Gaya Dada Adalah Berenang Dengan Posisi Dada Menghadap Ke Permukaan Air
Nyeri Dada Khas Pbl Ddp
-
Upload
accomakkaraengicloud -
Category
Documents
-
view
24 -
download
1
description
Transcript of Nyeri Dada Khas Pbl Ddp
NYERI DADA KHAS
Nyeri dada khas adalah nyeri dari suatu sindrom klinis yang dapat berasal
dari Jantung (Miokard, perikardium, katup), struktur intratoraks yang lain pleura,
esofagus, aorta, mediastinum, diafragma, jaringan leher dan dinding dada ( kulit
dan kelenjar mammae, otot, tulang, medula spinal dan serabut saraf), ataupun
struktur abdomen (lambung dan duodenum, hepar, pankreas, peritoneum, limpa,
ginja, usus besar. Perbedaan karakteristik nyeri dada kardiovaskular dan non
kardiovaskular dapat dibedakan dalam beberapa aspek.
Berikut ini merupakan beberapa pembagian nyeri dada khas.
1. Angina Pektoris Stabil (APS)
Angina pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemik
miokardium. Angina pektoris ini mempunyai karakteristik tertentu yaitu nyeri
retrosternal yang lokasi terseringnya di dada, substernal atau sedikit ke kiri,
dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari
bagian ulnar, punggung/pundak kiri. AP sering juga dirasakan sebagai rasa tidak
nyaman di dada, biasanya dalam waktu ±10 menit di dada, rahang, bahu kiri
punggung sampai ke pergelangan tangan atau jari-jari, yang dipicu oleh aktivitas,
stres emosional dan menghilang dengan istirahat atau pemebrian nitrogliserin. AP
dapat juga bermanifestasi sebagai rasa tidak nyaman di daerah epigastrium.
Karakteristik yang penting dari AP adalah adanya perburukan dan nyeri dada
yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan stres emosi. Gejala klasik dari angina
bisa juga terlihat setelah makan dalam porsi yang banyak atau muncul pertama
kali di pagi hari. Kelainan-kelainan tersebut dapat dihubungkan dengan kejadian
iskemika di esofagus, paru atau dinding dada. Nyeri yang bukan tergolong angina
biasanya ditandai dengan keterlibatan nyeri di sebagian kecil hemotoraks kiri dan
berlangsung dalam beberapa jam atau hari, dan nyeri tidak berkurang dengan
pemberian nitrogliserin.
Kualitas nyeri merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih/berat di
dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti
diremas-remas atau dada mau pecah dan biasnaya pada keadaan yang berat
disertai keringat dingin dan sesak napas serta perasaan takut mati. Biasanya
bukanlah nyeri yang tajam, seperti rasa ditusuk-tusuk sembilu, dan bukan pula
mules. Tidak jarang pasien mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di
dadanya.
Berikut ini beberapa karakteristik dari angina Pektoris (AP) yang dapat dijadikan
patokan dalam membedakan dengan nyeri non kardiak:
a. Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat akan tetapi
tak berhubungan dengan gerakan pernapasan atau gerakan dada ke kiri
dan ke kanan. Nyeri juga dapat dipicu oleh stres baik fisik maupun
emosionla.
b. Kuantitas: nyeri yang pertama muncul biasanya agak nyata, dari
beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan
berat maka harus dipertimbangkan sebagai angina tak stabil (unstablea
angina pectoris = UAP) sehingga dimasukkan ke dalam sindrom koroner
akut atau acite coronary syndrome (ACS), yang memerlukan perawatan
khusus. Nyeri tidak terus-menerus, tetapi hilang timbul dengan intensitas
yang makin bertambah atau makin berkurang sampai terkontrol. Nyeri
yang berlangsung terus-menerus sepanjang hari, bahkan sampai berhari-
hari biasanya bukanlah nyreri angina pektoris.
Klasifikasi angina pektoris:
a. Angina tipikal (definite)
Memenuhi tiga dari tiga karakteristik nyeri dada:
1) Rasa tidak nyeri di retrosternal yang sesuai dengan karakteristik nyeri
dada lamanya nyeri.
2) Dipicu oleh aktivitas fisik atau stres emosional.
3) Nyeri berkurang pada istirahat dengan atau pemberian nitrat.
b. Angina atipikal (probable)
Memenuhi dua dari tiga karakteristik di atas.
c. Nyeri dada non-kardiak
Memenuhi satu atau tidak memenuhi karakteristik di atas.
Secara klinis AP menggambarkan beratnya iskemik otot jantung yang dialami
oleh pasien. Untuk itu diperlukan gradasi beratnya AP yang berguna untuk
penatalaksanaan selanjutnya dan juga sebagai prediktor dari prognosis pasien
yang mengalami AP.
Canadian Cardiovascular Society (CCS) telah membagi nyeri dada menjadi
beberapa gradasi, sebagai berikut:
a. CCS Kelas I
Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai
dan lain-lain tak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada
saat latihan yang berat, berjalan cepat, dan terburu-buru waktu kerja atau
berpergian.
b. CCS Kelas II
Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bila aktivitas berat
dari biasanya, seperti jalan kaki dua blok, naik tangga lebih dari satu lantai
atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan angin dan lain-lain.
c. CCS Kelas III
Aktivitas sehari-hari terbatas. AP timbul bila berjalan satu sampai dua
blok, naik tangga satu lantai dengan kecepatan yang biasa.
d. CCS Kelas IV
AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina termasuk mandi, menyapu, dan lain-lain.
