BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021....

62
23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan idaman bagi setiap wanita di dunia, setiap wanita pasti memiliki keinginan untuk dapat membanguan keluarga sesuai dengan impiannya. Di Indonesia terutama di masyarakat pendesaan beranggapan bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat memiliki keturunan, mereka beranggapan anak merupakan kunci dari keberhasilan sebuah keluarga yang harmonis. Menurut penelitian yang dilakukan Anggar di Indonesia terutama di pedesaan terdapat stigma yang memberatkan wanita dimana ada anggapan dari masyarakat bahwa wanita yang tidak bisa memiliki anak adalah perempuan yang tidak sempurna karena tidak dapat membahagiakan suami sedangkan penelitian yang dilakukan Bayram dan Beji di India selatan terdapat kepercayaan dari masyarakat setempat bahwa wanita yang tidak dapat memiliki anak atau rahim adalah wanita yang rendah, tidak mampu melayani pasangannya dengan baik (http:// ejournal.lib.ui.ac.id/ , diakses pada tanggal 28 Januari 2017). Bukan hanya masyarakat dan lingkunngan sekitar anggota keluarga seperti kedua orang tua, saudara dan suami memiliki pandangan yang sama bahwa memiliki anak merupakan tanda keberhasilan membangun sebuah keluarga yang harmonis. Fenomena ini tentunya akan memberikan tekanan psikologi pada wanita baik positif maupun negatif. Bagi wanita yang sehat baik fisik maupun jasmani tentunya tuntutan untuk dapat memiliki anak tidak akan memberikan tekanan yang dapat menggangu mental dan psikologinya justru akan memberikan kebahagiaan dan keceriaan dalam membangun sebuah keluarga yang di inginkan oleh setiap wanita, tapi bagi wanita yang memiliki suatu masalah

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021....

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membangun sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis

merupakan idaman bagi setiap wanita di dunia, setiap wanita pasti

memiliki keinginan untuk dapat membanguan keluarga sesuai dengan

impiannya. Di Indonesia terutama di masyarakat pendesaan beranggapan

bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat memiliki

keturunan, mereka beranggapan anak merupakan kunci dari keberhasilan

sebuah keluarga yang harmonis.

Menurut penelitian yang dilakukan Anggar di Indonesia terutama di

pedesaan terdapat stigma yang memberatkan wanita dimana ada anggapan

dari masyarakat bahwa wanita yang tidak bisa memiliki anak adalah

perempuan yang tidak sempurna karena tidak dapat membahagiakan

suami sedangkan penelitian yang dilakukan Bayram dan Beji di India

selatan terdapat kepercayaan dari masyarakat setempat bahwa wanita yang

tidak dapat memiliki anak atau rahim adalah wanita yang rendah, tidak

mampu melayani pasangannya dengan baik (http:// ejournal.lib.ui.ac.id/,

diakses pada tanggal 28 Januari 2017).

Bukan hanya masyarakat dan lingkunngan sekitar anggota keluarga

seperti kedua orang tua, saudara dan suami memiliki pandangan yang

sama bahwa memiliki anak merupakan tanda keberhasilan membangun

sebuah keluarga yang harmonis. Fenomena ini tentunya akan memberikan

tekanan psikologi pada wanita baik positif maupun negatif.

Bagi wanita yang sehat baik fisik maupun jasmani tentunya

tuntutan untuk dapat memiliki anak tidak akan memberikan tekanan yang

dapat menggangu mental dan psikologinya justru akan memberikan

kebahagiaan dan keceriaan dalam membangun sebuah keluarga yang di

inginkan oleh setiap wanita, tapi bagi wanita yang memiliki suatu masalah

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

2

yang membuat nya tidak bisa memiliki anak tentunya ini akan menjadi

masalah besar yang dapat mengganggu mental sosial, psikologi yang

mengalami tekanan dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis.

Wanita yang tidak bisa memiliki anak akan timbul pemikiran yang

negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa percaya diri sehingga dapat

mengganggu kesehatan jiwa. Terdapat dua faktor yang dapat membuat

wanita tidak bisa melahirkan atau sering disebut mandul, faktor keturunan

dan faktor penyakit yang diakhiri dengan proses tindakan medis

pengangkatan rahim atau sering di sebut operasi mioma histerektomi.

Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi keadaan psikologi

individu, individu akan memiliki rasa cemas yang berlebih, ketakutan dan

timbul pemikiran negatif tentang dirinya yang dapat membuatnya depresi

yang diakibatkan oleh tekanan anggota keluarga yang berkeinginan untuk

dapat memiliki keturunan, pandangan negatif dari masyarakat yang

menilai individu gagal dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis

yang bisa menimbulkan masalah gangguan kesehatan seperti gangguan

jiwa.

Keluarga merupakan faktor penting dalam membantu individu

terutama wanita yang mengalami masalah tersebut. depresi akibat timbul

pemikiran yang negatif terhadap dirinya, kurangnya kasih sayang dan

dukungan moral dari keluarga dapat membuat individu mengalami tekanan

psikologi yang berat yang dapat membuat pasien mengalami masalah

gangguan jiwa harga diri rendah akibat hilangnya rasa percaya diri, tidak

percaya dengan kemampuan diri, depresi dan timbul pemikiran negatif

tentang dirinya.

Harga diri rendah merupakan gangguan jiwa yang membuat

individu memiliki konsep diri yang negatif tidak percaya diri dengan

kemampuan diri, hilangnya kepercayaan diri, merasa gagal tidak bisa

mencapai keinginan yang sesuai, yang membuatnya menarik diri dari

interaksi dengan orang lain.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

3

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) dalam

Yosep (2013), sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa

yang terdiri dari 150 juta mengalami depresi, 90 juta gangguan zat dan

alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia serta 1 juta melakukan bunuh

diri setiap tahun. Berarti setidaknya terdapat satu dari empat orang

mengalami masalah mental dan gangguan kesehatan jiwa, sehingga

menjadi masalah yang serius diseluruh dunia.

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) di

Indonesia prevalensi Gangguan Mental Emosional yang ditunjukan dengan

gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15

tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan

jiwa berat, seperti schizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi gangguan jiwa di Jawa

Tengah sebanyak 0,23 % untuk usia 15 tahun ke atas dari jumlah penduduk

24.089.433 orang berarti sekitar 55.406 orang di provinsi Jawa Tengah

mengalami gangguan jiwa berat, dan lebih dari 1 juta orang di Jawa

Tengah mengalami gangguan mental emosional.

Prevalensi jumlah pasien RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2014 sejumlah 8468, diantaranya resiko perilaku

kekerasan 3970 (46,88%) halusinasi 3610 (42,63%), isolasi sosial 738

(8,71%) dan harga diri rendah 150 (1,77%)

Data rekam medik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Jawa Tengah pada

tahun 2015 total pasien gangguan jiwa untuk empat kasus besar berjumlah

5070 (99,98%), diantaranya resiko perilaku kekerasan 2258 (44,53%),

halusinasi 2296 (45,28%), isolasi sosial 454 (8,95%) dan harga diri rendah 62

(1,22%) sedangkan tahun 2016 untuk empat kasus besar berjumlah 5443

(99,98%), yang meliputi resiko perilaku kekerasan 2295 (42,36%), halusinasi

2503 (45,98%), isolasi sosial 513 (9,42%) dan harga diri rendah 132 (2,42%).

Kesimpulan dari data gangguan jiwa untuk empat kasus besar pada

tahun 2014,2015 dan 2016 bahwa gangguan jiwa mengalami peningkatan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

4

sebesar 373 (7,36%) pasien, untuk penderita gangguan harga diri rendah

mengalami peningkatan 70 (112,9%).

Menurut penelitian Tyas, Wardhani dkk (2011) penderita gangguan

jiwa seringkali mendapat stigma dari lingkungan dan sekitarnya. Stigma

tersebut melekat pada penderita sendiri maupun keluarga. Beberapa orang

percaya bahwa gangguan jiwa merupakan hasil dari perilaku yang negatif

dan menyimpang dari perilaku normal. Orang dengan gangguan jiwa

dipercaya sebagai orang yang berbahaya dan tidak bisa diprediksi, kurang

kompeten, tidak dapat bekerja dan tidak akan pernah sembuh

(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/, diakses pada tanggal 29 September

2016).

Sedangkan menurut penelitian Sherman (2007) efek dari stigma

dan penarikan diri secara sosial memiliki dampak yang lebih besar kepada

individu dari pada penderita gangguan jiwa itu sendiri. Keluarga juga

terkena dampak stigma dan kemungkinan dipersalahkan karena

menyebabkan atau berkontribusi terhadap gangguan jiwa yang diderita

anggota keluarganya. Perlakuan dari komunitas dapat berefek negatif

terhadap proses kesembuhan gangguan jiwa

(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/, diakses pada tanggal 29 September

2016).

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya

sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tidak

berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Tindakan yang

dilakukan perawat dalam mengurangi risiko masalah yang terjadi pada

kasus harga diri rendah salah satunya dengan melakukan komunikasi

teraupetik, dampak yang terjadi jika tidak dilakukan komunikasi teraupetik

dapat mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan

penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan

yang dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Seseorang yang mengalami gangguan jiwa Harga Diri Rendah jika

tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan perubahan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

5

pola pikir yang negatif yang dapat merusak jiwa dan dapat menghambat

proses penyembuhan. Individu yang mengalami gangguan jiwa pasti

memiliki keinginan untuk sembuh dan ingin menjalani kehidupan yang

normal dan diterima di masyarakat.

Berdasarkan data dan fenomena yang ada serta gambaran latar

belakang masalah maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan

Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Pada Ny. M Di Ruang Larasati

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah’’.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa mampu

melakukan asuhan keperawatan Harga Diri Rendah Pada Ny. M di Ruang

Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Ny. M Harga diri rendah di Ruang

Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M Harga diri rendah di

Ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. M Harga diri rendah di

Ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah

d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. M Harga diri rendah di

Ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondhohutomo Provinsi Jawa

Tengah

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Ny. M Harga diri

rendah di Ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

6

f. Membahas kesenjangan antara teori dengan penerapan Asuhan

Keperawatan pada X Gangguan Harga diri rendah di Ruang Larasati

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Karya tulis ini digunakan sebagai bahan informasi kepada rumah sakit

dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan

harga diri rendah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Karya tulis ini digunakan seabagai bahan informasi dan wacana bagi

institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan untuk mata kuliah keperawatan jiwa dengan masalah pasien

harga diri rendah.

3. Bagi Penulis

Dari hasil laporan karya tulis ini penulis dapat menambah wawasan dan

pengalaman serta ilmu dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa

dengan masalah pasien harga diri rendah.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

harga diri rendah dan proses keperawatan harga diri rendah. Konsep harga diri

rendah meliputi pengertian harga diri rendah, rentang respon, komponen-

komponen konsep diri, faktor yang mempengaruhi konsep diri, etiologi,

manifestasi klinik, akibat dan penatalaksanaan. Sedangkan proses keperawatan

harga diri rendah terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, rencana tindakan keperawatan pasien harga diri rendah dan evaluasi

yang akan dibahas sebagai berikut:

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

memiliki rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap

diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2010). Sedangkan menurut Direja

(2011) Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang

kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama

individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah

dari orang lain.

Kesimpulan dari data di atas saya menyimpulkan bahwa harga diri

rendah merupakan keadaan individu mengalami perasaan tidak berharga,

tidak berarti dan memiliki rendah diri tidak percaya dengan kemampuan

diri akibat dari evaluasi diri yang negatif

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

8

2. Rentang Respon

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi Diri Positif Rendah Identitas

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri (Dermawan, 2013).

a. Respon adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan

masalah yang di hadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan

dapat diterima.

2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman

yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif

maupun yang negatif dari dirinya.

b. Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia

tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai

dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.

2) Kerancunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas

sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu

mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu

berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya

diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

9

3. Komponen-Komponen Konsep Diri

Komponen-komponen konsep diri menurut Kozier (2011 p.444) terdiri

dari: identitas personal, citra tubuh, performa peran dan harga diri.

a. Identitas personal individu merupakan sensasi individualitas dan

keunikan yang disadari keyakinan dan nilai, kepribadian dan karakter

yang dimiliki rasa identitas yang kuat mengintegrasikan citra tubuh,

performa peran, dan harga diri ke dalam konsep diri sepenuhnya.

b. Citra tubuh adalah cara individu mempersiapkan ukuran, penampilan,

fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif

dan afektif yang dapat mempengaruhi penampilan dan potensi dirinya.

c. Performa peran merupakan sekumpulan harapan mengenai bagaimana

individu yang menempati satu posisi tertentu berperilaku memenuhi

harapan sosial yang ditetapkan oleh masyarakat kelompok, budaya, atau

kelompok kecil yang salah satu anggotanya adalah individu terebut.

d. Harga diri adalah penilaian individu akan harga dirinya, yaitu

bagaimana standard penampilan dirinya dibandingkan dengan standard

dan penampilan orang lain dan dengan ideal dirinya sendiri. Seorang

yang memiliki harga diri tinggi merasa berarti, kompeten, mampu

menghadapi kehidupan dan mengendalikan takdirnya sendiri.

4. Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utama

yang mempengaruhi konsep diri adalah perkembangan, keluarga dan

budaya, stresor, sumber daya, riwayat keberhasilan dan kegagalan serta

penyakit.

a. Perkembangan

Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri

berubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan individu tersebut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

10

b. Keluarga dan budaya

Nilai yang dianut atau kepercayaan individu sangat dipengaruhi oleh

keluarga dan budaya. Kemudian dunia luar seperti teman sebayanya

juga mempengaruhi rasa dirinya.

c. Stresor

Dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil mengatasi

masalah. Stresor yang berlebihan akan menyebabkan respons

maladaptif. Kemampuan menangani stresor bergantung pada sumber

daya personal.

d. Sumber daya

Meliputi sumber daya internal dan eksternal, semakin besar sumber

daya yang dimiliki dan digunakan, pengaruh pada konsep diri akan

positif.

e. Riwayat keberhasilan dan kegagalan

Individu yang mengalami kegagalan menganggap bahwa dirinya gagal,

sedangkan yang mengalami keberhasilan memiliki konsep diri yang

positif.

f. Penyakit

Penyakit akan mempengaruhi konsep diri karena penyakit ataupun tindakan

medis yang mengakibatkan kecacatan akan membuat diri mereka tidak

lagi menarik.

5. Etiologi

Keliat (2012) berpendapat, penyebab dari harga diri rendah adalah

evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, mengkritik diri

sendiri, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas dan

penolakan terhadap kemampuan diri. Penampilan pada pasien dengan

harga diri rendah terlihat, dari kurang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapi, tidak berani menatap lawan bicara dan bicara lambat

dengan nada suara yang lemah.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

11

6. Manifestasi klinik

Menurut Keliat yang dikutip oleh Carpenito (2011) dalam Prabowo, E

(2014 p.106) perilaku klien yang berkaitan dengan harga diri rendah

adalah:

a. Data subjektif: mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak

mampu, pandangan hidup yang pesimis, perasaan lemah dan takut,

penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, ketidakmampuan

menentukan tujuan dan mengungkapkan kegagalan pribadi.

b. Data objektif: produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri

sendiri dan orang lain penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan

sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkan tanda

depresi ( sukar tidur dan sukar makan), tampak mudah tersinggung.

7. Akibat

Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita atau

keinginan seseorang dalam mewujudkan sesuatu yang ingin dicapai. Hal

ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.

Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah yang membuat

seseorang cenderung melakukan hal yang tidak optimal. Harga diri rendah

muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari

kemampuannya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah, maka

akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya

dan cenderung menyendiri dan menarik diri (Prabowo, 2014 p.106).

8. Penatalaksanaan

Menurut Prabowo (2014) terapi pada gangguan jiwa sudah

dikembangkan sehingga pasien tidak mengalami diskriminasi bahkan

metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.

a. Psikofarmaka

berbagai jenis obat psikofarmaka yang hanya diperoleh dengan resep

dokter, yang di bagi menjadi 2 golongan yaitu golongan generasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

12

pertama dan golongan kedua. Obat termasuk golongan pertama

misalnya chlorpromazine HCL dan Haloperidol dan obat golongan

kedua misalnya Risperidone, Olozapine dan Aririprazole.

b. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan

orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Dengan menjalin

komunikasi dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dapat mengatasi

masalah yang di hadapi. Sehingga pasien dapat menilai diri dan

lingkungan secara positif serta dapat bersosialisasi tanpa timbul

pemikiran negatif tentang dirinya.

B. Proses Keperawatan Harga Diri Rendah

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama pada proses

keperawatan. Pada tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien secara sistematis untuk

menentukan rencana tindakan keperawatan. Data yang dikumpulkan

meliputi dari data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Direja, 2011

p.36).

a. Faktor Predisposisi

Menurut Herman (2011) yang dikutip oleh Prabowo (2014 p.103-

105) faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan

orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,

ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah:

1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit

3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh

4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor

predisposisi harga diri rendah adalah:

a) Penolakan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

13

b) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak

konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut

c) Persaingan antar saudara

d) Kesalahan dan kegagalan berulang

e) Tidak mampu mencapai standar

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri

kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

1) Trauma: Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang

membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma

emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa

anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran: Rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu

melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak

merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini

sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran terlalu

banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua

harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan

peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang

spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai yang cenderung

membuat individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya.

3) Perilaku:

a) Citra tubuh yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh

tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan

keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha

pengobatan mandiri yang tidak tepat, dan menyangkal cacat

tubuh.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

14

b) Harga diri rendah diantaranya mengkritik diri atau orang lain,

produktivitas menurun, gangguan berhubungan, ketegangan

peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan

kemampuan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat,

menarik diri dari realitas, khawatir, merasa diri paling penting,

distruktif pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa

bersalah, mudah tersinggung / marah, perasaan negatif terhadap

tubuh.

c) Kerancuan identitas diantaranya tidak ada kode moral,

kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal yang

tidak berjalan baik, perasaan hampa, perasaan mengambang

tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak

mampu empati pada orang lain, masalah estimasi.

d) Depersonalisasi meliputi afektif (kehidupan identitas, perasaan

terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, perseptual (bingung

tentang seksualitas diri, sulit membedakan diri dari orang lain),

kognitif (bingung, disorienasi waktu, gangguan berfikir,

gangguan daya ingat).

c. Pohon masalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri Efek

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah Masalah Utama

Koping individu tidak efektif Sebab

Gambar 2.2 Pohon Masalah gangguan konsep diri: harga diri

rendah (Prabowo, 2014 p.108).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

15

d. Menurut Prabowo (2014) masalah keperawatan harga diri rendah yang

mungkin muncul adalah sebagai berikut:

1) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

2) Isolasi Sosial: Menarik Diri

3) Koping individu tidak efektif

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

3. Intervensi keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada diagnosa

prioritas pada pasien harga diri rendah yaitu gangguan konsep diri: harga

diri rendah adalah sebagai berikut: Tujuan Umum (TUM): Pasien dapat

melakukan hubungan sosial secara bertahap.

Tujuan Khusus (TUK) Pertama: Pasien dapat membina hubungan

saling percaya. Kriteria Evaluasi: Pasien dapat mengungkapkan

perasaannya, ekspresi wajah bersahabat, ada kontak mata, menunjukkan

rasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, pasien mau

duduk berdampingan, pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan pasien dengan

menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, yaitu sapa pasien dengan

ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan,

tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien,

jelaskan tujuan pertemuan jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati

dan menerima pasien apa adanya, beri perhatian pada pasien. Beri

kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang

dideritanya. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Katakan pada

pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab

serta mampu menolong dirinya sendiri.

Tujuan Khusus (TUK) Kedua: Pasien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Kriteria Evaluasi: Pasien

mampu mempertahankan aspek yang positif. Intervensi: Diskusikan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

16

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan beri pujian /

reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya. Saat

bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif, utamakan memberi

pujian yang realistis.

Tujuan Khusus (TUK) Ketiga: Pasien dapat menilai kemampuan

yang dapat digunakan. Kriteria Evaluasi: Kebutuhan pasien terpenuhi,

pasien dapat melakukan aktivitas terarah. Intervensi: Diskusikan

kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama sakit. Diskusikan

juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan dirumah sakit dan

dirumah nanti.

Tujuan Khusus (TUK) Keempat: Pasien dapat menetapkan dan

merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria

Evaluasi: Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan, pasien mengikuti

terapi aktivitas kelompok. Intervensi: Rencanakan bersama pasien aktivitas

yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan mandiri,

kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien. Beri contoh

cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan (sering pasien takut

melaksanakannya).

Tujuan Khusus (TUK) Kelima: Pasien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. Kriteria Evaluasi: Pasien mampu

beraktivitas sesuai kemampuan. Intervensi: Beri kesempatan pasien untuk

mencoba kegiatan yang direncanakan. Beri pujian atas keberhasilan

pasien. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

Tujuan Khusus (TUK) Keenam: Pasien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada. Kriteria Evaluasi: Pasien mampu melakukan apa

yang dikerjakan, pasien mau memberikan dukungan. Intervensi: Beri

pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien harga

diri rendah. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

17

Tujuan Khusus (TUK) Ketujuh: Pasien dapat memanfaatkan obat

dengan baik. Kriteria Evaluasi: Pasien dan keluarga dapat menyebutkan

manfaat, dosis, dan efek samping obat. Pasien dapat mendemonstrasikan

penggunaan obat. Pasien termotivasi untuk berbicara dengan perawat

apabila dirasakan ada efek samping obat. Pasien memahami akibat

berhentinya obat. Pasien dapat menyebutkan prinsip lima benar

penggunaan obat. Intervensi: Anjurkan pasien memninta sendiri obat pada

perawat dan merasakan manfaatnya. Anjurkan pasien dengan bertanya

kepada dokter tentang efek samping obat yang dirasakan. Diskusikan

akibat berhenti obat tanpa konsultasi. Bantu pasien menggunakan obat

dengan prinsip lima benar (Azizah, 2011 p.122).

4. Implementasi Tindakan Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah

Tindakan keperawatan pasien harga diri rendah menurut Deden & Rusdi

(2013 p.78) meliputi:

1 Tindakan Keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan untuk klien meliputi:

1) pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

2) pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

3) pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan

4) pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan.

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih.

2 Tindakan keperawatan

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

pasien.

Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan

aspek positif yang masih dimilikinya, dengan cara berdiskusi tentang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

18

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, kegiatan pasien

di rumah sakit, di rumah dan lingkungan terdekat pasien. Beri pujian

realistik dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian

yang negatif.

2) Membantu pasien menilai kemampuan yang digunakan

Dengan cara mendiskusikan dengan kemampuan pasien yang masih

bisa dilakukan pasien. Bantu pasien dalam memberi penguatan atau

terhadap kemampuan diri pasien dan perlihatkan respon yang

kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

3) Membantu pasien dalam memilih kemampuan yang akan dilatih.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:

a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan

sehari-hari.

b) Bantu pasien menentukan kegiatan yang dapat pasien lakukan

secara mandiri, kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari

keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Susun bersama daftar

kegiatan pasien sehari-hari.

4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien untuk tindakan

keperawatan.

Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang

dipilih, bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan dan

beri dukungan atau pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan

pasien.

5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.

Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

dilatihkan. Beri pujian atas kegiatan-kegiatan yang telah pasien

lakukan. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah

dilatih dan berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah

pelaksanaan kegiatan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

19

3 Tindakan keperawatan dengan pendekatan Strategi Pelaksanaan (SP)

1) SP 1 pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki pasien dengan cara pertama: menetapkan kemampuan yang

klien miliki.

a) Membina hubungan saling percaya

b) Membantu pasien menumbuhkan rasa percaya diri dengan

menanyakan kemampuan yang pasien miliki.

c) Memilih kegiatan yang dapat di lakukan pasien.

d) Melatih pasien cara melakukan aktivitas atau kegiatan yang

pasien pilih dan pasien biasa melakukannya.

e) Menganjurkan pasien melakukan memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

2) SP 2 pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai

dengan kemampuan pasien.

