Outline Tesis Revisi

33
Implementasi Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi di Perkantoran Pemerintah di Kota Semarang Outline Tesis TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KONSENTRASI DOSEN PENGAMPU : Dr. Martha Irene K, M. Sc. PhD DISUSUN OLEH Eny Mayasari Dewi 25010112410099 MKIA NON REG SEMESTER II MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

description

outline tesis ASI ekslusif ibu bekerja

Transcript of Outline Tesis Revisi

Page 1: Outline Tesis Revisi

Implementasi Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi di Perkantoran Pemerintah di Kota Semarang

Outline TesisTUGAS MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN KONSENTRASI

DOSEN PENGAMPU : Dr. Martha Irene K, M. Sc. PhD

DISUSUN OLEH

Eny Mayasari Dewi

25010112410099MKIA NON REG

SEMESTER II

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

MINAT MANAJEMEN KESEHATAN IBU DAN ANAK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

Page 2: Outline Tesis Revisi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, atas berkat,

rahmat, dan hidayah-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan tugas outline tesis

yang berjudul “Implementasi Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi di Perkantoran

Pemerintah di Kota Semarang ”. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas

dalam mata kuliah Metodologi Penelitian Konsentrasi sebagai Ujian Akhir Semester

yang di ampu oleh Dr. Martha Irene K, MSc. PhD.

Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan dalam

kesempatan ini pula penyusun ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada

dosen pengampu yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas ini serta

pada berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena

itu, kami mengucapkan maaf yang sebesarnya apabila terdapat hal-hal yang kurang

berkenan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan dapat menambah wawasan pengetahuan ilmu.

Semarang, Mei 2013

Penulis

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 2

Page 3: Outline Tesis Revisi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 5

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7

C. Pertanyaan Penelitian.............................................................................................. 7

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian................................................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10

A.Kebijakan Kerja Ramah Laktasi.............................................................................. 10

1. Pengertian ........................................................................................................ 10

2. Komponen........................................................................................................ 10

3. Manfaat............................................................................................................ 11

4. Implementasi.................................................................................................... 13

5. Peraturan dan Sanksi ....................................................................................... 14

B. Kewajiban Pengurus Kerja Terkait Laktasi .......................................................... 15

1. Pengertian ........................................................................................................ 15

2.Kewajiban Tempat Kerja terkait Laktasi.......................................................... 15

3. Bimbingan dan Monitoring dari Dinas Terkait................................................ 15

C. Impleentasi ............................................................................................................. 17

1. Pengertian ........................................................................................................ 17

2. Komponen........................................................................................................ 17

D. Kerangka Teori....................................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 18

A.Kerangka Konsep..................................................................................................... 18

B. Jenis Penelitian........................................................................................................ 18

C. Populasi Dan Sampel ............................................................................................. 18

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 3

Page 4: Outline Tesis Revisi

D. Definisi Istilah ........................................................................................................ 18

E. Instrumen ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 4

Page 5: Outline Tesis Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu

negara. Sebagai negara yang telah ikut meratifikasi Millenium Development Goals,

Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan AKB dari 32 per 100 kelahiran hidup

pada tahun 2012 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Salah satu cara

untuk menurunkan AKB adalah dengan penggunaan ASI Ekslusif. Berbagai penelitian

telah membuktikan bahwa ASI Ekslusif dapat menurunkan penyebab kematian bayi,

namun ironisnya Cakupan ASI ekslusif sendiri masih rendah.

Rendahnya cakupan ASI ekslusif dapat disebabkan beberapa faktor, karakteristik

ibu, dukungan keluarga, lingkungan, promosi susu formula serta pekerjaan ibu. Kunci

keberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk kaum ibu yang bekerja terletak pada metode

pemerahan air susu ibu dan penyimpanan air susu ibu yang telah dikeluarkan

(Manajemen Laktasi). Pemerahan susu ibu dalam jangka panjang adalah kerja keras dan

komitmen serius di pihak sang ibu. Ia akan membutuhkan dorongan dan dukungan.

Dengan demikian penting bagi lingkungan kerja untuk memiliki ruang menyusui yang

layak dan memberikan waktu bagi kaum ibu yang bekerja waktu yang mereka butuhkan

untuk memerah susu ibu.

