Outline

16
 NAMA : MARIO SANJILO DAY A JURUSAN : AGRIBISNIS NPM : 0904140006 Judul : Analisis Pemasaan Jeu! Manis "S#udi $asus $e%ama#an Sim&an' $ii $(#a Su)ulussalam* La#a Bela!an' Produksi buah-buahan Indonesia masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Nilai eks por komodi tas bua h-b uah an nasi onal mas ih lebih rendah dar ipad a neg ara teta ngg a (Filipina, Malaysia dan Thailand). Produksi buah-buahan nasional dapat ditingkatkan dengan  penguasaan IPT! ("shari, #$$%). Pad a ena m tahun tera khi r (#$$%-#$&$) , lua s pan en dan pro duk si bua h 'eru k di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu masing-masing &,* dan ##,%*. Pada tahun #$&$, luas panen 'eruk telah mencapai $.$$$ ha dengan total produksi sebesar &.+$$.$$$ ton. !ondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil utama 'eruk setelah i etnam. (//pico.Neo0ision.1om/ebsites/agribd.com/inde2.php 3hdl4bin5p4 67, 8iakses Tanggal &7 No9ember #$&%). Produkti9itas 'eruk Indonesia 'auh lebih tinggi dibandingkan dari produksi negara tetangga, tetapi sebagian besar produksi itu diserap oleh pasar domestik ("shari, #$$%). Pola usahatani yang masih bersi0at tradisional menyebabkan lemahnya pemasaran buah-buahan di Indonesia. :ntuk itu, perlu penanganan yang khusus se'ak persiapan hingga dipasarkan. Masalah yang ditemui petani dalam pemasaran adalah bagaimana agar hasil-hasil pertanian dapat memberi ka n keuntungan ya nglay ak dan a 'ar keti ka pa nen. Petani 'er uk pada umumnya menghadapi masalah 0luktuasi harga. Fluktuasi harga buah 'eruk sangat dipengaruhi oleh dinamika ketersediaan produk yang ter 'ad i di pasar . Mutu buah 'er uk yang di hasilkan petani rel at i0 rendah dengan  penampilan yang kurang menarik. Penampilan 'e ruk yang di'ual umumnya buruk, kusam dan rasa nya ber aga m. ;al ini men gakiba tka n lemahnya day a sain g unt uk pen entrasi pas ar domestik segmen tertentu apalagi pasar luar negeri.

description

agribisnis

Transcript of Outline

NAMA : MARIO SANJILO DAYAJURUSAN : AGRIBISNISNPM : 0904140006

Judul : Analisis Pemasaran Jeruk Manis (Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

Latar BelakangProduksi buah-buahan Indonesia masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Nilai ekspor komoditas buah-buahan nasional masih lebih rendah daripada negara tetangga (Filipina, Malaysia dan Thailand). Produksi buah-buahan nasional dapat ditingkatkan dengan penguasaan IPTEK (Ashari, 2004). Pada enam tahun terakhir (2004-2010), luas panen dan produksi buah jeruk di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu masing-masing 17,9% dan 22,4%. Pada tahun 2010, luas panen jeruk telah mencapai 70.000 ha dengan total produksi sebesar 1.600.000 ton. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk setelah Vietnam. (www://pico.Neofision.Com/websites/agribd.com/index.php?hdl=bin&p= 398, Diakses Tanggal 18 November 2014).Produktivitas jeruk Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dari produksi negara tetangga, tetapi sebagian besar produksi itu diserap oleh pasar domestik (Ashari, 2004). Pola usahatani yang masih bersifat tradisional menyebabkan lemahnya pemasaran buah-buahan di Indonesia. Untuk itu, perlu penanganan yang khusus sejak persiapan hingga dipasarkan. Masalah yang ditemui petani dalam pemasaran adalah bagaimana agar hasil-hasil pertanian dapat memberikan keuntungan yanglayak dan wajar ketika panen. Petani jeruk pada umumnya menghadapi masalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga buah jeruk sangat dipengaruhi oleh dinamika ketersediaan produk yang terjadi di pasar. Mutu buah jeruk yang dihasilkan petani relatif rendah dengan penampilan yang kurang menarik. Penampilan jeruk yang dijual umumnya buruk, kusam dan rasanya beragam. Hal ini mengakibatkan lemahnya daya saing untuk penentrasi pasar domestik segmen tertentu apalagi pasar luar negeri.

