Contoh Outline

28
A. Latar Belakang Masalah Umat Islam wajib mengikuti Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik- baiknya. 1 1 Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 140. 1

description

ouline skripsi

Transcript of Contoh Outline

Outline Penelitian

PAGE 16

A. Latar Belakang MasalahUmat Islam wajib mengikuti Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, yaitu:

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.

Sejak dulu masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat kompleks, hampir disetiap negara di dunia terjadi perdebatan tajam tentang apa yang seharusnya diajarkan dan bagaimana metode yang dikembangkan di sekolah. Kenyataan sejarah menunjukkan pada awal perkembangan sains modern (sekitar abad 16/17 M) pernah terjadi perpecahan antara kaum agamawan dengan ilmuwan, yang ditandai dengan sikap keras kaum agamawan eropa (penganut geosentris) kepada penganut heliosentris, seperti Copernicus, dan Bruno. Metodologi yang dikembangkan oleh mereka mengandalkan kemampuan inderawi (empiris), yaitu hal-hal yang dapat dijangkau oleh panca indera, seperti: hasil tambang, minyak bumi, dan air. Akibatnya, kajian-kajian yang bersifat non-inderawi yaitu hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera, seperti: isi alam semesta terdiri dari atom-atom, dan gelombang radio dianggap tidak ilmiah.

Fenomena diatas sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan (khususnya pendidikan agama). Mukhtar Bukhari mengatakan bahwa, kegagalan pendidikan agama disebabkan karena praktik pendidikan hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yaitu kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan dalam pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi yang Islami. Selain itu, juga berakibat pada kegiatan pendidikan agama yang selama ini berlangsung kurang bisa berinteraksi kepada pendidikan non-agama, padahal pendidikan agama harus berjalan bersama-sama, dengan melakukan kerjasama pada program-program pendidikan non-agama. Ini dapat dilakukan apabila pendidikan ingin melakukan perubahan, agar pendidikan agama bisa berkembang sesuai dengan tujuan GBPP PAI 1994, yaitu Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, pembelajaran pendidikan agama di sekolah harus menunjukkan kontribusinya. Salah satunya adalah meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam yang selama ini kurang berkompeten dalam bidangnya. Didin Hafiduddin mengatakan bahwa: Selama ini guru hanya mengetahui sifat anak ketika berada di kelas, sedangkan di luar kelas tidak tahu lagi. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara guru, orang tua dan lingkungan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pendidikan agama di sekolah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Dengan demikian kompetensi Pendidikan Agama Islam direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dalam kehidupan sehingga memungkinkan seseorang menjadi kompeten, atau dalam pengertian lain tidak hanya guru yang dituntut kompeten tetapi siswa juga harus dapat mengamalkan ajaran Islam. Demikian ini dikarenakan Pendidikan Agama Islam lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minimnya dalam pembentukan sikap (afektif). Adapun setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik mengandung nilai-nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari, seperti materi akhlak, dan untuk aspek akhlak ini selain dikaji masalah yang bersangkutan dengan aspek pengetahuan, aspek fungsionalnya diutamakan pada aspek sikap, sehingga kelak siswa mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia. Kemudian nilai-nilai afektif inilah yang ada dalam materi akhlak dan harus tertanamkan pada peserta didik dalam Pendidikan Agama. Harun Nasution mengatakan, Pendidikan agama banyak dipengaruhi oleh trend barat, yang lebih mengutamakan pengaturan dari pada pendidikan moral, padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.Walaupun kurikulum 2013 (dimana tagihan terbesar terdapat pada ranah afektif yaitu siswa terbiasa bersikap dan berbuat sesuai nilai Islami) di SMP Negeri 04 Lumajang masih akan berlaku efektif di tahun ajaran 2013/2014 (bulan juli 2014), tetapi pihak sekolah sudah mulai menggalakkan pembelajaran PAI yang berorientasi pada ranah afektif ini, sehingga PAI tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan/meteri saja, tetapi lebih menekankan pada pemahaman yang akan membentuk kompetensi individu yang teraktualisasikan dalam sikap/watak Islami. Dari latar belakang diatas, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul STUDI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP NEGERI 04 LUMAJANG. Dalam hal ini penulis ingin meneliti bagaimana upaya pendidik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses pengembangan afektif siswa yang difokuskan kepada SMP Negeri 04 Lumajang, yang merupakan lembaga pendidikan yang representatif untuk dijadikan penelitian, sehingga dapat dijadikan suatu contoh bagi lembaga lainnya. Ini dipandang sangat penting bagi penulis, karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung dirasa masih minim dalam pembentukan sikap (afektif) siswa. Nurcholis Madjid mengatakan bahwa: kegagalan pendidikan agama disebabkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat penulis rumuskan dua masalah sebagai berikut.1. Bagaimana metode yang diterapkan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang?

