LPP Fisioterapi Dada

18
Laporan Pendahuluan Praktikum Fisioterapi Dada Oleh Reni Febriani, 0906629611 Keperawatan Anak I, Kelas A, Kelompok E A. Definisi Fisioterapi merupakan bentuk pengobatan untuk mengeluarkan sekret pada penyakit dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi dada, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan. Fisioterapi dada berguna bagi penderita penyakit respirasi. Fisioterapi ini walaupun caranya tidak terlihat istimewa, tetapi sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Fisioterapi dada meliputi rangkaian: postural drainase (PD), perkusi, dan vibrasi. Sebelum fisioterapi dada, pasien dianjurkan meminum air hangat untuk mengencerkan sekret. Sedangkan, setelah fisioterapi dada, pasien dianjurkan melakukan batuk efektif, jika tidak bisa batuk efektif, maka lakukan pengisapan sekret. 1. Postural drainase (PD) Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. 1

Transcript of LPP Fisioterapi Dada

Page 1: LPP Fisioterapi Dada

Laporan Pendahuluan Praktikum

Fisioterapi Dada

Oleh Reni Febriani, 0906629611

Keperawatan Anak I, Kelas A, Kelompok E

A. Definisi

Fisioterapi merupakan bentuk pengobatan untuk mengeluarkan sekret pada

penyakit dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi dada, tenaga alam yang

dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana

penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan

efek pengobatan. Fisioterapi dada berguna bagi penderita penyakit respirasi.

Fisioterapi ini walaupun caranya tidak terlihat istimewa, tetapi sangat efektif

dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan

fungsi paru yang terganggu. Fisioterapi dada meliputi rangkaian: postural drainase

(PD), perkusi, dan vibrasi. Sebelum fisioterapi dada, pasien dianjurkan meminum

air hangat untuk mengencerkan sekret. Sedangkan, setelah fisioterapi dada, pasien

dianjurkan melakukan batuk efektif, jika tidak bisa batuk efektif, maka lakukan

pengisapan sekret.

1. Postural drainase (PD)

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan

sekret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.

Gangguan respirasi bisa terjadi pada berbagai organ sistem respirasi sehingga PD

dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan gangguan respirasi. Waktu

yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 2 jam sebelum makan dan 1 jam

sebelum tidur pada malam hari. PD dilakukan untuk mencegah terkumpulnya

sekret dalam sistem respirasi dan juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga

tidak terjadi atelektasis.

2. Perkusi

Perkusi merupakan tindakan fisioterapi dada dengan melakukan tepukan

pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok.

Perkusi memberikan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada organ sistem

1

Page 2: LPP Fisioterapi Dada

respirasi. Tujuan perkusi adalah melepaskan sekret yang tertahan atau melekat

pada ogan sistem respirasi, meliputi saluran nafas dan paru-paru.

3. Vibrasi

Vibrasi merupakan tindakan keperawatan dengan kompresi dada dan

vibrasi kecil tangan perawat untuk menggerakkan sekret ke jalan nafas yang

besar. Vibrasi dilakukan saat pasien ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara

meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian melakukan dorongan

bergetar.

B. Tujuan

Tujuan tindakan fisioterapi dada adalah sebagai berikut:

1. mencegah penumpukan sekret,

2. membantu membersihkan sekret dengan memperbaiki pergerakan dan aliran

sekret, dan

3. mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan.

C. Indikasi, Kontra Indikasi, dam Komplikasi

1. Postural drainase

Indikasi tindakan PD adalah:

a. Profilaksis, yaitu pada:

1) Pasien yang memakai ventilasi,

2) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama/imobilisasi,

3) Pasien dengan yang tidak dapat batuk efektif, dan

4) Pasien dengan peningkatan produksi sputum, seperti pada fibrosis kistik

atau bronkiektasis.

b. Mobilisasi sekret yang tertahan, yaitu pada:

1) Pasien dengan atelektaksis yang disebabkan oleh sekret,

2) Pasien dengan abses paru,

3) Pasien dengan pneumonia,

4) Pasien pre dan post operatif,

5) Pasien dengan kelemahan umum neurologi, seperti stroke, dan

6) Pasien dengan gangguan menelan dan/ atau batuk.

2

Page 3: LPP Fisioterapi Dada

Kontra indikasi tindakan postural drainase adalah:

a. Gangguan sistem kardiovaskuler, seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard

akut infark, dan aritmia,

b. Perdarahan paru,

c. Pneumotoraks,

d. Hemoptisis,

e. Edema paru,

f. Efusi pleura,

g. Tumor paru,

h. TB yang masih aktif,

i. Status asmatikus,

j. Fraktur iga,

k. Tahap akhir penyakit ginjal,

l. Osteogenesis imperfecta, serta

m. Luka operasi.