Perumusan Masalah1. Bagaimana macam/ jenis saluran pemasaran di daerah penelitian? 2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran?3. Bagaimana share margin profit produsen di setiap saluran pemasaran?4. Bagaimana efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian?

Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :1. Untuk mengetahui macam/ jenis saluran pemasaran di daerah penelitian.2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran.3. Untuk mengetahui share margin profit produsen pada setiap saluran pemasaran.4. Untuk mengetahui efisiensi pemasaranuntuk setiap saluran pemasarandi daerah penelitian.

Hipotesis Penelitian1. Terdapat beberapa macam/ jenis saluran pemasaran jeruk manis di daerah penelitian.2. Ada perbedaan fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran.3. Share margin profit produsen berbeda beda untuk setiap saluran pemasaran. 4. Saluran pemasaran jeruk manis di daerah penelitian sudah efisien.

Saluran Pemasaran1. Saluran I Produsen KonsumenPada saluran I ini dapat digambarkan skemanya seperti pada Gambar 1.Produsen langsung jadi pengecerKonsumen

Gambar 1. Skema Saluran I Pemasaran Jeruk

Keterangan : = Pelaksanaan Fungsi-fungsi PemasaranTerdapat 3 orang petani sampel. Petani yang tidak begitu luas kebun jeruknya mempunyai saluran pemasaran yang sangat sederhana. Pada saluran I ini produsen jeruk langsung menjual buah jeruk ke konsumen. Pemasaran buah jeruk dalam saluran I tidak kontinue, kadang-kadang produsen/petani tidak mempunyai waktu menjual buah jeruk ke pasar sehingga mereka tidak menjual buah jeruknya. Mereka menjual buah jeruk ke pedagang pengecer atau ke pedagang pengumpul. Pada umumnya pada saluran I harga jual bagi petani/produsen adalah yang paling tinggi dan share margin yang paling tinggi. Produsen hanya membayar ongkos/biaya transportnya ke pasar dan biaya retribusi. Bagi petani/produsen jeruk lain juga sebenarnya berkeinginan melakukan penjualan buah jeruknya seperti dalam saluran I ini. Tetapi karena waktu ke pasar dirasakan kurang efisien dan volumanya (penjualan) pada saluran I cukup kecil maka tidak dilakukan petani.

2. Saluran II Produsen Pedagang Pengecer KonsumenPada saluran II ini dapat digambarkan skemanya seperti pada Gambar 2.Konsumen Pedagang Pengecer Produsen

Gambar 2. Skema Saluran II Pemasaran JerukKeterangan : = Pelaksanaan Fungsi-fungsi PemasaranPada saluran II ini buah jeruk dipasarkan oleh 6 orang pedagang pengecer. Semua produsen terlibat dalam saluran II pemasaran jeruk ini. Pedagang pengecer ini langsung membeli buah jeruk ke petani jeruk/produsen, dan mereka menjualnya secara mengecer di kota. Pedagang pengecer membayar buah jeruk secara kontan kepada produsen.

3. Saluran III Produsen Pedagang PengumpulKonsumenPada saluran III ini dapat digambarkan skemanya seperti pada Gambar 3.Konsumen Pedagang Pengecer Produsen

Gambar 3. Skema Saluran III Pemasaran JerukKeterangan : = Pelaksanaan Fungsi-fungsi PemasaranPada saluran III produsen menjual buah jeruk ke pedagang pengumpul dalam sebulan. Pedagang pengumpul ini langsung membawanya ke Kota Subulussalam dan langsung dijual secara mengecer di pasar yang ada di kota. Pedagang pengumpul ini membagi-bagikan buah jeruk ini kepada familinya dan mereka langsung menjualnya secara eceran.

