Seminar Outline

40
ANALISIS BUNDARAN JALAN ARTERI SUPADIO dan JALAN MAYOR ALIANYANG NAMA : FIRDAUS JAMANDA NIM : D111 08 034 PEMBIMBING UTAMA : DR. Ir. H. SYAFARUDIN AS., M.M. PEMBIMBING PENDAMPING : SUMIYATTINAH, S.T., M.T. PENGUJI UTAMA : Ir. TEDDY ARIYADI, M.T PENGUJI PENDAMPING : Ir. H. KOMALA ERWAN, M.T Disusun Oleh,

description

contoh

Transcript of Seminar Outline

Page 1: Seminar Outline

ANALISIS BUNDARANJALAN ARTERI SUPADIO dan JALAN

MAYOR ALIANYANGNAMA : FIRDAUS JAMANDANIM : D111 08 034

PEMBIMBING UTAMA : DR. Ir. H. SYAFARUDIN AS.,

M.M.

PEMBIMBING PENDAMPING: SUMIYATTINAH, S.T., M.T.

PENGUJI UTAMA : Ir. TEDDY ARIYADI, M.T

PENGUJI PENDAMPING : Ir. H. KOMALA ERWAN, M.T

Disusun Oleh,

Page 2: Seminar Outline

LATAR BELAKANG

Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat. Transportasi pada saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat akan berdampak kepada kepadatan lalu lintas jalan raya.

Salah satu bagian jalan yang sering terjadi permasalahan kemacetan adalah persimpangan. Salah satu model pengaturan lalu lintas di persimpangan yang banyak digunakan di beberapa kota di Indonesia saat ini adalah Bundaran. Sangat disayangkan terkadang pengaturan model ini tidak dimanfaatkan secara optimum bahkan menjadi sumber masalah karena menimbulkan kemacetan dan rawan kecelakaan.

Pertemuan Jalan Arteri Primer dari Jalan Arteri Supadio dan Jalan Mayor Alianyang merupakan salah satu persimpangan yang menggunakan model pegaturan persimpangan yang berbentuk Bundaran. Bundaran ini melayani tiga arus lalu lntas dari arah bandara Supadio, Jembatan Kapuas II, dan dari Arah Kota Pontianak.

Pendahuluan

Page 3: Seminar Outline

PERUMUSAN MASALAH

Bundaran Jalan Arteri Supadio dan Jalan Mayor Alianyang merupakan salah satu akses yang menghubungkan dengan lembaga pendidikan, perkantorn, pertokoan dan pemukiman, sehingga dapat menyebabkan konflik arus lalu lintas pada bundaran tersebut.

Pengaturan Geometrik bundaran yang kurang optimum dapat menyebabkan kemacetan dan rawan kecelakaan

Pendahuluan

Page 4: Seminar Outline

TUJUAN PENULISAN

Mengetahui kinerja bundaran pada kondisi eksisting. Menganalisa dan mengevaluasi geometrik bundaran.

Pendahuluan

Page 5: Seminar Outline

PEMBATASAN MASALAH

Kondisi arus lalu lintas diambil pada hari jumat, sabtu, minggu, dan senin dari pukul 06.30 sampai dengan pukul 22.30.

Perhitungan menggunakan hasil proyeksi 10 tahun yang akan datang, yaitu tahun 2025.

Metode yang digunakan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, dan Pedoman Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang 2004.

Tidak menghitung struktur dan biaya.

Pendahuluan

Page 6: Seminar Outline

SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI BAB IV DATA DAN ANALISA DATA BUNDARAN BAB V EVALUASI GEOMETRIK BUNDARAN BAB VI PENUTUP

Page 7: Seminar Outline

Tinjauan Pustaka

Arus lalu lintas (Q) merupakan jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalur per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Qkend) smp/jam (Qsmp )atau LHRT (Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan)”.

Bagian kendaraan-kendaraan yang diperhitungkan dalam arus lalu lintas adalah:o Kendaraan Ringan (Light Vehicle (LV))o Kendaraan Berat (Heavy Vehicle (HV))o Sepeda Motor (Motor Cycle (MC))o Kendaraan tak bermotor(Unmotorized (UM))

Arus jam rencana (QDH) merupakan arus lalu lintas yang digunakan untuk perancangan.