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

b) Memberi pujian atas aktivitas atau kegiatan yang pasien lakukan

dan melakukan kegiatan selanjutnya.

c) Melatih pasien meningkatkan percaya diri dengan melakukan

kegiatan yang biasa pasien lakukan

d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3) SP 3 pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

b) Menjelaskan cara menggunakan obat secara teratur

c) Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

d) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4 Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

Tujuan tindakan untuk keluarga meliputi:

1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit

maupun di rumah

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

20

2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk

pasien

5 Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien

harga diri rendah adalah:

1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat

pasien.

2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada

pasien.

3) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan

cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah

perawat lakukan sebelumnya.

4) Memberi pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan

pasien.

a) SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga

dalam merawat klien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,

tanda dan gejala harga diri rendah.

(1) Menjelaskan tentang harga diri rendah

(2) Menjelaskan sebab harga diri rendah

(3) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi

(4) Menjelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah

b) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktik merawat klien

langsung di hadapan klien

Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara

merawat klien dengan harga diri rendah langsung di hadapan

klien.

(1) Melatih keluarga cara merawat klien harga diri rendah

(2) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien

langsung di hadapan klien

c) SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan

(1) Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan di rumah

termasuk minum obat.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

21

(2) Menjelaskan tentang perawatan dan perkembangan klien.

7. Evaluasi

Evaluasi untuk menilai kemampuan klien, keluarga dan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

harga diri rendah. Evaluasi keperawatan merupakan tindakan

keperawatan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pasien

gangguan jiwa dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam

merawat pasien gangguan jiwa (Keliat, 2010 p.93).

Evaluasi suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus

pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola

pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai

berikut:

S: Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan:”bagaimana perasaan

Ny. M setelah latihan menyapu?”

O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada

saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah

diajarkan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons

pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien, dan tindak lanjut oleh

perawat.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

22

Evaluasi tidak hanya fokus pada pasien tetapi keluarga juga perlu

dievaluasi karena mempunyai peran penting bagi perubahan perilaku positif

pasien. Evaluasi yang diharapkan yaitu:

a. Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki

b. Pasien dapat memilih kemampuan yang akan dilatih

c. Pasien dapat melakukan kemampuan yang telah dilatih

d. Paien dapat melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan

lain sampai semua kemampuan dilatih

e. Keluarga mengerti tentang harga diri rendah

f. Keluarga dapat melakukan cara merawat pasien dengan harga diri

rendah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

23

BAB III

METODE PENULISAN

Metoda penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang

metoda penulisan, sampel, teknik sampling, ruang lingkup, teknik

pengumpulan data, dan analisa yang digunakan dalam melaksanakan proses

keperawatan harga diri rendah.

A. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metoda deskriptif.

Penulis akan mendiskripsikan mengenai asuhan keperawatan kesehatan jiwa

dengan Harga Diri Rendah.

B. Sampel

Pada Karya Tulis Ilmiah penulis mengambil sampel dari beberapa pasien

yang dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo yang memenuhi kriteria

inklusi yaitu pasien Ny. M yang dirawat di ruang Larasati dengan masalah

utama Harga Diri Rendah.

Pengambilan sampel karya tulis ini didasarkan pada:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi terjangkau dan akan di teliti.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Pasien yang kooperatif

c. Pasien dengan masalah keperawatan harga diri rendah tanpa adanya

komplikasi penyakit berat atau cacat fisik

d. Pasien yang dirawat di RSJD Dr.Amino Gondohutomo

e. Pasien dengan tahap penanganan akut

f. Pasien berusia 15-49 tahun

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

24

56

2. Kriteria eksklusi

Menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi

dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2009 p. 92).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan yang tidak memungkinkan

pasien berkomunikasi seperti: bisu, tuli

b. Pasien dengan tahap penanganan krisis

Berdasarkan studi kasus dilapangan yang penulis lakukan, pasien yang

memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien Ny.M yang dirawat di ruang

Larasati RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

C. Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik convenience sampling

metodh (non-probability sampling technique dimana subjek dipilih karena

kemudahan atau keinginan penulis) pada Ny. M dengan masalah Harga Diri

Rendah di ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

D. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah

Tempat dan Waktu

1. Tempat

Studi kasus dilakukan di ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah

2. Studi kasus Karya tulis ilmiah dilakukan pada tanggal 25 sampai dengan 27

Januari 2017.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam pengelolaan pasien Ny M meliputi:

1. Teknik pengumpulan data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

(sumbernya) yaitu klien dengan Harga Diri Rendah dengan melakukan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

25

wawancara atau alat pengambil data langsung (lembar atau format asuhan

keperawatan kesehatan jiwa) pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer meliputi:

a. Teknik observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengobservasi atau

memantau (mengamati) suatu objek untuk mendapatkan data.

b. Teknik Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mewawancarai atau

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan studi

pembelajaran yang dilakukan guna mendapatkan data yang diinginkan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder (Tidak Langsung)

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak

langsung diperoleh dari subjek penelitian. Data sekunder penelitian ini

adalah data pasien Harga Diri Rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

sekunder meliputi:

a. Studi dokumentasi

Merupakan pendataan dari berbagai teknik pengumpulan data yang

telah dilakukan agar tercatat data yang relevan.

b. Pengumpulan data rekam medik

Merupakan pendataan dengan melihat data rekam medik pasien Harga

Diri Rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

F. Analisis

Dalam proses analisis Karya Tulis Ilmiah penelitian ini penulis

lakukan melalui beberapa tahap dari proses pengumpulan data sampai

dengan evaluasi. Dalam proses pengumpulan data penulis menelaah data

yang diproleh dari berbagai sumber wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Proses pengumpulan data diawali dengan mengumpulkan

informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Informasi-

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

26

informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjau literatur yang relevan,

informasi dari perawat ruangan, melihat rekam medis pasien, keluarga

pasien bahkan dari pasien itu sendiri yang mengarah pada data maupun

informasi tentang kesehatan jiwa pasien terutama pada gangguan Harga

Diri Rendah.

Analisis yang dilakukan penulis berikutnya penulis merumuskan

diagnosa keperawatan yang muncul pada pengkajian atau pengumpulan

data yang bermasalah, setelah merumuskan diagnosa keperawatan pasien

dengan Harga Diri Rendah penulis melakukan kegiatan asuhan

keperawatan yang terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus

dan rencana tindakan keperawatan. Setelah itu, penulis melakukan

beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarga yang

mana sudah terdapat pada intervensi keperawatan (strategi pelaksanaan

pasien dan keluarga). Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan

yang dilakukan pada pasien dengan Harga Diri Rendah, yaitu pasien

dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, pasien dapat

memilih aspek positif yang dimiliki, pasien dapat menilai dan memilih

aspek positif keluarga, lingkungan dan aspek positif yang dimilikinya,

dapat dukungan dari keluarga dalam melakukan kegiatan aspek positif

yang dimiliki pasien agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada

pasien, pasien dapat menggunakan obat dengan benar untuk

menghilangkan pemikiran negatif terhadap dirinya yang membuatnya

rendah diri.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

24

56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil dari asuhan

keperawatan pada Ny. M dengan Harga Diri Rendah di ruang Larasati. Penulis

juga akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil kasus

asuhan keperawatan jiwa pada Ny. M dengan Harga Diri Rendah di ruang

Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Hasil dan

pembahasan yang penulis lakukan meliputi biodata, pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan yang

dilaksanakan pada tanggal 25 sampai dengan 27 Januari 2017.

A. Hasil

1. Biodata Klien

Pengkajian dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Januari 2017 jam

10.00 WIB. Dari pengkajian yang telah penulis lakukan didapatkan data

sebagai berikut: pasien berinisial Ny. M, umur 39 tahun, jenis kelamin

perempuan, agama Islam,pekerjaan PNS guru, alamat Ds Kragon

Rembang jawa tengah, suku/ bangsa Jawa Indonesia, No. RM 00056321,

tanggal masuk 07 Januari 2017, diagnosa medis Skizofrenia Tidak

Terinci.

2. Pengkajian

a. Riwayat Pasien

Berdasarkan data yang didapat penulis saat pengkajian. Ny. M

dibawa oleh ayahnya ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah pada tanggal 07 Januari 2017 pukul 09.30 WIB dengan

alasan masuk pasien mengunci diri di kamar,merasa dirinya bersalah,

rendah diri tidak percaya diri dan cenderung menarik diri dari

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

28

hubungan dengan orang lain. Saat di lakukan pengkajian pada tanggal

25 januari 2017 pukul 10.00 WIB di dapatkan data subjektif pasien

mengatakan” saya malu mas dengan kondisi saya, saya merasa

bersalah akibat dari kondisi saya yang tidak bisa memiliki anak yang

menjadi awal permasalahan dengan suami yang mengakibatkan suami

pergi dari rumah mas, saya juga merasa pandang negatif oleh orang

lain akibat kondisi masalah yang saya alami” sedangkan data objektif

yang ditemukan pasien sering menyendiri dikamar, pasien berpikiran

negatif terhadap dirinya, pasien terlihat murung dan saat di ajak

berkomunikasi kontak mata pasien kurang.

Pada pengkajian fokus ditemukan data pada faktor

predisposisi adalahPasien sudah pernah dirawat di RSJD DR Amino

Gondohutomo pada bulan Maret tepatnya tanggal 27 Maret 2016

pukul 09.00 WIB maret pasien dibawa ke RSJD karena depresi yang

disebabkan oleh pertengkarannya dengan suami yang membuatnya

depresi sehingga perlu mengkonsumsi obat. Namun pada saat pasien

kembali di rumah pasien mendapat pandangan atau stigma negatif dari

masyarakat sekitar yang mengganggu perasaan pasien, dan kejadian itu

pula yang membuat suami pasien merasa malu dan memicu

pertengkaran dengan pasien yang menyebabkan suami pasien pergi

dari rumah pada bulan Juli 2016. Kejadian tersebut membuat pasien

mengalami tekanan yang membuat pasien sulit minum obat dan

memicu timbul pemikiran negatif terhadap dirinya yang menyebabkan

pasien merasa bersalah, rendah diri dan tidak percaya diri dengan

dirinya merasa dirinya tidak berguna.sedangkan, pada faktor

presipitasi adalah ± 4 minggu setelah masuk rumah sakit pasien

mendapat pandangan atau stigma negatif dari lingkungan sekitar,

masyarakat yang menyebabkan depresi yang dialami pasien meningkat

bertambah berat ditambah dengan masalah suami yang malu dengan

keadaan pasien dan pergi dari rumah yang membuat pasien semakin

berpikiran negatif tentang dirinya, tidak percaya diri terhadap dirinya.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

29

Pasien mulai mengurung diri di kamar, timbul rasa bersalah terhadap

diri sendiri yang membuat individu menarik diri dari lingkungan. Saat

pengkajian didapatkan data subjektif pasien “mengatakan mas malu

dengan kondisi dirinya, saya merasa renda bersalah, saya berpikir

bahwa kondisi saya menjadi penyebab suami pergi meninggalkan

rumah”sedangkan data objektif yang ditemukan pasien terlihat

murung, pasien lebih suka menyendiri dan menarik diri dari hubungan

dengan orang lain dan pasien memiliki pandangan negatif tentang

kondisi dirinya. Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

b. Review System

Pada pemeriksaan fisik tanggal 07 Januari 2017 pukul 10.00

WIB didapatkan data untuk tanda – tanda vital adalah Tekanan darah

130/ 80 mmHg, Nadi 86x/ menit, Suhu 37°C, Respiration rate20x/

menit. Sedangkan, antopometriadalah Tinggi badan 150 cm dan Berat

badan 52 kilogram. Pemeriksaan pada head to toe: bentuk kepala

mesochepal, rambut hitam, telinga simetris normal tidak ada

penumpukan serumen, mata konjungtiva tidak anemis penglihatan

baik, hidung bersih tidak ada sekret dan pembesaran polip, mulut bibir

lembab tidak ada stomatitis, leher tidak ada pembesatran kelenjar

tiroid, abdomen simetris norma tidak ada nyeri tekan, baik ekstremitas

atas dan bawah tidak ada oedema dan lesi, rentang gerak normal.