NAMA : MARIO SANJILO DAYAJURUSAN : AGRIBISNISNPM : 0904140006

Judul : Analisis Perkembangan Usahatani Kakao (Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

Latar Belakang Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas. Tetapi apakah kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di negara-negara berkembang semakin sulit karena sebagian besar sumber kehidupan warga negara tergantung dari pertanian, maka kesulitan tersebut menjadi tantangan utama bagi negara juga (Pakpahan, 2004 : 12).Sektor pertanian Indonesia, dewasa ini dan pada masa mendatang, masih akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada sub sektor non pangan utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan dan perhutanan. Persaingan yang ketat antar negara produsen komoditas komersial diduga akan semakin terjadi. Bukan mustahil, produsen komoditas pertanian Indonesia hanya akan menjadi penonton di rumahnya sendiri, menyaksikan pergulatan para produsen agribisnis dari negara lain untuk merebut pasar dalam negeri yang sangat potensial (Gumbira, dkk, 2001 : 16 ).Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor di masa-masa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan (Arifin, 2001 : 77).Usahatani yang dijalankan petani adalah usahataninya membentuk suatu sistemyang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya (fisik, biologi, sosial budaya). Dari beberapa komoditas yang diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam perekonomian keluarga. Sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas seperti usahatani berbasis kakao. Tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah tersebut. Namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong rendah. Petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa pemberian pupuk, pengendalian OPT belum optimal dan pemeliharaan seperti pemangkasan belum dilaksanakan. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petani/pengguna belum optimal. Berdasarkan kondisi sistem usahatani demikian, maka teknologi yang dipilih adalah teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, seperti pemangkasan, pemupukan, pengendalian OPT dan perangsang bunga/buah. Pemilihan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan keinginan kelompok tani kooperator setelah diidentifikasi masalah dan pemecahan masalah dengan teknologi tersedia. Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan lain-lain. Namun yang paling menentukan adalah proses fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Dalam fermentasi akan ditentukan cita rasa, kenampakan kakao, pengurangan rasa pahit, dan sepat pada biji. Demikian pula adanya mata rantai yang cukup panjang sebelum di ekspor, yang memungkinkan terjadinya pencampuran berbagai mutu biji kakao. Hal ini juga akan menurunkan mutu keseluruhan biji yang akan kita ekspor. Selanjutnya akan mengurangi daya saing kakao kita di luar negeri, bahkan tidak menutup kemingkinan ekspor kakao kita ditolak (Susanto, 1994 : 72).Sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian dari beberapa kegiatan subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, antara lain subsistem faktor input pertanian atau pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi pertanian atau budidaya pertanian/usahatani, subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri hasil pertanian, subsistem pemasaran faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan, dan subsistem kelembagaan penunjang atau subsistem jasa.

Perumusan Masalah1. Bagaimanakah perkembangan luas tanam dan produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian?2. Bagaimana perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) kakao di daerah penelitian?3. Apakah usahatani kakao secara finansial layak diusahakan di daerah penelitian?4. Apakah ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian?5. Upaya apa yang dilakukan dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian?

Tujuan PenelitianDari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui perkembangan luas tanam dan produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian.2. Untuk mengetahui perkembangan sub-sub agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) kakao di daerah penelitian.3. Untuk mengetahui apakah usahatani kakao secara finansial layak diusahakan di daerah penelitian.4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.5. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

HipotesisDari uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Perkembangan usahatani kakao selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan di daerah penelitian2. Sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao di daerah penelitian mengalami perkembangan yang signifikan.3. Secara finansial usahatani kakao layak untuk diusahakan di daerah penelitian.4. Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.5. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

Kelebihan Penelitian Penelitian ini menganalisis perkembangan usahatani kakao, sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao, menganalisis usahatani kakao secara finansial, masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan produksi usahatani kakao sehingga dari penelitian ini dapat memberikan suatu rekomendasi bagi pengusaha agribisnis perkebunan kakao di Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam, apakah kegiatan usahatani kakao yang sedang dijalankan layak atau tidak untuk diteruskan dan apakah masih memiliki daya saing yang tinggi.

