Npdr Case 4 Lelly

30
LAPORAN KASUS OD RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF ODS PRESBIOPIA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang Disusun Oleh : Lelly Kurnia Fajarwati 01.210.6207 Pembimbing : dr. Dwijo Pratiknjo, Sp.M dr. Hari Trilunggono, Sp.M FAKULTAS KEDOKTERRAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 1

Transcript of Npdr Case 4 Lelly

Page 1: Npdr Case 4 Lelly

LAPORAN KASUS

OD RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF

ODS PRESBIOPIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh :

Lelly Kurnia Fajarwati

01.210.6207

Pembimbing :

dr. Dwijo Pratiknjo, Sp.M

dr. Hari Trilunggono, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERRAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

1

Page 2: Npdr Case 4 Lelly

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Lelly Kurnia Fajarwati

NIM : 01.210.6207

Fakultas : Kedokteran Umum

Perguruan Tinggi : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Judul : OD RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF

ODS PRESBIOPIA

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata

RST Tingkat II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang

Mengetahui dan Menyetujui,

Pembimbing,

(dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M) (dr. Hari Trilunggono, Sp.M)

2

Page 3: Npdr Case 4 Lelly

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Tn. A Umur : 59 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan TNI Alamat : Mertoyudan, Magelang Tanggal pemeriksaan : Rabu, 13 Agustus 2014

1) ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada hari Rabu, 13 Agustus 2014 pukul 11.00 WIB secara

autoanamesis di Poli Mata RST Dr. Soedjono, Magelang.

Keluhan Utama

Pasien mengeluh penglihatan kabur terutama pada mata kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RST magelang mengeluhkan penglihatan kabur

terutama pada mata kanannya. Keluhan sudah dirasakan selama sekitar 5 bulan ini.

Awalnya pasien mengeluhkan kesulitan saat membaca, penglihatan kabur,

penglihatan tiba-tiba menurun pada mata kanannya, melihat lingkaran-lingkaran

cahaya dan melihat seperti bintik gelap serta cahaya kelap kelip. Keluhan dirasakan

setelah penyakit gulanya tidak terkontrol dengan baik. Pasien memiliki riwayat

diabetes mellitus sejak lebih dari 5 tahun yang lalu. Pasien juga merasakan keluhan

sering kencing pada malam hari, mudah merasa lapar dan mudah merasa haus. Pasien

mengaku pernah menggunakan kacamata baca sebelumnya. Selain itu pasien

mengeluhkan jika sering gonta-ganti kacamata karena ukurannya yang berubah-ubah.

Pasien mengatakan mata tidak merah dan tidak nyeri. Penglihatan kabur dirasakan

pasien siang maupun malam hari. Gatal, belekan, cekot-cekot, mata berair, sakit

kepala, seperti melihat pelangi disangkal oleh pasien. Pandangan yang menyempit dan

sering tersandung jika berjalan juga disangkal oleh pasien. Pasien mengaku masih

dapat membedakan dan melihat warna dengan jelas.

3

Page 4: Npdr Case 4 Lelly

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya Riwayat penyakit diabetes mellitus diakui (selama lebih dari 5 tahun) Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit seperti ini

Riwayat DM disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Pengobatan

Riwayat konsumsi obat gula (DM) diakui

Pasien sudah pernah memeriksakan keluhannya tersebut ke poli mata RST

magelang

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai pensiunan TNI. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.

2) PEMERIKSAAN FISIK

• Status Umum

– Kesadaran : Compos mentis

– Aktivitas : Normoaktif

– Kooperatif : Kooperatif

– Status gizi : Baik

 

• Vital Sign

– TD : 130/80 mmHg

– Nadi : 75 x/menit

– RR : 20 x/menit

– Suhu : 36,50

4

Page 5: Npdr Case 4 Lelly

3) STATUS OPHTHALMICUS

Oculus Dexter Oculus Sinister

No. Pemeriksaan OD OS

1. Visus 4/60

(NC)

Add S+2.75 J6

6/7.5S +0.256/6

Add S+2.75 J6

2. Gerakan bola mata Ke segala arah Ke segala arah

3. Palpebra Superior :

- Hematom

- Edema

- Hiperemi

- Entoprion/ektropion

- Xanthelasma

(-)

(-)

(-)

(-)

Tidak ditemukan

(-)

(-)

(-)

(-)

Tidak ditemukan

4. Palpebra Inferior :

- Hematom

- Edema

- Hiperemi

- Entoprion

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

5. Konjungtiva :

- Injeksi konjungtiva

- Injeksi siliar

- Perdarahan

(-)

(-)

(-)

(-)

5

Page 6: Npdr Case 4 Lelly

subkonjumgtiva

- Bangunan patologis

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

6. Kornea :

- Kejernihan

- oedema

- Infiltrat

- Sikatrik

Jernih

(-)

(-)

(-)

Jernih

(-)

(-)

(-)

7. COA :

- Kedalaman

- Hifema

- Hipopion

Cukup

(-)

(-)

Cukup

(-)

(-)

8. Iris :

- Kripte

- Sinekia

(+)

(-)

(+)

(-)

9. Pupil :

- Bentuk

- Diameter

- Reflek pupil

Bulat

3 mm

(+)

Bulat

3 mm

(+)

10. Lensa

- kekeruhan Tidak ditemukan Tidak ditemukan

11. Korpus Vitreum

- kejernihan Jernih Jernih

12. Fundus reflex (+) cemerlang (+) cemerlang

13. Funduskopi

a. Papil N. II Bentuk bulat, warna

merah jingga

Bentuk bulat, warna

merah jingga

6

Page 7: Npdr Case 4 Lelly

b. Aa/vv Retina

Dilatasi vena

Mikroaneurisma

Neovaskularisasi

Crossing fenomena

c. Makula

Eksudat cotton wool

patch

Edema

Star figure

d. Retina

Eksudat

Dot blot

hemorrhage

Mikroaneurisma

Edema ratina

Ablasio retina

cemerlang, batas

tegas, CDR 0,4 ,

ekskavasasi (-), NVD

(-)

AVR 2:3

Tidak ditemukan

(+)

Tidak ditemukan

(-)

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

(-)

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

(+)

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

cemerlang, batas

tegas, CDR 0,4 ,

ekskavasasi (-), NVD

(-)

AVR 2:3

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

14 TIO Tidak meningkat Tidak meningkat

7

Page 8: Npdr Case 4 Lelly

4) PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan gula darah GDS, GDP, GD2PP

2. Pemeriksaan mata :

Stereoscopic biomicrosccopic

Angiografi flouresen

Optical Coherence Tomography (OCT)

5) DIAGNOSA BANDING

OCCULUS DEXTER

a. OD Retinopati Diabetik Non Proliferatif

dipertahankan karena dari anamnesa didapatkan keluhan pandangan kabur satu

mata secara tiba-tiba, melihat bintik gelap dan cahaya kelap kelip dan dalam

pemeriksaan funduskopi terdapat mikroaneurisme (+).

b. Retinopati Diabetik Proliferatif

disingkirkan karena pada pemeriksaan funduskopi belum masuk dalam stadium

lanjut yaitu tidak ditemukannya NVD (-), NVE (-), Perdarahan preretinal (-), pita-

pita fibrovaskuler (-).

c. Retinopati Hipertensi

Disingkirkan karena dari anamnesa tidak didapatkan riwayat hipertensi dan dari

pemeriksaan funduskopi didapatkan AVR normal, tidak ditemukan spasme arteri,

tanda crossing sign (-).

OCCULUS DEXTER SINISTER

a. ODS Presbiopia

Dipertahankan karena usia pasien lebih dari 40 tahun dan pada anamnesis pasien

mengaku pernah menggunakan kacamata baca sebelumnya. Dari pemeriksaan

visus dikoreksi dengan lensa add S+2.75.

a. ODS Hipermetropia

8

Page 9: Npdr Case 4 Lelly

disingkirkan , karena pada hipermetropia penglihatan jauh dan dekat kabur dan di

koreksi dengan lensa sferis positif.

b. ODS Astigmatisma

disingkirkan, karena pada Astigmatisma melihat jarak jauh penglihatan menjadi

kabur dan di koreksi dengan lensa silindris.

6) DIAGNOSA KERJA

OD Retinopati Diabetika Non Proliferatif

ODS Presbiopia

7) TERAPI

a. Medikamentosa

Topical :

Inmatrol (Dexamethasone 1 mg, polymyxin B sulfate 6.000 UI, neomycin

sulfate 3,5 mg) ED 3 kali sehari 1 tetes OS.

Oral : Glibenklamid 2 x 2,5 mg

Parenteral : -

Operatif : Laser argon

a. Non Medikamentosa :

Pemberian resep kacamata : ADD S +2.75

8) EDUKASI

a. Untuk Retinopati Diabetika Non Proliferatifo Menjelaskan bahwa visusnya berkurang oleh karena komplikasi dari penyakit

Diabetes Mellitus

o Memberitahu pasien agar terus mengontrolkan kadar gula darahnya pada dokter

spesialis penyakit dalam

o Memberitahu pasien bila gula darah tidak dikendalikan bias mengenai mata

satunya

o Memberitahu pasien bahwa penyakit ini dapat berkembang ke stadium lanjut

dan dapat mengakibatkan kebutaan

9

Page 10: Npdr Case 4 Lelly

b. Untuk Presbiopia

o Menjelaskan kepada pasien keluhan oleh karena melemahnya otot mata karena

faktor usia.

o Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat diperbaiki

dengan kacamata baca.

o Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat terjadi

perubahan terus sehingga pasien harus sering kontrol dan menyesuaikan

ukuran kaca mata baca pasien dengan pertambahan usia.

o Mengingatkan pasien untuk memperhatikan sumber pencahayaan saat

membaca, terutama pada malam hari.

9) PROGNOSA

Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister

Quo ad visam Dubia ad bonam Ad bonam

Quo ad sanam Dubia ad bonam Ad bonam

Quo ad functionam Ad bonam Ad bonam

Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam

Quo ad kosmetikam Ad bonam Ad bonam

10) KOMPLIKASI

Komplikasi pada Retinopati Diabetika Non Proliferatif adalah berkembang menjadi

stadium lanjut yaitu Retinopati Diabetika Proliferatif yang akan berkembang menjadi

kebutaan.

11) RUJUKAN

Dalam kasus ini dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran Lainnya, yaitu

bagian penyakit Dalam untuk pengobatan Diabetes Mellitus yang ada pada pasien.

10

Page 11: Npdr Case 4 Lelly

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) RETINOPATI DIABETIKA

DEFINISI

Retinopati Diabetika adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada

penderita diabetes mellitus. Retinopati Diabetika merupakan suatu mikroangiopati

yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus retina.

Kelainan patologik paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler vena

dan penurunan jumlah perisit.

Retinopati Diabetika non proliferatif merupakan cerminan klinis dari

hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah yang terkena. Disebabkan oleh

penyumbatan dan kebocoran kapiler. Adanya perubahan endotel vaskuler (penebalan

membrane basalis dan hilangnya perisit) dan gangguan hemodinamik (pada sel darah

merah dan agregasi platelet). Karakteristik pada jenis ini dimana kapiler membentuk

kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik yang disebut mikroaneurisma, vena

retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok,dan bercak perdarahan intraretinal.

11

Page 12: Npdr Case 4 Lelly

Penemuan klinis pada Retinopati diabetic nonproliferative termasuk mikroaneurisma,

perdarahan intraretina, dan exudat lemak.

ETIOLOGI

Penyebab retinopati diabetika belum diketahui. Tetapi diyakini bahwa

lamanya terpapar pada hiperglikemia (kronis) menyebabkan perubahan fisiologis

dan biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.

Retinopati diabetika terjadi karena diabetes mellitus yang tak terkontrol dan diderita

lama. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati :

Adanya perubahan dinding kapiler

Adanya komposisi darah abnormal

Meningkatnya agregasi platelet dari plasma menyebabkan terbentuknya

mikrotrombin.

Gangguan endotelim kapiler menyebabkan terjadinya kebocoran kapiler.

Aliran darah yang kurang lancar dalam kapiler sehingga terjadi hipoksia di retina

yang merangsang pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru.

Hipertensi yang terkadang mengiringi diabetes

12

Page 13: Npdr Case 4 Lelly

PATOGENESIS

Retinopati diabetika merupakan mikroangiopati, sebagai akibat gangguan

metabolik, yaitu defisiensi insulin dan hiperglikemi. Peningkatan gula darah sampai

ketinggian tertentu, mengakibatkan keracunan sel-sel tubuh, terutama darah dan

dinding pembuluh darah, yang disebut Glikotoksisitas. Peristiwa ini merupakan

penggabungan ireversibel dari molekul glikosa dengan protein badan, yang disebut

glikosilase dari protein. Dalam keadaan normal, glikosilase hanya 4-9%, sedangkan

pada penderita diabetes mencapai 20%. Glikosilase ini dapat mengenai isi dan

dinding pembuluh darah, yang secara keseluruhan dapat menyebabkan

meningkatnya viskositas darah, gangguan aliran darah, dari aliran darah sirkulasi

kecil disusul gangguan pada sirkulasi besar dan menyebabkan hipoksi jaringan.

Mula-mula didapatkan kelainan pada kapiler vena, yang dindingnya menebal

yang mempunyai afinitas yang besar terhadap fluoresein. Keadaan ini menetap

dalam waktu yang lama tanpa menggangu penglihatan. Dengan melemahnya dinding

kapiler, maka akan menonjol membentuk mikroaneurisma. Mula-mula terlihat pada

daerah kapiler vena sekitar makula, yang tampak sebagai titik-titk merah pada

oftalmoskopi. Adanya 1-2 mikroaneurisma sudah cukup mendiagnosa adanya

retinopati diabetika. Pada keadaan lanjut mikroaneurisma didapatkan sama banyak

pada kapiler vena maupun arteri. Baik kapiler abnormal maupun mikroaneurisma

menimbulkan kebocoran, yang tampak sebagai edema, eksudat, perdarahan,

disekitar kapiler dan mikroaneurisma. Adanya edema dapat mengancam ketajaman

penglihatan bila terdapat di daerah makula. Edema yang ringan diabsorpsi, yang

lama dan hebat mengalami degenerasi kistoid.

Perdarahan selain akibat kebocoran, juga dapat disebabkan karena pecahnya

mikroaneurisma. Kebocoran lipoprotein, tampak sebagai eksudat keras,

menyerupai lilin berkelompok yang disebut bentuk sirsiner berwarna putih

kekuning-kuningan. Eksudat lemak didapatkan pada penderita yang gemuk dengan

kadar lemak darah yang tinggi.

Akibat perubahan isi dan dinding pembuluh darah, menimbulkan

penyumbatan dari kapiler, ke arteriola dan pembuluh darah besar, karenanya timbul

hipoksi, disusul daerah iskemik kecil dan timbul kolateral-kolateral. Hipoksi

13

Page 14: Npdr Case 4 Lelly

mempercepat timbulnya kebocoran, neovaskularisasi, dan mikroaneurisma yang

baru. Akibat hipoksi, timbul eksudat lunak yang disebut cotton wool patch, yang

merupakan bercak nekrose.

Pembuluh darah vena melebar dengan lumen dan diameter yang tidak

teratur yang menimbulkan gangguan aliran darah vena yang merangsang timbulnya

pembuluh darah baru. Neovaskularisasi ini kemudian diikuti dengan jaringan

proliferasi. Bila jaringan fibrovaskuler mengkerut dapat menimbulkan perdarahan

dan tarikan pada retina sehingga menyebabkan ablasio retina dengan atau tanpa

robekan. Hal ini dapat menurunkan ketajaman penglihatan sampai kebutaan.

Neovaskularisasi juga timbul pada permukaan iris yang disebut rubeosis iris, yang

dapat menimbulkan glaukoma karena tertutupnya sudut bilik mata oleh pembuluh

darah baru.

GAMBARAN KLINIS

Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa:

• Kesulitan membaca• Penglihatan kabur• Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata• Melihat lingkaran-lingkaran cahaya• Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip

Gejala objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa:1. Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena

dengan bentuk bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior. Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada mata.

2. Dilatasi pembuluh darah balikDilatasi pembuluh darah dengan lumennya irreguler dan berkelok-kelok oleh karena kelainan sirkulasi, kadang-kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi plasma.

14

Page 15: Npdr Case 4 Lelly

3. Perdarahan (haemorrage)Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat mikroaneurisma dipolus posterior. Bentuk perdarahan menggambarkan prognosis penyakit dimana perdarahan luas prognosis yang lebih buruk. Perdarahan akibat gangguan permeabilitas pada mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.

4. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu irreguler, kekuning-kunigan. Pada permulaan eksudat berupa pungtata, kemudian membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu.

5. Soft exudate yang sering dsebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.

6. Edema retinaEdema retina ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama daerah makula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan.

15

Page 16: Npdr Case 4 Lelly

Retinopati Diabetik Proliferatif1. Neovaskularisasi adalah ciri dari PDR. Paling sering terjadi di dekat disk optic

(NVD) atau dalam 3 diameter cakram pembuluh retina utama (NVE).2. Perdarahan Preretinal muncul sebagai kantong-kantong darah didalam

ruang potensial antara retina dan wajah hyaloids posterior.3. Pita-pita fibrovaskuler yang menarik retina dan menimbulkan kontraksi

terus-menerus pada corpus vitreum. Dapat menyebabkan pelepasan retina akibat progresif atau terjadi robekan retina, terjadi ablasio retina regmatogenosa.

KLASIFIKASI

Retinopati Diabetik didapat 2 stadium :

1. Stadium non proliferatif : mikroaneurisma, perdarahan retina, eksudat, shunt,

kelainan vena.

2. Stadium proliferasi : dengan neovaskularisasi.

Pembagian stadium berdasarkan bagian mata FKUI :

1. Derajat 1 : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus

okuli.

2. Derajat 2 : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau

tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.

3. Derajat 3 : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak terdapat

neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus okuli.

Pembagian stadium menurut Daniel Vaugan dkk :

1. Stadium I : mikroaneurisma, vena sedikit melebar, histology mikroaneurisma

dikapiler vena didaerah nuklear luar.

2. Stadium II : vena melebar, eksudat kecil-kecil, tampak keras seperti lilin,

tersebar/terkumpul seperti bunga (circinair)

3. Stadium III : stadium II + cotton wool patches, akibat iskemik pada arteriola

terminal.

4. Stadium IV : vena-vena melebar, sianosis, tampak sebagai sosis, disertai sheating

pembuluh darah. Perdarahan nyata besar dan kecil pada semua lapisan retina,

dapat juga preretina.

16

Page 17: Npdr Case 4 Lelly

5. Stadium V : perdarahan besar di retina dan preretina juga didalam badan kaca.

Kemudian disusul terjadinya retinitis proliferan, akibat timbulnya jaringan fibrotic

disertai dengan neovaskularisasi.

PEMERIKSAAN KLINIS

Jika didapatkan gambaran Retinopati Diabetik segera lakukan pemeriksaan :

1. Pemeriksaan GDS

2. Angiografi fluoresein

Pemeriksaan sirkulasi darah retina serta penyakit-penyakit yang mengenai retina

dan khoroid. Pemeriksaan menunjukkan aliran darah yang khas dalam pembuluh

darah saat cairan fluoresein disuntikkan.

3. Stereoscopic biomicroskopic

Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema macula pada

retinopati diabetik non proliferatif menggunakan lensa +90 D.

4. Optical Cohorence Tomography (OCT)

Menggunakan cahaya untuk which uses light untuk menghasilkan gambaran

cross-sectional pada retina.

PENATALAKSANAAN

Retinopati pada stadium awal sring kali tidak memerlukan terapi, tetapi cukup

dengan pengawasan secara berkala.

Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi setahun

sekali

Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang tanpa edema makula

yang nyata menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan

Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula

merupakan indikasi laser fotokoagulasi untuk mencegah perburukan.

Setelah di laser fotokoagulasi, penderita dievaluasi 2-4 bulan.

17

Page 18: Npdr Case 4 Lelly

Pengobatan untuk menghentikan proses kerusakan retina dan bila mungkin

memperbaiki tajam penglihatan atau mencegah berkembang menjadi

Retinopati Diabetik Proliferatif.

1. Sinar laser fotokoagulasi

Bermanfaat untuk mengobati retinopati diabetic, pengobatan ini sangat

efektif untuk menutup pembuluh darah yang bocor. Dalam prosedur ini

sinar laser berkekuatan energy tinggi difokuskan ke bagian retina yang

rusak.

2. Injeksi anti-VEGF intravitreal

Dengan menyuntikkan zat anti perdarahan ke dalam bola mata,

diharapkan pembuluh darah baru yang terbentuk akan mengalami

penyusutan.

3. vitrektomi

tindakan bedah yang dilakukan dengan bius umum dikamar operasi.

Dalam hal ini viterum yang penuh darah akan dikeluarkan dan diganti

dengan cairan jernih. Jika perdarahan banyak, dapat dilakukan operasi

untuk membuang darah tersebut, tindakan ini disebut vitrektomi.

PROGNOSIS

Pada mata yang mengalami edema macula dan iskemik yang bermakna akan

memiliki prognosa yang jauh lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser daripada

mata dengan edema dan perfusi yang baik.

18

Page 19: Npdr Case 4 Lelly

2) PRESBIOPIA

DEFINISI

Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin

meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan perubahan

kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga

terjadi gangguan akomodasi. Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada

penderita presbiopia.

Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia,

sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal

tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.

ETIOLOGI

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :

- Kelemahan otot akomodasi

- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa

PATOFISIOLOGI

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata

karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga

lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras

(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian

kemampuan melihat dekat makin berkurang.

GEJALA KLINIS

o Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan

memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa

pedas.

o Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada

awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.

19

Page 20: Npdr Case 4 Lelly

o Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan

punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik

dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.

o Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk ras

lainnya.

PEMERIKSAAN

1). Alat (Vaughan et al, 2010) :

a) Kartu Snellen

b) Kartu baca dekat

c) Sebuah set lensa coba

d) Bingkai percobaan

2). Teknik (Vaughan et al, 2010) :

a) Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan kacamata

jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun astigmatismat)

b) Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)

c) Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat

d) Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca

huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan

e) Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

3). Nilai (Vaughan et al, 2010) :

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna

merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca. Hubungan

lensa adisi dan umur biasanya:

20

S

+ 1.00 D

Usia 40 tahun

S

+ 1.50 D

Usia 45 tahun

S

+ 2.00 D

Usia 50 tahun

S

+ 2.50 D

Usia 55 tahun

S

+ 3.00 D

Usia 60 tahun

Page 21: Npdr Case 4 Lelly

PENATALAKSANAAN

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40

tahun (umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya

ditambahkan lagi sferis + 0.50 .

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Npdr Case 4 Lelly

Ilyas, S. 2014. Presbiopia dalam Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan. Edisi 5. Jakarta:

Penerbit FKUI. hal: 75-76.

Ilyas, S. 2014. Retinopati Diabetik dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Penerbit

FKUI. hal: 230-234.

James, Bruce,Chris C., Anthony B..2005. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :

Erlangga. Hal: 35.

Nema HV., 2002. Text Book of Opthalmology, Edition 4, Medical Publishers, New Delhi,

page: 249-251.

Riordan, Paul, Whitcher, John P. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:

EGC. Hal: 211-214.

22