Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

36
Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013 halm. 26 halm. 11 Memulai dan Mengembangkan DMO Menguatkan Kemauan Gerak Bersama Pertumbuhan pariwisata kita on track, namun memang harus kerja keras untuk berharap peak season ini lebih tinggi hasilnya, dan, nanti saat off season, strateginya seperti apa, para pelaku industri diharapkan mempunyai kiat-kiat. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu mengingatkan hal itu ketika menjelaskan capaian-capaian periode Januari–Mei 2013. Target moderat jumlah wisman 2013 adalah 8,6 juta, target lebih optimis 9 juta. halm. 7 Mulai Menjadi Kota Sport and Culture Tourism Gerak Bersama Stakeholders Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013 www.newsletter-pariwisataindonesia.com

description

Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

Transcript of Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

Page 1: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Ihwal Dampak Krisisdari Barat

halm. 26halm. 11

Memulai danMengembangkan

DMO

MenguatkanKemauan

Gerak Bersama

Pertumbuhan pariwisata kita on track, namun memang harus kerja keras untuk berharap peak season ini lebih tinggi hasilnya, dan, nanti saat off season, strateginya seperti apa, para pelaku industri diharapkan mempunyai kiat-kiat. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu mengingatkan hal itu ketika menjelaskan capaian-capaian periode Januari–Mei 2013. Target moderat jumlah wisman 2013 adalah 8,6 juta, target lebih optimis 9 juta.

halm. 7

Mulai MenjadiKota Sport and

Culture Tourism

Gerak BersamaStakeholders

Vol. 4 lNo. 43 l Juli 2013

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Page 2: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

2 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Tak kurang dari 63 orang berbagai unsur stakeholders pariwisata, tentu saja ter-utama dari kalangan pelaku

bisnis, dihimpun bersama oleh Kemenparekraf pada satu Focus Group Discussion (FGD), tahun ini dilaksanakan 2 Juli 2013 di Jakarta, sehari setelah Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu meng-umumkan capaian-capaian Kementerian selama periode Januari–Mei 2013.

Pembahasan di situ sepenuhnya pada aksi dan kegiatan nyata apa yang sebaiknya dilakukan selama semester kedua 2013, demi mem-back up pencapaian target jumlah kujungan wisman 2013, di tengah suasana ekonomi di Eropa dan Amerika yang masih ‘galau’ dan setiap saat bisa memengaruhi arus wisatawan global.

Pembahasan tersebut memadukan masukan dari para praktisi bisnis pariwisata, dengan ke-bijakan dan strategi pemasaran yang telah di-konsep dan direncanakan oleh Kemenparekraf.

Tema FGD itu berjudul “Action Plan, Upaya Pen-capaian Target 9 juta Wisman, Agustus–Desember 2013”. Sesuai dengan sifat action plan yang berjangka pendek, sasaran rencana aksi itu pun difokuskan pada penggarapan tiga pasar utama yang terdekat secara geografis, selain itu, ter-masuk dalam pasar yang dihubungkan dengan relatif banyak aksesibilitas. Baik aksesibilitas udara maupun laut. Itulah pasar Singapura, Ma-laysia dan Australia.

Ketika waktunya membahas materi, tiga

Utama

Pengarah:Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifPenanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran PariwisataWakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat

Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito LopulalanAlamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110

Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Jika Anda mem­punyai informasi dan pendapat un­tuk Newsletter ini, silakan kirim ke alamat di atas.

kelompok masing-masing lengkap terdiri dari stakeholders unsur pemerintah dan swasta. 4Kelompok 1, pasar Singapura: Moderator: Chrismiastuti, Pendamping: Jordi Paliama, Koordinator: Budihardjanti.

(1) VITO Singapura, (2) Singapore Airlines, (3) Disbudpar Prov Keppri, (4) PHRI, (5) BPPI, (6) Dir. Pengembangan KIEMK, (7) Dir PPIP, (8) Dir PI, (9). Kasubdit IPPLN, (10) Kasubdit Wilayah ASEAN, (11) Kasubdit Promosi, Tujuan Wisata II, (12) Bayu Buana Travel, (13). Pratama Tour & Travel, (14) Exotic Java Trails, (15) Travel Boutique by Mada-nia, (16) Aston Braga Hotel & Residence, (17). PT Mitra Global Holiday, (18) Cherokee Adventure, (19) Tauzia Hotel Management, (20) Citra Gilang Tour Semarang, (21) PT Raun Sumatra Tours &

Travel, (22) Swiss-Bel International.4Kelompok 2, pasar Malaysia: Moderator: Agustini Rahayu, Pendamping: Putu Ngurah, Koordinator: Katijah.

(1) VITO MALAYSIA, (2) Disbudpar Prov. Jabar, (3) Disbudpar Prov. Sumbar, (4) ASITA, (5) Kepala Pusat Data dan Informasi, (6) Dir PLN, (7) Kasub dit IPDN, (8) Kasubdit Wilayah Asia, (9) Kasubdit Wilayah Timur Tengah dan Afrika, (10) Kasubdit Promosi Tu-juan Wisata I, (11) Kasubdit Promosi Tujuan Wisata III, (12) Panca Wisata Travel, (13) Ibis Bandung Trans Studio, (14) PT HSJI, (15) Swiss Bel International, (16) PT ATA Indonesia, (17) PT Pathindo Permai, (18) Aston Denpasar, (19) Kasubdit Komunikasi Media Cetak, (20) Kasubdit Kerjasama Kemitraan, (21) Kasubdit Promosi KIE Korporasi.

Kelompok pasar Malaysia.

Kelompok pasar Singapura.

Kelompok pasar Australia.

Page 3: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

3Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

4Kelompok 3, pasar Australia: Modera-tor: Vincencius Jemadu, Pendamping: Oni Yulfian, Koordinator: Ganda Sumantri.

(1) Disbudpar Prov DKI Jakarta, (2) Disbudpar Prov. DI Yogyakarta, (3) ASITA, (4) GIPI dan Ga-hawisri, (5) Sekditjen Pemasaran Pariwisata, (6) Dir. Promosi KIEMK, (7) Kasubdit PPP, (8) Kasubdit Amerika dan Pasifik, (9) Kasubdit Wilayah Eropa, (10) Kasubdit Promosi Tujuan Wisata IV, (11) Ka-subdit Promosi Tujuan Wisata V, (12) Pacto Ltd, (13) Tama Tour Travel, (14) Adventure Indonesia, (15) PT Transnusa Air Services, (16) PT HSJI, (17) Swiss Bel International, (18) PT. ATA Indonesia, (19) Kasubdit Promosi KIE Pemerintah dan Non Pemerintah, (20) Kabag Umum dan Informasi Setdijen Pemasaran.

Salam Kreatif!Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu men-demonstrasikan cara mengekspresikan salam ‘kreatif ’, dengan gesture tiga jari tangan kanan. “Orang kreatif OKE,” itu semboyan orang kreatif, ujar Menteri, seraya mengangkat tangan kanan dan menyusun tiga jari seperti diperagakannya. Indonesia mempunyai daya saing yang kuat di industri kreatif karena kita memiliki banyak orang kreatif, kata Menteri.

8,6 Juta WismanSudah Di Tangan

Apakah kita akan mencapai tar-get 2013? Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu meyakinkan, bahwa target moderat 8,6 juta

wisman, “Saya cukup optimis bisa mencapainya, karena 8,6 juta itu perlunya pertumbuhan 6–7% dibanding tahun lalu. Berarti kita on track dari segi pertumbuhan.

Jumlah wisman Januari–Mei 3.364.884 itu ki-ra-kira 41% dari jumlah keseluruhan tahun lalu. Jadi sepertinya kita on track untuk mencapai tar-

get moderat tersebut, bahkan, peak season yang baru akan mulai dan akan berlangsung sampai dengan Agustus, tentu akan lebih meningkatkan lagi pertumbuhan jumlah wisman”.

Plus, “Saya selalu mengatakan this is the year of MICE, tahun ini banyak perhelatan interna-sional, APEC, World Trade Organisation Ministery Meeting di akhir tahun maupun World Tourism Organisation Summit di bulan Oktober. “

Ada dua even WTO tahun ini kita menjadi tuan rumah. Even Miss World dan banyak lagi

perhelatan MICE. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia periode Januari–Mei 2013 itu pertum-buhannya 5,79% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Kesimpulan rencana aksi:Dari setiap kelompok tersebut, kemudian di-

hasilkan rencana aksi jangka pendek menuju ke penghujung tahun 2013.

Hasil-hasil itu juga merupakan pemaduan antara rencana pemerintah yang sebelum-nya telah tersusun, dengan aspirasi-aspirasi yang ‘workable’ yang dimasukkan oleh para pelaku bisnis. Apa hasilnya?