Kendala Atau Permasalahan yang DihadapiAda beberapa kendala atau permasalahan yang dihadapi petani kakao dalam melaksanakan usahatani kakao yaitu : 1. Serangan Hama dan Penyakit2. Harga kakao yang rendah dibandingkan dengan tempat lain3. Kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar4. Transportasi yang tidak lancar karena jalan rusak5. Modal yang terbatas6. Tidak adanya lembaga yang menyatukan petani7. Kurangnya Penyuluhan kepada masyarakat petani

Lingkungan SetempatKota Subulussalam merupakan salah satu kota di Provinsi Aceh. Luas wilayahnya adalah 1.391 km2, Kota Subulussalam secara astronomis terletak pada 02 0 27 39- 03 0 00 00 LU dan 970 45 00- 980 10 00 BT. Di wilayah Kota Subulussalam terdapat 5 kecamatan yaitu; Simpang Kiri, Penanggalan, Rundeng, Longkib dan Sultan Daulat sebagian besar wilayah Subulussalam memiliki topografi dataran rendah yang jumlahnya mencapai 65,94% dan sisanya merupakan perbukitan sebesar 34,06%. Wilayah Kota Subulussalam berada di ketinggian 800 m di atas permukaan laut.Kota Subulussalam terbentuk pada tanggal 2 Januari 2007 melalui undang-undang No 8 Tahun 2007. Saat ini Kota Subulussalam secara administratif terdiri dari 5 kecamatan dan 74 desa, dimana Kecamatan Sultan Daulat memiliki wilayah paling luas. Kota Subulussalam pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Singkil, hingga terbentuk kota ini belum mengalami pemekaran kecamatan sekalipun. Pada saat ini Kota Subulussalam memiliki 221 dusun. Kecamatan Rundeng memiliki dusun terbanyak yaitu 59 dusun disusul Kecamatan Sultan Daulat sebanyak 56 dusun, Kecamatan Simpang Kiri 44 dusun dan Kecamatan Longkib serta Kecamatan Penanggalan memiliki jumlah dusun yang sama yaitu 31 dusun.

Kehidupan Petani Kakao Di Kota Kecamata Simpang Kiri Kota SubulussalamKehidupan petani kakao di kota kecamata simpang kiri kota subulussalam banyak yang mengalami kerugian karena :1. Tanaman kakao yang ditaman diserang hama sejenis jamur hingga membuat buah menghitam dan membusuk. Kondisi ini menyebabkan petani merugi lantaran hasil panen mereka menurun drastis.2. Buah kakao yang terserang umumnya yang sudah mendekati masa panen. Dan, buah yang sudah terserang akan gugur. Sementara buah yang sempat dipanen, katanya, ukurannya lebih kecil karena diduga perkembangannya terganggu akibat hama tersebut. Kondisi ini berpengaruh terhadap nilai jual. Padahal tanaman kakao yang dia tanam sejak 2009 lalu merupakan tumpuan hidup keluarga.Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan petani tentang bagaimana mengatasi hama dan penyakit pada tanaman kakao.

Perkembangan Sub-sub Sitem Agribisnis (Input Produksi, Budidaya, Pengelolaan, Pemasaran) Perkembangan sub sistem agribisnis usahatani kakao di daerah penelitian ini terdiri dari beberapa hal yang dijelaskan. Hal-hal yang berkaitan dengan sub sistem agribisnis di dalam penelitian ini adalah input produksi yang digunakan, budidaya yang dilaksanakan, cara pengelolaan, dan cara pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : Input ProduksiPenggunaan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk (TSP, KCl, Urea, Kandang), dan herbisida.