Pasien mengatakan memiliki keluhan fisik Pasien mengatakan pernah

menjalani operasi miom histerektomi yang menjadi pemicu

pertengkaran dengan suami dan membuat pasien kurang percaya diri

terhadap kondisi dirinya dan merasa berbeda dengan orang lain.

c. Pemeriksaan Data Fokus

Pada pengkajian data psikososial ditemukan data Pasien

merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pasien sudah menikah dan

tinggal serumah dengan suaminya.Keluarga pasien menganut pola

asuh demokratis, tapi saat terjadi pertengkaran pasien mengatakan saat

di rumah pasien kurang berkomunikasi baik dengan suaminya dan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

30

pasien cenderung atau lebih memilih berkomunikasi dengan orang tua

lewat telepon. Dalam pengkajian data psikososial ditemukan data

subjektif pasien “mengatakan mas saya merasa tidak diterima di

masyarakat akibat kondisi saya yang tidak bisa memilikianak, saya

malu mas pertengkarannya dengan suami yang mendapat stigma dari

masyarakat sekitar, saya enggan melakukan kegiatan PKK saya

merasa minder mas” sedangkan data objektif yang ditemukan pasien

lebih suka menyendiri dan menarik diri dari hubungan dengan orang

lain. Malasah Keperawatan koping individu tidak efektif

Pada pengkajian konsep diri ditemukan data, bahwa pasien

mengeluh dan berpikiran negatif tentang dirinya ditandai dengan saat

pengkajian gambaran diri ditemukan data subjektif pasien mengatakan

”kondisi tubuhnya saya berfungsi dengan baik mas, namun saya malu

terhadap kondisi saya mas yang tidak bisa memiliki anak, iya mas

saya dulu pernah menjalani operasi mioma histerektomi mas, saya

merasa bersalah gara-gara kondisi saya yang menyebabkan timbulnya

pertangkaran dengan suami saya mas, yang mengakibatkan suami

saya pergi dari rumah, saya malu mas dengan orang lain yang berada

disekitarnya saya yang berpikaran saya itu gagal dalam membangun

rumah tangga dan saya merasa diri saya tidak berguna mas”

sedangkan data objektif yang ditemukan pasien terlihat lebih suka

menyendiri dan saat di ajak berkomunikasi kontak mata pasien

kurang. Pasien memiliki pandangan negatif terhadap citra tubuhnya

ditandai dengan paasien kurang percaya diri dengan kondisi dirinya

dan berasumsi negatif terhadap kondisi yang pasien alami. Masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah

Data identitas diri pasien “Pasien mengatakan dirinya seorang

perempuan yang berusia 39 tahun dan bekerja sebagai guru smp,

namun saat ini pasien sudah tidak mengajar karena mengalami sakit

yang membuat pasien berada di rumah sakit jiwa pasien mengatakan”

saya malu dengan kondisi situasi yang terjadi saat ini mas, saya

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

31

merasa tidak dihargai lagi seperti dulu saat masih mengajar menjadi

guru smp” dan pada data peran diri Pasien ”mengatakan bekerja

sebagai guru smp di kragen rembang peran dirinya sebagai pengajar

saat di smp dan saat di rumah pasien berperan sebagai ibu rumah

tangga namun saat ini pasien mengatakan saya merasa tidak berguna

mas, saya malu, saya kecewa terhadap kondisi dirinya saat ini”.

Masalah keperawatan Harga Diri Rendah.

Dari data pengkajian ideal diri Pasien ditemukan data subjektif

pasien mengatakan” saya ingin sembuh dan pulang ke rumah kedua

orang tuanya ssaya mas, ketika saya pulang saya ingin dapat kembali

mengajar dan bisa bisa dipandang baik oleh orang-orang mas”

sedangakan data objektif yang ditemukan pasien mengungkapkan

keinginan dirinya yang ingin cepat sembuh sedangkan dari pengkajian

harga diri ditemukan data subjektif menurut pandangan pasien tentang

dirinya Pasien mengatakan “saya malu terhadap kondisi saya mas

yang tidak bisa memiliki anak, iya mas saya dulu pernah menjalani

operasi mioma histerektomi mas, saya merasa bersalah gara-gara

kondisi saya yang menyebabkan timbulnya pertangkaran dengan

suami saya mas, yang mengakibatkan suami saya pergi dari rumah,

saya malu mas dengan orang lain yang berada disekitarnya saya yang

berpikiran saya itu gagal dalam membangun rumah tangga dan saya

merasa diri saya tidak berguna mas”. Masalah Keperawatan Harga

Diri Rendah

Pada pengkajian hubungan sosialnya didapatkan data subjektif

pasien mengatakan “orang terdekatnya saya itu kedua orang tuanya

saya mas, saya jarang mengikuti kegiatan PKK mas saya minder

dengan keadaan saya”. itu menandakan peran bagaimana dia berada

dalam kegiatan kelompok masyarakat, pasien mengatakan “saya tidak

suka mas ikut kegiatan sosial masyarakat saya lebih suka sendiri saya

tidak suka bersosialisasi dengan orang lain, saya lebih suka sendiri

mas, saya enggak mau berbincang-bincang terlalu lama dengan orang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

32

lain, saya lebih suka menyendiri pasien mas” data objektif yang

ditemukan pasien lebih suka berdiam diri tidak mau mengikuti

aktivitas sosial. Pada pengkajian status mental diperoleh data yaitu

pasien tampak bersih, rambut berwarna hitam pendek, pakaian terlihat

lusuh, pakaian yang digunakan sesuai dengan aturan dari rumah sakit.

Pasien berbicara dengan nada pelan, Pasien dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan namun pasien tidak mau berkomunikasi

terlalu lama dengan orang lain. Interaksi selama wawancara kontak

mata pasien kurang, pasien mau menatap lawan bicara walau cuma

sebentar pasien lebih sering menunduk, Saat ditanya pasien mampu

menjawab pertanyaan dengan suara nada yang pelan dan Pasien tidak

suka di ajak berkomunikasi terlalu lama dengan orang lain. Masalah

Keperawatan isolasi sosial.

Pada pengkajian Mekanisme koping adaptif diperoleh data

pasienberbicara ketika diajak berbicara terlebih dahulu, pasien akan

keluar bila ada perawat yang mengajaknya untuk berjalan-jalan keluar

ruangan. Pada mekanisme koping maladaptif ditemukan data subjektif

Pasien mengatakan ”saya lebih suka sendiri mas, saya tidak suka

keramaian saya malu, minder dengan orang lain mas, saya takut

dipandang jelek sama orang mas”. dan bila pasien mendapat masalah

pasien lebih sering untuk memendam permasalahan itu sendiri tanpa

mau berbicara dengan orang lain ditandai dengan pasien mengatakan

”saya malu mas, saya gak mau bercerita dengan orang lain mas saya

minder dengan keadan saya” sedangkan data objektif yang diperoleh

pasien sering menyendiri dikamar dan lebih cenderung menjauh dari

hubungan sosial dengan orang lain. Masalah Keperawatan Koping

Individu tidak efektif

Pada pengkajian masalah psikososial dan lingkungan

didapatkan data pasien Pasien terlihat lebih senang menyendiri

dibanding bersosialisasi dengan orang lain, ketika di tanya bahwa

pasien malu terhadap dirinya tidak percaya diri dan lebih suka

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

33

menyendiri, lebih memilih untuk tidak berkomunikasi dengan orang

lain bila tidak diajak komunikasi dengan orang lain. Pasien

beranggapan bahwa orang lain mengganggap dirinya dengan

pemikiran negatif tentang kondisi dirinya. Masalah keperawatan

isolasi sosial.

d. Pengkajian aspek medis diagnosa medis yang Skizofrenia Tidak

Terinci.

e. Terapi medis

Berdasarkan hasil pengkajian dan obervasi pasien Ny.M pada

tanggal 7 Januari 2017 pukul 07.30 WIB sampai dengan tanggal 22

Januari 2017 pukul 17.30 WIB pasien mendapatkan obat olanzapine

2x 5mg, Ikalep 2 x 250 mg dan Fluoxetin 1 x 10 mg sedangkan pada

tanggal 23 sampai dengan tanggal 27 januari 2017 pukul 17.30 WIB

pasien hanya mendapat olanzapine 2x 5mg

f. Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari pengkajian

dan observasi diatas penulis dapat menganalisis data pasien Ny M

dengan menyimpulkan Masalah Keperawatan yang muncul sebagai

berikut:

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari pengkajian dan

observasi penulis memperoleh data subjektif pasien mengatakan “saya

malu terhadap kondisi saya mas yang tidak bisa memiliki anak, iya

mas saya dulu pernah menjalani operasi mioma histerektomi mas,

saya merasa bersalah gara-gara kondisi saya yang menyebabkan

pertangkaran dengan suami saya mas, yang mengakibatkan suami

saya pergi dari rumah, saya malu mas dengan orang lain yang berada

di sekitarnya saya yang berpikiran saya itu gagal dalam membangun

rumah tangga dan saya merasa diri saya tidak berguna mas, saya

merasa tidak dihargai mas, saya lebih senang sendiri saya minder,

takut dipandang jelek sama orang-orang disekitar saya”. Sedangkan

data objektif yang ditemukan pasien merasa malu terhadap dirinya,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

34

pasien berpikiran negatif terhadap dirinya, pasien kurang memiliki ras

percaya diri, saat pasien diajak berkomunikasi kontak mata kurang

dan pasien lebih suka menyendiri dibanding bersosialisasi dengan

orang lain. Masalah keperawatan yang muncul adalah Harga Diri

Rendah

Berdasarkan dari hasil pengkajian dan observasi masalah

keperawatan kedua data yang diperoleh penulis data subjektif pasien

mengatakan “saya tidak suka mas ikut kegiatan sosial masyarakat saya

lebih suka sendiri saya tidk suka bersosialisasi dengan orang lain, saya

lebih suka sendiri mas, saya enggak mau berbincang-bincang terlalu

lama dengan orang lain, saya lebih suka menyendiri pasien mas”

sedangkan data objektif yang ditemukan pasien terlihat lebih suka

menyendiri di dalam kamar, pasien tidak suka berbincang-bincang

terlalu lama dengan orang lain dan saat diajak berkomunikasi kontak

mata kurang. Masalah keperawatan yang muncul adalah Isolasi sosial.

Berdasarkan dari hasil pengkajian dan observasi masalah

keperawatan ketiga data yang diperoleh penulis data subjektif pasien

merasa malu dengan kondisi dirinya ketika ada masalah yang dihadapi

pasien mengatakan dalam menyelesaikan masalah pasien lebih

memilih memendam dan tidak mau menceritakan nya dengan orang

lain ditandai dengan diperoleh data pasien berbicara ketika diajak

berbicara terlebih ditemukan data subjektif Pasien mengatakan “saya

lebih suka sendiri mas, saya tidak suka keramaian saya malu, minder

dengan orang lain mas, saya takut di pandang jelek sama orang mas”

dan bila pasien mendapat masalah pasien lebih sering untuk

memendam permasalahan itu sendiri tanpa mau berbicara dengan

orang lain ditandai dengan pasien mengatakan”saya malu mas, saya

gak mau bercerita dengan orang lain mas saya minder dengan keadaan

saya” Sedangkan data objektif: pasien lebih suka menyendiri dan

berdiam diri, pasien tidak suka berbicara dengan orang lain terlalu

lama dan beranggapan bahwa orang lain menilai dirinya dengan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

35

pandangan yang negatif. Masalah keperawatan yang muncul adalah

Koping Individu Tidak efektif

Berdasarkan data diatas, ditemukan masalah keperawatan yaitu

Harga Diri Rendah, Isolasi sosial dan Koping Individu tidak efektif.

