Tesis BK Revisi
description
Transcript of Tesis BK Revisi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pendidikan itu
sendiri bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan sumberdaya
manusia yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan
kehidupan di masa depan. Melalui pendidikan, sumberdaya manusia yang bersifat
potensi diaktualisasikan hingga optimal; dan seluruh aspek kepribadian dikembangkan
secara terpadu.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek
akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya dalam
bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler, melalui berbagai program kegiatan
yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta didik (siswa) diharapkan
memiliki karakter yang baik serta memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga
seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal.
Jika dikaji dari makna pendidikan diatas, pendidikan pada dasarnya sarat dengan
proses pembentukan karakter dan pengembangan potensi dalam diri peserta didik.
Dengan demikian, tidaklah lengkap manakala dalam pendidikan tidak ada komponen
1
bimbingan dan pelayanan arah perkembangan peserta didik. Bimbingan dan konseling
mempunyai peran dalam rangka mengarahkan dan melayani perkembangan peserta
didik. Jelas, bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting di
dalam proses pendidikan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, peserta didik akan
mendapatkan banyak masalah dan hambatan. Disinilah peran bimbingan dan konseling
dibutuhkan guna mengarahkan dan membimbing perkembangan mereka agar
berlangsung secara optimal dan terarah. Dengan kata lain, mutu pendidikan ikut
ditentukan oleh bagaimana bimbingan dan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan
fungsinya dalam pendidikan.
Bimbingan konseling (BK) merupakan salah satu komponen penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Karena itu, Struktur kurikulum
yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup
tugas Bimbingan Konseling pada pengembangan diri peserta didik. Dalam kurikulum
ini ada tiga komponen yang saling mendukung yaitu; (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan
Lokal; (3) Pengembangan diri (Depdiknas, 2006:22). Pengembangan diri merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum
sekolah. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
dan kegiatan ektra kurikuler. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh
konselor (Depdiknas, 2006:183).
2
Ironisnya, yang terjadi di lapangan justru kontradiktif dengan konsep ideal yang
semestinya. Peran bimbingan dan konseling di sekolah kurang dioptimalkan dengan
baik. BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam proses pendidikan anak, bukan
sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan, BK di sekolah sering diidentikan sebagai polisi
sekolah. Anggapan seperti ini tentu memberikan asumsi yang negatif terhadap siswa
mengenai layanan BK di sekolahnya. BK hanya dianggap sebagai tempat siswa-siswa
bermasalah, siswa nakal, tempat pemberian sanksi dan berbagai asumsi negatif lainnya.
Siswa merasa malu untuk mendatangi ruangan BK, karena dianggap menjadi ‘aib’ bagi
mereka jika terlihat keluar-masuk dari ruangan BK.
Fakta diatas tentu sangat bertolak belakang dengan peran sesungguhnya BK di
sekolah. BK seharusnya merupakan tempat siswa membuang keluh kesah, mencari
solusi atas masalah dan hambatan dalam perkembangan siswa dan berperan dalam
membentuk karakter siswa. BK seharusnya menjadi pengayom atau tempat curhat para
siswa. Guru BK seharusnya merupakan sahabat dekat siswa saat mereka mendapati
masalah. Bukan untuk membentak-bentak atau menakut-nakuti siswa.
Peran program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu tidak hanya
terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga melayani perkembangan
aspek sosial, moral, dan emiosional peserta didik. Melalui pelayanan bimbingan dan
konseling seharusnya pendidikan dapat membentuk pribadi manusia yang utuh.
Pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga mentransformasikan berbagai nilai-nilai
luhur sehingga membentuk pribadi yang berakhlak. Oleh sebab itu maka peran BK
harus dioptimalkan dan kembangkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah
3
SMP Pax Christy Manado merupakan salah satu SMP yang cukup di perhitungkan
di kota Manado, sekolah yang memiliki segudang prestasi baik akademik maupun non
akademik ini memiliki program kesiswaan yang cukup baik. Akan tetapi dari
pengamatan awal yang dilakukan peneliti program-program itu belum terlaksana dan
dikembangkan secara optimal karena masih terdapat berbagai permasalahan terkait
dengan perilaku siswa. Hal ini tentunya membutuhkan peran guru dalam hal ini guru
konseling untuk mendorong para siswa tersebut supaya bisa aktif terlibat dalam
berbagai program kesiswaan yang dikembangkan sekolah ini.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian yang berjudul: Pengembangan Program Bimbingan Konseling
(BK) dalam meningkatkan mutu Pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado.
