Osteoporosis

5
DEFINISI Ost eoporosis ber asal dari kat a osteo dan  porous, osteo arti nya tul ang, dan  porous  berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu  penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah ata u berkurang, disertai gan ggu an mik ro-a rsit ekt ur tul ang dan pen uru nan kualit as jari nga n tul ang , ya ng dap at menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan kata lain osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang FA KTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang bukan baru lagi, namun masih banyak yang belum memah ami peny ebabny a. Menu rut Eri D. asuti on !"##$% &'-" () fakto r-fak tor yang menyebabkan osteoporosis adalah sebagai berikut% &. *aktor +iwayat eluarga dan +eproduktif +iwayat patah tulang dalam keluarga sangat penting untuk menentukan resiko seseorang mengalami patah tulang. nak perempuan dari wanita yang mengalami  patah tulang, rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah dari normal us ia ny a. in gk at ho rmon estr og en turu n sete la h me no pa us e, sehi ng ga meny ebabkan tulang meng alami resorp si lebih /epat. 0anita yang mempuny ai rentang reproduktif lebih pendek karena menopause dini akan memiliki massa tulang yang rendah, dan efeknya tetap bertahan sampai usia tua. ". *aktor 1aya 2idup a. Merokok embakau dapat mera/uni tulang dan menurunkan kadar estrogen. 3erokok mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar mengalami patah tulang pinggul,  pergelangan tangan serta tulang pungg ung.  b. 3enggunaan lkohol onsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengubah metabolisme 4itamin D atau penyerapan kalsium terganggu yang dapat mengakibatkan tulang lemah dan tidak normal. /. kti4itas *isik 

Transcript of Osteoporosis

DEFINISIOsteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan kata lain osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSISOsteoporosis merupakan suatu penyakit yang bukan baru lagi, namun masih banyak yang belum memahami penyebabnya. Menurut Eri D. Nasution (2003: 14-29) faktor-faktor yang menyebabkan osteoporosis adalah sebagai berikut:

1. Faktor Riwayat Keluarga dan Reproduktif

Riwayat patah tulang dalam keluarga sangat penting untuk menentukan resiko seseorang mengalami patah tulang. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang, rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah dari normal usianya. Tingkat hormon estrogen turun setelah menopause, sehingga menyebabkan tulang mengalami resorpsi lebih cepat. Wanita yang mempunyai rentang reproduktif lebih pendek karena menopause dini akan memiliki massa tulang yang rendah, dan efeknya tetap bertahan sampai usia tua.

2. Faktor Gaya Hidup

a. Merokok

Tembakau dapat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen. Perokok mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar mengalami patah tulang pinggul, pergelangan tangan serta tulang punggung.

b. Penggunaan AlkoholKonsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengubah metabolisme vitamin D atau penyerapan kalsium terganggu yang dapat mengakibatkan tulang lemah dan tidak normal.

c. Aktivitas Fisik

Seseorang yang terlalu lama istirahat di tempat tidur dapat mengurangi massa tulang. Hidup dengan aktivitas fisik yang teratur dapat menghasilkan massa tulang yang besar.

3. Faktor Pemakaian Obat

Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis meliputi: steroid, thyroid, Gonadotropin Relesing Hormone (GNRH agonist), diuretic dan antasid. Obat tersebut apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat mengubah pergantian tulang dan meningkatkan resiko osteoporosis.

4. Faktor Kondisi Medis

Kondisi medis dapat mempercepat proses berkurangnya massa tulang. Kondisi ini seperti operasi perut, kelumpuhan, kanker, dll. Operasi perut dapat menyebabkan massa tulang berkurang karena penyerapan kalsium berkurang. Kelumpuhan pada salah satu anggota tubuh menyebabkan tidak aktif bergerak, sehingga tulang menjadi rapuh.

Menurut Emma S. W. (2000: 10) faktor penyebab osteoporosis adalah faktor endogenik. Faktor endogenik terkait dengan proses penuaan, yaitu perusakan sel yang berjalan seiring perjalanan waktu. Perubahan yang terjadi pada lansia seperti perubahan struktural (massa tulang) dan penurunan fungsional tubuh

MEKANISME

Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).

Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun). Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami osteoporosis.dibanding wanita. Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari makanan juga berkurang.Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :NormalNilai T pada BMD > -1

OsteopeniaNilai T pada BMD antara -1 dan -2,5

OsteoporosisNilai T pada BMD < -2,5

Osteoporosis BeratNilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur

Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari (Kamis, 1994).

Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baruPENEGAKAN DIAGNOSIS

1. AnamnesaSecara anamnesa mendiagnosis osteoporosus hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadi osteoporosis seperti:a. Tinggi badan yang makin menurunb. Obat-obatc. Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakteriumd. Jumlah kehamilan dan menyusuie. Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksif. Apakah sering beraktivitas di luar rumah sehingga mendapat paparan matahari g. Apakah sering minum susu dan asupan kalsium lainnyah. Apakah sering merokok, minum alkohol2. Pemeriksaan fisikPenderita (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang terutama tulang belakang, bingkuk dan sudah menopause.3. Pemeriksaan penunjang

Menggunakan densitometer/ pengukuran kepadatan tulang (Lunar) yang merupakan gold standard diagnosa penyakit osteoporosis, densitometer USG dan pemeriksaan CTx (C-Telopeptide), serta osteocalcin di laboratorium.TATALAKSANA

Farmakologi

Terapi siklik dengan penggantian pada esterogen, dianjurkan pemberiannya pada masa peri-menopause.

Pemberian kalsitonin kepada penderita osteoporosis yang sudah terdiagnosis.

Penggunaan kalsium suplemental lebih pada pasien yang tidak memiliki batu ginjal.

Penambahan asupan vitamin D pada pasien yang mengalami defisiensi. Pemberian biphosphonate

Rehabilitasi

Terapi dan rehabilitasi. Rasa nyeri yang dialami oleh pasien osteoporosis dapat diatasi selain dengan obat- obatan juga dengan terapi modalitas fisik (terapi panas, terapi dingin, juga terapi relaksasi yang memosisikan tubuh secara tepat dan benar). Pada nyeri kronis, perlu diterapkan modifikasi sehari-hari dan penggunaan alat bantu.

Pemakaian ortosis spinal. Alat ini, ortosis spinal di-gunakan untuk imobilitasi tulang punggung. Ortose artinya tegak dan spinal artinya tulang belakang/tulang punggung. Bentuknya seperti jaket dengan bahan kerangka besi. Bisa juga menggunakan ortoplast yang dipasang pada tubuh dan bermanfaat memosisikan tubuh pada posisi yang benar. Alat ini mengurangi posisi membungkuk, mencegah terjadinya patah tulang, dan membantu menegakkan tubuh pada otot- otot tulang punggung yang lemah.

Pengujian gangguan kestabilan. Pada usia lanjut, orang cenderung sering terjatuh. Ini disebabkan ketidakstabilan ketika berjalan karena proses penuaan mengubah pola jalan seseorang. Ketidakstabilan pada lansia disebabkan menurunnya input proprioseptif (penerimaan rangsangan dari dalam tubuh sendiri), refleks yang melambat, menurunnya kekuatan otot, dan lain-lain. Tindakan dalam hal mencegah terjatuh, seyogianya memerhatikan faktor-faktor tersebut.EDUKASI

Menghindari mengangkat sesuatu/barang yang berat Menghindari jatuh dengan menghindari lantai licin, alas kaki licin, tangga yang curam, dan penerangan ruangan yang redup. Bila ada gangguan penglihatan harus dikoreksi (misalnya dengan kacamata), penggunaan tongkat saat berjalan, penggunaan pegangan tangan di kamar mandi, penggunaan kloset duduk. Postur: menghindari postur yang bungkuk, harus tegak, dapat dibantu dengan korset. Olahraga: awalnya tanpa beban kemudian bertahap diberikan beban sesuai toleransi. Latihan pembebanan harus dalam pengawasan dokter SpKFR (Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) atau SpKO (Kedokteran Olahraga). Latihan keseimbangan. Latihan kelenturan