Sebuah penelitian di Jakarta yang melibatkan 192 orang ibu bekerja menyebutkan

bahwa 45% ibu yang bekerja berhenti menyusui sebelum bayi berusia 4 bulan, cakupan

Asi Ekslusif pada pekerja formal hanya 32%,Alasannya adalah karena tidak ada ruang

laktasi yang memadai di tempat bekerja, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI, dan

kecemasan ibu ketika harus meninggalkan pekerjaan untuk memeras ASI. Fakta yang

lain adalah ternyata 50% ibu bekerja memompa ASI di toilet. Dan 48,7% pekerja

perempuan tidak tahu kalau ada peraturan tentang ruang laktasi.

Kurangnya dukungan pengurus tempat bekerja terhadap gerakan ASI Ekslusif

nampak ketika dengar pendapat Rancangan Peraturan Pemerintah tentang ASI Ekslusif

tahun 2011, dimana Ketua APINDO mengajukan keberatannya terhadap RPP ini karena

berbagai alasan. Hal ini juga dapat dilihat dari masih sedikitnya tempat bekerja yang pro

laktasi terbukti belum banyak tersedianya ruang laktasi di tempat bekerja.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 5

Page 6: Outline Tesis Revisi

Padahal untuk menjamin agar hak ibu menyusui yang bekerja terlaksana, Negara

telah lama memberikan kewajiban kepada pengurus tempat kerja agar mendukung ibu

menyusui. Bentuk dukungan tersebut dengan memberikan waktu dan fasilitas yang layak

bagi ibu untuk menyusui bayinya. Peraturan tersebut bahkan telah ada sejak tahun 2002

dalam Pasal 128 UU Kesehatan, Pasal 83 Undang-undang No.13/2003 tentang

Ketenagakerjaan, Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.

48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/ PB/XII/2008 tahun

2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja

dan yang terbaru PP no 33 tentang Pemberian ASI ekslusif.

Masalah ibu menyusui yang bekerja ini cukup signifikan mempengaruhi angka

pencapaian ASI Ekslusif di Indonesia, mengingat berdasarkan BPS 2011 angkatan kerja

wanita mencapai 61,72% dari 49,63% jumlah penduduk wanita di Indonesia.

Sedangkan untuk propinsi jawa tengah 62,74% tenaga kerja perempuan dari 50. 20%

jumlah penduduk wanita.

Berdasarkan hasil laporan puskesmas wilayah Kota Semarang tahun 2011,

pemberian ASI Ekslusif sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada,

masih jauh dari target pencapaian Asi ekslusif Kota Semarang yaitu 40% dan jauh dari

target Asi Ekslusif nasional yaitu 80 ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011). Ditambah

lagi pada tanggal 6 Oktober 2012 Semarang mencanangkan diri sebagai kota layak anak,

dimana pada klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan mensyaratkan cakupan ASI

ekslusif dan jumlah pojok laktasi dalam indikatornya

Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya

adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara

menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas

kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang

bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam

program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan

pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus

dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam

rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011).

.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 6

Page 7: Outline Tesis Revisi

Seperti tipikal kota besar lainnya, jumlah pekerja wanita di Kota Semarang

cukup tinggi, yaitu 223.808 orang atau sekitar 32,7% dari total tenaga kerja dan 28,7%

dari pada tahun 2011( Semarang Dalam Angka,2011 ). Hal ini dtunjang banyaknya

sektor industri yang banyak menyerap tenaga kerja wanita seperti garmen, jasa,

pendidikan, dll.

Hal ini dapat di atasi dengan menggalakkan kebijakan tempat kerja ramah laktasi.

Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi populer di berbagai negara seperti Australia,

Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Kebijakan-kebijakan yang sedemikian telah

dikembangkan oleh perusahaan yang berkehendak untuk mendukung kaum ibu dalam

perusahaannya dan kebutuhan kaum ibu tersebut untuk terus memberikan ASI pada saat

mereka bekerja.