B. FOKUS PENELITIAN DAN RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pengembangan program
Bimbingan Konseling (BK) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik
Pax Christy Manado. Berdasarkan fokus penelitian, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja program-program Bimbingan Konseling (BK) yang dikembangkan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengembangan program Bimbingan
Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax
Christy Manado?
4
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung pengembangan program Bimbingan
Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax
Christy Manado?
4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor yang menghambat
pengembangan program Bimbingan Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado?
C. TUJUAN PENELITAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran guru Bimbingan
Konseling (BK) dalam Pengembangan Program Kesiswaan di SMP Katholik Pax
Christy Manado. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan mengkaji dan
mendeskripsikan tentang:
1. Program-program Bimbingan Konseling (BK) yang dikembangkan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado
2. Faktor-faktor yang menghambat pengembangan program Bimbingan Konseling
(BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy
Manado
3. Faktor-faktor yang mendukung pengembangan program Bimbingan Konseling (BK)
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado
4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor yang menghambat
pengembangan program Bimbingan Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado
5
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis.
Berbagai konsep, pemikiran dan gagasan teoretis yang dikemukakan serta hasil
yang akan diperoleh dari penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen
pendidikan pada khususnya, terutama pada aspek peran guru BK dalam pembinaan
dan pengembangan program kesiswaan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
2. Manfaat praktis
a. Akan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan khususnya
sekolah tentang peran guru BK didalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab konseling dalam pelaksanaan program-program pembelajaran dalam
rangka membina dan mengembangkan sekolah.
b. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk
lebih menggali, memperdalam dan mengembangkan permasalahan yang
diteliti.
6
II. ACUAN TEORITIS
A. Pengertian Pengembangan
Dalam kamus bahasa Indonesia, (2007:538) kata ”pengembangan” secara
etimologi yaitu berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan. Secara istilah, kata
pengembagan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang
baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau
cara tersebut terus dilakukan. Menurut Sutopo dan Soemanto, (1993:43) setelah
mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang
cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan
tersrbut. Pengertian pengembangan di atas, berlaku pula dalam bidang kajian program,
kegiatan pengembangan program mencakup penyususnan kurikulum program,
pelaksanaan program yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-
penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari program
tersebut atas dasar hasil penilaian. Menurut Hamid Syarif (1993:33) Bila program itu
sudah cukup dianggap mantap, setelah mengalami penilaian dan penyempurnaan, maka
berakhirlah tugas pengembangan program tersebut untuk kemudian dilanjutkan dengan
tugas pembinaan. Hal ini berlaku pula untuk setiap komponen program.
B. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari ”guidance”.Secara
harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct),
(2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer).
Menurut Moh. Surya (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:20). Bimbingan ialah suatu
7
proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Sedangkan istilah konseling berasal dari bahasa inggris yaitu “to
counsel” yang secara etimologis berarti ”to give advice” atau memberi saran dan
nasihat. Homby, 1958 (dalam Hallen, 2005:09).
Menurut Rogers (dalam Hallen A 2005:9), mengatakan bahwa konseling adalah
serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia
dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Menurut Ahmad Juntika Nurihsan, dkk
(2005:9), bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada individu
(peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat
memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar sesuai dengan tuntutan dan sesuai keadaan lingkungan Sekolah Dasar,
keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian bimbingan
dan konseling mempunyai pengertian proses pemberian bantuan dari konselor kepada
klien, guna memecahkan permasalahan yang dihadapinya dan dapat mencapai tingkat
perkembangan yang optimal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai memberi
layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang
secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu
pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi
8
melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Hallen A (2005:55-58), fungsi-
fungsi tersebut adalah:
a. Fungsi pemahaman ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri sendiri,
orang tua, guru pembimbing, pemahaman tentang lingkungan peserta didik,
serta pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk di dalamnya
informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan informasi sosial.
b. Fungsi pencegahan ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
akan timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan ; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya suatu masalah dengan cara yang paling cepat,
tepat, dan cermat.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan ; fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan
kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah,
mantap dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah
bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan, dengan demikian dapat
diharapkan agar peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara
optimal.