QDH = LHRT x k

ARUS LALU LINTAS

Page 8: Seminar Outline

UKURAN PERILAKU LALU LINTAS

Derajat kejenuhan (DS) merupakan rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas,

biasanya dihitung per jam. Digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat

kinerja ruas jalan. Untuk mendapatkan derajat kejenuhan (DS) dapat menggunakan

formula sebagai berikut:

Dimana : DS = Derajat kejenuhanQ = Arus lalu lintas (smp/jam)C = Kapasitas (smp/jam)

Tinjauan Pustaka

Page 9: Seminar Outline

KARAKTERISTIK GEOMETRIK

Daerah pendekat merupakan daerah dari lengan persimpangan jalan untuk

kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis-henti.(Jika gerakan belok kiri atau

belok kanan dipisahkan dengan pulau lalu lintas, sebuah lengan persimpangan jalan

dapat mempunyai duapendekat atau lebih). Bagian-bagian dari pendekat yaitu:

Lebar Pendekat (WA)

Lebar Masuk (WMASUK)

Lebar Keluar (WKELUAR)

Tinjauan Pustaka

Page 10: Seminar Outline

KONDISI LINGKUNGAN

Guna Lahan (LU) merupakan pengembangan lahan disamping jalan. Untuk

tujuan perhitungan, guna lahan dinyatakan dalam presentase dari segmen jalan dengan

pengembangan tetap dalam bentuk bangunan.

Ukuran Kota (CS) merupakan jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan.

Hambatan Samping (SF) merupakan dampak terhadap prilaku lalu lintas akibat

kegiatan sisi jalan, seperti : pejalan kaki, penghentian angkot dan lainnya, kendaraan

masuk dan keluar sisi jalan dan kendaraan lambat.

Tinjauan Pustaka

Page 11: Seminar Outline

PERSIMPANGAN

Persimpangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua sistem jalan.

Persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau

lebih bergabung atau bersimpang. Tujuan dari pembuatan persimpangan adalah

mengurangi potensi konflik diantara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus

menyediakan kenyamanan dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan.

Tinjauan Pustaka

Page 12: Seminar Outline

KONFLIK PERSIMPANGAN

Beberapa jenis pergerakan arus lalu lintas yang menggunakan ruang

persimpangan yang dapat menimbulkan titik-titik konflik persimpangan:

Diverging (gerakan memisah)

Merging (gerakan bergabung)

Weaving (bersilang)

Crossing (berpotongan)

Tinjauan Pustaka

Page 13: Seminar Outline

Berdasarkan sifatnya konflik terbagi dua, yaitu:

1. Konflik primer (primary conflict) adalah konflik antara arus lalu lintas yang bergerak

lurus dari ruas jalan yang saling berpotongan dan termasuk konflik dengan pejalan

kaki.

2. Konflik sekunder (secondary conflict) adalah konflik yang terjadi antara arus lalu lintas

kanan dengan arus lalu lintas arah lainnya (opposing straight throught traffic) dan

atau lalu lintas belok kiri dengan para pejalan kaki.

KONFLIK PERSIMPANGANTinjauan Pustaka

Page 14: Seminar Outline

PENGATURAN SIMPANG

Pengaturan simpang bertujuan untuk:A. Mengurangi maupun menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berasal

dari berbagai kondisi konflik.B. Menjaga kapasitas dari persimpangan agar dalam penggunaaannya dapat dicapai

pemanfaatan simpang yang sesuai dengan rencana.C. Dalam penggunaan simpang harus memberikan petunjuk yang jelas dan pasti

sederhana, sehingga mengarahkan pengguna kearah yang benar.

Secara rinci jenis–jenis persimpangan dapat dikelompokkan menjadi:1. Pengaturan simpang dengan lampu lalu lintas.2. Pengaturan simpang tanpa lampu lalu lintas,(Rambu dan Rotary (Bundaran))3. Fly Over

Tinjauan Pustaka

Page 15: Seminar Outline

BUNDARAN (ROTARY)

Bundaran adalah persimpangan kanalisasi yang terdiri dari sebuah lingkaran

pusat yang dikelilingi oleh jalan satu arah.

Aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan bundaran diantaranya

adalah:

• Kelancaran lalu lintas;

• Keselamatan lalu lintas;

• Ketersediaan lahan yang cukup;

• Efisiensi;

Tinjauan Pustaka

Page 16: Seminar Outline

ELEMEN BUNDARAN

Secara fisik bundaran terdiri atas:1. Pulau bundaran (central island)2. Jalur lingkar3. Lajur keluar4. Lajur masuk5. Lengan pendekat6. Radius keluar7. Radius masuk;8. Lindasan truk/apron truk;9. Pulau pemisah (splitter island)

Tinjauan Pustaka

Page 17: Seminar Outline

Bundaran 3 Lengan

ELEMEN BUNDARANTinjauan Pustaka

Page 18: Seminar Outline

Bundaran 4 Lengan

ELEMEN BUNDARANTinjauan Pustaka

Page 19: Seminar Outline

Bundaran 5 Lengan

ELEMEN BUNDARANTinjauan Pustaka

Page 20: Seminar Outline

TIPE BUNDARAN

Ada beberapa bentuk bundaran yang biasa digunakan dalam pengendalian persimpangan. Tipe bundaran dapat dilihat dari tabel berikut (Sumber : MKJI 1997)