Berdasarkan data dari Asosiasi Ibu Menyusui Jawa Tengah, masih banyak

perusahaan yang belum memiliki ruang laktasi sebagai interpretasi kebijakan ramah

laktasi. Hal ini tidak hanya terjadi di perusahaan swasta saja , Sektor pemerintah seperti

instansi BUMN dan pemerintah kota pun baru sebagian yang memiliki ruang laktasi

seperti di Balaikota Semarang. Padahal di kota semarang memiliki kurang lebih 40-50

instansi yang didalamnya memilii pekerja perempuan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan tempat kerja ramah laktasi ini

antara lain faktor internal yaitu persepsi pengurus meliputi komponen kebijakan ramah

laktasi, manfaat, implementasi, peraturan serta sanksi dan faktor internal yaitu

sosialisasi, pembinaan serta pengawasan pemerintah dan dorongan dari tenaga kerja itu

sendiri.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah belum banyaknya pengurus tempat kerja khususnya perkantoran pemerintah yang

melaksanakan kebijakan tempat kerja ramah laktasi di Kota Semarang, baik itu sektor

pemerintah maupun swasta.

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“ Bagaimana gambaran tentang implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi di

perkantoran pemerintah kota Semarang “

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 7

Page 8: Outline Tesis Revisi

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum :

Memperoleh gambaran tentang implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi di

perkantoran pemerintah kota Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden

b. Mendeskripsikan ketersediaan komponen kebijakan tempat kerja ramah laktasi

c. Mendeskripsikan sumber daya pendukung kebijakan tempat kerja ramah laktasi

d. Mendeskripsikan disposisi kebijakan tempat kerja ramah laktasi

e. Mendeskripsikan Ukuran dan tujuan kebijakan tempat kerja ramah laktasi

f. Mendeskripsikan karakteristik pelaksana kebijakan tempat kerja ramah laktasi

E. MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi Kementrian Kesehatan

Sebagai masukan untuk pertimbangan dan advokasi dalam pembuatan Peraturan

Mentri sebagai implementasi Peraturan pemenerintah no 33 tahun 2012

2. Bagi Dinas Tenaga Kerja

Sebagai masukan untuk pertimbangan dan advokasi dalam monitoring dan evaluasi

dalam mengimplementasikan Peraturan pemenerintah no 33 tahun 2012

3. Bagi APINDO

Sebagai masukan untuk lebih memahami dan pada akhirnya mensosialisasikan

implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi bagi anggotanya

4. Bagi Asosiasi Pekerja

Sebagai masukan untuk dapat mengadvokasi tempat bekerja dan dinas terkait untuk

lsegera mengimplementasikan kebijakan rempat kerha ramah laktasi

5. Bagi Peneliti

Sebagai sumbangsih peneliti dalam memperjuangkan ASI

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Ruang lingkup masalah

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 8

Page 9: Outline Tesis Revisi

Kajian tentang persepsi pengurus tempat kerja mengenai kebijakan ramah laktasi

2. Ruang lingkup keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam ruang ilmu analisis kebijakan kesehatan.

3. Ruang lingkup sasaran

Pengurus tempat kerja perkantoran pemerintah di Kota Semarang

4. Ruang lingkup lokasi

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi Kota Semarang

5. Lingkup waktu

Waktu penelitian Maret-Mei 2014

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 9

Page 10: Outline Tesis Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kebijakan Kerja Ramah Laktasi

1. Pengertian

Kebijakan-kebijakan yang sedemikian telah dikembangkan oleh perusahaan yang

berkehendak untuk mendukung kaum ibu dalam perusahaannya dan kebutuhan kaum

ibu tersebut untuk terus memberikan ASI pada saat mereka bekerja.

Kebijakan-kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi pada dasarnya adalah serupa,

walaupun masing-masingnya disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan sumberdaya

dari perusahaan dimaksud. Perusahaan-perusahaan tersebut juga dapat mengambil

berbagai pendekatan yang berbeda dan dapat menggunakan strategi yang berbeda pula

untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi pada

setiap tingkatan dari sistem yang mereka miliki. Langkah-langkah utama untuk

menjamin keberhasilan implementasi berbagai kebijakan Tempat Kerja Ramah

Laktasi adalah kelayakan, keselamatan, kemudahan dalam mengakses, dan proses

implementasi yang mudah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua orang

di perusahaan tersebut sadar akan dan memahami tentang kebijakan Tempat Kerja

Ramah Laktasi.