9
e. Fungsi advokasi ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka dan upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Menurut Ahmad Juntika Nurihsan (2004:14), fungsi bimbingan dan konseling
adalah:
a. Fungsi pemahaman ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu pengembangan dalam diri siswa.
b. Fungsi penyaluran ; fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa
untuk memantapkan kegiatan belajar disekolah seperti memilih jurusan sekolah,
jenis sekolah dan lain-lain.
c. Fungsi adaptasi ; fungsi bimbingan dan konseling yang membantu petugas
disekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan
minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik.
d. Fungsi penyesuaian ; fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu
siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
perkembangannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan
konseling adalah mencegah masalah yang timbul dan menciptakan kondisi
perkembangan seluruh potensi anak secara optimal, baik dalam belajar maupun dalam
bergaul dengan lingkungan sehingga anak didik dapat meningkatkan prestasi belajarnya
di sekolah masing-masing.
3.Tujuan Bimbingan dan Konseling
10
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa bimbingan dan
konseling menempati bidang layanan pribadi dalam keseluruh proses dan kegiatan
pendidikan. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2005:27-28). Tujuan bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut:
a.Tujuan Umum
Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang
beriman, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
b.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek
pribadi-sosial, belajar dan karir. Bimbingan pribadi sosial dimaksudkan untuk mencapai
tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang
bertakwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karir dimaksudkan
untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Menurut Hallen A, ( 2005:53), tujuan bimbingan dan konseling yaitu: (a) agar
peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut, (b) agar peserta
didik mengenal lingkungannya secara obyektif baik lingkungan sosial, ekonomi, dan
11
budaya yang sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan
menerima kondisi lingkungan secara positif, (c) agar pesrta didik mampu
mempertimbangkan dan mengambil putusan tentang masa depan dirinya, baik yang
menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya, keluarga, dan
masyarakat.
Dari uraian di atas maka bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk
membantu siswa, agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur.
4.Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu atau dasar yang
melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan kata lain ada asas yang
dijadikannya dasar pertimbangan kegiatan itu. Dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Menurut Hallen A (2005:75-83) ada dua belas asas yang harus menjadi dasar
pertimbangan dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: (a) asas kerahasiaan ;
asas bimbingan dan konseling yang menuntut di rahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik atau klien yang menjadi sasaran layanan yaitu
keterangan yang tidak boleh diketahui orang lain, (b) asas kesukarelaan ; asas
bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik. Kesukarelaan ini
diindikasikan dengan tingginya motivasi dan keterlibatan anak untuk mengikuti
program bimbingan dan konseling dalam rangka mengentaskan dan mengembangkan
pribadi peserta didik yang akan menemukan jati diri, (c) asas keterbukaan ; asas
12
bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan.
Baik yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka “bersedia
menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting masing-masing yang
bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang
dimaksud, (d) asas kekinian ; asas kekinian pada umumnya pelayanan bimbingan dan
konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini,
namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau dimensi waktu
yang lebih luas yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, (e) asas
kemandirian ; seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha
layanan bimbingan dan konseling. Dalam memberikan layanan para petugas hendaknya
selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, (f) asas
kegiatan ; asas bimbingan dan konseling yang menghendaki peserta didik atau orang tua
yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan atau kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik
untuk aktif dalam setiap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukkan baginya, (g) asas kedinamisan ; upaya layanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan
tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang hal- hal
yang lama bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu
pembaruan, sesuatu yang lebih maju, (h) asas keterepaduan ; asas layanan bimbingan
dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana
diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak
saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan
13
pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan
yang diberikan, (i) asas kenormatifan ; asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku, (j) asas keahlian ; asas
bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik, dan dengan menggunakan teknik
serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan jika dalam
pelaksanaannya bimbingan dan konseling memiliki tenaga yang ahli, (k) asas alih
tangan ; asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien), mengalih tangankan permasalahan ini
kepada pihak yang lebih ahli, (l) asas tut wuri handayani ; merupakan asas bimbingan
dan konseling menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.