Tinjauan Pustaka

Tipe Bundaran

Radius Bundaran

(m)

Jumlah Lajur

Masuk

Lebar Lajur Masuk W1

(m)

Panjang Jalinan LW

(m)

Lebar Jalinan WW

(m)R10 – 11 10 1 3,5 23 7

R10 – 22 10 2 7,0 27 9

R14 – 22 14 2 7,0 31 9

R20 – 22 20 2 7,0 43 9

Page 21: Seminar Outline

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Kapasitas (C)Kapasitas bundaran dapat diprediksi dengan menggunakan hubungan antara aliran masuk dan beredar.

WE = Lebar masuk

Rata – rata = ½ (W1+W2)

WW = Lebar Jalinan (m)

LW = Panjang Jalinan (m)

Pw = Rasio Jalinan = (Qw/Qtot)

Qw = Arus Menjalin (smp/jam)

Qtot = Arus Total (smp/jam)

FCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan

Tinjauan Pustaka

Page 22: Seminar Outline

Derajat Kejenuhan (DS)Prilaku lalu lintas bagian jalinan berkaitan erat dengan derajat kejenuhan.

C = Kapasitas (smp/jam)Q = Arus total kendaraan (smp/jam)LV = Kendaraan ringan (%)

HV = Kendaraan berat (%)

MC = Sepeda motor (%)

Jika nilai Derajat Kejenuhan lebih besar dari 0,85, maka bundaran dikategorikan jenuh.

Tinjauan Pustaka

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Page 23: Seminar Outline

TundaanTundaan pada bagian jalinan dapat terjadi dikarenakan dua sebab:

1. Tundaan lalu lintas (DT) akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan yang lain dalam persimpangan.

2. Tundaan geometrik (DG) akibat perlambatan dan percepatan lalu lintas.Tundaan rata-rata bagian jalinan dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan :D = Tundaan rata-rata bagian jalinan (det/smp)DT = Tundaan lalu lintas rata-rata bagian jalinan (det/smp)DG = Tundaan geometric rata-rata bagian jalinan (det/smp)Tundaan geometrik pada bagian jalinan ditentukan sebagai berikut:

Tinjauan Pustaka

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Page 24: Seminar Outline

Tundaan lalu lintas bundaran (DTR) tundaan rata-rata perkendaraan yang masuk kedalam bundaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :i = Bagian jalinan i dalam bundarann = Jumlah bagian jalinan dalam bundaranQi = Arus total pada bagian jalinan i (smp/jam)

DTi = Tundaan lalu lintas rata-rata pada bagian jalinan i (det/smp)

Qmasuk = Jumlah arus yang masuk bundaran (smp/jam)

Tinjauan Pustaka

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Page 25: Seminar Outline

Tundaan bundaran (DR) adalah tundaan lalu lintas rata-rata perkendaran masuk bundaran dan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pada rumus ini menambahkan tundaan geometric rata-rata (4 set/smp) pada tundaan lalu lintas. Jika besar tundaan yang dihasilkan lebih kecil dari 10 detik (D < 10 det) maka bundaraan ini tidak terjadi tundaan.

Tinjauan Pustaka

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Page 26: Seminar Outline

Peluang AntrianPeluang antrian dihitung dari hubungan antara peluang antrian dengan derajat kejenuhan. Peluang antrian pada bundaran ditentukan dengan rumus:

Keterangan :QPi = Peluang antrian jalinanQPR = Peluang antrian bundaran (%)n = Jumlah bagian jalinan dalam bundaran

Tinjauan Pustaka

UKURAN KINERJA BUNDARAN

Page 27: Seminar Outline

PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA – RATA TAHUNAN (LHRT)

Langkah – langkah untuk mendapatkan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dalam tahun adalah sebagai berikut:• Perhitungan Lalu Lintas Mingguan Rata-rata

Dari jumlah lalu lintas selama 16 jam per hari dalam 1 minggu yang dikalikan dengan faktor koreksi (93%), maka akan dapat ditentukan Lalu Lintas Mingguan Rata-rata (LMR).

• Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan Dengan mengetahui Lalu Lintas Bulanan Rata-rata (LBR) dapat dihitung arus Lalu Lintas Tahunan Rata-rata (LTR). Apabila LBR suatu kawasan atau area tidak diketahui, maka dapat digunakan data LBR sebagai persentase lalu lintas bulanan setahun seperti yang ditunjukkan pada tabel .