2. Komponen

Komponen-komponen dasar yang harus disediakan oleh perusahaan guna mendukung

pemberian ASI di tempat kerja. Komponen-komponen tersebut dapat disesuaikan

pada tingkat yang lebih lanjut berdasarkan atas sumberdaya dan kemampuan yang

tersedia pada perusahaan.:

a. Ruang/Fasilitas Pemberian ASI

1) Ruang:

a) Tertutup dan terisolasi.

b) Kemungkinan untuk dapat dikunci.

c) Berpendingin udara.

d) Ruang yang memadai untuk mengakomodasi paling tidak 3 karyawan.

e) Lokasi ruang pemberian ASI tidak boleh sejajar dengan kamar kecil atau

gudang.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 10

Page 11: Outline Tesis Revisi

2) Isi ruangan:

a) Kursi atau sofa yang nyaman.

b) Meja.

c) Ruang yang memadai untuk mengakomodasi paling tidak 3 karyawan.

d) Lemari untuk penyimpanan pompa ASI, tissue, dan cairan antiseptik.

3) Fasilitas:

a) Pencahayaan yang memadai.

b) Saklar listrik.

c) Kulkas/freezer untuk menyimpan ASI.

d) Tempat cuci dengan air yang mengalir.

e) Dispenser (dengan air panas dan dingin) atau termos listrik untuk air panas.

f) Sabun pencuci tangan, cairan antiseptik, dan handuk kertas/tissue.

g) Tissue dan cairan antiseptik.

h) Tempat sampah dengan penutup.

b. Kebijakan Tertulis dari Perusahaan

1) Dukungan perusahaan terhadap pemberian ASI di tempat kerja.

2) Cuti melahirkan yang layak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan

Indonesia, dengan opsi yang lebih fleksibel (tidak harus terpaku pada 1,5 bulan

sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan).

3) Terpenuhinya 2x waktu istirahat dan rehat makan siang selama hari kerja normal

yang memungkinkan kaum ibu untuk memerah ASI atau memberi ASI pada

anaknya.

c. Model Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi

Setiap kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi harus disesuaikan dengan berbagai

kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia di perusahaan .

3. Manfaat

a. Manfaat untuk para Karyawan

1) Mendapatkan fasilitas yang layak, pantas, dan bersih untuk memerah air susu

ibu.

2) Melindungi hak-hak anak-anak karyawan untuk mendapatkan nutrisi terbaik

dan paling lengkap, sebagaimana yang dapat disediakan oleh ASI.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 11

Page 12: Outline Tesis Revisi

3) Dengan memenuhi hak-hak anak untuk mendapatkan ASI, kesehatan anak

akan lebih terlindungi dan akan ada pengurangan jumlah klaim biaya

kesehatan dari anggota keluarga karyawan.

4) Kaum ibu yang menyusui akan menikmati manfaat fisik maupun psikologis,

yang pada akhirnya juga akan memberikan dampak positif terjadap kinerja dan

produktivitasnya ditempat kerja.

5) Anak-anak yang mendapatkan ASI lebih sehat dan tidak terlalu rentan

terhadappenyakit, yang membuat kaum ibu yang menyusui memiliki tingkat

kekhawatiran yanglebih rendah tentang anak-anaknya dan dapat lebih

menitikberatkan fokusnya padapekerjaan mereka. Hal ini dapat meningkatkan

kinerja perusahaan secara keseluruhan.

b. Manfaat untuk Perusahaan

Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi membantu menekan biaya-biaya yang

berkaitan dengan perawatan kesehatan, menekan tingkat absensi, dan

produktivitas yang rendah dengan:

1) Biaya Perawatan Kesehatan yang Lebih Rendah

Pemberian ASI dapat menekan biaya-biaya medis baik untuk sang ibu maupun

anakanaknya. Untuk setiap 1.000 orang bayi yang tidak mendapatkan ASI, ada

2.033 tambahankunjungan ke dokter, 212 hari perawatan di rumah sakit dan

609 resep dokter.

2) Tingkat Absensi yang Lebih Rendah

Ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayinya absen dari tempat kerja

satu hari lebih banyak dibandingkan ibu-ibu yang memberikan ASI pada

bayinya.