Menurut Ahmad Juntika Nurihsan (2004:15), asas bimbingan dan konseling
adalah: (a) asas kerahasiaan, (b) asas kesukarelaan, (c) asas keterbukaan, (d) asas
kekinian, (e) asas kemandirian, (f) asas kegiatan, (g) asas kedinamisan, (h) asas
keterpaduan, (i) asas kenormatifan, (j) asas keahlian, (k) asas alih tangan, (l) asas
tutwuri handayani.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan asas kerahasiaan, asas kesukarelaan,
asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan,
asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tut wuri
handayani. Saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara
terpadu dan dijadikan dasar pertimbangan dalam pelayanan. Sehingga asas-asas tersebut
14
dapat di katakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh pelayanan bimbingan dan
konseling.
5.Bidang Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat
mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa untuk mengatasi kesulitan
belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang. Menurut W.S Winkel (dalam
Dewa Ketut Sukardi, 2002:38), ada tiga bidang dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling, yaitu: (a) Bidang bimbingan pribadi-sosial yaitu bidang bimbingan pribadi
yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Dalam bidang bimbingan sosial, membantu siswa, mengenal dan berhubungan
dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, dan bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya
sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan
dalam membina hubungan kemanusian dengan sesama diberbagai lingkungan, (b)
Bidang bimbingan belajar yaitu bidang bimbingan yang membantu siswa
mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi, dan (c) Bidang bimbingan karir, yaitu bidang bimbingan yang
membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karir.
Menurut Heru Mugiarso (2006:51), mengemukakan empat bidang bimbingan
dan konseling yaitu : (a) Bidang bimbingan pribadi yaitu bimbingan yang membantu
15
menemukan dan mengembangkan pribadi siswa yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan YME dengan cara pemantapan pemahan tentang bakat dan minat pribadi serta
penyaluran dan pengembangan melalui kegiatan yang kreatif dan produktif, (b) Bidang
bimbingan sosial, yaitu bidang bimbingan dan konseling yang membantu siswa
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti
luhur, bertanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan dengan cara pemantapan
kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, di sekolah, maupun
di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, dan kebiasaan
yang berlaku, (c) Bidang bimbingan belajar, yaitu bidang bimbingan dan konseling
yang membantu siswa mengembangkan diri sikap kebiasaan belajar yang baik dengan
cara pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif,
baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan
nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas
pelajaran dan menjalani program penilaiaan hasil belajar, dan (d) Bidang bimbingan
karir, yaitu bidang bimbingan dan konseling membantu siswa untuk merencanakan dan
mengembangkan masa depan karir dengan cara pemantapan, pemahaman diri berkenaan
dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling dapat melalui berbagai bidang yaitu bidang bimbingan
pribadi-sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier.
6.Jenis-jenis Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Berbagai jenis layanan dan kegiatan yang perlu dilakukan sebagai wujud
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dam konseling terhadap sasaran layanan.
16
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:43-49). Layanan dan kegiatan pokok
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan
pengaruh yang besar terhadap peserta didik terutama orang tua memahami
lingkungan seperti sekolah yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya yang peserta didik
dilingkungan yang baru.
b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan
pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima
dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan-bahan
pertimbangan dan pengambilan kuputusan sehari-hari.
c. Layanan penempatan dan penyaluran layanan pembelajaran, yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinakan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran sesuai dengan potensi, bakat minat,
serta kondisi pribadinya.
d. Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peseta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta dididk (klien) mendapatkan layanan langsung
17
tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
penuntasan permasalahan pribadi.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan utuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan.
Menurut Ahmad Juntika Nurihsan, dkk (2005:21-22) menyebutkan 6 layanan
bimbingan dan konseling adalah:
a. Layanan pengumpulan data adalah: kegiatan dalam bentuk pengumpulan
data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang siswa
beserta latar belakangnya. Tujuan layanan ini untuk memperoleh
pemahaman obyektif terhadap siswa dalam membantu mereka mencapai
perkembangan optimal,
b. Layanan informasi adalah : layanan dalam memberikan sejumlah informasi
kepada siswa. Layanan ini bertujuan agar siswa memiliki informasi
memadai, baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang
lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan
dalam membuat keputusan secara tepat,
c. Layanan penempatan adalah : layanan untuk membantu siswa agar
memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Layanan ini
18
bertujuan agar setiap siswa dapat mencapai prestasi optimal sesuai dengan
potensinya.
d. Layanan konseling adalah : layanan kepada siswa yang menghadapi
masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling. Layanan ini bertujuan
agar siswa yang menghadapi masalah pribadi mampu memecahkannya
sendiri.
e. Layanan referal adalah : layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain
yang lebih mampu dan berwenang apabila masalah yang ditangani itu di
luar kemampuan dan kewenangan personil/guru kelas di SD tersebut.
f. Layanan penilaian dan tindak lanjut : layanan untuk menilai keberhasilan
usaha bimbingan yang telah diberikan.