Penyebab paling sering APS adalah adanya aterosklerosis yang
mempersempit arteri koroner. Iskemik miokardium dapat disebabkan karena tidak
keseimbangan antara suplai oksigen dan konsumsi oksigen. Suplai oksigen
ditujukkan dengan saturasi oksigen dan kebutuhan oksigen di miokardium. Pada
iskemik miokardium dan hipoksia pada APS terjadi keadaan-keadaan berikut:
a. Peningkatan kosentrasi dari H+ dan K+ pada darah vena yang berada di
daerah iskemik.
b. Gangguan dari ventrikel, dan disfungsi diastolik dan sistolik, serta
abnormalitas gerakan dinding regional.
c. Perubahan dari segmen ST.
d. Nyeri dada iskemik (angina).1
2. Angina Pektoris Tak Stabil/ Infak Miokard Akut Tanpa Elevasi ST
Angina pektoris stabil memiliki tampilan klinis yang khas seperti yang telah
di jelaskan diatas. Sedangkan angina pektoris tidak stabil didefinisikan sebagai
angina pektoris (atau ekuivalen rasa tidak nyaman di dada tipe iskemik) dengan
satu diantara tampilan klinis: (1) terjadi saat istorahat (atau aktivitas minimal) dan
biasanya berlangsung lebih dari 20 menit (jika tidak ada penggunaan nitrat atau
analgetik); (2) nyeri hebat dan biasanya nyerinya jelas; atau (3) biasanya lambat
laun bertambah berat (misalnya nyeri yang mebangunkan pasien dari tidur atau
yang semakin parah, terus menerus atau lebih sering dari sebelumnya).
Pada tahun 1988 Braunwald menganjurkan dibuat klasifikasi supaya ada
keseragaman. Klasifikasi berdasarkan beratnya serangan angina dan keadaan
klinik.
a. Beratnya angina:
1) Kelas I. Angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah
beratnya di dada.
2) Kelas II. Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1
bulan, tapi tak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
3) Kelas III. Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya
secara akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir.
b. Keadaan klinis:
1) Kelas A. angina tak stabil sekunder. Berasal dari ekstra kardiak yang
dapat memperberat iskemik miokard. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke miokard atau
meningkatnya kebutuhan oksigen. Keadaan ini meliputi anemia,
demam, infeksi, hipotensi, hipertensi tidak terkontrol, takiaritma, stres
emosinal, tirotoksikosis dan hipoksemia sekunder sampai gagal napas.
2) Kelas B. Angina tak stabil yang primer, tak ada faktor ekstra kardiak.
3) Kelas C. Angina yang timbul 2 minggu setelah serangan infark
jantung.
c. Intensitas pengobatan:
1) Tak ada pengobatan atau hanya mendapat pengobatan minimal untuk
angina pektoris stabil kronik.
2) Timbul keluhan walaupun telah dapat terapi yang standar untuk angina
pektoris stabil kronik (pemberian dosis oral konvensional antiangina
seperti penyekat beta, nitrat kerja panjang dan antagonis kalsium.
3) Masih timbul serangan angina tidak stabil walaupun telah diberikan
pengobatan anti iskemik yang maksimum, termasuk dengan nitrat
intravena.
Menurut pedoman America College of Cardiology (ACC) dan America Heart
Association (AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi segmen
ST (NSTEMI=non ST elevation myocardial infraction) ialah apakah iskemik yang
timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium,
sehingga adanya pertanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis
angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak ada
kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan ECG untuk
iskemia, seperti danya depresi segmen ST ataupun elevasi yang sebentar atau
danya gelombang T yang negatif. Karena kenaikan enzim biasnaya dalam waktu
12 jam, maka pada tahap awal serangan, angina tak stabil seringkali tak bisa
dibedakan dari NSTEMI.2
3. Infark Miokardium Akut dengan Elevasi ST
Infark miokardium akut (IMA) dengan elevasi ST (ST elevasion myocardial
infraction = STEMI) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut
(SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi ST.
STEMI adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemik
miokard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi segmen ST
yang persisten dan diikuti pelepasan biomarker nekrosis miokard. Mortalitas
selama perawatan (5-6%) dan mortalitas 1 tahun (7-18%) cenderung menurun
dikaitkan dengan peningkatan terapi medis sesuai pedoman (guideline) dan
intervensi.
Pasien yang datang dengan keluhan perlu dilakukan pemeriksaan secara
cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika
dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya
berasal dari koroner atau bukan.
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut dipastikan secara cepat dan tepat
apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat atau salah,
dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat.
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA. Seorang
dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan
adanya nyeri dada lainnya, karena gejala ini merupakan pertanda awal dalam
pengelolaan pasien IMA.
Sifat nyeri dada angina tersebut sebagai berikut:
a. Lokasi: substernal, retrosternal, dan prekordial.
b. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
c. Perjalanan: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah,
gigi, punggung/interskapular, perut, dan dada juga ke lengan kanan.
d. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.
e. Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah
amkan.
f. Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
cemas dan lemas.3
Referensi:
1. Ginanjar E, Rachman M A. Angina pektoris stabil. Dalam: Sudoyo A W,
Setiyohadi B, Alwi I, Simbadibrata M K, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid II, edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p1436-7.
2. Trisnohadi H N, Muhadi. Angina pektoris tak stabil/infark miokard akut
tanpa elevasi ST. Dalam: Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simbadibrata M
K, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II, edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014. p1449-50
3. Alwi I. Infark miokardium akut dengan elevasi ST. Dalam: Sudoyo A W,
Setiyohadi B, Alwi I, Simbadibrata M K, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid II, edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p1457-80