3) Mempertahankan Karyawan yang Berprestasi

Tingkat perputaran keluar masuk karyawan yang tinggi berdampak pada biaya

tinggi bagi perusahaan. Para pengusaha berkepentingan untuk empertahankan

karyawankaryawan yang berprestasi, termasuk mereka-mereka yang sedang

mengambil cuti melahirkan. Memberlakukan program-program yang berpusat

pada keluarga untuk menjaga keseimbangan antara komitmen pada keluarga

dan dunia kerja berdampak positif pada tingkat retensi, yang pada gilirannya

dapat menghemat biaya dalam jumlah besar bagi perusahaan. Studi pada

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 12

Page 13: Outline Tesis Revisi

berbagai perusahaan yang memiliki program pendukung pemberian ASI

mengungkapkan rata-rata tingkat retensi sebesar 94%.8

4) Pencitraan Positif dalam Hubungan dengan Masyarakat

Dengan Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi, perusahaan dapat menarik

manfaatdengan terciptanya citra positif di tengah masyarakat. Selain itu,

pengakuan terhadap tempat kerja yang ramah laktasu dapat menciptakan

sesuatu yang berharga karena hal tersebut memberikan perusahaan keunggulan

daya saing pada saat merekut dan meyakinkan karyawan yang berprestasi

untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.

4. Implementasi

Langkah-langkah berikut dapat diambil untuk memastikan keberhasilan implementasi

dari kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi:

a. Komitmen perusahaan dalam mengembangkan dan mendukung kebijakan.

b. Menciptakan kelompok kerja.

c. Menyesuaikan kebijakan berdasarkan atas kebutuhan, kondisi, dan sumberdaya

dari masing-masing perusahaan:

d. Ruang, lokasi fasilitas, kebijakan pemberian ASI, isi ruangan, dsb.

e. Daftar periksa untuk kebijakan tertulis (cuti melahirkan, jenis-jenis cuti lainnya,

tipetipe akomodasi yang dapat ditawarkan oleh perusahaan pada karyawan mereka

yang sedang menyusui, waktu rehat untuk memerah ASI atau memberikan ASI,

kelas-kelas edukasi dan dukungan konseling).

f. Oral and written socialisation of the policy at every level (management, employees,

unions).

g. Menerbitkan sertifikat/akreditasi sebagai bukti bahwa perusahaan adalah tempat

yang ramah laktasi dan perusahaan tersebut sungguh-sungguh menerapkan

kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi.

h. Melaksanakan telaah tahunan terhadap kepatuhan untuk memastikan bahwa

kebijakan perusahaan tentang Tempat Kerja Ramah Laktasi tetap memenuhi

standar. Temukan dan pecahkan setiap persoalan yang ada.

i. Publikasikan.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 13

Page 14: Outline Tesis Revisi

5. Peraturan dan Sanksi

a. Pasal 22 Undang-undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak: “Negara &

pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan

sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak“. Dalam

penjelasan pasal disebutkan bahwa sarana dan prasarana itu salah satunya

adalah ruang menyusui,

b. Pasal 83 Undang-undang No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan

“Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi

kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan

selama waktu kerja”

c. Pasal 128 UU Kesehatan:

1. setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan

selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis

2. selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan

penyediaan waktu dan fasilitas khusus

3. penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum

d. Pasal 2 Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.

48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/

PB/XII/2008 tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama

Waktu Kerja di Tempat Kerja

Tujuan peraturan bersama ini:

1) memberi kesempatan kepada pekerja/buruh perempuan untuk memberikan

atau memerah asi selama waktu kerja dan menyimpan asi perah untuk

diberikan kepada anaknya

2) memenuhi hak pekerja/buruh perempuan untuk meningkatkan kesehatan

ibu dan anaknya

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 14

Page 15: Outline Tesis Revisi

3) memenuhi hak anak untuk mendapatkan asi guna meningkatkan gizi dan

kekebalan anak dan

4) meningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini.

e. Pasal 49 ayat (2) Undang-undang No. 49/1999 tentang Hak Asasi Manusia:

“Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan

pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam

keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi

wanita.”