Berbagai jenis layanan yang telah dipaparkan melalui uraian di atas dapat saling
terkait dapat menunjang antara satu dengan lainnya, sesuai dengan asas keterpaduan
yaitu pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki keterpaduan berbagai aspek
individu yang perlu dibimbing, agar individu dapat memecahkan masalah yang
dihadapi.
B.Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
Menurut Sudradjat (2008) guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki
tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait
dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
19
Selanjut Sudradjat (2008) tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu
membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan
bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
Menurut Sudradjat (2008) Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang
dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar
peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan
lanjutan.
20
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta
didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan
ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan
masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
21
C. Mutu Pendidikan
Mutu merupakan deskripsi dan karakteristik keseluruhan dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dan memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
tersirat. Widodo (2003 :1) mengungkapkan bahwa banyak pustaka tentang mutu
mengacu pada karya 4 orang ahli mutu yaitu J. M. Juran, W. E. Deming, P. Crosby dan
K. Ishikawa yang mengonsepkan mutu sebagai ukuran kepuasan pelanggan, dan pokok
bahasan mereka adalah produk manufaktur. Pada pembicaraan jenis produk manufaktur
pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan penjaminan mutu relatif mudah, karena
hubungan antara produsen dengan pelanggan (customers) tidak terjadi secara langsung
orang dengan orang. Dari manufaktur yang menghasilkan barang, ada perantara yang
menjembatani penyaluran produk kepada konsumen, misalnya grosir, agen dan retailer
bahkan makelar dan calo.
Ketika konsep mutu tersebut diterapkan untuk membahas mutu pendidikan,
maka ada dua kendala yang menghadang. Pertama adalah menentukan siapa pelanggan
pendidikan. Kedua apa yang dimaksud dengan produk pendidikan. Pelanggan
pendidikan menurut beberapa ahli mutu dibagi menjadi 2 jenis pelanggan berdasarkan
keterlibatannya dalam lembaga pendidikan yaitu eksternal dan internal. Pelanggan
eksternal masih dibagi lagi menjadi eksternal primer (siswa), eksternal sekunder (orang
tua murid, instansi terkait, pemilik lapangan kerja) dan eksternal teritorial (pasar kerja,
pemerintah dan masyarakat). Pelanggan internal adalah orang-orang yang memperoleh
kepuasan dengan bekerja di lembaga pendidikan itu sendiri (pimpinan sekolah, guru-
guru dan staf pendukung).Mengingat murid dianggap sebagai pelanggan eksternal dan
22
setelah lulus akan menjadi salah satu kriteria kinerja lembaga pendidikan, maka
biasanya produk pendidikan dianggap sebagai jasa. Jasa sangat sulit untuk dikelola
mutunya, karena variasi kepentingan atau kemauan pelanggannya yang sangat beragam.
Mutu jasa lebih ditentukan oleh persepsi subyektif, sedangkan mutu barang lebih
bernuansa obyektif.
Selanjutnya menurut Widodo (2003: 16), mutu pendidikan yang baik
memerlukan indikator-indikator lunak dari para penyalur pendidikan, yaitu care
(kepedulian), courtesy (kesopanan), concern (perhatian), friendliness (keramah-
tamahan) dan helpfulness (kegunaan).
Lebih spesifik, dalam konteks pendidikan, Depdiknas (2003: 25)
mengungkapkan bahwa mutu pendidikan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah
dikaitkan dengan 3 unsur yang saling terkait yaitu :
1. Input pendidikan, yakni semua yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang harus harus tersedia itu diantara
sumber daya, perangkat lunak (software), serta harapan-harapan yang menjadi
pemandu berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia
yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, serta siswa dan input
sumber daya yang terdiri dari dana, fasilitas. Input perangkat lunak yang meliputi
struktur organisasi sekolah,peraturan dan kebijakan, rincian tugas, rencana,
program,dll. Input harapan-harapan yang terdiri dari visi, misi dan tujuan serta
berbagai harapan yang hendak diwujudkan disekolah. Ketersediaan dan kesiapan
23
berbagai input ini sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan tergantung dari tingkat kesiapan input.