Dari 10 even yang ditawarkan penyeleng-gara FGD pada pembukaannya, ternyata berkembang menjadi 49 even yang akan diproduktifkan menambah jumlah kun-jungan wisman pada periode akhir 2013. Ke semuanya itu, diharapkan dibuat ke-masan paket-paket wisatanya.

Utama

Ini adalah salah satu kampanye

pemasaran bertema

Singapore tropical

gateaway, evennya

di Bintan.

Page 4: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

4 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

UtamaTimur Tengah memberi

pertumbuhan paling tinggi, itu tentu buah hasil dari aktivitas promosi di Arab

Travel Mart dan beberapa kegiatan yang meng-intensifkan promosi di sana. Menteri menunjuk-kan juga RRC tetap kuat bertumbuh, pun Asia yang lain, India, Hongkong, Jepang dan Taiwan, bahkan wisman dari negara tetangga, Thailand dan Philipina.

Ketika menguraikan capaian-capaian Kemen-parekraf Januari–Mei 2013, Menteri menunjuk-kan, Singapura, Malaysia, Australia, China dan Jepang tetap adalah 5 pasar utama. Adapun 10 besar pertumbuhan berdasarkan pasar, urutan-nya dalam pertumbuhan yang tinggi mulai dari Uni Emirat Arab dan Hongkong.

Tapi yang menarik, kata Menteri, dari dua tetangga ASEAN, Thailand dan Philipina pertum-buhannya juga tinggi, double digit. RRC tumbuh 21% dan sisanya Jepang, menggembirakan de ngan pertumbuhan 14 %, Rusia juga 14% dan Taiwan 12,8%.

Timur Tengah disebut tadi, tumbuh 18,9%. Itu termasuk dalam pertumbuhan top ten di bulan Mei 2013 dibanding Mei 2012. n

Diperkirakan 80% dari seluruh 40 even dimak-sud masing-masing bisa dikemas paket wisata nya untuk dijual. Demikian pula termasuk rencana promosi dengan media plan dimana beberapa usulan dari masing-masing kelompok dipandang telah sampai di tahap 75% siap, sementara ada beberapa yang menyusul untuk didiskusikan lebih lanjut.

Untuk Pasar Singapura, Indra Sakti, dari Ba-dan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) mering-kaskan kesimpulan Action plan: Beberapa even dalam kurun waktu 4 bulan hingga akhir tahun 2013. Batam International Sea Eagle Foot Race, tanggal 29 Agustus–1 September. Target 150 wisman. Untuk semua even di Batam tidak perlu buat paket. Yang utama adalah informasi dan campaign di Singapura melalui iklan dan bekerja sama dengan VITO Singapura. Rencana iklan pe-muatannya di Todays Paper, Chanel News Asia, di inflight magazine, Singapore Airlines, Silk Air dan AirAsia. Festival Musik Bambu Nusantara ke-7, bertempat di JCC tanggal 27–28 Agustus. Target wismannya 2.000, tindak lanjutnya akan dikemas paket even dan dijual ke luar Batam. Melibatkan BPPI, agen Citra Gilang Travel, Cheerokee dan NG Holiday.

Kemudian ada Kenduri Seni Melayu Batam,

September 2013, target 300 wisman, kordi-nasi dengan Pemda Batam dan VITO Singapura. Batam International Culinary Fiesta, September, jumlah targetnya 500 wisman. Balinale Film Fes-tival di Bali, 4–10 Oktober, wisman Singapura ditargetkan 100 pax. Jakarta Marathon, even be-sar ini pada 27 Oktober 2013, target pertamanya lebih dari 300 orang Singapura akan datang, se-bagai peserta pelari dan mereka akan membawa keluarga, sekalian wisata belanja. Target seluruh wisman untuk even ini 1.000 peserta. Kerja sama dengan SQ, apointed agent untuk menjual tiket marathon. SQ akan memberi special fare. Ke Borobudur 10K Semarang, 10 November 2013 diharapkan bisa didatangkan 600 wisman.

Industri wisata Semarang siap membuat pa-ket dan diprediksi tidak hanya masuk dari Sema-rang melainkan juga dari Yogya dan Solo, artinya, beberapa pelabuhan udara menjadi pintu masuk wisman.

Musi Triboatton di Palembang, November 2013 tahun lalu ada 5 negara yang mengikuti, Malaysia, Singapura, Kamboja, Thailand, dan International student.

Diharapkan peserta dari seluruh negara juga hadir. ‘Kemilau Nusantara’ di Gedung Sate, Bandung 12 Oktober 2013, target 100 orang pe-serta dari mancanegara.

Even di Jawa Barat ini bisa menarik komuni-tas fotografi dari Singapura, Malaysia, paketnya

Proporsi Jumlah Kunjungan Wisman Januari–Mei 2013 Berdasarkan Pasar :

Capaian dan Target Wisman 2010–2013

Page 5: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

5Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Utama

bisa dikemas oleh travel agent untuk Malaysia. Batam Great Sale, tanggal 1–31 Desember

2013 diperkirakan mendatangkan sekitar 110 ribu wisman. Hari Raya Qurban, Oktober 2013 peserta akan lumayan banyak 2.000 orang, warga Singapura ingin berkurban di Batam. Ta-hun lalu berkisar 1.500 muslim Singapura masuk ke Batam untuk acara serupa. Tahun ini malah untuk Bandung dan Semarang telah tercatat pendaf taran 100 orang lewat satu travel agent yang telah booking untuk hari Raya Kurban.

‘Kenduri Akhir Tahun’ diusulkan diubah na-manya menjadi ‘New Year Celebration’, di Batam 31 Desember 2013. Pesertanya sekitar 3.000 orang. Jadi dari kelompok satu pasar Singapura total tambahan jumlah wisman yang diprediksi datang pada 4 bulan ke depan ini adalah berjum-lah 128.060 wisman.

Untuk pasar Malaysia, kesimpulan action plan diuraikan oleh Firmansyah dari Travel Butik dan Bis Trans Butik, Bandung. Akan ikut serta di MATTA Fair, bulan September, target wismannya sekitar 15 ribu orang periode September–Desember.

Juga ikut serta pada Malaysia International Travel Mart (MITM) di bulan Oktober. Even Kemi-lau Nusantara, 12 Oktober, target sekitar 500 wisman. Kemasan paketnya akan menyusul dari

Bersama Jajaran Praktisi

Pukul 2 kurang lima menit siang hari itu, Menteri Parekraf Mari Elka Pang-estu memasuki ruangan Balairung Soesilo Sudarman, di dalam gedung

Sapta Pesona Kemenparekraf. Dengan langkah ringan dan satu dua kali

menerima salam jabat tangan, Menteri menuju head table, mengambil tempat duduk di bagian tengah. Bersamaan itu tampak Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar meng ambil tempat duduk di sebelah kanan Menteri. Segera kursi-kursi sepanjang meja depan itu dipenuhi oleh stakeholders pariwisata. Lalu jumpa pers pun dimulai.

Demikianlah selalu setiap awal bulan, Men teri mengadakan jumpa pers untuk me nyampaikan informasi tentang capaian-capai an mutakhir, perdiodik bulanan, dari kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif. Dan selalu me ngajak para pemangku kepentingan, terutama lagi dari ka-langan pelaku bisnis pariwisata, untuk bersama memberikan penjelasan.

Dinas Pariwisata di Jawa Barat. ‘Wayang Asean Festival’, September juga di Jabar, target wisman 500 orang.

IVCA, International Veteran Cycling Association, organisasi induk dunia penggemar sepeda tua, Indonesia sudah mendaftar jadi anggotanya. Rencananya IVCA akan mengadakan kongres di Bandung pada Oktober. Perkiraan peserta 300 orang.

Selama ini even sepeda dimaksud barulah mendatangkan dari Malaysia saja, bulan Juni yang lalu sekitar 150 orang khusus untuk kegiatan tur bersepeda di Bandung. Paketnya sudah terjual.

Yogya International Street Performance, 7–8 September di Yogyakarta, target 300 orang. ‘Asia Tree’ akan diikuti oleh 10 negara, tanggal 24–25 September di Yogyakarta, targetnya 100 wisman Malaysia. Di daerah Yogyakarta, Sumpah Pemu-da Bikers Gathering acara hobby Motor, Oktober, targetnya 100 orang. Informasi acara motor yang berisik itu ternyata selalu mengundang wisatawan luar tanpa kita ketahui.

‘Yogya International Heritage Walk’ 22–24 No-vember, target utamanya wisman dari Jepang, namun bisa dibuatkan paketnya untuk Malaysia.

Sawah Lunto Musik Festival, di Sumbar target

100 orang, paket sedang disusun. Pekan Budaya bulan November di Sumbar, menargetkan 300 wisman. Ada Festival Rendang di Sumbar bulan Oktober, target 300 wisman.

Festival Pacu Jalur, 22 Agustus, targetnya 500 orang. Acara berlangsung 3 hari, juga dengan atraksi seni budaya tanggal 22 Agustus di Riau, sangat mungkin dibuatkan paket.

Festival Budaya Melayu, Oktober di Riau, tar-getnya 250 orang. Jadi semua yang beraroma Melayu akan ditampilkan di sini.

Tour De Bintan, target 750 orang, lomba sepe-da mengelilingi Pulau Bintan. Ajang Metamen, Agustus, targetnya 750 orang. Ini sejenis triath-lon namun jaraknya dua kali lipat dari triathlon. Lomba ini punya 3 macam kegiatan atletik. Tapi jarak tempuh yang dilombakan 2 kali daripada jarak-jarak yang dilombakan dalam triathlon in-ternasional.

Lalu Asean Jazz 21 September, itu 10 ribu orang targetnya, konser musik jazz selama dua hari non stop melibatkan musisi dari dalam dan luar negeri.

Batam International Sea Eagles, 29 Agustus– 1 September, sekitar 150 orang wisman ditar-getkan datang. Festival Musik Bambu Nusan-tara, September, targetnya sekitar 2.000 orang.

Memberi penjelasan bersama stakeholders setiap awal bulan.

Page 6: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

6 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Kenduri Seni Melayu Batam, September, menar-getkan 100 orang wisman dari Malaysia.

Batam Internasional Culinary Fiesta, Septem-ber, juga targetnya 500 orang. Balinale Inter-nasional Film Festival 4–10 Oktober, targetnya 100 orang dari Malaysia. Jakarta Marathon DKI, target sampai 1000 orang dari Malaysia. Batam Great Sale tanggal 1-31 Desember, 110 ribu orang targetnya. Kenduri Akhir Tahun di Batam 31 Desember target wismannya 3.000 orang. Fes-tival Pulau Penyengat, Oktober di Tanjung Pinang, itu targetnya 500 orang.

Akhirnya untuk pasar Australia, Laura dari Gahawisri bersama Wanto dari Adventure Indo-nesia, memaparkan action plan yang disepakati: Festival Lembah Baliem, 12–15 Agustus, tar-get wismannya dari komunitas minat khusus Australia, ditargetkan 200 wisman.

Sail Komodo dan Sail Derawan, juga menar-getkan komunitas Australia 300 orang, kemasan paketnya wild life bisa dipaketkan juga dengan Lombok. Festival Teluk Ambon 11–14 September 2013 targetnya 100 orang. Paketnya meng adakan Lomba Fotografi bawah laut. Festival Raja Ampat, 18–21 Ok-tober 2013, 100 wisman targetnya. Kemasan paketnya lom-ba fotografi under water begitu juga dengan Festival Asmat tanggal 9–14 Oktober, komunitas Australia maksimal 100 peserta, kemasan paketnya adventure atau minat khusus.

Terkait rencana iklan, mengingat waktu yang singkat dan dana terbatas, akan diatasi dengan memanfaatkan iklan in-formasi secara umum, namun mencantumkan kontak person dari masing-masing pelaku industri.

Untuk detil informasi akan di hyperlink sesuai dengan unsur industri masing-masing sehingga konsumen dapat menghubungi secara langsung. Setelah itu, Wanto dari Ad-venture Indonesia menambahkan, bahwa 4 even lainnya diharapkan dapat mendatangkan lebih banyak tamu dari Australia. Yaitu, even AUDAX di Lombok yang akan berlang-sung sekitar September atau Oktober, sudah pasti diikuti 20

negara termasuk Australia, dengan kemasan paket berupa sport event cycling di Nusa Tenggara Barat.

Down Under Rally, Hari Nusantara di bulan Desember; dan khusus Jakarta Marathon, (27 Oktober), minimal 100 orang yang akan bisa diraih hadir dengan kemasan sport event.

Yogyakarta International Heritage Walk tanggal 24–25 November sebagai sport event diharapkan 100 orang akan berpartisipasi. Alhasil total, sekitar 1.050 orang wisman akan didatangkan, belum termasuk hitungan jumlah pe-serta yang mengunjungi Audax.

Maka, action plan itu tinggal diefektifkan menjadi aksi di pasar. Menuju setidaknya capaian target medium kunjung-an wisman ke Indonesia tahun 2013, sekitar 8,6 juta. Target optimis ber ada di angka 9 juta wisman.

Seperti diutarakan oleh Menteri Parekraf, kalau target medium rasanya sudah optimis bisa tercapai. n

Ketika jumpa pers tanggal 1 Juli 2013, usai mengawali penjelasan, Menteri menga-takan: “Jadi itu sekilas me-

ngenai gambaran pariwisata, kami persilahkan ditambahi oleh para stakeholder.”

Hari itu hadir bersama di head table wakil-wakil stakeholders dari PHRI (Persatuan Hotel Restoran Indonesia), ASITA (Asosiasi Travel Agent Indonesia), GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia), pernah juga hadir Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia).

Sementara di kursi hadirin tampak juga da-tang dari berbagai kalang an, dari bidang airlines

hingga perguruan tinggi, kadang ada yang datang dari daerah. Di forum itu, para wartawan tentulah yang terbanyak.

Komunikasi dengan pemangku kepentingan dan para pelaku bisnis pariwisata dikembang-kan terus oleh Kemenparekraf. Adakalanya lang-sung bertemu dengan para praktisi bisnis, di samping dan terutama melalui asosiasi-asosiasi perusa ha an bidang pariwisata di level pusat, dan, daerah.

Seperti diterangkan Menteri, “Hari ini para stakeholder pariwisata yang kami undang ber-kaitan juga dengan upaya menyambung dari pertemuan kita minggu lalu, dimana kita ber-

temu dengan teman-teman ini untuk melihat dampak dari kenaikan BBM. Setelah seminggu kita minta untuk dianalisa nanti mereka akan sampaikan hasil analisa dari dampak BBM dan langkah apa yang perlu dilakukan.“

Setelah membuka jumpa pers dengan men-jelaskan hasil-hasil yang dicapai selama periode Januari–Mei 2013, Menteri mempersilahkan Ke tua PHRI Yanti Sukamdani, lalu Sekjen ASITA Rudiana, Ketua GIPI Didin Junaedi, dan seterusnya.

Jadi, fakta dan data dan observasi dari sisi para pelaku bisnis, melengkapi gambaran situasi yang diuraikan dari Kemenparekraf. n

Utama

Kantor VITO di Singapura.

Page 7: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

7Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Bersama menabuh gendang, meresmikan pembukaanFestival Sriwijaya XXI2013.

PalembangMulai MenjadiKota Sport and Culture Tourism

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, mengakui bahwa Sumatera Selatan, Palembang khususnya, kini sebagai kota

sport tourism dan culture tourism. Setelah even SEA Games di tahun 2011,

berturut-turut kota itu menjadi tuan rumah Kongres Parlemen Islam Sedunia di bulan Januari 2012.

Setelah itu Konferensi Dunia mengenai Dunia Melayu dan Islam, dan 22 September 2013 akan menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games, pekan olahraga negara-negara Islam sedunia.

Tahun 2014, ASEAN University Games akan di selenggarakan di provinsi ini. Sudah ter daftar 37 negara dan 1.750 atlet, serta official untuk Islamic Solidarity Games, angka tersebut masih mungkin terus berkembang.

Gubernur Sumsel mengatakan,”Semua acara itu kami akan manfaatkan bukan hanya sebagai pesta olahraga tapi juga memanfaatkannya jauh setelah even, yakni membangun provinsi, mem-bangun daerah”.

Maka ketika meresmikan pembukaan Festival Sriwijaya XXI pada 3 Juli 2013 di Palembang, ber-sama Gubernur Sumsel, Wamenparekraf Sapta Nirwandar memancarkan wajah bahagia seraya menegaskan, Sumsel menjadi salah satu daerah yang telah merasakan manfaat dari sport tourism sebagai wahana mengangkat destinasi, memperkenalkan kuliner, adat dan budaya, mempromosikan daerah sekaligus memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Diakuinya juga, setelah Palembang men-jadi tuan rumah SEA Games, sekarang banyak even olahraga kelas dunia ingin berkompetisi di Sumatera Selatan.

Kemenparekraf, kata Wamen, akan tetap berkomitmen menggelar Musi Triboatton 2013. Even ini akan memberi dampak positif terhadap wisata sungai.

Dengan adanya kegiatan semacam itu, diharapkan Sungai Musi selain tetap bisa dilayari sekaligus menjadi obyek dan destinasi pari wisata.

Kemenparekraf juga akan selalu mendukung even budaya seperti Festival Sriwijaya.

Nah, Aksesibilitas dan Akomodasi Meningkat

Kian ramainya kegiatan bisnis bertalian dengan pariwisata bagi Palembang semakin kentara setidaknya dari pergerakan bisnis aksesi-bilitas udara. Seat Load Factor (SLF) penerbangan dari Malaysia dan Singapura, tercatat rata-rata mencapai 90%. Wisman dari Malaysia datang berlibur, berwisata kuliner, dan menapak tilasi hubungan historis Malaka dan Sumsel. Dari Singapura lebih banyak datang untuk berbisnis.

Frekuensi penerbangan oleh Silk Air dari Singapura baru seminggu 4 kali tetapi AirAsia dari Kuala lumpur mendarat dan berangkat 1 kali setiap hari.

Wisata susur sungai di Sumsel, di luar Kota Palembang, memang diakui, belum banyak bisa dijual. Kalangan pelaku bisnis memperkirakan untuk itu rasanya perlu waktu 2–3 kali kegiatan semacam Triboatton diselenggarakan. Diperlukan sarana dan prasarana yang lebih cukup daripada sekarang ini.

Pemda Sumsel berharap ada investor yang mau berinvestasi. Wisata menyusuri sungai yang sudah efektif beroperasi kini adanya di Kota Palembang.

Kemajuannya ialah, menyongsong pelaksa-naan Triboatton tahun ini, disiapkan paket-paket wisata, ada yang berdurasi 5 hari, namun bisa dipilih dan konsumen tak perlu membeli paket secara keseluruhan. Misalnya, mengambil satu

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (kanan) dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin (kiri).

Page 8: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

8 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

paket mulai dari Pen-dopo untuk city tour, atau paket di kabu-paten Musi Banyuasin

(Muba). Mereka bisa menikmati tidur di rumah penduduk atau di kapal di atas sungai, mencicipi kuliner di setiap daerah, menyaksikan ekspresi-ekspresi budaya, termasuk menikmati panorama alam.

Paket bersamaPaket wisata inbound baik untuk sasaran pasar

dalam maupun luar negeri sudah mulai terlihat. Di Palembang terbuka peluang lebih banyak dari sport tourism. Di sini venue olahraganya ter-integrasi dalam satu lanskap.

Kemudian, wisata MICE. Itulah sekarang yang dijual oleh pelaku industri pariwisata. Sementara highlight yang dipasarkan tetap Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Adapun kawasan Pagaralam dan Danau Ranau lokasinya jauh dari Palembang, waktu tempuhnya bisa mencapai 8–12 jam per-jalanan darat.

Umumnya wisatawan hingga saat ini cenderung memilih paket wisata kota berdurasi 3 hari 2 malam. Hari pertama, tamu menuju ke Museum Balaputra Dewa, ke Bukit Siguntang, lalu makan siang, terus ke kawasan Tangga Buntung—termasuk di dalam wilayah kota tua Palembang—dan Ramayana. Di sana hidup pusat kerajinan kain songket dan suvenir lain khas Sumsel. Biasanya tur hari pertama di akhiri dengan makan malam di restoran River Side sambil menikmati pemandangan Sungai Musi di malam hari.

Di hari kedua, tamu akan mengikuti tur di Sungai Musi yang bisa memakan waktu lebih dari setengah hari. Pulau Kemaro dan Kampung Kapi-tan, dua di antara obyek yang dikunjungi. Hari ketiga, sebelum kembali, biasanya acara bebas.

Airlines, Kapasitas Tempat Duduk, Rute, dan Frekuensi Penerbangan dari dan ke Palembang, Sumsel

Yang harus diprioritaskan dalam mengem-bangkan wisata susur sungai di Musi tentulah memelihara kebersihan sungai. Perlu menambah sarana transportasi sungai berkapasitas lebih dari 20 orang.

Saat ini di Palembang ber-operasi 2 kapal yang represen-tatif, salah satunya kapal Kem-bang Dadar milik pemda. Namun, tarif naik kapal tersebut diperhi-tungkan masih terlalu tinggi bagi biro perjalanan. Kendati tak banyak, tersedia kapal-kapal kayu berkapasitas lebih dari 20 orang. Kapal-kapal tradisional milik masyarakat, umumnya terbuat dari kayu dilengkapi motor tempel, memang, ini tetap diberdayakan. Lalu obyek wisata obyek wisata di sekitar Sungai Musi memerlukan pembenahan

lebih lanjut.Penumpang yang murni wisatawan dari

Malaysia sekitar 40% atau 50 penumpang dari total seat penerbangan Malaysia ke Palem-

bang. Wisatawan asal Singapura malah lebih sedikit hanya sekitar 10–20% dari total seat.

ASITA Sumsel, dengan ang-gotanya senan tiasa mengikut MATTA Fair di Kuala Lumpur setahun dua kali dan ITB Singapura. Kegiatan promosi luar negeri dikonsentrasikan di dua pasar negara-negara tersebut karena sudah dilayani oleh pe-

nerbangan langsung.“Kami tidak muluk-muluk mau promosi ke

Eropa, walaupun itu juga perlu. Sementara, wisa-tawan asing yang berada di KL dan Singapura masih sedikit sekali memanfaatkannya untuk datang ke Palembang maupun Sumsel,” Anthon Wahyudi, Ketua ASITA Sumsel menjelaskan.

Muncul wacana dari ASITA setempat untuk membuat paket bersama dengan ASITA Babel. Menurut Anthon, Palembang harus berbesar hati kalau alamnya tidak terlalu mendukung, namun di Provinsi Bangka Belitong lebih bagus, di sana ada pantai dan pulau.

Paket bersama itu akan berdurasi selama 4 hari 3 malam. Bisa memulainya dari Bangka lalu keluar dari Palembang, atau sebaliknya. Tamu bisa datang melalui Palembang lalu tinggal selama 2 hari, dan 2 hari berikutnya dihabiskan di Babel.

Penerbangan langsung Palembang–Babel cuma butuh 30 menit one way, beroperasi setiap

PalembangMasyarakat menikmati pemandangan

tepian Sungai Musi di malam hari dalam area Festival Sriwijaya XXI.

Sumber: diolah dari Paparan Gubernur Sumsel dalam Seminar Nasional Festival Sriwijaya XXI 3­7 Juli 2013.

Anthon Wahyudi

Page 9: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

9Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

hari, dan tentunya itu tidak akan melelahkan bagi wisatawan.

Tercatat anggota ASITA Sumsel berjumlah 90 agen, menurut Anthon, di antaranya 40 BPW (Biro Perjalanan Wisata) atau operator tur, 90%-nya berbasis di Palembang.

Hmm, Bisnis Hotel punMencuat

Bisnis akomodasi di Kota Palembang dan Provinsi Sumsel dililhat dari sisi okupansi cukup ‘menggembirakan’. Di kota okupansinya rata-rata 70%. Ini telah mencuat sejak penyelenggaraan SEA Games dua tahun lalu.

Semenjak pekan olahraga se-ASEAN tersebut hingga saat ini telah bertambah 1.000 kamar hotel. Di tahun 2013 ini saja sejumlah 10 hotel baru sedang dalam proses konstruksi dan diperkirakan akan siap tahun depan.

Tahun 2014 akan bertambah 600–700 kamar. Dengan tambah-an itu, hotel di sini mampu menampung peserta pekan olahraga mahasiswa ASEAN, jadi tidak perlu lagi menggunakan kapal-kapal pesiar un-tuk fasilitas akomodasi seperti saat pelaksanaan SEA Games yang lalu.

Jadi, kini beroperasi 40 hotel bintang 5 hing-ga bintang 1 di Kota Palembang. Di seluruh Sum-sel jumlahnya 52 hotel bintang. Di Muara Enim dua hotel bintang 3. Direncanakan Hotel Penin-

Fasilitas Akomodasi di Sumsel

Jumlah Wisman & Wisnus ke Sumsel Tahun 2004–2012

Akomodasi Tempat Konvensi di Kota Palembang

Palembang

Herlan Aspiudin

sula dan Grand Zuri akan didirikan di sana.

Di Lahat telah ber operasi hotel Grand Zuri. Bisa dika-takan hotel berbintang su-dah menyebar di hampir seluruh Sumsel di samping hotel-hotel yang sudah ada sebelumnya. Hotel melati di Kota Palembang tercatat 90 jumlahnya.

Hotel berjaringan inter-nasional, tersebutlah Novo-tel dan Swissbel, jaringan lokal Horison, Aston, dan Arya Duta.

Ketua PHRI Sumsel Herlan Aspiudin melihat jumlah tamu wisman menginap memang relatif masih kecil. Itu pun jelas berkat adanya penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura. Tamu yang murni wisatawan dari Malaysia dan Singapura di-taksirnya sekitar 10%.

Tapi, pertanyaan yang me-merlukan jawaban secepatnya

adalah mengapa jumlah wisman tahun 2012 turun dibanding tahun 2011 ?

Yaitu dari jumlah 42.953 (2011) menjadi 30.117 (2012). Sementara di sisi penerbangan tidak ada perubahan kapasitas?

Komposisi tamu bisnis bisa dikatakan lebih banyak daripada tamu murni turis. Tak jarang wisman datang berkunjung sekaligus melakukan kegiatan bisnis. Sebagian perkebunan di Sumsel

sahamnya dimiliki oleh Singapura dan Malaysia. Sebenarnya itu bukan masalah. Turis atau wisa-tawan boleh saja bermotivasi dan bertujuan ber-beda selain liburan, maka itulah ada wisatawan bisnis, MICE, olahraga, dan seterusnya.

PHRI mengakui mengandalkan even sport tourism dan MICE yang dipandang sudah siap di Kota Palembang. Obyek wisata lainnya, maaf, be-lumlah siap benar. Sarana dan prasarananya me-mang tersedia namun masih perlu ditingkatkan cara dan kualitas pengelolaannya.

Kerja sama dan koordinasi PHRI dengan travel agent dan pemda dinyatakan berjalan bagus, bersamaan itu, berkoordinasi dengan kepolisian agar meminimalisasikan razia pada hotel demi tingkat okupansi yang tinggi tetap terjaga.

Dari sisi pariwisata, industri perhotelan sudah siap, tinggal menambah kegiatan promosi. Sumsel sedang memproses berdirinya BPPD ( Badan Promosi Pariwisata Daerah). n

Empek­empek Palembang (kiri). Model, empek­empek berisi tahu, ditambah dengan mentimun dan soun yang disiram kuah kaldu ikan Hmmm, melihatnya, menitikkan air liur (kanan).

Sumber: diolah dari Paparan Gubernur Sumsel dalam Seminar Nasional Festival Sriwijaya XXI 3­7 Juli 2013.

Page 10: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

10 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Bisnis ‘Reminder’ lagi untuk Travel Agent dan BPW

sanan perjalanan ke luar negeri, selama lima tahun terakhir telah naik empat kali lipat lebih, dari 9 persen menjadi 42 persen.

Alhasil pada tahun 2012, untuk pertama kali nya, lebih banyak perjalanan dipesan melalui internet daripada melalui agen-agen perjalanan. Sebaliknya, meskipun ada kenaikan pemesanan melalui internet,

di Cina dan Rusia agen perjalanan tetap mempertahankan pangsa pasar yang tinggi sebagai media pemesan-an perjalanan.

Di Cina lebih dari setengah (52 persen) dari seluruh perjalanan ke luar negeri dipesan melalui agen-agen perjalanan, itu berarti meski-pun perannya menurun mereka tetap menjadi tempat paling penting untuk pemesanan perjalanan. Toh, di Rusia, cuma 36 persen perjalanan dipesan melalui agen-agen perjalanan.

Dibandingkan dengan tahun 2008, agen per-jalanan telah mempertahankan pangsa pasarnya dan masih diandalkan dalam satu dari tiga pemesanan perjalanan.

Di Cina dan Rusia, pangsa pasar agen perjalanan berada jauh di atas dari Eropa Barat, rata-rata 21 persen.

Dr Martin Buck, Direktur Travel & Logistik di Messe Berlin mengatakan, “Selama bertahun- tahun, kecen derungan internet menjadi media paling pen-ting untuk pemesanan perjalanan telah ditunjukkan di hampir semua pasar. Posisi teratas ditempati pe-nerbangan, diikuti oleh akomodasi, juga asuransi perjalanan atau penye waan mobil yang dipesan se-cara online. Di negara-negara di mana sulit memper-oleh visa, agen perjalanan terus memainkan peran penting untuk perjalanan jarak jauh”.

Kecenderungan pola perubahan dan perge seran serupa itu niscaya akan menjalar ke seluruh dunia di mana bisnis pariwisata bergerak maju terus. n

Dr Martin Buck

P esan-pesan ini mengingatkan lagi para pelaku bisnis Travel Agent dan Tour Operator (BPW). Proporsi peran mereka dan tata cara berbisnis sedang berubah

dan bergeser. Kalau tak menyesuaikan gerak langkah, tentu akan ditinggalkan oleh pasar dan konsumen.

Berdasarkan data statistis, di Eropa Barat, agen perjalanan menjadi semakin kurang pen ting. Pada tahun 2008, rata-rata satu dari tiga perjalanan dipesan melalui agen-agen perjalanan tetapi pada 2012 hanya satu dari lima per-jalanan.

Warga Inggris menggunakan in-ternet paling rajin, internet menjadi pilihan alat pemesanan perjalanan hingga 78 persen. Itu meningkat 47 persen dari tahun 2008. Hanya 15 persen perjalanan ke luar negeri yang dipesan melalui agen-agen perjalan-an, berkurang dua pertiga daripada tahun 2008.

Italia, Kanada, Jepang, Perancis dan Belanda juga merupakan pasar wisata dengan pemesanan internet di atas rata-rata (antara 61 dan 67 persen), hanya di Jerman penggunaan media ini di bawah rata-rata, namun tetap tinggi yakni 53 persen.

Di Cina dan Rusia warga memesan perjalanan bu-kannya pergi ke agen perjalanan tapi justru semakin banyak memanfaatkan internet.

Menurut evaluasi khusus IPK International selama 2008–2012, pangsa pasar pemesanan internet di Cina lebih dari dua kali lipat atau naik menjadi 19–39 persen dari total.

Di Rusia juga, inter-net telah dengan ce-pat menjadi media pen ting untuk peme-

Page 11: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

11Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Pengembangan Pasar

MenguatkanKemauan Gerak Bersama

Ini boleh jadi dirasakan bukan sebagai model berskala besar, namun untuk kesekian kalinya mencerminkan kongkritisasi upaya menguatkan gerak bersama antara para stakeholders pariwisata.

Di tataran praktis terutama gerak bersama kian perlu diperkuat antara unsur usaha Akomodasi, Aksesbilitas yakni airlines, Tour and Travel Agent, dan pemerintah daerah seba-gai ‘pemilik faktor Atraksi di destinasi’.

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pari-wisata (PPIP) bertindak selaku ‘sahibul bait’, mengundang para peserta ke FGD di Jakarta tanggal 2 Juli 2013. Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty, memimpin di awal rapat, kemudian Direktur PPIP Fransesca Nina melanjutkan sebagai moderator.

Dirjen menceritakan latar belakang, bagaimana Direk-torat PPIP sebelumnya sudah berkali-kali di lingkup internal mengadakan diskusi membahas action plan yang hendak dituntaskan melalui FGD ini.

“Hasil dari beberapa pembahasan di internal, khususnya di Pemasaran, itu akan di share di FGD ini,” kata Dirjen.

Konfigurasi hadirin hari itu pun menunjukkan bagaimana industri merefleksikan concern, bersama asosiasi dan ‘teman-teman dari daerah’, —bahwa pembangunan pariwisata— tidak hanya target pemerintah, tapi untuk pembangunan pariwisata Indonesia secara keseluruhan.

Diingatkan lagi, sesuai dengan Renstra Kementerian Pari-wisata dan Ekonomi Kreatif, kita sudah menetapkan target sampai 2014. Target-target ini terkait langsung dengan peran para ‘pemain’ di lapangan bisnis, kata Dirjen.

Sehari sebelumnya, pada press conference Menteri Parekraf dan Wamen Parekraf, juga bersama para asosiasi pelaku bisnis pariwisata, —menyampaikan hasil yang ter-capai dalam hal kunjungan wisman hingga bulan Mei 2013.

Akumulasi periode Januari–Mei barulah mencapai rata-rata 5,79%. Agar meraih target 9 juta, tahun 2013 kita perlu pertumbuhan rata-rata 12,5% dibandingkan tahun 2012.

“Nah ini memang agak berat, sebagaimana diakui Bu Menteri,” ujar Dirjen.

Pimpinan Kementerian memang terus menganjurkan,

kita tidak boleh pesimis dulu, kita coba target yang 9 juta kalau memang bisa. Baru kita upayakan yang moderat kalau itu tidak bisa.

“Dari kami (pemerintah) baik pusat maupun daerah pe-rannya memfasilitasi, merekomendasi, mendorong dan juga memberikan fasilitas untuk teman-teman industri men capai target. Karena memang yang memiliki bisnis adalah teman-teman dari industri,” begitulah disimpulkan Dirjen.

Dirjen Pemasaran Esthy Reko Astuty (kiri) membuka lalu mengikuti, dan Direktur Pengembang an Pasar & Informasi Pariwisata Fransesca Nina (kanan) selaku penyelenggara dan moderataor.

Page 12: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

12 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Ketika forum membahas materi, suara bersemangat dan menukik tajam membedah apa yang sebaiknya dilakukan, da-tang dari para peserta unsur industri.

Wakil dari Singapore Airlines, misalnya, di forum itu sadar ba-gaimana sesungguhnya ide penyeleggaraan The Jakarta Mara-thon (rencana dilaksanakan pada 27 Oktober 2013), berpotensi bagi maskapainya menarik wisman dari Singapura.

Suatu skema kerja sama kemudian direncanakan akan di-tindaklanjuti dan diwujudkan, setelah FGD usai. n

Pengembangan Pasar

Business talk di TIME Lampung 2012.

Berbicara tentang buyer dari manca negara yang datang ikut serta pada TIME atau Pasar Wisata Indonesia, Ketut Salam, Managing Director Pacto Convex selaku

Organizing Committee-nya, menceritakan sekalian perkembangan dan harapan-harapan.

Tahun ini TIME akan dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat, bulan Oktober, setelah dua tahun terakhir ajang itu mengambil tempat di Lampung.

Buyer? Konsep kita mengutamakan peserta dari negara yang belum banyak atau belum ada agen-

agennya, bisa kita undang, agar dalam 3–4 tahun ‘mantap’ si agen itu memiliki produk yang menjual Indonesia.

Maklum bukan? Perhatikan pula per-saingan destinasi. Yang long haule, untuk orang Amerika misalnya, nuansa pantai Bali banyak miripnya seperti Caribia, Puket, bahkan Langkawi, kita masih bersainglah dengan mereka.

Jadi kalau TIME diikutsertai oleh 100 buyer, itu bagus. Sekarang wisatawan

kebanyakan traveling short haule, length of stay lebih pendek. Ada pula sebagian wisman punya karakter tinggal lama, tapi mereka hanya tidur, renang, tidur renang, mabuk, dua minggu pulang.

Karakteristik spesifik ini kita perhatikan. Kita meng-inginkan tamu tinggal relatif lama, ber belanja banyak, pergi berjalan kemana-mana. Contoh nya lagi kalau ke Bali tak cukup hanya ke Nusa Dua, bawalah mereka pergi ke Pemuteran, Gilimanuk, dan seterusnya.

Jadi bisa diimajinasikan, suatu saat ada orang mencabut brosur di rak penjualan di kantor agen

5Di situ bertemu unsur pemerintah, pusat (Kemenparekraf) dan daerah (Disparda) dengan para praktisi bisnis pariwisata, terutama dari destinasi yang dilayani oleh penerbangan lang-sung dari/ke tiga pasar utama terdekat, Singapura, Malaysia, Australia.

Materi yang dibicarakan memang hampir sepenuhnya aspek rinci pelaksanaan kegiatan jangka pendek menuju ke penghu-jung tahun 2013. Fokus pada apa, bagaimana dan berapa, dari berbagai even di lapangan yang bisa mendongkrak kunjungan wisman. Boleh dikatakan memberi daya ekstra terhadap ke-giatan-kegiatan pemasaran umumnya yang telah terancang untuk tahun 2013.

Terasa semangat yang dipupuk agar stakeholders pariwisata pada berbagai tingkatan, secara bersama-sama terhindar dari jebakan sikap ‘business as usual’. Karena perkembangan eko nomi dunia umumnya dan pariwisata global pada khususnya masih saja dibayangi oleh gejala ‘melambatnya ekonomi’ di Barat. Itu berpengaruh pada naik turunnya dan bergeser-gesernya pola perjalanan wisman di dunia. Maka secara periodik dari waktu ke waktu dicermati, dan, semacam FGD ini diperlukan.

Tahun lalu pun untuk kuartal terakhir diantisipasi dengan langkah serupa ini, yang kemudian berbagai even promosi dan pergelaran even pariwisata yang diselenggarakan, langsung dapat menarik sejumlah kunjungan turis.

Ketut Salam

Page 13: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

13Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

TIME 2013

Meyongsongdengan SeriusPeluang Daerah

perjalanan di Belanda, brosur itu lantang me-nampilkan: Visit Lampung. Nah, itu baru nama-nya mengembangkan secara harfiah, benar-benar berkembang.

Seperti di Lombok, apa benefit setelah meng-adakan Pasar Wisata? Menurut Ketut Salam, mereka sangat happy. Bahkan Gili menjadi tem-pat MICE. Kebetulan gubernurnya berpikiran maju jadi kita dapat benefitnya.

Tak sedikit yang menginginkan pindah- pindah, agar TIME jangan diadakan di Jakarta saja, kendati diakui bahwa di Jakarta handling akan lebih mudah, seller mungkin lebih banyak.

Kalau ditanya? Lebih baik disini (Jakarta).Tapi pikirkan juga daerah Indonesia lainnya. Ini memang bukan sekedar pertimbangan only business. Berpikirnya mestilah dengan ruang ling-kup nasional yang luas. Dan, dengan Pak Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Parekraf, gayung itu bersambut dan efektif, tepat, ber kemampuan serta berkekuatan untuk mewujudkan hal itu, kata Ketut Salam.

Di Lampung bertumbuh, tapi Indonesia timur juga ingin bertumbuh. Ini juga dilematis mau tetap di Jakarta atau berpindah? Kami ambil jalan tengah, mungkin tidak perlu lagi nanti dua tahun di satu lokasi, cukup setahun saja. Supaya daerah lain dapat kesempatan. Batam pun meng-inginkannya.

Tapi, ya, daerah yang berminat jadi host harus serius. Bila dilaksanakan di satu daerah, maka harusnya memberi benefit juga bagi daerah sekitarnya. Muncullah ide baru, dikembangkan

dengan model satelit, dengan cara, ditawarkan daerah yang menjadi satelit terhadap Pasar Wisata di daerah tertentu. Programnya, setelah selesai acara TIME, direkrut beberapa peserta buyer yang potensial dan berminat untuk meng-ikuti tur bisnis ke daerah satelit.

Menurut Ketut Salam, konsep itu pernah terwujud di Jawa Timur, di mana dilahirkan even Majapahit Travel Fair, dibawa ke sana 30 buyer yang spesifik yang ingin menjualkan Jatim. Diadakan table top meeting di hotel setidaknya dua kali. Kemudian ajang itu tumbuh menjadi pasar mandiri.

Yang terpenting adalah sikap di daerah yang mendukung pengembangan ajang wisata ini. Itu yang cukup sulit, itu menyangkut mental. Perfect yang diinginkan orang, bukan yang diinginkan oleh kita, itu lebih penting.

TIME tahun 2013 ini akan dilangsungkan di Padang, kota itu sudah agak international, kar-ena TDS (Tour de Singkarak) sudah terlaksana 5 kali, paling tidak exposure event internasional sudah memadai.

Lagi pula, open mindeness-nya gubernur, kepala dinas pariwisata, para bupati setempat, selain sikap dan pengetahuan yang bisa diandal-kan. Dimaksudkan sikap di daerah adalah sikap yang positif, merupakan respon dari orang yang dikumpulkan, sikap kolektif, ujungnya ialah me-nyangkut sumber daya manusia.

“Contoh ringan tahun 2009, di Manado, saya usai sarapan, supir tak datang-datang kendati berulang kali dipanggil.”

Yang siap memang di Jawa dan Bali, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, sikapnya matang. Dalam komunikasi tidak cenderung ter-jadi miss. Mutunya ada, bilang ‘A’ ya ‘A’.

Sebenarnya hal knowledge mudah diserap, cuma yang masalah ialah sikap efisiensi, kece-patan dan kontrol kualiti. Kongkritnya sikap bila berjalan terus akan menjadi budaya.

Sikap sangat penting berperan dalam sukses tidaknya suatu acara. Sikap positif menjadi kemampuan mendasar. Artinya, even seperti ini tidak bisa langsung pedas kalau digigit, hanya kalau konsisten baru kelihatan hasilnya dua tahun, asal mereka di daerah jalan terus.

Kalau mereka mau mematangkan sendiri ba-gus. Seperti di Sumbar, Ketut Salam diundang memberi informasi yang benar saat mereka meng adakan rapat koordinasi. Saya mau paling tidak dapat membentuk persepsi yang sama. Karena tadinya belum sama di daerah ini. Jadi kerja berat, yang mereka butuhkan pedoman, ini, ini... kalau mereka patuh itu bisa jalan.

