi

keperawatan yang telah disusun.

Tindakan keperawatan diagnose keperawatan nyeri kronis berhubungan

dengan agen cedera biologis dilakukan mengacuh pada intervensi dan

diimpelementasikan sama dengan intervensi yang telah ditetapkan yaitu,

Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset/durasi , frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri

dan faktor pencetus. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat

mencetuskan atau meningkatkan nyeri Mengajarkan penggunaan teknik non

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

47

farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur),

Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Pada

implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut semua intervensi yang telah

ditetapkan dilaksanakan dikarenakan untuk memenuhi semua criteria hasil

dan tercapainya intervensi, sehingga respon nyeri dapat berkurang atau hilang

(Mutaqqin, 2011).

Tindakan keperawatan diagnose keperawatan ansietas berhubungan

dengan perubahan status kesehatan juga dilakukan sama dengan diagnose

nyeri yaitu mengacuh intervensi yang telah ditetapkan yaitu Mengkaji tanda

verbal dan non verbal dari kecemasan, Memberikan informasi faktual terkait

diagnosis, perawatan, dan prognosis, Memberikan lingkungan yang tenang

untuk istirahat, Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara

yang tepat. Implementasi pada diagosa ini hanya dilaukan dua hari karena

masalah sudah teratasi dalam dua hari.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohma & Walid, 2012).

Evaluasi sebagai langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk

menetukan apakah seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan

apakah tindakan berhasil dengan baik (Zaidin, 2010). Evaluasi terakhir

diagnose nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dlakukan

pada klien Tn.F pada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien

mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada ulu hatinya. Pada hari

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

48

pertama intervensi skala nyeri dirasakan 7 berat, Nyeri dengan skala berat

berat erat kaitannya dengan kecemasan yang dirasakan oleh pasien.

Hubungan antara nyeri dan kecemasann seringkali meningkatkan persepsi

nyeri, namun nyeri juga dapat menimbulkan perasaan asietas. Pernyatan

tersebut didukung oleh teori yang menyatakan bahwa stimulus nyeri

mengaktifkan bagian syaraf limbik yang diyakini mengendalikan emosi

seseorang, khususnya asietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi

terhadap nyeri yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. Sedangkan

nyeri yang tidak reda dapat mempengaruhi system pulmonary,

kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan immunologik. (Kolcaba, 2003).

Tetapi, setelah dilakukan intervensi relaksasi nafas dalam, dan pemberian

analgetik yaitu injeksi Ranitidine 1 amp/8jam skala nyeri klien menuru. Pada

hari ke 2 intensitas nyeri skala 4 (kategori sedang) dan pada hari ke 3, skala

nyeri 2 (kategori ringan) skala nyeri dapat menurun karena klien

mendapatkan asuhan keperawatan secara tepat dan optimal.

Dalam hal ini perawat terlibat langsung dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga untuk

melakukan secara mandiri untuk mengantisipasi nyeri yang sewaktu-waktu

dapat terjadi.

Data objektif tampak wajah klien tidak meringis, tidak ada nyeri tekan

pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan

distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,

nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis

masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

49

Evaluasi terakhir diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan

perubahan status kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 15

februari 2019 didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi

merasa takut, dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data

objektifnya didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang.

Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.

Evaluasi pada diagnosa kedua dapat teratasi karena selain berperan

memberi asuhan keperawatan, peneliti juga berperan sebagai pendidik. Klien

diberi tahu, dan penjelasa tentang penyakitnya secara terstruktur dan jelas

sehingga klien maupun keluarga mudah memahami tentang penyakit gastritis.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien Tn.F dengan gangguan

sistem pencernaan gastrirtis di RuangInterna RSUD Pasarwajo,maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berkut :

1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada pengkajian

didapatkanhasil data dimana klien mengeluh nyeri pada perut, klien

mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan, klien

mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah

jenis makanan berminyak, asam, pedas, klien mengatakan sering terlambat

makan, klien mengatakan merasa cemas, dengan keadaannya, klien

mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa

takut jika keadaannya tak kunjung membaik.

Dari hasil pemeriksaaan diperoleh data nampak wajah klien

meringis, nampak kliengelisah,dannyeri tekan pada epigastrium, nampak

wajah klien terlihat tegang,cemas, klien tampak bingung tentang

penyakitnya ketika ditanya dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan tekanan darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24

x/menit dan suhu 37 ° C.

2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa

utama yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Iritasi

mukosa lambung, ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan dan defisiensi pengetahuan berhubungan kurangnya informasi.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

51

3. Intervensi keperawatan yangakan direncanakan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan pada data. Pada diagnosa nyeri Akut,

Intervensi yang ditetapkan yaitu Lakukan pengkajian nyeri secara

komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. kurangi atau

eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

nyeri, Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas

digin dan pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non

farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan

Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Diagnosa

yang kedua ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda verbal dan non verbal dari

kecemasan, Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan

prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat , Dorong

keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat

4. Implementasi dan Evaluasidilakukanbersamaan pada tanggal 13 februari

s/d 15 februari 2019. Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang telah disusun.Evaluasi terakhir diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dilakukan pada klien

Tn.Fpada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien

mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada perutnya pada saatini.

Data objektif tampak wajah klien tidak meringis ,tidak ada nyeri tekan

pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan

distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

52

nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis

masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien. Evaluasi terakhir

diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 14 februari 2019

didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi merasa cemas

dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data objektifnya

didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang. Hasil

analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.

B. Saran

1. Bagi Klien

Klien berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan

perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari

klien.Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor

penyebab timbulnya keluhan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai

referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai

bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya

gastritis.

3. Bagi Rumah Sakit

Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama

yang baik antara petugas kesehatan dengan klien dan dapat memberikan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-kdi.ac.id/1474/2/BAB I.pdf · c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi

53

pelayanan kesehatan yang optimal khususnya klien dengan penyakit

gastritis.