2. Proses pendidikan, yakni berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses
pendidikan terdiri dari proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan
kelembagaan, proses pengelolaan program belajar, proses belajar, proses
monitoring dan evaluasi. Dari semua proses yang dikemukakan di atas, proses yang
memiliki tingkat kepentingan yang tertinggi adalah proses belajar. Proses
pendidikan dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian, penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, sarana, prasarana, dana, dsb) dilakukan
secara serasi, seimbang dan selaras (harmonis) sehingga dapat menciptakan iklim
pembelajaran kondusif yang mampu mendorong motivasi belajar serta mampu
memberdayakan peserta didik, agar mampu menguasai pengetahuan yang
diajarkan dan sekaligus menggunakannya dalam konteks kehidupun mereka
sehari-hari.
3. Output pendidikan, yakni kinerja sekolah berupa berbagai prestasi sekolah.
Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya,
efisiensinya, inovasinya, dan kualitas kehidupan kerjanya. Mutu output sekolah
dapat dikaitkan dengan berbagai prestasi dalam bidang akademik yang terdiri dari
nilai ulangan umum, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional, dan prestasi dalam
bidang non akademik seperti prestasi kedisiplinan, iman dan taqwa (IMTAQ),
olahraga, kesenian, ketrampilan dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Ada beberapa hal mendasar (dalam Depdiknas 2004 : 14-16) yang menentukan
keberhasilan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain :
24
1. Pengelolaan proses belajar mengajar, yang merupakan kegiatan utama di
sekolah. Kepala sekolah harus memilih strategi, metode, dan teknik-teknik
pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya
yang tersedia di madrashah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan
pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered) lebih mampu
memberdayakan pembelajaran siswa.
2. Perencanaan dan evaluasi, di mana kepala sekolah bersama komunitas sekolah
melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan).
Kebutuhan yang dimaksud, adalah, kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah.
Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan
hasil analisis kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana
peningkatan mutu. Kepala sekolah bersama komunitas sekolah kemudian
melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal untuk
memantau proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program yang
telah dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri
harus jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang
sebenarnya.
3. Pengelolaan kurikulum, di mana sekolah mengembangkan (memperdalam,
memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang
berlaku secara nasional. Dan memperdalam kurikulum, yang berarti, apa yang
diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah memperkaya
apa yang diajarkan, artinya, apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus,
25
yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah memodifikasi
kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual
dan selaras dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, sekolah juga
mengembangkan kurikulum muatan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
potensi masyarakat disekitarnya.
4. Pengelolaan ketenagaan, yang dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan,
rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan
kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi,
laboran, dsb.)
5. Pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan), yang dimulai dari pengadaan,
pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan.
6. Pengelolaan keuangan, yang dilakukan secara transparan dan accountable
(bertanggung jawab). Sekolah juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan (income generating activities), sehingga sumber
keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah
7. Pelayanan siswa, yang dimulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan /
pembinaan / pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk
memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni.
8. Hubungan sekolah masyarakat, dimana esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah
untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Oleh karena itu, yang
dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-
masyarakat.
26
9. Pengelolaan iklim sekolah, baik iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang kondusif-
akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang
efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-
kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-
contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Pendekatan Yang Digunakan
Berdasarkan karakteristik permasalahan, metode penelitian ini adalah
naturalistic inquiry dengan pendekatan kualitatif. Gay dan Airassian, (2000:10)
menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah menguji konteks secara keseluruhan,
interaksi dengan partisipan dan mengumpulkan data secara langsung terhadap
partisipan serta bergantung pada data-data deskriptif. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Moleong ((2000:1) bahwa prosedur pendekatan kualitatif
menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang
diamati.