Sehingga tersusun pohon masalah, sebagai berikut:

Akibat Isolasi sosial

Core Problem Harga diri rendah

Penyebab Koping Individu idak Efekif Gambar 4.1. Pohon Masalah Harga Diri Rendah pada Ny.M

3. Berdasarkan data diatas yang diperoleh penulis baik dari pengkajian dan

observasi serta dari pohon masalah diatas penulis menyimpulkan diagnosa

keperawatan pasien Ny. M yaitu Harga Diri Rendah

4. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan yang utama

gangguan konsep diri: harga diri rendah dilakukan pada hari Rabu, tanggal

25 Januari 2017 pukul 10.450 WIB.

Tujuan Umum (TUM): pasien memiliki konsep diri yang positif.

Tujuan Khusus (TUK) pertama: pasien dapat membina hubungan saling

percaya dengan perawat. Kriteria yang diharapkan: menunjukkan ekspresi

wajah yang bersahabat, rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,

menyebutkan nama, mau menjawab salam, pasien mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensinya adalah bina hubungan saling percaya dengan

mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik: sapa pasien dengan ramah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

36

baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan

nama lengkap dan nama panggilan yang disukai, jelaskan tujuan

pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima

apa adanya, beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.

Tujuan Khusus (TUK) kedua: pasien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Kriteria yang diharapkan:

pasien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki, aspek positif

keluarga, dan aspek positif lingkungan. Intervensinya adalah diskusikan

kemampuan aspek positif keluarga dan lingkungan yang dimiliki pasien,

bersama pasien membuat daftar tentang aspek positif pasien, keluarga,

lingkungan, dan kemampuan yang dimiliki pasien, utamakan memberi

pujian yang realistik dan hindarkan penilaian negatif.

Tujuan Khusus (TUK) ketiga: pasien dapat menilai kemampuan

yang dimiliki untuk digunakan. Kriteria yang diharapkan: pasien dapat

menyebutkan kemampuan yang dapat digunakan. Intervensinya adalah

diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilaksanakan dan

digunakan selama sakit,diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

penggunaannya.

Tujuan Khusus (TUK) keempat: pasien dapat (menetapkan)

merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria

yang diharapkan: pasien mampu membuat rencana kegiatan harian.

Intervensinya adalah rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, tingkatkan kegiatan sesuai dengan

toleransi kondisi pasien, beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh

pasien lakukan.

Tujuan Khusus (TUK) kelima: pasien dapat melakukan kegiatan

sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Kriteria yang diharapkan: dapat

melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat. Intervensinya adalah

beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan,

pantau kegiatan yang dilaksanakan, beri pujian atas keberhasilan pasien,

diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pasien pulang.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

37

Tujuan Khusus (TUK) keenam: pasien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada. Kriteria yang diharapkan: pasien memanfaatkan

sistem pendukung yang ada di keluarga. Intervensinya adalah beri

pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan

gangguan konsep diri: harga diri rendah, bantu keluarga memberikan

dukungan selama pasien dirawat, bantu keluaraga menyiapkan lingkungan

rumah.

Tujuan khusus (TUK) ketujuh: pasien dapat memanfaatkan obat

dengan baik. Kriteria yang diharapkan: pasien dan keluarga dapat

menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat, dapat

mendemostrasikan penggunaan obat, termotivasi untuk berbicara apabila

dirasakan ada efek samping obat, memahami akibat berhentinya minum

obat, dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat. Intervensinya

adalah anjurkan pasien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya, anjurkan pasien dengan beratnya kepada dokter tentang efek

dan efek samping obat yang dirasakan, diskusikan akibat berhenti obat

tanpa konsultasi, bantu pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari dan

diawali pada tanggal 25 Januari 2017 pukul 10.50 WIB yaitu Melakukan

tindakan SP1 Pasien yang pertama yaitu Membina hubungan saling

percaya seperti menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri

dengan sopan, menanyakan nama dan alamat pasien, menanyakan

masalah yang dihadapi pasien. Mendiskusikan kemampuan aspek positif

yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih

dapat digunakan atau dilakukan, membantu memilih atau menetapkan

kemampuan yang akan dilatih pukul 11.40 WIB yaitu melatih pasien

sesuai dengan kemampuan yang dipilih “merapikan tempat tidur”,

menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam

rencana harian. Evaluasi tindakan diperoleh evaluasi subjektif: pasien

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

38

menjawab pertanyaan yang diberikan perawat ditandai pasien mengatakan

“selamat pagi, nama saya ny M, saya malu mas melihat kondisi saya yang

seperti ini, saya pernah mengalami permasalahan keluarga yang membuat

saya bertengkar dengan suami saya yang membuat suami saya pergi dari

rumah, saya kalau di rumah terkadang sering bersih-bersih menyapu di

rumah, iya mas saya mau melakukan latihan merapikan tempat tidur

sedangkan data evaluasi objektif: pasien bersedia berjabat tangan, pasien

mau diajak berbincang- bincang walau hanya sebentar, kontak mata

kurang pasien cenderung kurang fokus, pasien bersedia

mendemonstrasikan merapikan tempat tidur. Assessment pada tindakan

masalah belum teratasi, pasien dapat merapikan tempat tidur walau belum

rapiplanning pertahankan SP 1P, pasien: anjurkan pasien merapikan

tempat tidur lagi agar rapi, perawat: latih dan bantu pasien dalam

merapikan tempat tidur

Dilanjutkan pada hari Kamis, 26 Januari 2017 pukul 09.15 WIB

yaitu: melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih merapikan

tempat tidur, mengevaluasi tindakan sebelumnya dilakukan pasien

merapikan tempat tidur, melatih pasien untuk membantu merapikan tempat

tidur, memasukan kegiatan yang dilakukan pasien ke jadwal harian.

Evaluasi tindakan diperoleh evaluasi subjektif: Ny M menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh perawat di tandai dengan mengatakan”

selamat pagi, baik, iya dimas, saya sudah merapikan tempat tidur tadi pagi,

iya saya bersedia melakukan kegiatan yang kedua”. Evaluasi tindakan

diperoleh evaluasi objektif: pasien terlihat sudah tidak menutup diri pasien

mau berjabat tangan tanpa ada rasa malu, pasien mau berbincang-bincang

dengan perawat tanpa terlihat malu atau menutup diri, pasien mampu

menceritakan kegiatan yang sudah di lakukan. Assessmentyang diperoleh

setelah tindakan selesai SP 1P teratasi, pasien mampu merapikan tempat

tidur sesuai dengan yang di ajarkan perawat. PlanningSP 2P, pasien:

anjurkan untuk melakukan latihan yang kedua membantu perawat dalam

menata piring makanan untuk pasien di meja makan, perawat: beri latihan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

39

yang kedua SP 2P” membantu perawat dalam menata piring pasien di meja

makan”.

Jumat, 27 Januari 2017 pukul 11.00 WIB melakukan tindakan SP

2 Pasien yaitu: melatih pasien untuk membantu perawat dalam menata

piring makan pasien di meja makan untuk menghilangkan rasa malu dan

pandangan negatif tentang dirinya dengan melakukan hal yang dapat

meningkatkan rasa sosial pasien, mengevaluasi tindakan sebelumnya,

memberikan pengarahan tentang SP 2P pada pasien, melatih pasien untuk

membantu perawat dalam menata piring makan untuk pasien di meja

makan, memasukan nya kegiatan ke jadwal harian. Evaluasi tindakan yang

diperoleh evaluasi subjektif: pasien mengatakan ”selamat pagi mas, saya

malu mas dilihat banyak orang mas, saya takut menjatuhkan piring

mas”.evaluasi tindakan yang di peroleh evaluasi objektif: pasien tampak

malu dan sedikit cemas takut melakukan kesalahan, pasien tidak bisa

mengulang kegiatan SP 2P yang sudah di ajarkan, pasien hanya berdiam

diri takut dan malu dalam melakukan kegiatan membantu perawat dalam

menata piring makan pasien di meja makan. AssessmentSP 2P belum

teratasi, mengevaluasi tindakan yang sudah di ajarkan belum tercapai SP

2P belum teratasi. Planning latih kembali SP 2P, evaluasi kegiatan

tindakan yang dilakukan pasien dalam melakukan SP 2P

Pukul 17.00 WIB SP 2P mengevaluasi tindakan yang sudah

diarahkan atau diajarkan perawat, menanyakan kembali respon pasien

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan SP 2P. evaluasi yang diperoleh

dari kegiatan evaluasi subjektif: selamat sore mas, saya takut seperti tadi

siang mas saya malu di lihat banyak orang, iya mas saya mau mencoba

sekali lagi. Evaluasi tindakan yang diperoleh evaluasi objektif: pasien

tampak cemas dan malu takut melakukan kesalahan, pasien bisa

membantu perawat dalam menata piring makan pasien di meja makan

walau harus dimotivasi dan dituntun oleh perawat dahulu. Assasment pada

tindakan awal masalah SP2P teratasi planning lanjutkan SP Keluarga.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

40

Dalam melakukan tindakan keperawatan baik implementasi dan

evaluasi penulis baru melakukan tindakan SP 1P dan SP 2P, sedangkan

tindakan yang belum dilakukan tindakan keperawatan berikutnya adalah

SP Keluarga meliputi: SP 1K keluarga mamapu menjelaskan pengertian

dan tanda-tandai orang yang mengalami Harga Diri Rendah, SP 2K

keluarga dapat menyebutkan tiga cara merawat pasien dengan Harga Diri

Rendah dan SP 3K keluarga mampu melatih pasien melakukan aspek

positif yang dimiliki dan keluarga mampu melakukan tindakan tindak

lanjut sesuai tindakan

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara kasus

yang penulis dapatkan pada kasus Ny.M dengan teori yang ada, penulis juga

menggali kesenjangan yang muncul antara kasus Ny.M dengan teori yang ada

serta membahas kesenjangan tersebut menggunakan teori lain yang

mendukung mengapa terjadi kesenjangan antara kasus yang didapat penulis

dalam memberikan asuhan keperawatan pasien Ny.M dengan teori yang ada.

Meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Masalah keperawatan yang pertama, yaitu Harga Diri Rendah

Menurut teori Yosep (2014) pasien dengan Harga Diri Rendah memiliki

manifestasi yang dapat dijumpai dengan melihat tanda-tanda Harga Diri

Rendah meliputi: mengkritik diri, merasa bersalah, menunda keputusan,

sulit bergaul, menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas,

menarik diri dari realitas, menciderai diri, berfikir negatif terhadap

dirinya, melukai orang lain, perasaan tidak mampu, pandangan hidup

yang pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktifitas, penolakan

terhadap kemampuan diri, kuarang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, tidak berani menatap

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

41

lawan bicara, lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan nada

suara lemah.

Pada kenyataanya pasien Ny M tidak mengalami kesulitan dalam

bergaul bergaul hanya perlu pendekatan yang lebih, pasien terlihat tidak

menciderai diri, pasien tidak ada tanda-tanda melukai orang lain, pasien

terlihat memiliki nafsu makan dan pasien Ny M berani menatap lawan

bicara walau sebentar.

Berdasarkan data tersebut ditemukan kesenjangan antara data yang

diperoleh penulis dan teori yang ada disebabkan pasien sudah mendapat

tindakan keperawatan oleh perawat di ruang larasati selama 18 dimulai

dari tanggal 7 Januari 2017 pukul 10.00 WIB sampai dengan 24 januari

2017 pukul 10.00 WIB. Keliat (2009) tujuan dilakukan tindakan

keperawatan pada pasien jiwa adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa dengan memberikan

tindakan keperawatan pada pasien jiwa.