2. Perkusi

lndikasi tindakan perkusi sama dengan indikasi tindakan postural drainase

karena kedua tindakan tersebut merupakan tindakan fisioterapi dada yang saling

saling melengkapi fungsinya.

Kontra indikasi tindakan perkusi adalah sebagai berikut:

a. Emboli paru,

b. Pneumotoraks,

c. Fraktur iga,

d. Skin graf yang baru, dan

e. Luka bakar.

3. Vibrasi

Kontra indikasi tindakan vibrasi adalah pada klien fraktur dan hemoptisis.

D. Anatomi Daerah Target

Sistem pernapasan pada individu manusia, tersusun mulai dari hidung,

laring, faring, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru yang tersusun atas jutaan

alveolus.

3

Page 4: LPP Fisioterapi Dada

1. Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan

pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir

sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Nares anterior

adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke

dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.

Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari

tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan

dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi

dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung

yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah

conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membran

mukosa. Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan

atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os

sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum

nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari

sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus

olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.

2. Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring

terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringiofaring. Nasofaring

adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui

2 naris internal (koana), yaitu Dua tuba eustachius (auditorik) yang

4

Page 5: LPP Fisioterapi Dada

menghubungkan nasofaring dengan teling tengah dan amandel faring (adenoid

faring) adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak di dekat naris internal.

Orofaring, dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu

perpanjangan palatum keras tulang. Orofaring tersusun atas uvula (anggur kecil)

adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke bawah dari bagian

tengah tepi bawah palatum lunak dan amandel palatinum terletak pada kedua sisi

orofaring posterior. Sedangkan laringofaring, mengelilingi mulut esophagus dan

laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

3. Laring

Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago dan

membrana. Cartilago, yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan

2 cartilago arytenoidea, sedangkan membrana, yaitu menghubungkan cartilago

satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, antara lain membrana mukosa, plika

vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.

Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai

jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat

melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil

tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Epiglotis merupakan

katup tulang rawan untuk menutup laring sewaktu orang menelan, yang berbentuk

daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglotis ini melekat pada

bagian belakang V cartilago thyroideum. Cartilago cricoidea, yaitu cartilago

5

Page 6: LPP Fisioterapi Dada

berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah

cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane

cricotyroidea. Cartilago arytenoidea, yaitu dua cartilago kecil berbentuk piramid

yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat

dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan.

Membrana mukosa. Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius,

terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel

skuamosa. Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak

di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam

cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.

Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica

vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara. Otot-otot kecil yang

melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan

kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-

otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis x (vagus).

4. Trakea

Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin

kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan berbentuk seperti C. Trachea

tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

5. Bronkus

Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis

sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah

tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal

daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan

sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di

bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan

kelobus atas dan bawah.

Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi

bronkus kanan dan kiri. Bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga

6

Page 7: LPP Fisioterapi Dada

agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar. Cabang

utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan

kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi

bronkus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus

terminalis. Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.

Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot

polos sehingga ukurannya dapat berubah selain itu juga disusun oleh jaringan ikat.

Bronkiolus terminalis tersusun oleh epitel silindris bersilia bersel goblet.

Bronkiolus terminalis terbagi menjadi asinus atau lobus primer yang

kemudian tersusun atas sakus alveolaris terminalis, duktus terminalis dan

bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori tersusun atas anyaman berkas otot

polos & jaringan fibroelastis yang berasal dari epitel kubis bersilia (jika ukuran

rongga besar), epitel selapis kubis (jika ukuran rongga kecil) dan epitel selapis

gepeng (batasan antara alveolus & muara alveolus).

7

Page 8: LPP Fisioterapi Dada

6. Alveolus

Duktus alvolaris tersusun atas epitel selapis gepeng dengan dindingnya

dari jaringan fibroelastis, berkas serat elastis, kolagen, dan serat otot berselang-

seling sepanjang dinding duktus alveolaris. Duktus alveolaris seluruhnya dibatasi

oleh alveoli dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus

atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 sampai dengan

1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus

Alveolaris.

Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.Alveoli

tersusun atas lapisan sel selapis gepeng yang mempunyai dua tipe yaitu pneumosit

tipe I dan pneumosit tipe II yang menghasilkan cairan surfaktan. Alveoli juga

dikelilingi oleh jaringan kapiler untuk pertukaran gas.