Penjelasan pasal ini menyebutkan bahwa yang disebut dengan “perlindungan

khusus terhadap fungsi reproduksi” adalah pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan pemberian kesempatan untuk

menyusui anak

B. Kewajiban Pengurus Tempat Kerja Terkait Laktasi

1. Pengertian

2. Kewajiban Pengurus Tempat Kerja terkait Laktasi

a. Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum ibu yang bekerja agar

dapat menyusui/memompa air susunya (ruang menyusui).

b. Memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk memberikan

ASI/memerah susu ibu selama jam kerja.

c. Memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3 bulan lebih bersifat fleksibel. Tidak

selamanya harus diambil 1½ bulan masa cuti sebelum melahirkan dan 1½ bulan

masa cuti setelah melahirkan, tetapi disarankan bahwa cuti melahirkan disesuaikan

dengan masa-masa yang mendekati waktu melahirkan, berdasarkan surat rujukan

yang dikeluarkan oleh dokter. Dengan demikian hal ini akan memungkinkan sang

ibu untuk memiliki lebih banyak waktu untuk menyusui setelah melahirkan dan

untuk mempersiapkan sang ibu untuk kembali bekerja.

4. Sosialisasi, Bimbingan dan Pengawasan

a. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan bertugas dan bertanggung jawab:

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 15

Page 16: Outline Tesis Revisi

1) memberikan pengetahuan dan pemahaman pada pekerja/buruh perempuan

tentang pentingnya ASI bagi tumbuh kembang anak serta kesehatan pekerja/

buruh perempuan;

2) memberikan pemahaman dan kesadaran pengusaha/pengurus di tempat kerja

tentang pemberian kesempatan kepada pekerja/buruh perempuan untuk

memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja

b. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi bertugas dan bertanggung jawab:

1) mendorong pengusaha/pengurus, serikat pekerja/serikat buruh agar mengatur

tata cara pelaksanaan pemberian ASI dalam Peraturan Perusahaan atau

Perjanjian Kerja Bersama dengan mengacu pada ketentuan Peraturan

Perundang-undangan Ketenagakerjaan;

2) mengkoordinasikan pemasyarakatan pemberian ASI di tempat kerja.

c. Menteri Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab :

1) melakukan pelatihan dan menyediakan petugas terlatih pemberian ASI;

2) menyediakan, menyebarluaskan bahan-bahan komunikasi, informasi dan

edukasi tentang peningkatan pemberian ASI.

3) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, dan Departemen Kesehatan dalam upaya melaksanakan peningkatan

pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja, melakukan pembinaan secara

bersama-sama., Pembinaan sebagaimana dimaksud meliputi sosialisasi,

pelatihan,pemantauan, dan evaluasi.Hasil pembinaan sebagaimana digunakan sebagai

bahan

masukan bagi pelaksanaan Program Peningkatan Pemberian ASI. Pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh kelompok kerja. Yang terdiri

dari wakil Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi, dan Departemen Kesehatan yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Biaya pelaksanaan pembinaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dibebankan kepadaanggaran Kementerian

Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan

Departemen Kesehatan sesuai bidang tugas masing-masing.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 16

Page 17: Outline Tesis Revisi

C. Persepsi

1. Pengertian

Menurut Sunaryo (2004), persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas/hubungan,

dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan

setelah panca indera mendapatkan rangsangan. Dengan demikian persepsi dapat

diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului

oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati

tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun yang ada di diri individu.

Sedangkan menurut Pritchard (1986) yang berperan dalam pembentukan persesi

adalah kognitif, afektif, kepribadian dan budaya yang dimiliki seseorang yang berasal

dari kenyataan yang ada di lingkungannya, pengalaman masa lalu serta keasaan

terakhir tentang emosi maupun motivasi seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa

dengan melihat salah satu saja dari ketiga respons yaitu afektif, kognitif maka sikap

seseorang sudah dapat diketahui (Azwar, 2004).