Menurut Prabowo (2014) terapi untuk pasien dengan gangguan

Harga Diri Rendah salah satunya terapi Psikofarmaka berbagai jenis obat

psikofarmaka yang hanya diperoleh dengan resep dokter, yang di bagi

menjadi 2 golongan yaitu golongan generasi pertama dan golongan

kedua. Obat termasuk golongan pertama misalnya chlorpromazine HCL,

Thoridazine dan Haloperidol dan obat golongan kedua misalnya

Risperidone, Olozapine, Glanzapine, Fluoxetin dan Aririprazole.

Pada kenyataanya dalam pemberian obat sebagai terapi

psikofarmaka dalam pemberian obat pada pasien Ny.M mengalami

pengurangan melihat dari data rekam medik saat pasien masuk pada

tanggal 7 januari 2017 pukul 09.30 WIB pasien diberikan obat 3 jenis

obat olanzapine 2x 5mg, Ikalep 2 x 250 mg dan Fluoxetin 1 x 10 mg

sampai tanggal 23 Januari 2017 pukul 17.30 WIB sebagai terapi

psikofarmaka namun pada tanggal 24 Januari 2017 pukul 07.30 WIB

pasien mendapat pengurangan obat yang awalnya mendapat 3 jenis obat

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

42

olanzapine 2x 5mg sekarang hanya 1 jenis obat sebagai terapi

psikofarmaka yang dijalani.

Berdasarkan data tersebut ditemukan kesenjangan antara data yang

diperoleh penulis dan teori yang ada disebabkan, kenapa terjadi

pengurangan obat pada pasien Ny.M karena pasien dalam fase akut bukan

lagi dalam fase krisis. Menurut Stuart yang dikutip oleh Nurjanah (2014)

Fase penanganan akut dengan kondisi pasien Memerlukan intervensi

keperawatan individu dan intervensi dalam menyelesaikan ADL, Tidak

memahami atau menolak program pengobatan memerlukan observasi

penuh keperawatan dan memerlukan intervensi keperawatan Resiko

mencederai diri sendiri atau orang lain menunjukkan gangguan persepsi,

kognitif, dan afektif dan memerlukan pengarahan ulang, orientasi dan

pembatasan yang nyata. Sedangkan Fase penangann krisis adalah fase

penanganan dengan kondisi pasien tergantung penuh dalam pelaksanaan

ADL, tidak memahami atau menolak program pengobatan,memerlukan

intervensi keperawatan satu persatu sepanjang shift, beresiko mencederai

diri sendiri dan orang lain dan menunjukkan gangguan persepsi, kognitif,

afektif yang konsisten dan berat.

terapi medik berupa Olanzapine 2x 5mg yang berfungsi

menyeimbangkan kembali zat kimia di otak sehingga mengurangi

halusinasi, kegelisahan, dan membuat orang berfikir lebih jernih sehingga

lebih aktif berperan dalam kehidupan sehari-hari. Ikalep 2 x 250 mg,.

Indikasinya diberikan pada pasien epilepsi jenis petit mal (Simple &

Complex Absence Seizure) Kontraindikasi: penyakit jantung, hati dan

ginjal, hipertensi, glaukoma. (Dalami, dkk, 2009).

Peran perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien

Ny.M meliputi pemberian terapi psikofarmaka, Pemberian TAK (terapi

aktivitas kelompok) dan Komunikasi Terapeutik. Prabowo (2014) terapi

aktivitas kelompok merupakan rencana pengobatan pada pasien

gangguan jiwa yang menggunakan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial seperti melakukan aktivitas sebagai

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

43

stimulus untuk memberikan pasien pengalaman dan menjadikanya

pembelajaran dalam menyelesaikan suatu masalah. Sedangkan

komunikasi terapeutik menurut Direja (2011) mendefinisikan terapeutik

merupakan kata sifat yang dihubungkan denga seni dari penyembuhan.

Disini dapat diartikan bahwa komunkasi teraupetik adalah komunikasi

yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatanya difokuskan untuk

penyembuhan pasien. Sedangkan manfaat komunikasi terapeutik itu

sendiri untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat

dan pasien melalui hubungan perawat-klien. Proses komunikasi yang

baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu

pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap

perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaannya untuk

mencegah adanya tindakan yang negative terhadap diri sendiri (Direja,

2011)

Dalam penelitian Rosdiana (2009), telah dibuktikan bahwa macam-

macam gangguan jiwa, HDR, Halusinasi, RPK, isolasi sosial dan DPD

perlu komunikasi terapeutik komunikasi perawat dengan pasien jiwa

mempunyai efek penyembuhan baik dalam kontens kesehatan jiwa

maupun kesehatan fisik. Dalam melakukan komunikasi terapeutik

Menurut Keliat yang dikutip Direja (2011) mengungkapkan terdapat 5

sikap perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik seperti

berhadapan antara pasien dan perawat, mempertahankan kontak mata,

membungkuk ke arah pasien yeng bertujuan untuk menunjukan

keinginan untuk mendengar apa yang diucapkan pasien,

memepertahankan sikap terbuka dan tetap rileks.

Pada kenyataanya penulis dalam melakukan komunikasi terapeutik

duduk bersebelahan dengan pasien, Berdasarkan data tersebut ditemukan

kesenjangan antara data yang diperoleh penulis dan teori yang ada

disebabkan dalam kenyataannya melakukan komunikasi terapeutik

penulis perlu mengikuti apa yang diinginkan pasien bisa berupa waktu

dan tempat. Pada saat melakukan komunikasi terapeutik Ny M lebih

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

44

senang jika komunikasi terapeutik dilakukan di ruangan kamar pasien,

yang hanya difasiliti kamar tidur pasien dan kamar mandi dalam,

sehingga penulis harus mengikuti kondisi yang ada dengan melakukan

komunikasi teraupetik dengan duduk bersebelahan tidak berhadap-

hadapan agar pasien lebih merasa nyaman.

Dalam melakukan tindakan keperawatan pemberian reinforcement

juga penting dalam meningkatkan rasa percaya diri pasien setelah

melakukan tindakan keperawatan yang sudah dijalani seperti terapi

psikofarmaka, terapi aktivitas kelompok dan setelah melakukan tindakan

keperawatan komunikasi terapeutik penulis dengan pasien. Menurut

Wade dan Tavis (2008) yang dikutip Perdana Putra dalam penelitiannya

penguatan reinforcement yang dikategorikan atas dua bentuk yaitu

reinforcement primer dan reinforcement sekunder. Reinforcement primer

merupakan stimulus yang secara alami memeperkuat suatu perilaku,

biasanya karena dapat memenuhi kebutuhan psikologi sedangkan

reinforcement sekunder merupakan stimulus yang memiliki kemampuan

untuk memperkuat perilaku melalui asosiasi dengan inforcement lainnya.

Keluarga berperan penting dalam proses penyembuhan pasien

Ny.M yang mengalami masalah keperawatan harga diri rendah, keluarga

bisa menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat proses

penyembuhan pasien, keluarga yang tidak memberi dukungan baik fisik

maupun moral bisa menghambat pasien dalam proses penyembuhan.

Menurut Nuraenah (2012) Dukungan keluarga, keluarga sangat berperan

penting dalam proses penyembuhan klien. Salah satu peran dari fungsi

keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial anggota keluarga dalam memberikan kasih sayang.

Dukungan keluarga meliputi: sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita sakit. Fungsi dari peran keluarga adalah sebagai

sistem pendukung dalam memberikan pertolongan bagi anggota keluarga

yang menderita gangguan jiwa.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

45

Masalah keperawatan yang kedua, yaitu Isolasi Sosial. Menurut

teori Townsed yang dikutip muhith (2015) pasien dengan isolasi sosial

memiliki manifestasi tanda dan gejala seperti: kurang spontan, apatis,

ekpresi wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak merawat dan

memeprhatikan kebersihan diri kebersihan diri, komunikai verbal

menurun. Pasien lebih suka menyendiri dibandingkan bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar, pemasukan makan dan minum terganggu,

aktivitas menurun dan menolak hubungan dengan orang lain.

Kenyataanya pada saat penulis melakukan pengkajian dan

observasi pada pasien Ny.M diperoleh data pasien dapat memperhatikan

dan merawat kebersihan diri dengan mandi 2x sehari, pasien tidak

terganggu pemasukan makan dan minumnya dan pasien mau

berhubungan dengan orang lain.

Berdasarkan data tersebut ditemukan kesenjangan antara data yang

diperoleh penulis dan teori yang ada disebabkan pasien sudah mendapat

tindakan keperawatan komunikasi terapeutik, terapi aktifitas klompok dan

terapi lingkungan

Pasien yang sudah yang sudah mendapatkan komunikasi terapeutik

tentunya akan mengalami perubahan komunikasi verbal yang lebih baik

seperti yang di jelaskan ramdhani yang dikutip oleh nyumirah (2013)

dalam penelitiannya mengatakan bahwa pada proses komunikasi akan

terjadi memberikan penerapan keterampilan berkomunikasi diajarakan

cara bertanya untuk konfirmasi, cara memberi dan menerima pujian, cara

mengeluh dan menghadapi keluhan, cara menolak, cara meminta tolong,

cara berempati dan cara berinteraksi dengan oarng lain sedangkan Dalam

penelitian Rosdiana (2009), telah dibuktikan bahwa macam-macam

gangguan jiwa, HDR, Halusinasi, RPK, isolasi sosial dan DPD perlu

komunikasi terapeutik komunikasi perawat dengan pasien jiwa

mempunyai efek penyembuhan baik dalam kontens kesehatan jiwa

maupun kesehatan fisik klien dengan defisit (merawat diri)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

46

Menurut Dermawan & Rusdi terapi lingkungan merupakan terapi

yang berkaitan dengan menjaga dan memelihara aspek lingkungan yang

kondusif yang berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang

akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut

memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologi

seseorang.

Masalah keperawatan yang ketiga, yaitu Koping Individu Tidak

Efektif. Menurut Prabowo (2014) menjelaskan Koping individu tidak

efektif merupakan ketidakmampuan yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon

terhadap situasi yang mengancam. Meningkatnya mekanisme koping

individu salah satunya dengan adanya dukungan sosial. Dengan adanya

dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat

menimbulkan perasaan diperhatian, disenangi dan dihargai sehingga

dapat merubah mekanisme koping individu.

Kenyataannya pada saat penulis melakukan pengkajian dan

observasi pada pasien Ny.M diperoleh data pasien mengatakan malu

dengan kondisi dirinya ketika ada masalah yang dihadapi pasien

mengatakan dalam menyelesaikan masalah pasien lebih memilih

memendam dan tidak mau menceritakan nya dengan orang lain. Namun

setelah mendapatkan tindakan keperawatan seperti terapi psikofarmaka,

terapi aktivitas klompok dan kominkasi terappeutik, pasien cenderung

terbuka mau bercerita berbagi dengan perawat dan dapat menyesuaikan

diri dengan perubahan walau masih perlu bimbingan dan arahan dari

perawat.

Berdasarkan data tersebut ditemukan kesenjangan antara data yang

diperoleh penulis dan teori yang ada disebabkan pasien sudah mendapat

tindakan keperawatan komunikasi terapeutik, terapi aktifitas klompok,

terapi psikofarmaka dan terapi lingkungan serta mendapat dukungan dari

perawat yang selalu memberikan motivasi kepada pasien. Menurut

Rasmun yang dikutip oleh penelitian Amri dan Syaefudin mengatakan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

47

tingkat keberhasilan atau keefektifan koping yang digunakan oleh

individu dalam menghadapi kecemasanya dalam menyelesaikan masalah

dapat diartikan bahwa dalam menghadapi stressor jika strategi koping

yang digunakan efektif serta lingkungan yang mendukung maka akan

menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam

sebuah kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat menghasilkan gangguan

kesehatan fisik maupun psikologis. Faktor yang bisa menjadi

penghambat dalam proses penyembuhan pasien dengan koping individu

tidak efektif adalah keluarga namun keluarga juga bisa menjadi faktor

yang mempercepat proses penyembuhan dan mengubah pola pikir pasien

menjadi positif dan memiliki koping individu yang efektif.