Pendekatan ini menguraikan gejala-gejala yang teramati dalam konteks makna
yang melingkupi suatu realitas.Pendekatan berlangsung secara alami, data yang
dikumpulkan adalah data deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil serta
menggunakan analisis data secara induktif.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian. Penelitian ini rencanya dilaksanakan di SMP Pax Christy
Manado.
2. Waktu Penelitian. Penelitian ini rencananya dilaksanakan pada bulan Januari
sampai dengan bulan April 2013.
C. Data Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif, dokumen,
catatan lapangan (field notes), dan hasil wawancara dengan informan. Peneliti
28
merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data serta dibantu oleh orang lain
untuk mendapatkan data yang lebih detil dan spesifik.
Yang menjadi sumber data utama dalam penelitian adalah tindakan, kata-kata
orang-orang, kondisi nyata, dan informasi yang peneliti akan peroleh melalui
wawancara terhadap kepala sekolah dan para guru serta data yang diperoleh melalui
pengamatan (observasi). Data-data penunjang adalah sumber-sumber tertulis berupa
dokumen resmi seperti Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), program sekolah,
Program BK, laporan guru BK, profil sekolah,laporan tahunan, dan dokumen pribadi,
foto dan data statistik .
D. Prosedur, Teknik Pengumpulan Dan Perekaman Data
Prosedur penelitian kualitatif ini mengacu pada prosedur yang dikemukakan
oleh Nasution (1996:33) yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap
member check. Secara lebih rinci tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut
(a) Tahap orientasi
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahapan pertama ini meliputi : (1)
mengamati keadaan SMP Pax Christy Manado., (2) mengidentifikasi dan menentukan
permasalahan yang dipandang penting sebagai fokus masalah, (3) mencari literatur-
literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
a) Tahap eksplorasi
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini meliputi : (1) mengadakan
observasi, wawancara dan dokumentasi dengan sumber data yang berkaitan dengan
29
fokus masalah serta melakukan studi dokumentasi; (2) membuat catatan-catatan
lapangan; (3) menganalisis catatan-catatan lapangan.
b) Tahap member check
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini mencakup : (1)
menyempurnakan hasil analisis yang dilakukan sejak awal dalam bentuk laporan
sementara, (2) menggandakan hasil analisis dan meminta informan untuk memberikan
tanggapan balik, (3) mencatat dan menganalisis informasi baru yang diberikan
informan, dan, (4) mengadakan perbaikan sesuai dengan koreksi yang ada. Selanjutnya,
dalam melaksanakan tahapan-tahapan tersebut, peneliti akan menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur dan wawancara terstruktur. Pada tahap awal peneliti akan menggunakan
wawancara tidak terstruktur karena pada tahapan ini memiliki tujuan untuk
mendapatkan pemahaman umum mengenai suatu topik. Pada tahap selanjutnya,
wawancara yang akan digunakan adalah terstruktur dengan maksud untuk
memfokuskan pada topik-topik tertentu sesuai dengan permasalahan. Demikian juga
pada wawancara terstruktur ini peneliti akan menggunakan pedoman wawancara dengan
maksud untuk lebih mengarahkan pada fokus utama dalam penelitian ini.
2. Observasi
Adapun aspek-aspek yang akan diobservasi meliputi berbagai hal yang
berhubungan pengembangan program BK dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di SMP Pax Christy Manado..
30
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian di samping catatan-catatan lain yang dapat
menambah data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS), program sekolah, Program BK, laporan guru BK, profil
sekolah,laporan tahunan dan dokumen-dokumen lainnya.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (Gay dan
Airissan, 2000:239) artinya peneliti melakukan analisis data pada saat data sementara
dan sesudah dikumpulkan. Sebelum analisis data dilakukan, data dikelola dengan cara
mengorganisirnya untuk memudahkan dalam proses analisis (Gay dan Airissan,
2000:241).
Dalam menganalisis data mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Moleong (2000:190-191)
1) membaca, menelaah dan mempelajari data
2) mereduksi data
Setelah semua data dipelajari peneliti mereduksi dengan cara merangkumnya
dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai hal-hal pokok, proses,
dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Data
yang masih mentah perlu dimatangkan melalui pola, kategori dan dibuat sistematikanya.