2. Bagaimana upaya pendidik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.1. Untuk mengetahui metode pengembangan afektif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang.

2. Untuk mengetahui upaya pendidik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di SMP Negeri 04 Lumajang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.1. Secara teoritis, harapan penulis dalam penulisan ini dapat memperkaya serta memperbanyak khazanah kependidikan dalam hal meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam.

2. Secara praktis, harapan penulis dalam penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan keilmuan sebagai bekal kehidupan dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang serta dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

3. Sebagai masukan bagi guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang bahwa Pendidikan Agama Islam tidak hanya terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) saja, melainkan seimbang antara pengayaan pengetahuan (kognitif), pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Dalam Al-quran telah disebutkan mengenai ketiga ranah tersebut, yaitu:Dalil Tentang Pembelajaran Kognitif ((( ((( ((( ((( ((( (:5-1)Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu-lah yang maha pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq: 1-5)

Dalil Tentang Pembelajaran Afektif dan Psikomotor((((((((( (((((( ((((((((((( (((((((( ((((((((((((((( (((((((( (((( ((((((((((( (((((((((( (((((( (((( ((((((((( ( (((( ((((((( (((( (((((( ((((((((( (((( (: 17)Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan surulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegalah (mereka) dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpah kamu. Ssungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17) E. Landasan TeoriDiantara titik lemah pendidikan di Indonesia, menurut Rachman, keberhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif dan nyaris tidak mengukur ranah afektif dan psikomotor, sehingga pembinaan watak dan budi pekerti terabaikan. Dengan demikian, tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi kognitif, psikomotor, dan afektif yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa, baik sebagai pribadi, bermasyarakat dan bernegara.Pembelajaran PAI yang berorientasi pada afektif siswa terwujud dalam penciptaan suasana religius sekolah. Yang dimaksud Religius berarti bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan). Jadi penciptaan suasana religius berarti menciptakan suasana atau iklim kehidupan keagamaan.

