Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

16
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI Organisasi Dan Kelompok Kerja Bunga Annisa R 46113210011 Lubna Fadhilah 46113310043 Yuko Bagus Febriyanto 46113210014

description

 

Transcript of Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

Page 1: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIOrganisasi Dan Kelompok Kerja

Bunga Annisa R 46113210011

Lubna Fadhilah 46113310043

Yuko Bagus Febriyanto 46113210014

Page 2: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

PENGERTIAN

Organisasi adalah sistem yang memiliki aspek social.

Organisasi terdiri lebih dari satu anggota atau kelompok manusia, yang sudah semestinya sebagai sistem, setiap anggota berinteraksi dengan anggota lainnya guna menjalankan sistem tersebut dengan baik.

Setiap kelompok manusia terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil, setiap kelompok manusia kecil ini terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil lagi, dan seterusnya hingga kita temukan kelompok manusia yang terdiri dari sejumlah manusia

Organisasi industri terdiri dari kelompok kerja yang saling berkaitan dalam satu tata tingkat

Organisasi Industri

Page 3: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

Likert (1961, 1967) organisasi dapat dipandang sebagai sistem dari kelompok yang saling berkaitan (seperti pasak)

Robbins (1988:71) kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung, yang datang bersama-sama untuk mencapai sasaran tertetu.

Kelompok kerja direksi merupakan kelompok kerja tertinggi. Setiap direktur menjadi pengawas dari dua kepala divisi, merupakan pasak penghubung dari kelompok kerjanya. Setiap kepala divisi menjadi pengawas dari dua kepala bagian dan merupakan pasak penghubung dari kelompok kerjanya, demikian seterusnya sampai kelompok kerja terendah dalam organisasi

Hierarki Organisasi

Page 4: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

PEMBEDAAN KELOMPOK secara struktural kelompok dapat dibedakan kedalam kelompok formal dan kelompok

informal.

Kelompok formal diberi batasan oleh struktur organisasi, yang berisi rincian tugas-tugas pekerjaan dan tanggung jawab tertentu, yang pelaksanaannya akan menuju ketercapaianya sasaran dan misi keseluruh organisasinya.

Kelompok Informal tidak diberi batasan oelh struktur organisasi dan terjadi secara spontan anatar sejumlah tenaga kerja, sebagai jawaban terhadap kebutuhan tertentu dari mereka. Berdasarkan Minat atau Kepentingan para anggotanya memiliki minat atau kepentingan yang

sama. Berdasarkan Persahabatan para anggotanya merasa saling tertarik, merasa saling cocok dengan

cirri, sifat yang dimiliki masing-masing

Kelompok formal

Kelompok Tugas

Kelompok Komando

Kelompok Informal

Kelompok Informal

Mendatar

Kelompok Informal Tegak

Kelompok Informal Acak

Page 5: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

MAKNA DAN FUNGSI KELOMPOK (Bagi Anggotanya)

Sebagai pemenuh kebutuhan para anggotanya

Sebagai Pengembang, Penunjang, dan Pemantap dari Identitas dan Pemelihara dari Harga Diri

Sebagai Penetap dan Penguji Kenyataan/Realitas Sosial

Sebagai Mekanisme Pemecahan Masalah dan Pelaksanaan Tugas

Page 6: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

MAKNA DAN FUNGSI KELOMPOK (Bagi Organisasinya)

Pelaksana Tugas yang Majemuk dan Saling Tergantung

Mekanisme Pemecahan Masalah

Penghasil Gagasan Baru dan Jawaban Kreatif

Pelancar dari Pelaksanaan Keputusan yang Majemuk

Wahana dari Sosialisasi dan Pelatihan

Penghubung atau Koordinator Utama Antarbeberapa Departemen

Page 7: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

INTERAKSI ANTARANGGOTA KELOMPOK(Proses Kelompok)

Dalam organisasi industri, juga dapat kita temukan kelompok kerja dengan derajat intensitas interaksi antaranggota kelompok yang berbeda-beda. Fiedler (1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu:

• Kelompok Interaktif

• Kelompok Koaktif

• Kelompok Konteraktif

Page 8: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

INTERAKSI ANTARANGGOTA KELOMPOK(GEJALA DALAM PROSES KELOMPOK)

Tahap 1

• Tahap 1. Tahap ‘Pathfinding’

Tahap 2

• Pemecahan Masalah

Tahap 3

• Tahap Impelentasi

Ketiga tahap ini dapat berlangsung secara bersamaan, dan dapat pula berlangsung secara berurutan. Dari ketiga tahap proses manajemen dari Leavitt yang berkaitan dengan ketiga fungsi kelompok yang telah disebut di atas nyata bahwa pelaksaan fungsi-fungsi kelompok tidak begitu saja berjalan tanpa menimbulkan masalah. Fungsi kelompok ikun menentukan kelancaran berlangsungnya proses kelompok di samping cirri-ciri kepribadian para anggota kelompoknya

Page 9: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

Dalam proses kelompok, dimana para anggota kelompok kerja berinteraksi dan dimana kelompok melaksanakan fungsinya, dapat kita temukan timbulnya gejala-gejala sebagai berikut:

Konformisme Polarisasi Kelompok

Kelekatan (cohesiveness) Sinergi

Groupthink

Page 10: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

INTERAKSI ANTAR KELOMPOK

Kelompok kerja berinteraksi dengan kelompok kerja lainnya secara sambung-menyambung dalam organisasi. Sistem akan berhenti eksistensinya jika keluarannya tidak dirasakan bermanfaat. Kemampuan organisasi ini sangat tergantung bagaimana derajat keterpaduan didalamnya, keterpaduan dari kelompok kerjanya. Jika mengikuti pandangan dari Likert, dimana anggota dari setiap kelompok merupakan anggota juga dari kelompok tingkat organisasi yang lebih rendah dan berfungsi sebagai poros penghubung, maka, seakan-akan, jika telah tercapai kesepakatan pada kelompok direksi, akan tercapai juga kesepakatan dan kerja sama di kelompok kerja di bawah kelompok direksi. Karena berbeda tugasnya, berbeda kepentingannya, maka konflik antar kelompok merupakan sesuatu yang wajar terjadi, yang harus dikelola untuk kemanfaatan keseluruhan organisasi

Page 11: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

SAINGAN ATAU KONFLIK ANTAR KELOMPOK

Robbins (1998) berpendapat bahwa konflik merupakan satu proses yang dimulai jika satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi, atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama. Batasan konflik dari Robbins sangat luas. Dua orang yang berbeda pendapat sudah dapat dianggap konflik. Saingan antardua kelompok juga termasuk dalam pengertian konflik. Jika ada dua kelompok yang bersaing, maka dampaknya dapat diuraikan kedalam kategori berikut: Yang Terjadi di dalam Setiap Kelompok yang Bersaing

Yang Terjadi Antara Kelompok yang Bersaing

Yang Terjadi dengan yang Menang

Yang Terjadi dengan yang Kalah

Page 12: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

TEKNIK-TEKNIK MENGURANGI AKIBAT NEGATIF DARI SAINGAN

Strategi dasar dari pengurangan konflik adalah, menemukan tujuan yang dapat diterima oleh kelompok yang bersaing, sebagai tujuan mereka bersama, dan melancakan proses komunikasi antarkelompok. Berikut ini beberapa teknik yang diajukan oleh Schein (1980), yang dapat digunakan tersendiri atau beberapa teknik secara bersama-sama dalam kombinasi tertentu:

Menemukan Musuh Bersama

Pimpinan atau Subkelompok dari Kelompok-kelompok yang Bersaing dibawa Berinteraksi

Menemukan Tujuan yang Mencakup (Superordinate)

Pelatihan Antarkelompok Melalui Penghayatan Pengalaman

Page 13: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

DIMENSI DARI INTENSI MENYELESAIKAN KONFLIK

Robbins (1998) membahas dimensi dari intense menyelesaikan konflik dari Thomas (1992). Intensi menyelesaikan konflik dapat dikelompokkan kedalam lima cara yang didapatkan berdasarkan dua dimensi, yaitu: 1. Dimensi Assertiveness dan 2. Dimensi Cooperativeness

1) Bersaing (competing)

2) Bekerja sama (collaborating)

3) Berkompromi (compromising)

4) Menghindar (avoiding)

5) Menyesuaikan (accommodating)

Kelima penyelesaian konflik merupakan intense cara penyelesaiaan konflik. Bagaimana cara penyelesaian yang nyata tergantung dari sikap kedua belah pihak yang bersengketa. Cara penyelesaian konflik dapat diwujudkan kedalam berbagai teknik penyelesaian konflik. Tehnik-tehnik yang telah disebutkan diatas, merupakan teknik penyelesaian masalah yang menggambarkan situasi menang-menang, tidak hanya salah satu pihak dalam persaingan yang menang

Page 14: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

TEKNIK PENYELESAIAN KONFLIK LAINNYA YANG DIAJUKAN OLEH ROBBINS (1998)

1) Teknik Problem Solving

2) Teknik Pengadaan Sumber yang Lebih Banyak

3) Teknik Pelunakan

4) Teknik Perintah Otoritatif

5) Teknik Mengubah Variabel Manusia

6) Teknik Mengubah Variabel Struktural

Page 15: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

KESIMPULAN

Kelompok merupakan gabungan dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi, memiliki tujuan yang sama, dan melihat anggota kelompok merupakan bagian dari dirinya. Sedangkan organisasi adalah, suatu kelompok yang dibentuk secara sengaja berdasarkan kepentingan tertentu dengan tujuan tertentu, serta cara-cara tertentu dalam melakukan sesuatu.

Organisasi dan kelompok memiliki aspek sosial, karena organisasi terdiri lebih dari satu anggota atau kelompok manusia, yang sudah semestinya sebagai sistem, setiap anggota berinteraksi dengan anggota lainnya guna menjalankan sistem tersebut dengan baik.

Kelompok dapat dikatakan berhasil jika kerja sama antar anggotanya berjalan dengan baik.

Apabila bila suatu kelompok dapat memberikan makna bagi diri kita, jika kelompok kita rasakan dapat memenuhi kebutuhan kita, dan sesuai dengan harapan kita, maka kita akan menilai kelompok itu baik, tetapi sebaliknya, jika kelompok kita rasakan tidak memuaskan, tidak mampu memenuhi kebutuhan, dan tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita akan mengundurkan diri sebagai anggota kelompok. Ini berlaku untuk setiap kelompok dimana kita menjadi anggota, tidak hanya berlaku bagi kelompok kerja kita.

Page 16: Organisasi dan Kelompok Kerja - PIO

Daftar Pustaka•Martin Hoegl, H. G. (2001). Teamwork Quality and the Success of Innovative Projects. Organization Science , 437-449.•Munandar, A. S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.•Salas, E., Cooke, N. J., & Rosen, M. A. (2008). On Teams, Teamwork, and Team Performance: Discoveries and Developments. The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society , 541-547.