7. Paru-paru

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke

paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada

dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat

cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan

pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan

dinding dada.

8. Rongga Dada

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada.

Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat

sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang)

tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot yang

menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan.

Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah interkostalis eksterrnus (antar iga

luar) yang mengangkat masing-masing iga; sternokleidomastoid yang mengangkat

sternum (tulang dada); skalenus yang mengangkat dua iga teratas; interkostalis

internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga; otot perut yang menarik iga

ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas dan otot

dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

8

Page 9: LPP Fisioterapi Dada

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan tindakan fisioterapi

dada adalah sebagai berikut:

1. Stetoskop.

2. Pulse oximeter.

3. Satu gelas air hangat.

4. Bantal 1 sampai dengan 4 buah.

5. Bangku.

6. Tissue.

7. Pot sputum.

8. Masker.

9. Sarung tangan bersih.

F. Protokol atau Prosedur Tindakan

1. Pengkajian

a. Kaji pola nafas, termasuk penggunaan otot bantu nafas, frekuensi

pernafasan dan kedalaman, tingkat ekskursi, dan pergerakan dinding

dada.

b. Kaji pasien dan data medis untuk tanda, gejala, dan kondisi yang

mengindikasikan tindakan fisioterapi dada.

c. Identifikasi dan kaji area dada termasuk tulang rusak, meliputi rasa nyeri,

kelemahan otot, pergerakan dinding dada selama bernafas, proses

penyakit, ekskursi abnormal, dan refleks batuk.

d. Kaji pemahaman dan kemampuan klien untuk bekerjasama selama

tindakan dilakukan.

2. Persiapkan pasien

a. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien. Jelaskan posisi, sensasi rasa

yang akan dirasakan, lama tindakan, dan ketidaknyamanan atau efek

samping yang mungkin dirasakan.

b. Siapkan pasien untuk relaks dengan melakukan nafas dalam selama

tindakan berlangsung.

c. Longgarkan seluruh pakaian pasien, terutama daerah leher dan dada.

9

Page 10: LPP Fisioterapi Dada

3. Cuci tangan serta gunakan sarung tangan dan masker.

4. Berikan dan anjurkan pasien meminum segelas air hangat.

5. Pilih area tindakan berdasarkan hasil auskultasi maupun x-ray.

6. Atur posisi pasien sesuai area tindakan yang banyak sekretnya. Bantu dan

ajarkan pasien untuk mencapai posisi tubuh yang benar, termasuk tangan dan

kaki.

7. Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.

Bersamaan dengan tindakan PD, lakukan perkusi dan vibrasi.

8. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk.

9. Anjurkan pasien untuk rileks dan napas dalam dengan purse lips breathing.

10. Perkusi pada area paru yang mengalami penumpukan sekret selama 3 sampai

5 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok.

11. Letakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan

dilakukan vibrasi dengan posisi tangan dominan berada di luar

12. Anjurkan pasien napas dalam dengan purse lips breathing.

13. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada

pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi.

14. Lakukan vibrasi hingga 1 kali, minta pasien untuk batuk

15. Istirahatkan klien dengan memposisikan klien ke posisi supine maupun semi

fowler.

16. Dekatkan pot sputum atau bengkok dan tissue.

17. Minta pasien untuk duduk, nafas dalam, dan batuk efektif di pot sputum.

18. Berikan tissue kepada klien untuk membersikan sputum di area wajah.

19. Buka sarung tangan dan masker.

20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

21. Cuci tangan.

G. Dokumentasi

1. Tindakan, hari, tanggal, waktu, respon klien.

2. Inspeksi: apakah pergerakan kedua dinding dada sama.

3. Auskultasi: bagaimana suara pernafasan area paru-paru.

4. Batuk dan sekret (konsistensi, warna, jumlah, dan bau).

10

Page 11: LPP Fisioterapi Dada

5. Tanda-tanda vital: RR, TD, temperatur, dan nadi.

6. X-ray: ada perbaikan atau tidak.

11

Page 12: LPP Fisioterapi Dada

DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. & Perry, A. G. (1997). Fundamental of Nursing: Concepts, Process,

and Practice. 4th Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby, Inc.

_______. (2005). Clinical Nursing Skill & Technique. 6th Ed. Vol. 1. St. Louise,

MI: Elsevier Mosby, Inc.

Price, S. A., & Lorraine, M. W. (2003). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wilson, H. (2007). Wong’s Nursing Care Infants and Children. 8th Ed. Vol. 2. St.

Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

 

 

12