Berdasarkan keterangan diatas, peneliti menjumpai bahwa di SMP Negeri 04 Lumajang sudah mulai menerapkan suasana religius sekolah dan akan ditingkatkan terus seiring akan di berlakukan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 dimana tagihan terbesar terdapat pada ranah afektif yaitu siswa terbiasa bersikap dan berbuat sesuai nilai Islami. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode pembiasaan dan metode pengamalan. Dalam aplikasinya bisa kita jumpai dalam kegiatan sebagai berikut: (1) sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran berakhir siswa dibiasakan secara ajeg berdoa terlebih dahulu setiap hari, adapun ketika pelajaran PAI walau posisi jam pelajarannya berada ditengah, siswa tetap dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa supaya dalam melakukan segala kegiatan, mereka terbiasa berdoa terlebih dahulu. (2) Setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis, 15 belas menit sebelum pembelajaran dimulai seluruh siswa dimasing-masing kelas di haruskan membaca surah yang ada di juz 30 dari alquran dengan dipandu langsung oleh salah seorang siswa yang ditunjuk oleh guru PAI dari kantor. Menurut Zakiyah Darajat pembacaan ayat-ayat kitab suci dan doa dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. (3) Setiap hari Sabtu sebelum pembelajaran dimulai seluruh siswa diajak untuk membaca surah Yasin dan Istighatsah yang dipandu oleh guru PAI dari kantor (4) Mewajibkan seluruh siswa untuk mengikuti sholat dhuhur berjamaah di mushollah sekolah, secara bergiliran sesuai jadwal yang telah ditentukan, dengan tujuan supaya siswa tidak lalai dalam menjalankan kewajibannya. Bagi siswa yang tidak mengikuti tanpa ada keterangan yang jelas akan diberi sangsi berupa pengurangan nilai di pelajaran PAI. (5) Mewajibkan seluruh siswi (kecuali yang beragama lain) untuk memakai jilbab, dengan tujuan supaya mereka paham bahwa busana muslimah itu adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan. (6) membiasakan seluruh siswa setiap hari bersalaman dengan seluruh bapak ibu guru sebelum pelajaran dimulai (penyambutan dipagi hari) dan sesudah pelajaran berakhir. Dengan begitu pembelajaran Pendidikan Agama Islam memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami materi Pendidikan Agama Islam, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, hingga mengamalkan dalam masyarakat. Kemudian Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang tidak seluruhnya diberikan di dalam kelas, namun materi yang sekiranya mudah difahami oleh siswa dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, diberikan melalui kegiatan diluar jam sekolah antara lain: Mengadakan malam perenungan ESQ ( Emosional spiritual question ) yang melibatkan seluruh siswa tingkat akhir yang akan menghadapi ujian, wali murid dan pihak sekolah; menghidupkan hari besar Islam dengan rangkaian acara Islami, khususnya di bulan suci ramadhan dengan mengadakan pondok ramadhan, SMS untuk membangunkan siswa agar melakukan sholat tahajud. Hal ini berfungsi sebagai wujud upaya guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang.

Dari gambaran diatas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut : (1) diduga metode yang diterapkan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang sudah berjalan efektif, (2) diduga upaya pendidik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang sudah sesuai dengan yang diinginkan. F. Metode Penelitian1. Penentuan Populasi

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah semua guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan seluruh siswa SMP Negeri 04 Lumajang.

2. Penentuan SampelYang dimaksud sampel adalah bagian dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah, 3 guru PAI dan 100 siswa. Karena berbagai pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Hal ini sesuai dengan pendapat suharsimi arikunto bahwa jika jumlah subjek penelitian lebih dari 100, maka sampelnya dapat diambil adalah antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. 3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam arti luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung melalui angket dan tes.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung dan observasi tidak langsung. kemudian metode observasi ini penulis gunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI yang berorientasi pada afektif siswa SMP Negeri 04 Lumajang. Adapun yang menjadi bahan observasi adalah: (a) Proses pembelajaran PAI di SMP Negeri 04 Lumajang, (b) Kegiatan sholat Dhuhur berjamaah di SMP Negeri 04 Lumajang, dan (c) keadaan guru PAI dalam meningkatkan pembelajaran PAI di SMP Negeri 04 Lumajang.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah serangkaian percakapan langsung antara informan dan peneliti yang berlangsung secara lisan, bertatap muka, mendengarkan secara langsung atas keterangan-keterangan informan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur, yang dimaksud wawancara terstruktur adalah wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang akan diteliti.

Adapun metode wawancara ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pembelajaran PAI yang berorientasi pada afektif siswa, sedangkan yang peneliti wawancarai adalah 2 guru PAI SMP Negeri 04 Lumajang dan 5 siswa SMP Negeri 04 Lumajang.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah proses mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, sumber data dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data yang tertulis dari SMP Negeri 04 Lumajang, sehingga peneliti bisa mendapatkan data-data yang diinginkan. Adapun data/dokumen tertulis dari SMP Negeri 04 Lumajang meliputi, (a) sejarah berdirinya SMP Negeri 04 Lumajang, (b) struktur organisasi SMP Negeri 04 Lumajang, (c) keadaan guru SMP Negeri 04 Lumajang, (d) keadaan siswa SMP Negeri 04 Lumajang, dan (e) keadaan sarana dan prasarana.

d. Metode Angket

Metode angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.