BudidayaUsahatani berhasil panen bila dikelolah dengan baik, atau menggunakan teknik budidaya yang baik. Budidaya tanaman kakao ini memiliki tahapan, yaitu pembibitan dan, pengolahantanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Pengelolaan Pengelolaan kakao penting dilakukan. Hal ini dikarenakan mutu kakao tergantung pada tahap pengelolaan kakao. Pengelolaan kakao yang baik akan menghasilkan mutu kakao yang baik. Pengolahan kakao yang dibangun harus mampu menampung dan mengolah seluruh hasil kebun. Pengelolaan kakao dimulai dari bagaimana pemetikan atau pemanenan, pengupasan, penjemuran buah kakao. Pengelolaan juga memerlukan tenaga kerja, sarana dan prasarana (alat penjemuran, pisau, gudang pemeraman) Petani sampel belum ada yang memakai mesin, misalnya mesin pemecah buah kakao. PemasaranPemasaran hasil kakao penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan, karena pemasaran salah satu ujung tombak dari kegiatan agribisnis. Jika pemasaran hasil kakao dilakukan dengan baik, maka usahatani kakao akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI KOTA SUBULUSSALAM(Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

USULAN PENELITIAN

Oleh :

MARIO SANJILO DAYANPM : 0904140006JURUSAN : AGRBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2015ANALISIS PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI KOTA SUBULUSSALAM(Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

USULAN PENELITIAN

Oleh :

MARIO SANJILO DAYANPM : 0904140006Jurusan : AGRBISNIS

Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi S-1 Pada Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Dr. Ir. Mhd. Buhori Sibuea. MSiIr. Gustina Siregar MSiKetua Anggota

Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Ir. Alridiwirsah, M.M

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2015ANALISIS PEMASARAN JERUK MANIS(Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

OUTLINE

Oleh :

MARIO SANJILO DAYANPM : 0904140006JURUSAN : AGRBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2014

ANALISIS PEMASARAN JERUK MANIS(Studi Kasus Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam)

OUTLINE

Oleh :

MARIO SANJILO DAYANPM : 0904140006Jurusan : AGRBISNIS

Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi S-1 Pada Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Dr. Ir. Mhd. Buhori Sibuea. MSiIr. Gustina Siregar MSiKetua AnggotaDisahkan Oleh : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Ir. Alridiwirsah, M.M

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul., 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta : Erlangga.Atjeng, M. Syarief. Darmawan Subekti, Ervan dan Adi Nugroho, 1988. Diktat Pengolahan Coklat. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.Cocoa, 1989. A Commodity in Crisis. London.Daniel, 2002; Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Bumi Aksara.Departemen Pertanian, 2005, Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan (RPPK), www.deptan.go.id, Diakses tanggal 10 Desember 2014.Gittinger, J. P., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : UI Press.Gray. C., 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI-Press.GumbiraSaid, E dan A. Harizt, Intan, 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia.Hasbawati, 2006. Karakteristik Fisik Biji Buah Kakao Menurut Posisinya Pada Pohon. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.Kamaruddi, R dan Sudirman, A.N.I., 2008, Pengolahan Kakao. Litbangdasulsel, Makasar.Najiyanti, S dan Danarti., 2001. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta : Penebar Swadaya.Pahan, Iyung, 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir, Jakarta : Penebar Swadaya.Pakpahan, Agus., 2004. Petani Menggugat. Max Havelaar Indonesia Foundation. Jakarta.Poedjiwidodo, M. S., 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya, Jawa Tengah.Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Surabaya : Agromedia Pustaka.Siswoputranto, P. S., 1985.Budidaya dan pengolahan coklat. Balai Penelitian Bogor, Sub Balai Penelitian Budidaya, Jember.Soehardjo dkk., 1996. Kakao. PTPN IV. Bah Jambi, Pematang Siantar. Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranan Dalam Perekonomian Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.Sunanto, Hatta. 1992. Budidaya Cokelat, Pengolahan hasildan Aspek Ekonominya. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.Susanto.X.F., 1994. Tanaman Kakao. Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta : Kanisius.Tumpal, H.S dkk., 2003. Coklat, Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya.Wahyudi, T.; P. Rahardjo. 2008. Sejarah dan Prospek. Dalam Panduan Lengkap Kakao Jakarta : Penebar Swadaya.Wirartha, I Made. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset.