Nutrisi Pada Anak HIV

16
Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIV Kekurangan gizi adalah keadaan lazim pada anak terinfeksi HIV dan menyumbang secara besar pada mortalitas di antara anak yang tidak terinfeksi HIV maupun pada mereka yang terinfeksinya. Pada anak terinfeksi HIV, wasting (yaitu berat badan yang rendah dibandingkan tinggi/panjangnya) dikaitkan dengan jangka tahan hidup yang lebih pendek (137), sementara kehilangan berat badan menyebabkan peningkatan dalam penyakit menular pada anak dengan AIDS. Sebaliknya HIV dikaitkan dengan masalah gizi, dan status kekebalan serta tingkat replikasi virus dapat menjadi penting untuk memprediksikan hasil pertumbuhan. Pertumbuhan (yaitu kombinasi berat badan, panjang atau tingginya badan, dan garis keliling kepala) adalah indikator yang peka mengenai gizi optimal dan lanjutan penyakit HIV(i). Pada anak yang terinfeksi HIV, persoalan pertumbuhan yang parah (yaitu kegagalan untuk tumbuh sebagai kriteria penyakit klinis stadium 3 dan kekurangan gizi/wasting yang parah sebagai kriteria stadium 4) yang tidak diakibatkan oleh kurang masukan gizi dapat menunjukkan kebutuhan akan permulaan ART. Pertumbuhan juga berguna dalam penilaian tanggapan terhadap ART. Sebaliknya, efek buruk yang dapat diakibatkan oleh obat ARV atau infeksi oportunistik dapat mempengaruhi masukan makanan dan gizi secara umum, dengan kebaikan yang terbatas pada pertumbuhan dan/atau kepatuhan pada terapi sebagai akibat. Berikut adalah rangkuman singkat mengenai intervensi gizi yang merupakan kunci terkait dengan perawatan untuk bayi dan anak terinfeksi HIV sebelum dan selama ART. Untuk informasi lebih lanjut, sebaiknya mengacu pada buku dan pedoman yang ada mengenai penatalaksanaan klinis atau gizi untuk anak terinfeksi HIV (141-148). Penilaian dan dukungan gizi

Transcript of Nutrisi Pada Anak HIV

Page 1: Nutrisi Pada Anak HIV

Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anakterinfeksi HIVKekurangan gizi adalah keadaan lazim pada anak terinfeksi HIV dan menyumbang secara besarpada mortalitas di antara anak yang tidak terinfeksi HIV maupun pada mereka yang terinfeksinya.Pada anak terinfeksi HIV, wasting (yaitu berat badan yang rendah dibandingkantinggi/panjangnya) dikaitkan dengan jangka tahan hidup yang lebih pendek (137), sementarakehilangan berat badan menyebabkan peningkatan dalam penyakit menular pada anak denganAIDS. Sebaliknya HIV dikaitkan dengan masalah gizi, dan status kekebalan serta tingkatreplikasi virus dapat menjadi penting untuk memprediksikan hasil pertumbuhan.Pertumbuhan (yaitu kombinasi berat badan, panjang atau tingginya badan, dan garis kelilingkepala) adalah indikator yang peka mengenai gizi optimal dan lanjutan penyakit HIV(i). Pada anakyang terinfeksi HIV, persoalan pertumbuhan yang parah (yaitu kegagalan untuk tumbuh sebagaikriteria penyakit klinis stadium 3 dan kekurangan gizi/wasting yang parah sebagai kriteriastadium 4) yang tidak diakibatkan oleh kurang masukan gizi dapat menunjukkan kebutuhan akanpermulaan ART. Pertumbuhan juga berguna dalam penilaian tanggapan terhadap ART.Sebaliknya, efek buruk yang dapat diakibatkan oleh obat ARV atau infeksi oportunistik dapatmempengaruhi masukan makanan dan gizi secara umum, dengan kebaikan yang terbatas padapertumbuhan dan/atau kepatuhan pada terapi sebagai akibat.Berikut adalah rangkuman singkat mengenai intervensi gizi yang merupakan kunci terkait denganperawatan untuk bayi dan anak terinfeksi HIV sebelum dan selama ART. Untuk informasi lebihlanjut, sebaiknya mengacu pada buku dan pedoman yang ada mengenai penatalaksanaan klinisatau gizi untuk anak terinfeksi HIV (141-148).

Penilaian dan dukungan giziMengingat bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi HIV, status gizi dan pertumbuhan, WHOmengusulkan bahwa intervensi gizi secara dini (yaitu penilaian dan dukungan gizi) harus menjadibagian yang terpadu dari rencana perawatan untuk anak terinfeksi HIV.Penilaian gizi, yaitu evaluasi secara sistematis status gizi, diet dan gejala terkait gizi saat itu,adalah sangat penting untuk mengidentifikasikan kekurangan gizi dan pertumbuhan yang buruksecara dini, serta untuk memantau kelanjutan penyakit HIV dan efektivitas terapi untuk anak yangmemakai ART. Seperti untuk semua bayi, bayi terinfeksi HIV harus diukur setiap bulan, terbaikdengan memakai grafik pertumbuhan standar. Setelah itu anak seharusnya ditimbang pada setiappeninjauan dan penilaian gizi dilakukan secara penuh setiap tiga bulan kecuali kalau anak yangbersangkutan membutuhkan perhatian khusus karena masalah pertumbuhan atau kebutuhan gizikhusus.Pendekatan proaktif pada dukungan gizi untuk anak terinfeksi HIV adalah penting karenakebutuhan tenaga yang lebih tinggi terkait infeksi. Pada anak terinfeksi HIV tanpa gejala, energiyang dikeluarkan saat istirahat meningkat kurang lebih 10%, sementara peningkatan padakebutuhan energi antara 50% dan 100% pernah dilaporkan pada anak terinfeksi HIV yangmengalami kegagalan tumbuhan. Penggunaan dan pengeluaran gizi yang lebih tinggi pada infeksiHIV dapat mengakibatkan kekurangan gizi mikro (149). Oleh karena itu, dukungan gizi harustermasuk upaya dini untuk meneruskan penyusuan bila mungkin, memastikan pemasukan giziyang memadai berdasarkan makanan yang tersedia lokal dan terjangkau, serta pemasukan gizi

mikro setiap hari sama dengan kebutuhan diet yang dianjurkan (recommended dailyallowance/RDA) (146, 147, 150). Diusulkan untuk meningkatkan pemasukan energi untuk bayidan anak terinfeksi HIV dengan 10% RDA untuk usia dan jenis kelamin bila mereka tanpa gejaladan 20-30% RDA bila mereka bergejala atau mulai pulih dari infeksi akut (148). Kebutuhan inidianggap minimal dan lebih banyak mungkin dibutuhkan pada anak dengan kekurangan gizi(151). Kebutuhan protein yang ditingkatkan melebihi yang dibutuhkan untuk diet seimbang agarmemenuhi kebutuhan energi total (12-15% pemasukan energi total) tidak dibutuhkan (148).

Page 2: Nutrisi Pada Anak HIV

Bukti saat ini tidak jelas mengenai dampak suplemen gizi mikro pada penularan dan kelanjutanpenyakit infeksi HIV. Namun bukti dari uji coba klinis yang dilakukan secara acak pada anakterinfeksi HIV mengkonfirmasikan hasil dari penelitian pada orang tidak terinfeksi HIV yangmenunjukkan bahwa tambahan dosis tinggi vitamin A mengurangi morbiditas keseluruhan danmorbiditas akibat diare serta mortalitas semua penyebab (150, 152, 153). Tambahan vitamin Aseharusnya diberikan sesuai dengan jadwal pencegahan dosis tinggi yang diusulkan oleh WHOuntuk anak berisiko tinggi(i) kekurangan vitamin A (144). Konseling ibu-ibu mengenai penyusuandan semua anak dan pengasuhnya mengenai kebersihan makanan dan air adalah unsur kuncilanjut untuk dukungan gizi.Pada anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (yaitu kegagalan untuk menambah beratbadan, atau kehilangan berat badan di antara pengukuran berkala) atau kesulitan makan,dukungan yang lebih terpusat mungkin dibutuhkan. Bila penyebab dasar kegagalan pertumbuhandiketahui, hal ini dapat memberi informasi yang berharga mengenai strategi dukungan lanjutan.Strategi ini dapat meliputi pengobatan untuk penyakit yang mendasarinya (penyakit umum harusditangani sesuai pedoman IMCI(ii)), penilaian kebutuhan untuk mulai atau mengalihkan ART,bimbingan pada keluarga mengenai pilihan makanan yang tersedia lokal dan rujukan padaprogram makanan, terbaik dengan dukungan untuk keluarga keseluruhan. Lagi pula, pemilihanmakanan khusus berenergi tinggi yang enak untuk anak dengan masalah yang mengganggumakan atau pencernaan yang normal (mis. sakit tenggorokan atau mulut, kandidiasis mulut, diare)dapat meringankan gejala dan memastikan pemasukan energi yang cukup.

ART pada bayi dan anak dengan kekurangan gizi yang parahWasting(iii) parah adalah tanda klinis yang umum untuk infeksi HIV pada anak. Semua anakdengan kekurangan gizi yang parah berisiko terhadap berbagai masalah yang gawat danmembutuhkan makanan terapeutik secara mendesak. Fase pengobatan kekurangan gizi harusmulai ART belum diketahui. Oleh karena itu pendapat para pakar memberi kesan bahwa anakterinfeksi HIV dengan kekurangan gizi yang parah sesuai dengan pedoman internasional (146,147) atau nasional harus distabilkan sebelum diambil keputusan mengenai permulaan ART.Pengobatan awal kekurangan gizi yang parah melanjut sehingga anak stabil pada pengobatantersebut dan nafsu makan sudah pulih. Pada anak tidak terinfeksi HIV, fase awal ini seharusnyatidak lebih dari 10 hari, tetapi para pakar menganggap bahwa pada anak terinfeksi HIV,tanggapan pada pengobatan awal untuk kekurangan gizi yang parah mungkin lebih lama atausangat terbatas. Setelah pengobatan awal yang berhasil untuk kekurangan gizi yang parah daninfeksi atau masalah mendasar, keadaan klinis si anak harus dinilai kembali. Permulaan ARTdapat dipertimbangkan berdasarkan kriteria didaftarkan pada Bagian V. Untuk anak terinfeksiHIV yang membaik secara lambat setelah pengobatan untuk kekurangan gizi, dapat diambili Anak berisiko tinggi kekurangan vitamin A termasuk, antara lain, mereka dengan infeksi parah ataukekurangan gizi energi protein yang parah.ii Tersedia di http://www.who.int/child-adolscent-health/publications/pubIMCI.htmiii WHO mendefinisikan kekurangan gizi yang parah sebagai wasting (yaitu kurang dari 70% berat/tinggibadan dibandingkan anak rata-rata atau kurang dari minus tiga standard deviation dari median) atauoedema pada kedua kaki (referensi 146).XIII. Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIVXIII–3keputusan (untuk pasien rawat inap atau rawat jalan) setelah enam sampai delapan minggu bilamereka belum mencapai 85% berat/tinggi badan (yaitu sembuh). Namun anak terinfeksi HIVyang dirawat lagi dengan kekurangan gizi yang parah mungkin akan mendapat manfaat dari ARTyang dimulai lebih dini. Harus ditekankan bahwa, bila kekurangan gizi endemis, anak terinfeksiHIV dapat mengalami kekurangan gizi yang parah karena kekurangan diet yang seimbang secaramemadai, dan dengan pemulihan status gizi permulaan ART mungkin tidak dibutuhkan. Hal inimungkin terutama penting dipertimbangkan untuk anak yang didagnosis secara presumptifdengan penyakit HIV yang parah. Namun, permulaan ART diindikasikan pada bayi dan anak

Page 3: Nutrisi Pada Anak HIV

terinfeksi HIV dengan kekurangan gizi parah tanpa alasan jelas yang tidak disebabkan olehinfeksi oportunistik yang belum diobati, dan yang tidak menanggapi terapi gizi yang baku (yaitupenyakit klinis stadium 4).Pada anak yang meningkatkan berat badan secara cepat karena gizi yang memadai dan ART,takaran ART harus sering ditinjau kembali (lihat Lampiran E). Kambuhnya kekurangan gizi yangparah yang tidak disebabkan oleh kekurangan makanan pada anak yang memakai ART dapatmenunjukkan kegagalan terapi dan kebutuhan akan mengalihkan rejimen (lihat Bagian X).Belum diterbitkan penelitian mengenai efektivitas, farmakokinetik dan keamanan ARV pada anakkekurangan gizi yang parah. Penelitian lanjutan mengenai masalah ini dibutuhkan secaramendesak.

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odha amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan HIV/AIDS.

1. Tujuan asuhan gizi

Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

2. Paket asuhan gizi

Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang terdiri dari:

1. Pemantauan status gizi

Page 4: Nutrisi Pada Anak HIV

2. Intervensi gizi

3. Konseling gizi 

(1) Pemantauan status gizi

o Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:

a. Anamnesis diet

Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.

o b. Pengukuran antropometri

Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.

o c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.

Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.

Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin.

Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat, vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV. 

(2) Intervensi gizi

Page 5: Nutrisi Pada Anak HIV

o Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.

Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.

Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

(3) Konseling gizi

o Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.

Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.

3. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.

Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuhb. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal

c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan

d. Meningkatkan kualitas hidup

Page 6: Nutrisi Pada Anak HIV

e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

4. Prinsip gizi medis pada Odha

Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

5. Syarat diet

Syarat diet pada orang dengan HIV:

a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individub. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging,

telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya

c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi

d. Minum susu setiap hari

e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)

f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)

i. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

Syarat diet pada pasien AIDS:

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkanb. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering

c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya

d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna

e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus

f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai

g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)

h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

Page 7: Nutrisi Pada Anak HIV

i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)

k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan

l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare

m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oral kandidiasis)

o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi

Anoreksi dan disfagia

Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu pasien AIDS sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan cara pemberiannya.

Diare

Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

Sesak nafas

Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2, dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan dapat dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih optimal.

Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)

Page 8: Nutrisi Pada Anak HIV

Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak. Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).

Demam

Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8 gelas/hari.

Penurunan berat badan

Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya. Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.

7. Kebutuhan zat gizi makro

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.

Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare.

Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat badan yang drastis.

8. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A,

Page 9: Nutrisi Pada Anak HIV

E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari.

Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas tubuh.

Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan tersebut.

9. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal sbb:

Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa

Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar

Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan

Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan pestisida dan bakteri

Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi

Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan

Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi

Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah dimasak

Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan

Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol

Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur

Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin

10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV

Page 10: Nutrisi Pada Anak HIV

Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan ibu dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kkal/hari dan protein 15 gr/hari

11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV

Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk mencegah penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan Pengganti Air Susu Ibu sesuai dengan anjuran dokter.

Namun dalam keadaan tertentu di mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi akan jatuh ke dalam keadaan kurang gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara diperas dan dihangatkan terlebih dahulu pada suhu di atas 66°C untuk membunuh virus HIV.

Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:

a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang tidak terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.

b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaiknya memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.

c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.

12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha

Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada Odha.

a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.

b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.

c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas

d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4

e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia

Page 11: Nutrisi Pada Anak HIV

f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) 63% berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.