Satu yang penting peran apa yang dimainkan untuk mendukung suksesnya ini. Bagaimana mengimplementasi peran itu ialah dengan mengikuti prosedur yang baku, maka akan sukses.

Bagaimana dengan mendatangkan dari daerah-daerah Indonesia tengah dan timur, sulitkah? Ada, bisa, di timur memang belum banyak, kalau kita giat ada Raja Ampat, Banda, bisa, cuma sebetulnya sebaiknya penggarapnya diperankan pemda.

Page 14: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

14 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Agar lebih dikonkrit-kan, di samping sikap mendukung. Pemda mencari mana yang

punya potensi, misalnya Papua Barat membeli 3–4 booth diberikan ke nelayan menggunakannya.

Itu sulit meyakinkannya. Coba di pasar wisata Pemda mengambil—katakanlah 45 m2. Karena ini Pasar Wisata maka bisakah pemda membawa ope-rator yang praktisi. Mereka yang tahu persis.

Jadi kembali ke masalah sikap, dalam hal kehendak memajukan pariwisata. Kalau dilandaskan pada hal-hal yang komersial saja masih belum bisa jalan.

Makanya dulu saya serius melakukan roadshow, membawa pembicara memberikan ilmu kepada calon-calon yang hendak dikirim untuk bertugas menjaga booth, itu supaya bagus tampil di kancah internasional dalam rangka pasar wisata.

Dengan time frame-nya empat bulan sebelum even. Yang dibangun adalah pengertian, bahwa jika awalnya peserta bisa hadir di Pasar Wisata (TIME) dengan baik, maka tahun lainnya bisa di luar negeri, misalnya ke ATF dengan baik, tahun berikutnya bisa di WTM. TIME tentu sukses. Sarana prasarana dan networking di TIME itu, hasilnya tak kosong.

Dari segi buyer? Sekarang kecenderungan terbang jauh berkurang, karena waktu, dan mahal lantaran krisis di USA, Eropa masih berlaku. Katakan kalau orang USA berlibur mereka ke Caribia, kecuali ngebet benar ingin ke Bali. Kita ingin regional dulu dikem-bangkan.

Direktur kami yang orang Italia, dia tekankan sekali masalah itu, dulu saya selektif kalau bisa semua buyer bayar, walau tiket kita bayar. Mereka juga para buyer punya hubungan yang baik dengan para airlines, maka sebetulnya kita tak menghadapi kesulitan.

Setiap kali TIME, selalu diumumkan hasil transaksi ter-record, karena ada isian akhir periode pameran, hari terakhir. Disebut transaksi bukan pembeli saat itu. Memang ada datanya. Kalau dulu tahun 95, 96,97, buyer tercatat resmi 250, tapi sebenarnya ter-masuk ‘penumpang gelap’.

TIME di Indonesia memang beda dengan NATAS di Singapura dan MATTA di Malaysia. TIME hanya trade event, sedangkan mereka merangkap sekaligus pameran untuk consumer.

Roadshow ke daerah bagaimana? Kalau bisa ke daerah paling tidak ke Medan misalnya untuk wilayah Sumatera. Roadshow itu mengandung pemberian training. Kalau perlu sampai ke Papua, Makassar, Manado, Jayapura. Jadi pada acara itu diberikan informasi sekilas Pasar Wisata, bagai mana sebaiknya tampil di event international, itu sangat dihargai oleh mereka. Misalnya Flores, di sana banyak tempat yang manis cuma orang belum dapat cara meng- e xposure-nya... eksotik. n

TIME 2013 Dari Tengah dan Timur Indonesia,Datanglah

P asar Wisata Indonesia atau TIME (Tourism Indonesia Mart and Expo) di Padang, 18–21 Oktober ini merupakan yang ke-19 kali. Sampai awal Juli 2013, tampak masih tersedia ruang jika pemda dan industri pariwisata di bagian tengah dan timur Indonesia ikut serta. Dari daftar seller yang dicantumkan terbuka dengan

floorplan ajang tersebut, tampak baru tiga peserta dari tengah-timur Indonesia masing-masing dari Flores, Sulawesi Tenggara dan Borneo yang telah terdaftar.

Pasar Wisata Indonesia sebagai dimaklumi merupakan tourism trade event, sepenuhnya ajang diisi oleh penjual hanya dari Indonesia. Sedangkan pembeli datang dari berbagai negara. Kemenparekraf memberi dukungan kuat terhadap even ini. Tahun ini, merujuk pada seller yang telah terdaftar, industri pariwisata Indonesia, memang, tampaknya di-ujungtombaki oleh para operator akomodasi perhotelan. Jumlahnya terbanyak, namun syukurnya, mewakili berbagai daerah dari barat ke timur Indonesia.

Travel agent dan tour operator relatif sedikit jumlahnya. Tahun lalu di Lampung 83 buyers menghadirinya, dari 28 negara, antara lain India, Singapura, China, Belanda, Australia, Malaysia, Uni Emirat Arab. Adapun sellers dari Indonesia sebanyak 74 yang mengisi 60 booth, terdiri atas unsur-unsur industri hotel, resor dan spa 75%, kantor-kantor/dinas pari-wisata 10%, Tour Operator/Travel Agent 7%, Adventure/Activity Holiday 3%, Airlines 1,5% serta lain-lain kegiatan usaha 8,5%.

Tahun ini seluruh booth yang disediakan berjumlah 81, dan berdasarkan floorplan yang dirilis di website-nya, masih terbuka sejumlah booth yang menanti datangnya pendaftar seller. Satu atau dua saja travel agent/tour operator dan hotel datang lagi dari masing-masing destinasi NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi Utara dan Papua, peluang bisnis agaknya cukup baik.

Optimisme didukung oleh faktor kian ramainya dibuka penerbangan ke bagian tengah dan timur Indonesia oleh maskapai penerbangan nasional. Bersamaan itu, bandara hub seperti Makassar, dan Surabaya, juga semakin banyak dihubungkan ke bandara interna-sional yang besar, Singapura dan Malaysia, bahkan China. Produk wisata dari tengah dan timur Indonesia tentu akan ‘memperbarui’ variasi produk dan destinasi dari Indonesia. Sebagian buyer dari mancanegara mencari dan mengharapkannya. n

Sumber : tourismindonesiamartexpo.com

Page 15: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

15Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

EkonomiKreatif

Posisi danLangkah-langkah Kita

Awal Juli 2013, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu mencerita-kan kepada pers sampai di mana kegiatan-kegiatan pengembang-

an ekonomi kreatif dalam lingkup Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sekilas mengenai ekonomi kreatif, kita ingin meng-high light bahwa nanti mulai bulan November 2013 kita akan melaksanakan Bulan Kreatif Indonesia di Jakarta, kata Menteri.

Untuk itu tidak tertutup kemungkinan jika ada daerah lain yang berminat ikut serta. Kemente-rian Parekraf terlibat langsung dan mendukung sepenuhnya. Keseluruhan kegiatan itu akan ber-langsung dari akhir Oktober sampai awal Desem-ber 2013. Itu tentu akan menarik datangnya wisatawan dalam negeri.

Ada 2–3 even lain yang berlingkup inter-nasional seperti IPAM, kendati bagian terbesar fokusnya ke dalam negeri juga. Suatu hari kelak even-even ini bisa juga menjadi lebih meng-internasional, sekarang ini beberapa masih relatif baru.

Menciptakan even tentunya akan bisa me-narik wisnus maupun wisman di kemudian hari, kata Menteri. Contoh, sudah diprogramkan: Art summit Indonesia akan diselenggarakan di Solo; Pekan Kreasi Dalang Muda Indonesia di Tasikma-laya; IPAM, singkatan dari Indonesia Performing Art Mart; kemudian Festival Nasional Seni Per-tunjukan Indonesia dan Pekan Produk Kreatif Indonesia yang merupakan acara reguler, dan, festival lagu anak yang launching-nya telah di-laksanakan di PPKI tahun lalu.

Menteri Perakraf mengingatkan, PPKI meru-pakan kegiatan yang diselenggarakan atas koordinasi antara 16 Kementerian dengan Kadin. Sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2007, kini memasuki tahun ke-7. Apa saja isi PPKI?

Kegiatan bertema creative wave, meningkat-kan pemahaman dan keterlibatan pelaku dan masyarakat untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia. Mengingat ekonomi kreatif yang relatif baru itu, maka perlu sosialisasi. Lagi pula pemahaman ternyata harus dibangun terus menerus secara konsisten melalui penyelengga-raan acara-acara.