Langkah-langkah yang akan dilakukan setelah mereduksi data adalah :
31
a) Mengorganisasikan data, di mana data disusun secara sistematis, cermat, dan
rapi sesuai esensi. Semua data yang diperoleh dibagi menjadi satuan
informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b) Menyortir data, untuk memudahkan dalam memilah-milah data peneliti
membuat kartu-kartu kecil, menulis setiap kartu dengan kata-kata yang jelas
sehingga mudah dipahami dan maknanya lebih jelas. Hal ini membantu
memudahkan peneliti dalam memberikan kode (koding) pola setiap aspek.
c) Pengkategorian data, setelah data disortir dan dipolakan maka langkah
selanjutnya adalah mengkategorikan yaitu mengelompokkan kartu-kartu
yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang saling berkaitan.Setelah
semua data terkategori peneliti meneliti kembali seluruh kategori untuk
menjaga agar tidak ada lagi kategori yang terlupakan.
2. Menampilkan data (display)
Peneliti akan menampilkan data secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik agar
lebih mudah dipahami dan diperoleh gambaran keseluruhan atau bagian dari penelitian.
3. Pengecekan keabsahan data.
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan kriteria yang dianjurkan oleh Nasution (1996:111) sebagai berikut:
a) Kredibilitas (kepercayaan data).
Kriteria ini peneliti gunakan dalam rangka mendapatkan interpretasi data yang
absah. Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam operasionalisasi kriteria ini
adalah: (1) perpanjangan keikutsertaan (2) ketekunan pengamatan, dimaksudkan untuk
32
mempertajam fokus masalah yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan secara
cermat, rinci dan berkesinambungan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan
permasalahan. (3) triangulasi, teknik ini dimaksudkan untuk mengadakan pengecekan
data dengan cara memanfaatkan data atau sumber data lainnya. (4) pengecekan sejawat,
teknik ini akan digunakan dengan cara mengadakan diskusi dengan beberapa rekan
yang dianggap berkompeten sesuai dengan permasalahan yang dikaji. (5) kecukupan
referensi, teknik ini akan dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran
data melalui tape recorder dan bahan dokumentasi.
b) Transferabilitas (nilai keteralihan / dapat diterapkan).
Kriteria ini utamanya ditujukan untuk mengungkapkan secara jelas dan rinci
tentang data yang ditemukan peneliti serta memudahkan pemahaman pembaca dan
utamanya dalam penerapannya.
c) Dependabilitas (kesesuaian data).
Kriteria ini peneliti gunakan dalam rangka menguji tingkat kesesuaian data
yang diperoleh di lapangan, apakah perolehan data dari hasil penelitian dapat
dipertahankan.
d) Konfirmabilitas (objektivitas data).
Kriteria yang keempat ini, digunakan untuk mencari tingkat objektivitas data
yang di peroleh dari penelitian.
4. Penafsiran data
Merupakan proses yang dilakukan peneliti secara bersamaan dengan analisis
data. Penafsiran (interpretasi) data didasarkan pada hubungan-hubungan, aspek-aspek
33
umum, pertalian antara satuan-satuan informasi, kategori-kategori dan pola setiap aspek
(Gay dan Airissan, 2000:272)
F. Pengambilan Keputusan
Setelah melakukan pemeriksahan keabsahan data, analisis data dan penafsiran
data selanjutnya peneliti akan menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
34
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamid Syarif, 1993. Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina ilmu, 1993
Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Depdiknas. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Dikdasmen Jakarta
__________.2004 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah .Dikdasmen Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gay, L. R dan Airasian, P. 2000. Educational Research, Prentice Hall New Jersey, USA.
Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.
Hendayat Sutopo, Westy Soemanto, 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
Juntika Nurihsan, A. 2004. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Grasindo Anggota Ikapi.
----------- dan Syamsu Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Lincoln, Ivone, S and Guba. E, 1995, Naturalistic Inquair, Sage Publication, California.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rhineka Cipta, Jakarta.
Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Roskakarya, Bandung.
Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.
Mulyati. 2007. Pengantar Psikologi Belajar. Jogjakarta : Quality Publishing.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito,
35
Bandung.
Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007. Kamus BesarBahasa Indonesia . Jakarta:Balai Pustaka,
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi Karir). Yogyakarta: C. V. AndiOffset.
Widodo, M,2002, Manajemen Sekolah, Mandar Maju, Bandung.
Widodo ,W. 2003. Menyoal Pusat Pengendalian Mutu Pendidikan. Widya Press Jakarta.
36