Menurut Sanapiah Faisal, Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang atau informan. Karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket berstruktur, yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawabannya. Hal ini untuk mempermudah dalam pengelompokan dan menganalisis data yang diperoleh. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang realitas keadaan informan maupun sebagai pembantu metode-metode lain dalam mencari data tentang pembelajaran PAI yang berorientasi pada afektif.Sedangkan yang menjadi sasaran angket adalah 2 guru PAI dan 100 siswa dari 850 siswa.

3. Teknik Analisis Data

Mengenai analisis data ini, menurut Patton mengemukakan bahwa, Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Jadi proses analisis data merupakan suatu usaha untuk menanamkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, rumusan masalah atau hal-hal yang diperoleh dari penelitian.

Dalam menganalisis data yang diperoleh dari metode pengumpulan data, maka penulis menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif dan teknik kuantitatif. Teknik analisis diskriptif kualitatif, penulis gunakan untuk menguraikan, menuturkan, menaksirkan data yang penulis peroleh dari metode pengumpulan data. Sedangkan data yang berupa angket, penulis menggunakan teknik kuantitatif dengan rumus sebagai berikut.

P = x 100(Keterangan:

P : Angka persentase

f : Frekuensi jawaban responden

N : Banyaknya individu

100 : Bilangan standarisasi.

G. Outline

Penelitian skripsi dengan judul STUDI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP NEGERI 04 LUMAJANG ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

a. Bagian Depan atau Awal

Pada bagian ini memuat: sampul depan, halaman judul, halaman pengesahan. Halaman pengesahan berisi: (1) usulan penelitian skripsi, (2) judul penelitian, (3) nama, (4) nim, (5) jurusan dan fakultas, (6) tanggal persetujuan, (7) nama pembimbing, (8) mengetahui ketua jurusan.

b. Bagian isi

BAB I : Merupakan pendahuluan yang memuat berbagai pembahasan seperti: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II : Pada bab ini akan dikemukakan tentang pemgembangan afektif siswa, yang berisi tentang: pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada afektif, tahap-tahap perkembangan afektif, pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi: pengertian Pendidikan Agama Islam, prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pola pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB III: Pada bab ini akan dikemukakan tentang metode penelitan yang meliputi: jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, subjek penelitian dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan Metode Pemeriksaan Keabsahan DataBAB IV : Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian tentang gambaran objek penelitian meliputi: sejarah berdirinya SMP Negeri 04 Lumajang, setting lokasi, struktur organisasi, keadaan guru, pegawai dan siswa, sarana dan prasarana, serta Kurikulum. Penyajian data meliputi: metode pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 04 Lumajang, upaya guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 04 Lumajang, dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap perkembangan afektif siswa SMP Negeri 04 Lumajang, serta analisis data.

BAB V : Bab terakhir atau penutup skripsi ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

H. Rencana Penelitian/Jadwal penelitianI. Daftar pustakaDaradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa . 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

---------- 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

---------- 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

------------ et al. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media

------------ 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa Cendekia.

---------- 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Grafindo Persada.J. Daftar Lampiran

Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 140.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 84.

Ibid, hlm 89.

Ibid, hlm 93.

Mulyasa, Op. Cit, hlm 83.

Harun Nasution dalam Paradigma Pendidikan Islam, Op. Cit, hlm 88.

E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 165.

Rachman (2003) sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin, Op. Cit, hlm 70.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), hlm 61.

Kata ajeg berasal dari bahasa jawa yang artinya kontinyu.

Zakiyah Daradjad (1984:6) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 300.

Kata istighatsah berasal dari bahasa arab artinya meminta pertolongan .

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm 122.

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm 151.

Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Op. Cit, hlm 83.

Ibid, hlm 84.

Suharsimi Arikunto, Loc. Cit, hlm 206.

Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 76.

Sanapiah Faisal, Dasar-Dasar dan Teknik Menyusun Angket (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hlm 2.

Patton (1980: 268) sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 103.

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm 40.

_1203843874.unknown