Faktor penghambat penulis yaitu penulis perlu mengikuti kondisi

keadaan pasien yang memiliki mood yang berubah-ubah yang dapat

mengganggu proses pengkajian dan komunikasi terapeutik dan tidak dapat

melakukan pengkajian dengan maksimal karena keluarga pasien pada saat

pengkajian belum ada yang menjenguk. Faktor pendukung yang

didapatkan penulis selama melakukan pengkajian adalah hubungan saling

percaya antara perawat dengan pasien terbina cukup baik dan penulis

mendapat informasi lain dari perawat ruangan. Sedangkan solusi yang

dilakukan penulis saat ini adalah validasi kepada perawat ruangan dan

melihat buku status klien.

2. Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis terhadap Ny. M pada

tanggal 25 Januari 2017, ditemukan data-data yang mengarahkan pada

Harga Diri Rendah seperti pasien mengatakan malu terhadap kondisi

dirinya, tidak berharga, memiliki pemikiran negatif terhadap diri sendiri,

tidak percaya dengan kemampuan diri, merasa gagal sehingga penulis

mengganggap diagnosa keperawatan tersebut sebagai diagnosa yang

utama.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

48

Terdapat beberapa teori yang menyebutkan diagnosa keperawatan

pada pasien dengan Harga Diri Rendah dibagi menjadi dua yaitu:

gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah dan Harga Diri Rendah.

Menurut Prabowo (2014) menyebutkan gangguan Konsep Diri: Harga Diri

Rendah merupakan penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri sedangkan Direja (2011)

harga diri rendah merupakan evaluasi diri atau perasaan tentang diri dan

kemampuan yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama sedangkan

menurut Yosep (2014) Harga Diri Rendah merupakan perasaan tidak

berharga, tidak nerarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat

evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya

perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu

mecapai keinginan sesuai ideal diri.

Kenyataannya dalam penulis menegakkan diagnosa keperawatan

penulis melakukan pendokumentasian dengan cara menentukan masalah

keperawatan yang menjadi akibat, core problem, dan causa dengan

menggunakan format yang telah distandarkan, penulis menegakan

diagnosa keperawatan pada Ny.M dengan single diagnosa.

Berdasarkan data tersebut ditemukan kesenjangan antara data yang

diperoleh penulis dan teori yang ada, dari hasil pengkajian dan observasi

pada pasien Ny.M serta mengacu pada teori Yosep (2014) dan Direja

(2011) yang menegakan diagnosa pasien Harga Diri Rendah dengan single

diagnosa, dalam merumuskan serta memunculkan diagnosa penulis

menggunakan single diagnosa yaitu Harga Diri Rendah. Menurut

Carpenito yang dikutip Direja (2011) diagnosa keperawatan merupakan

penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu

terhadap masalah kesehatan yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan

pendidikan dan pengalamanya, diagnosa keperawatan adalah penilaian

atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

49

3. Intervensi keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Harga

Diri Rendah diruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah selama 3 hari pada tanggal 25-27 Januari 2017. Penulis

menyusun intervensi sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus

intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada Ny.M dengan

menggunakan teori menurut Prabowo (2014) terdapat tujuan umum

pasien dengan Harga Diri Rendah dan 7 tujuan khusus pasien dengan

Harga Diri Rendah meliputi: TUM (Tujuan Umum) yaitu pasien dapat

memiliki konsep diri yang positif dan 6 Tujuan Khusus diantaranya

pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien dapat

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, pasien

dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk digunakan, pasien dapat

menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampua yang

dimiliki, pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang

telah dibuat, pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dan

pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Akan tetapi pada kenyataan penulis mengalami kesulitan dalam

merencanakan tujuan khusus yang ke 4,5 dan 6, hal ini dikarenakan pada

saat penulis merencanakan tujuan khusus 4 dan 5 penulis mengalami

kesulitan yang disebabkan pasien Ny.M tidak dapat menetapkan,

merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan

pasien masih bingung dengan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat sehingga perlu memerlukan arahan dari Perawat,

Berdasarkan data yang diperoleh penulis terdapat kesenjangan

dengan teori yang ada di karenakan melihat kondisi pasien yang masih

belum bisa menetapkan, merencanakan aspek potitif yang dimiliki maka

penulis dalam memutuskan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan pasien dalam memutuskan

rencana tindakan keperawatan. Menurut Keliat (2006) dalam menentukan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

50

tujuan khusus, tujuan umum, perawat perlu memiliki kemampuan kritis

berpikir dan kemampuan menjalin hubungan kemitraan dengan pasien

dan keluarga yang bertujuan untuk menjalin kerjasama yang baik antara

perawat, pasien dan keluarga. Dalam kenyataan nya penulis sulit

menjalin kerjasama dengan pasien dalam menentukan rencana rindakan

keperawatan sedangkan pada tujuan khusus 6 pasien dapat

memanfaatkan sistem pendukung yang ada yang dalam pelaksanaanya

perlu melibatkan keluarga sedangakn sedangkan pada periode tanggal 25

sampai 27 Januari tidak ada keluarga yang menjenguk Ny.M.

berdasarkan hal tersebut terdapat kesenjangan antara data yang diperoleh

penulis dengan teori yang ada.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari yaitu

tanggal 25-27 Januari 2017 dengan mengunakan strategi pelaksanaan

pada pasien dan keluarga.

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari yaitu

tanggal 25 sampai dengan 27 Januari 2017 dengan mengunakan strategi

pelaksanaan pada pasien dan keluarga. Strategi pelaksanaan pasien dan

keluarga yang mengalami kesenjangan dengan teori yaitu SP Pasien dan

Strategi Pelaksanaan Keluarga.

SP 1 Pasien yaitu melaksanakan kegiatan aspek positif yang

dimiliki, dalam kenyataannya pada Ny. M belum dapat melakukan

kegiatan dengan benar sehingga perlu mendapat pengulangan SP 1 P. Hal

ini dikarenakan kondisi pasien yang belum percaya diri dalam melakukan

kegiatan aspek positif yang dimiliki sehingga Ny. M masih perlu arahan

dari perawat dalam melaksanakan kegiatan aspek positif yang di miliki

SP 1 Pasien yaitu pasien dapat menetapkan dan melakukan

kegiatan aspek positif yang kedua, dalam kenyataannya SP 2 Pasien perlu

penggulangan kembali dikarena pasien merasa malu dan takut melakukan

kesalahan sehingga perlu arahan dan motivasi dari perawat agar pasien

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

51

mau mencoba kembali kegiatan aspek positif yang dimiliki. Oleh karena

itu penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk melanjutkan

SP selanjutnya yang belum tercapai SP K. Pada kenyataan nya penulis

belum melakukan SP Keluarga dikarenakan pada pada periode tanggal 25

sampai 27 Januari tidak ada keluarga yang menjenguk Ny.M.

Menurut Salahudin (2009) yang dikutip oleh Waskitho peran

keluarga dalam proses penyembuhan pasien gangguan jiwa diantaranya:

memberikan dukungan kasih sayang, perhatian serta bantuan utama

terhadap penderita gangguan jiwa seperti pengertian dan pemahaman

tentang berbagai manifestasi gejala-gejala sakit yang terjadi pada pasien

gangguan jiwa, membantu dalam aspek administrasi dan finansial yang

dikeluarkan selama proses pengobatan pasien jiwa, untuk itu yang harus

dilakukan oleh keluarga adalah nilai dukungan dan kesediaan menerima

apa yang sedang dialami oleh pendertita sebagaimana kondisi kesehatan

penderita dapat dipertahankan serta diklaim sehat oleh tenaga psikolog,

Dokter dan tenaga medis kesehatan lainnya dan kembali menjalani hidup

bersama keluarga dan masyarakat sekitar. Pada kenyataanya terdapat

kesenjangan antara data yang diperoleh penulis dengan teori dukungan

yang ada keluarga Ny. M belum ada yang menjenguknya padahal

keluarga berperan penting dalam proses penyembuhan klien dengan

memberikan dukungan yang positif kepada klien.

Faktor penghambat penulis temui pada saat memberikan asuhan

keperawatan pada Ny. M dengan Harga Diri Rendah yaitu keterbatasan

waktu penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, kurang

keterlibatan keluarga selama pemberian asuhan keperawatan.

Faktor pendukung terlaksananya asuhan keperawatan gangguan

Harga Diri Rendah pada Ny. M tidak lain karena adanya kerjasama

dengan perawat di ruang Larasati, klien dan tim kesehatan lain baik

langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam

melaksanakan intervensi asuhan keperawatan tersebut. Tindakan

keperawatan yang belum dilakukan penulis adalah melakukan tindakan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

52

asuhan keperawatan SP Keluarga pada Ny M dikarenakan karena penulis

hanya memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari dan selama

tindakan keperawatan pada Ny M keluarga tidak datang menjenguk

pasien dan rencana yang dilakukan penulis adalah mendelegasikan

tindakan keperawatan SP Keluarga pada perawat ruangan agar pasien dan

keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan SP Keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada

respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

(Hermawan, 2011, p. 39).

Dalam melakukan evaluasi pada saat memberikan asuhan keperawatan

jiwa pada Ny. M dengan Harga Diri Rendah, penulis menggunakan

evaluasi formatif dimana evaluasi dilakukan setelah tindakan diberikan.

Evaluasi keperawatan pada SP 1 Pasien yang merupakan

pengembangan dari TUK 1, TUK 2, TUK 3, TUK 4 dan TUK 5 yang

mana setiap TUK memiliki kriteria evaluasi masing-masing. Dari data

yang diperoleh penulis terdapat kesenjangan antara hasil data yang

didapatkan penulis saat melakukan tindakan keperawatan asuhan

keperawatan pada Ny M dengan teori yang ada

Evaluasi keperawatan pada SP 1 Pasien yang merupakan

pengembangan dari TUK 3 dan TUK 4 . Dari beberapa kriteria evaluasi

menurut Lilik (2011) yang memiliki kesenjangan yaitu pasien dapat

melakukan aktivitas terarah sesuai dengan aspek positif yang dimiliki dan

pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan. Pada kenyataannya Ny. M

pasien masih bingung dalam melakukan aktivitas terarah sesuai dengan

aspek positif yang dimilki dan dalam melakukan aktivitas sesuai

kemampuan pasien perlu arahan dan bimbingan dari perawat yang

dilakukan pada pagi hari dan perlu pengulangan SP 1 Pasien hari

berikutnya dan akhirnya SP 1 Pasien tercapai dengan 2x pelaksanaan.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

53

Evaluasi keperawatan pada SP 2 Pasien yang merupakan

pengembangan dari TUK 4 dan TUK 5. Dari beberapa kriteria evaluasi

menurut Lilik (2011) yang memiliki kesenjangan adalah pasien dapat

memilih kegiatan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan aspek positif

yang dimiliki pasien yang kedua dan pasien mampu beraktivitas sesuai

kemampuan. Pada kenyataannya Ny. M tidak bisa menentukan kegiatan

aspek positif kedua yang akan dilakukan sehingga perlu arahan dari

perawat dan dalam melakukan tindakan aktivitas yang dipilih pasien masih

merasa malu takut melakukan kesalahan jadi perlu motivasi dan arahan

dari perawat yang dilakukan pada pagi hari dan perlu pengulangan SP 2

Pasien hari sore hari dan akhirnya SP 2 Pasien tercapai dengan 2x

pelaksanaan. Berdasarkan data yang diperoleh dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan pada Ny M dikarenakan kondisi pasien yang belum

stabil dan mood pasien yang berubah-ubah yang perlu arahan dan

pimbingan perawat sehingga pasien dapat melakukan tindakan

keperawatan untuk proses penyembuhan dalam melakukan tindakan

keperawatan. Didukung teori menurut Harahap (2010) berubahaan mood

merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi, pasien dengan mood

yang tertekan mengalami kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah,

sulit kosentrasi, hilang nafsu makan dan pikiran yang berfikiran negatif

tenang dirinya. Tanda dan gejala gangguan mood dapat juga berupa

perubahan pada tingkat aktivitas, penurunan kemampuan kognitif,

pembicaraan dan fungsi vegetatif.