2. Komponen

C. Kerangka Teori

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 17

Page 18: Outline Tesis Revisi

Implemantasi kebijakan tempat kerja ramah lingkungan komponenUkuran dan tujuanSumber dayaDisposisi Karakteristik badan pelaksana

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif , dengan menggunakan pendekatan

survei observasional dimana pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview

(wawancara mendalam)

3. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus tempat kerja di Kota Semarang dengan

sampel berjumlah 4 orang responden dengan 4 orang responden triangulasi

4. Definisi Operasional

a. Tempat Kerja adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu

Tempat Kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

b. Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi adalah Kebijakan-kebijakan yang

sedemikian telah dikembangkan oleh perusahaan yang berkehendak untuk

mendukung kaum ibu dalam perusahaannya dan kebutuhan kaum ibu tersebut

untuk terus memberikan ASI pada saat mereka bekerja

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 18

Page 19: Outline Tesis Revisi

c. Persepsi tentang komponen kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang

komponen kebijakan ramah laktasi yaitu ruang laktasi, kebijakan tertulis

d. Persepsi tentang Manfaat kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang

manfaat bagi ibu, manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi masyarakat

e. Persepsi tentang Implementasi kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang

langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menjalankan kebijakan ramah laktasi

f. Persepsi tentang Peraturan dan Sanksi adalah pandangan tentang peraturan terkait

Laktasi dan sanksi pelanggarannya

5. Analisa Data

Data kualitatif diolah dengan metode analisa isi, dengan melalui tahapan

pengumpulan data, penyederhanaan atau reduksi data, penyajian data dan verifikasi

simpulan

6. Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara terbuka dengan pertanyaan

terkait :

a. karakteristik responden

b. ketersediaan komponen kebijakan tempat kerja ramah laktasi

c. sumber daya pendukung kebijakan tempat kerja ramah laktasi

d. disposisi kebijakan tempat kerja ramah laktasi

e. Ukuran dan tujuan kebijakan tempat kerja ramah laktasi

f. karakteristik pelaksana kebijakan tempat kerja ramah laktasi

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 19

Page 20: Outline Tesis Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Better Work Indonesia Dan Aimi ,2012, Lingkungan Kerja Ramah Laktasi Pedoman Untuk

Perusahaan

Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi, Dan Menteri Kesehatan Nomor 48/Men.Pp/Xii/2008, Per.27/Men/Xii/2008,

Dan 1177/Menkes/Pb/Xii/2008 Tahun 2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu

Selama Waktu Kerja Di Tempat Kerja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif

Basrowi, Ray,2013,Kliping Berita Kesehatan;Tak Ada Ruang Laktasi,Ibu Memompa Asi Di

Toilet Pusat Komunikasi Publik Setjen Kementrian Kesehatan 15 Mei 2013

Riyadi, Slamet, 2012, Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Air Susu

Ibu Eksklusif, Perspektif Regulasi.Pascasarjana Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta

Saptiti Sari, Yuliana, 2013, Analisis Implementasi Program Pemberian Asi Eksklusif Di

Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Kendal .Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2,

Nomor 1, Tahun 2013 Online Di Http://Ejournals1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm 1

Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (Asi)

Pekerja Wanita, 2003, Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011. Dinas Kesehatan Kota Semarang

Sari, Tirta Prawita. 2012. Siaran Pers Menyambut Pekan Asi Se Dunia Yayasan Gerakan

Masyarakat Sadar Gizi . Ibu menyusui Asi Ekslusif; Aktif Bekerja Atau Cuti?. Di unduh di

www.sadargizi.com

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2011.Semarang Dalam Angka Tahun 2012

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 20

Page 21: Outline Tesis Revisi

Aimi Jateng. 2012.Manajemen Laktasi Untuk Ibu Bekerja. Di unduh di aimijateng-asi.org

Betterwork Indonesia Newsletter Edisi Ke 4 Tahun 2012. Kolaborasi Antara Bwi Dan Aimi:

Memastikan Tempat Kerja Yang Ramah Pada Ibu Menyusui

2013. Ruang Laktasi Bagi Para Pns Pemkot.www.semarang.go.id

Publikasi Linkages.Edisi Oktober 2002. Pemberian Asi Eksklusif Atau Asi Saja :Satu-

Satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini

Yuwono, Slamet Riyadi. 2012.Pedoman Pekan Asi Sedunia 2012. Direktur Jenderal Bina

Gizi Dan Kia,Kementrian Kesehatan Indonesia

Tasya , Amanda .2012. Hak Ibu Menyusui Di Indonesia. Aimi-asi.org

http://finance.detik.com/read/2011/10/11/132520/1741454/1036/ibu-ibu-protes-pengusaha-

yang-keberatan-dengan-rpp-asi

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 21