Tinjauan Pustaka

Page 28: Seminar Outline

Lalu Lintas Bulanan Rata-rata sebagai Persentase Lalu Lintas Bulanan Setahun

PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA – RATA TAHUNAN (LHRT)

Tinjauan Pustaka

Dari LMR yang didapat sebelumnya, kemudian kita kalikan dengan faktor persentase lalu lintas bulanan setahun,baru kemudian didapatkan Lalu Lintas Tahunan Rata-rata (LTR) sebagai Lalu Lintas Harian Rata-rata dalam tahun yang bersangkutan (LHRT).

Page 29: Seminar Outline

PERHITUNGAN PROYEKSI LALU LINTAS HARIAN RATA – RATA TAHUNAN

Untuk memproyeksikan lalu lintas harian rata-rata pada tahun yang ditinjau

digunakan rumus :

LHRn = LHRo(1+i)n

Dimana :

LHRn = Lalu lintas harian rata-rata tahun yang ditinjau

LHRo = Lalu lintas harian rata-rata pada saat sekarang

i = Angka pertumbuhan lalu lintas (%)

n = Jangka waktu tinjauan (tahun)

Tinjauan Pustaka

Page 30: Seminar Outline

PERHITUNGAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Untuk memproyeksi jumlah penduduk digunakan rumus :

Pn = Po (1+r)n

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau

Po = Jumlah penduduk pada saat sekarang

r = Angka pertumbuhan penduduk (%)

n = Jangka waktu tinjauan (tahun)

Tinjauan Pustaka

Page 31: Seminar Outline

METODOLOGI SURVEI

Metodologi dapat didefinisikan sebagai suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui sesuatu dengan melalui langkah – langkah yang sistematis dan teratur untuk

memperoleh pemecahan masalah sesuai dengan maksud dan tujuan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulisan skripsi ini dapat dikategorikan sebagai

studi kasus dengan metode deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah dengan

menggambarkan atau menjelaskan objek studi berdasarkan fakta-fakta yang tampak di

lokasi yang akan menjadi studi. Selain itu juga didukung dengan literatur sebagai

pelengkap penyusun konsep dan kajian.

METODOLOGI

Page 32: Seminar Outline

TUJUAN SURVEI

Tujuan yang ingin didapat pada saat survei diantaranya:

1. Untuk mendapatkan data primer dari volume lalu lintas kendaraan maupun

geometrik eksisting bundaran yang menjadi studi dalam penelitian.

2. Untuk mendapatkan suatu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan

menggambarkan secara deskriptif keadaan lokasi yang menjadi objek penelitian.

METODOLOGI

Page 33: Seminar Outline

LOKASI SURVEIMETODOLOGI

Page 34: Seminar Outline

METODE SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA

Metode survei yang digunakan:

Metode Teknik observasi di lokasi studi, yaitu cara pengumpulan data primer melalui

pengamatan dan pencatatan gejala yang tampak pada objek penelitian.

Pelaksanaanya dapat dilakukan secara langsung pada tempat dimana suatu peristiwa

atau keadaan yang sedang terjadi.

Metode teknik studi dokumenter yaitu cara pengumpulan data sekunder yang

dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan tertulis yang berhubungan dengan

masalah penelitian.

METODOLOGI

Page 35: Seminar Outline

Survei Arus Lalu Lintas

METODE SURVEI DAN PENGUMPULAN DATAMETODOLOGI

Page 36: Seminar Outline

Survei Kondisi Bangunan Eksisting yang Berada di Sekitar Persimpangan

tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui penggunaan lahan di sekitar daerah

persimpangan.

Survei Hambatan Samping

untuk mendata kegiatan sisi jalan seperti pejalan kaki dan kendaraan lainnya yang

termasuk kendaraan tak bermotor (Unmotorized, (UM)), kendaraan masuk dan

keluar sisi jalan dan kendaraan lambat.

METODOLOGI

METODE SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA

Page 37: Seminar Outline

SURVEI GEOMETRIK

Survey geometrik simpang dilakukan untuk mendapatkan data kondisi eksisting

geometrik bundaran. Cara yang dilakukan adalah pengukuran secara langsung di

lapangan dengan menggunakan meteran.

METODOLOGI

Page 38: Seminar Outline

ALAT SURVEI DALAM PENGUMPULAN DATA

• Lembar formulir survei, clip board, pulpen dan arloji yang digunakan sebagai

penunjuk waktu dalam pencatatan.

• Hand tally counter yang digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan dalam

pengamatan volume lalu lintas.

• Meteran yang digunakan untuk mengukur geometrik dari bundaran yang diamati.

METODOLOGI

Page 39: Seminar Outline

DIAGRAM ALIRMETODOLOGI

1

Page 40: Seminar Outline

DIAGRAM ALIRMETODOLOGI

2