Evaluasi keperawatan pada SP Keluarga yang mana merupakan

pengembangan dari TUK 6 dan TUK 7 dengan kriteria evaluasi yang

belum tercapai meliputi pasien dapat melakukan apa yang diajarkan

perawat secara mendiri, pasien mau memanfaatkan fasilitas yang dan yang

berkaitan dengan keluarga, pasien mengerti tantang pentinngnya

memanfaatkan obat yang di beri perawat, keluarga dapat membina

hubungan saling percaya dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah, pasien dan keluarga dapat

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

54

menyebutkan manfaat, dosis, efek samping obat dan dapat menyebutkan

prinsip 5 benar minum obat. Hal ini terjadi karena ketidakcukupan waktu

penulis untuk melaksanakan implementasi dan ketidakhadiran keluarga

sehingga tidak dapat melakukan strategi pelaksanaan keluarga.

Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan

kesehatan pasien setelah dilakukan implementasi keperawatan jiwa dan

kriteria evaluasi sesuai dengan tujuan khusus dalam teori seperti klien

mampu membina hubungan saling percaya kepada perawat dengan

ekspresi wajah bersahabat, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau

duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang

dihadapi.

Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki, pasien

dapat menilai kemampuan yang dimiliki, pasien dapat menetapkan dan

merencanakan kegiatan aspek positif yang dimiliki sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki, pasien dapat melakukan kegiatan aspek positif

yang dimilki sesuai dengan kemampuannya dan pasien dapat

memanfaatkan sistem pendukung yang ada dan melakukan aktivitas

terjadwal (Lilik, 2011). Berdasarkan data yang ada untuk mengatasi

tindakan keperawatan yang belum dilakukan yaitu tindakan SP Keluarga

penulis memberikan pendelegasikan tindakan asuhan keperawatan

selanjutnya pada perawat Ruang Larasati untuk melanjutkan tindakan

asuhan keperawatan pada Ny. M meliputi SP 1K keluarga mampu

menjelaskan pengertian dan tanda-tanda orang yang mengalami Harga Diri

Rendah, SP 2K keluarga dapat menyebutkan tiga cara merawat pasien

dengan Harga Diri Rendah dan SP 3K keluarga mampu melatih pasien

melakukan aspek positif yang dimiliki dan keluarga mampu melatih pasien

melakukan tindakan tindak lanjut sesuai tindakan yang dipilih. Menurut

penelitian Yakob Tomatalata dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

pendelegasian merupakan tindakan tindak memercayakan tugas (yang

pasti dan jelas), kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban dan

pertanggung jawaban kepada orang yang mampu mengelolah pekerjaan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

55

sesuai dengan bidangnya secara individu dalam setiap posisi tugas.

Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak,

tanggung jawab, kewajiban serta penanggunng jawab yang ditetapkan

dalam suatu penjabaran atau deskripsi tugas formal dalam organisasi yang

bertujuan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil yang di inginkan.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

24

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny. M dengan

masalah utama gangguan Harga Diri Rendah yang dilaksanakan pada tanggal

25-27 januari 2017 di Ruang Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah, yang telah penulis lakukan maka penulis membuat

simpulan sebagai berikut:

1. Pada saat melakukan pengkajian penulis membuhtuhkan ketelitian dalam

mengambil data, baik dari data subjektif maupun objektif dengan

melakukan wawancara, observasi melihat status pasien atau rekam medis

dan melakukan validasi perawat ruangan. Penulis juga harus menyiapkan

mental baik secara fisik maupun psikologis dan berkonsentrasi secara

penuh untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara langsung

dengan pasien yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini

menjadi pengalaman pertama bagi penulis dalam mengambil kasus

keperawatan jiwa.

2. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan berfokus pada satu masalah

utama yaitu pasien dengan Harga Diri Rendah. Dalam menentukan

diagnosa keperawatan penulis mencari beberapa sumber yang relevan

dan berdiskusi dengan pembimbing Klinik/CI dan perawat ruangan.

3. Penulis menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. M dengan

diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah. Pada saat menyusun

perencanaan keperawatan penulis tidak melibatkan klien maupun

keluarga karena kondisi klien yang masih dalam penanganan akut,

kurang bisa diajak kerjasama, tidak dapat memutuskan dengan pemikiran

yag jernih dan belum bisa menetapkan, merencanakan aspek potitif yang

dimiliki sehingga penulis melakukan kolaborasi dengan perawat ruangan

untuk merencanakan keperawatannya.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

57

4. Dalam melakukan implementasi atau tindakan keperawatan dibutuhkan

beberapa komponen penting yaitu adanya perawat, klien, keluarga dan

komunikasi terapetik agar dapat tercapai secara maksimal. Perlu

dicermati dalam melaksanakan tindakan keperawatan, klien sangat

membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang lebih

mengerti keadaan dan permasalahannya. Disamping itu perawat atau

penulis juga membutuhkan kehadiran keluarga untuk melakukan

kerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien. Akan

tetapi dalam kasus pengelolaan keluarga Ny. M tidak ada yang

berkunjung.

5. Dalam melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. M dari keseluruhan

tindakan keperawatan yang dilakukan, penulis merencanakan rencana

tindak lanjut pada klien untuk Strategi Pelaksanaan (SP) yang belum

optimal dan yang belum terlaksana dengan cara mendelegasikan atau

memberikan surat pendelegasian kepada perawat ruangan. Hal tersebut

dilakukan karena keterbatasan waktu pengelolaan kasus sehingga penulis

tidak dapat melakukan kunjungan rumah dan tidak ada anggota keluarga

yang menjenguk klien pada saat kelolaan kasus.

6. Faktor penghambat yang didapatkan oleh penulis yaitu adanya

keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kelolaan kasus dan

ketidakhadirannya keluarga menjenguk klien selama pelaksanaan

kelolaan kasus sehingga pelaksanaan strategi pelaksanaan keluarga dalam

tindakan asuhan keperawatan jiwa tidak terlaksana. Kemudian faktor

pendukung dalam pelaksanaan keolaan kasus asuhan keperawatan jiwa

pada Ny. M dengan Harga Diri Rendah yaitu kepatuhan pasien dalam

pelaksanaan tindakan dan adanya kerjasama antara penulis dengan

perawat di ruang Larasati, klien dan tim kesehatan lain baik langsung

maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam melaksanakan

intervensi asuhan keperawatan jiwa.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

58

7. asuhan keperawatan jiwa dengan Harga Diri Rendah pada Ny. M terdapat

beberapa kesenjangan antara teori dan kasus dalam merumuskan masalah

keperawatan.

8. Pasien dengan Harga Diri Rendah dapat disembuhkan apabila

diketemukan lebih dini, mendapatkan penangangan medis dan

keperawatan secara tepat dan optimal, serta dapat dukungan keluarga dan

orang sekitar. Pasien akan mengalami kekambuhan jika tidak meminum

obat secara teratur dan tidak mendapat dukungan dari kerabat dekat atau

keluarga.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Layanan di rumah sakit sudah baik tetapi perlu ditingkatkan agar mutu

pelayanan semakin meningkat. Perlu adanya tempat beribadah dimasing-

masing ruangan agar pasien dapat melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinannya, pasien perlu dibina dalam melakukan ibadah dengan baik

2. Bagi Perawat

Untuk peran perawat sudah bagus, namun perlu ditingkatkan lagi

pelayanan kepada pasien dengan Harga Diri Rendah memerlukan

penanganan yang lebih dibanding penanganan pada kasus masalah

kesehatan jiwa yang lain karena pasien dengan Harga Diri Rendah

memerlukan perhatian, dukungan moral dan reinforcement dalam

kegiatan yang pasien lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri

pasien secara intensif dalam melakukan perawatan dan lebih banyak aktif

mengadakan terapi aktivitas kelompok agar pasien dapat membentuk

sosialisasi dan membangkitkan motivasi untuk kesembuhan pasien

dengan cara komunikasi terapeutik yang lebih intensif. Membantu

mengingatkan klien untuk selalu beribadah sesuai dengan keyakinannya.

3. Bagi Keluarga

Saran disampaikan kepada keluarga melalui perawat ruangan agar

keluarga dapat berperan aktif dalam penyembuhan pasien dengan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

59

memberikan dukungan secara psikis terhadap kemampuan-kemampuan

kpasien selama dirawat dan sering menjenguk pasien angar dapat

memotivasi pasien dalam proses penyembuhan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Memberi informasi kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan

dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa khususnya Harga Diri

Rendah.

5. Bagi Masyarakat

Diharapkan mampu membantu dalam proses penyembuhan orang yang

mengalami gangguan jiwa dengan tidak menganggap gangguan jiwa

suatu hal yang aneh dan sebagai aib masyarakat dan tidak

mengucilkannya. Peran masyarakat dalam penerimaan kondisi pasien di

lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi proses adaptasi pasien

terhadap kondisi sosial masyarakat yang baru, sehingga diharapkan

hubungan interpersonal harus dikembangkan untuk meningkatkan harga

diri dan martabat pasien.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

60

DAFTAR PUSTAKA

Anggar, (2014) stigma yang memberatkan wanita dimana ada anggapan dari

masyarakat bahwa wanita yang tidak bisa memiliki anak dikarena

menderita Mioma Uteri.(http://ejournal.lib.ui.ac.id/, diakses pada tanggal

28 Januari 2017).

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Akemat dan Budi Anna Keliat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional

Jiwa. Jakarta: EGC.

Depkes, (2014) Stop Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan

Jiwa(ODGJ). (http://www.Depkes.go.id/article/view/2014/10270011/stop-

stigma-dan-diskriminasi-terhadap-orang-dengan-gangguan-jiwa-odgj.html

diakses pada tanggal 20 september 2016 pukul 14.45 WIB)

Dinkes, (2012) buku profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2012 (online).

(http://www.dinkesjatengprov.go.id diakses pada tanggal 23 september

2016 pukul 11.00 WIB)

Direja, Ade Hermawan Surya. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Kozier, Barbara (et al.). (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,

proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

Lestari w, (2014) Stigma dan penanganan penderita gangguan jiwa berat yang di

pasung.(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/viewfile/

3605.html diakses pada tanggal 23 september pukul 21.00 WIB)

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

61

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Octaviani dkk, (2014) peran psychological capital terhadap konflik peran ganda

pada wanita bekerja di kantor pusat PT Semen Indonesia (online).

(http://psikologi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/jurnal-Leni/pdf.html

diakses pada tanggal 20 september pukul 21.00 WIB)

Pinilih S, (2015) Manajemen kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui

pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di wilayah Dinas kabupaten

Magelang.(http://download.portalgaruda.org/article/4268title/managemen-

kesehatan-jiwa-berbasis-komunitas-melalui-pelayanan-keperawatan-

kesehatan-jiwa-komunitas-diwilayah-dinas-kabuaten-magelang.html

diakses pada tanggal 21 september 2016 pukul 16.00 WIB)

Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwasih dkk, (2015) penatalaksanaan gangguan jiwa dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah di ruang gatot koco rsjd Dr Amino Gondohutomo

Semarang.(http://ejournal.akperkridahusada.ac.id/index.php/profesikepera

watan/article/28.html diakses pada tanggal 20 september pukul 20.00

WIB)

Widhawati, N S. (2016). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Jiwa Harga

Diri Rendah pada Sdr A Di Ruang Madrim RSJD. AMINO

GONDOHUTOMO Provinsi jawa tengah.

Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha ilmu.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I - 5.pdf · 2021. 2. 19. · Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang konsep

62

Sutini Titin dan Iyus Yosep. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT

Refika Aditama.

Tohirin. (2015). Metode Penilitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: Salemba Medika.

Nirwana (2015). Pengaruh pendelagasian wewenang dan pembagian kerja

terhadap kepuasan kerja karyawan dalam pelayanan dan pengawasan

kinerja dalam mencapai tujuan yang diinginkan.(http:// eprints.ums.ac.id/,

di akses pada tanggal 26 Mei 2017 pukul 15.00 WIB)