Akan ada kegiatan business match making. Di-undang ke situ kalangan investor, kalangan per-bankan, dengan harapan membuka akses pasar,

akses pembiayaan dan match making. Kegiatan yang akan menumbuhkan creative

talent and creative preuneur. Diselenggarakan work shop dan pelatihan pendampingan, dan sebagainya, jadi, hasilnya berupa peningkatan kapasitas pelaku kreatif, pengembangan produk kreatif dan pengembangan kemampuan wira usaha.

“Yang Kreatif Yang Berdaya Saing”. Saat ini kita lihat banyak orang kreatif bisa menjadi sumber daya saing ke depan. Kegiatan lainnya adalah convention, gelar seni pertunjukan, pa-meran dan even-even khusus.Di situ nanti ada beberapa even khusus yang bersamaan dilang-sungkan, direncanakan keseluruhannya total 119 kegiatan.

Tahun lalu dianggap cukup berhasil. Tidak di-laksanakan di JCC, karena kalau di JCC orang harus sengaja dan khusus datang ke situ. Lokasinya dipilih di mall, tempat di mana banyak orang sehari-harinya datang sendiri.

Maka kali ini mengambil tempat di Epi Walk di jalan Rasuna Said, tanggal 27 September–31 Desember 2013. Kita ingin melakukan sosialisasi dan mengkomunikasikannya kepada publik sejak jauh-jauh hari supaya meluas minat dan me-ningkat partisipasi masyarakat, ujar Menteri, kita

harapkan lebih meluas lagi dari tahun lalu.Ada lagi kabar baik dari bidang ekonomi

kreatif. Rata-rata pengunjung web www.indone-siakreatif.net per bulan meningkat lebih dari 80% dibandingkan tahun 2012, ini mudah mudahan berarti kian bertambah pemahaman dan interest yang lebih besar terhadap ekonomi kreatif.

Portal indonesia kreatif itu isinya menampil-kan kegiatan dan even, serta pelbagai ihwal in-dustri kreatif termasuk angka-angka, blue print dan seterusnya. Ditampilkan juga showcase di situ. Jadi pelaku kreatif bisa menampilkan produk atau jasa.

Sampai dengan Juni 2013 show case indone-siakreatif.net paling banyak diisi oleh sub sektor desain dan mode. Terakhir portal tersebut menye-diakan direktori sebagai tempat mengumpulkan profil pelaku perusahan dan komunitas kreatif.

Hingga Juni 2013 tercatat 597 pelaku kreatif, 202 perusahaan kreatif, dan 99 komunitas kreatif yang telah dihimpun dalam direktori ini. Ini pen-ting agar kita mudah berinteraksi dengan orang-orang kreatif. Jumlah mereka banyak, maka itu kita dorong mereka untuk membentuk komuni-tas, sehingga kita bisa mempunyai mitra berko-munikasi dalam upaya-upaya pengembangan.

***

Page 16: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

16 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Ekonomi kreatif, dari segi pertumbuhan, yang agak tinggi pertumbuhannya ternyata fashion, dan yang terkait termasuk IT base dan Media. Permainan inter-aktif dan layanan komputer serta piranti lunak, ini dua sub sektor yang pertumbuhannya double digit dimana fashion pertumbuhannya tertinggi sedangkan yang lain sekitar 4–5%.

Film, video dan fotografi pertumbuhannya tinggi sekitar 8%, sedangkan kerajinan tidak terlalu tinggi, pertumbuhannya sekitar 4–5%. Kita ingin fokus pada fashion, sementara satu lagi memang tengah ditunggu yakni kuliner.

Fashion dan kuliner itu dua industri kreatif yang pasar dalam negerinya besar. Maka itu basisnya untuk tumbuh luar biasa. Sedangkan yang ingin kita dorong adalah yang menurut kita mungkin industri yang me-rupakan our future competitiveness, daya saing kita di masa depan. Sekali lagi, itu pasar dalam negerinya adalah besar.

****Ada konser internasional digelar di Indonesia. Menteri bertanya kepada

beberapa promotor, kalau praktiknya mendatangkan bintang terkenal seperti Stink atau El Divo atau David Foster, para promotor itu mengatakan bahwa penontonnya bisa mencapai 30% adalah pengunjung dari luar negeri.

Kita perlu bertanya lebih lanjut kepada para promotor untuk mendapat estimasi kira-kira berapa konser yang akan mereka laksanakan tahun ini dan kira-kira pengunjung konser itu berapa?

Jika konser diselenggarakan di Senayan, total penonton bisa mencapai 30 ribu orang. Dan, jika wisman datang, tentulah mereka di Jakarta tidak hanya menonton konser itu saja, bukan?

Java Jazz pun, menurut Menteri, meningkat pengunjung internasionalnya, antara 10–20% dari luar Indonesia maupun luar Jakarta, artinya, wisnus. n

PEKAN PRODUK KREATIF INDONESIA 2013

Page 17: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

17Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

EVA Air, maskapai p e n e r b a n g a n Taiwan, resmi ma suk aliansi

Star Alliance sejak Juni 2013.Ketika upacara resmi penerimaannya oleh

aliansi, Juni 17, 2013 di Taiwan Taoyuan Inter-national Airport, di situ beberapa kali dalam pidato resmi disebut-sebut kota Surabaya dan Jakarta. Aliansi itu, untuk kawasan Asia Pasifik saja, melayani dengan 19 airlines anggota, lebih dari 4.000 penerbangan per hari berangkat dan mendarat di Asia/Pacific, di 280 bandara tersebar di 44 negara.

Jaringan globalnya beranggotakan 28 mas-kapai, mengoperasikan 21.900 penerbangan setiap hari ke 1.328 bandara di 195 negara. Ke Indonesia?

“In addition to bringing Kaohsiung in Taiwan and Surabaya in Indonesia as unique airports to the network, EVA Air expands the Alliance’s pre-sence on the important Cross Straits market, which has grown from an annual passenger volume of just over 3 million in 2009 to around 9 million in 2012,” itu dinyatakan oleh salah satu top execu-tive Eva Air pada saat upacara tadi.

Bagi Eva Air sendiri, Jakarta merupakan satu di antara lima kota yang pertama-tama diterbangi keluar negeri di awal berdirinya pada Oktober 1989. Yaitu Jakarta, Bangkok, Seoul, Singapura dan Kuala Lumpur. Apa maknanya?

Industri pariwisata Indonesia sejatinya bisa mengambil inisiatif untuk bersama Eva Air dapat memanfaatkan jejaring penerbangan aliansi itu, mendatangkan wisman dari berbagai penjuru dunia. Lagi-lagi kota Surabaya khususnya dan destinasi Provinsi Jawa Timur umumnya, plus jika dikombinasikan ke Bali, menghadapi peluang bisnis global tersebut.

Toh pada dasarnya destinasi seperti Surabaya dan Jatim, hingga sekarang akan lebih tepat menerobos ‘niche market’ ke seantero dunia. Yang penting rute pelayanan penerbangannya dapat diandalkan.

*****Di lain perkembangan, sensitifitas arus

wisatawan terhadap pengaruh kurs mata uang ditunjukkan lagi oleh pasar wisatawan out-bound dari India.

Jumlah outbound traveler warga India turun sekitar 20% selama Mei–Juni 2013 akibat dari melemahnya mata uang Rupee terhadap dollar.

Survei menunjukkan turunnya jumlah wisa-tawan India ke luar negeri itu terutama dari kalangan kelas menengah. Dampak lain lagi, wisatawan India bukan hanya membatasi jumlah hari bepergian ke luar negeri, juga cenderung

Kita dan Dunia

Yang Sensitif danYang Memberi Harapan

berwisata di dalam negeri saja.Travel Agent di India mengurangi durasi dalam

paket-paket yang ditawarkan, sementara turis dari masyarakat kelas menengah yang tetap bepergian ke luar negeri jadinya memilih fasilitas akomodasi yang lebih murah.

Depresiasi Rupee bulan Juli 2013 sebenarnya mencapai 16,6% berdasarkan year-on-year. Dan itu mengakibatkan harga tur ke luar negeri naik berkisar 15%. Tapi sebaliknya, mata uang yang mengalami depresiasi itu tampak menguatkan daya untuk menarik wisatawan asing berkunjung ke India.

Di Malaysia, travel agent menyatakan me-ningkat wisatawan dari Malaysia ke India sekitar 40%. Dalam hal itu Malaysia beruntung. Malindo, maskapai penerbangan baru patungan Lion Air di Malaysia, mengumumkan akan membuka pener-bangan Kuala Lumpur–New Delhi, juga akan membuka rute ke Kolkata, Trivandrum, Chennai and Bangalore.

Malindo dikabarkan menyaingi Singapore Air-lines dan Silk Air dalam harga tiket. Malaysian Air-lines bahkan juga tahun ini akan menambah rute dan frekuensi ke India Selatan. Warga Malaysia keturunan India kebanyakan dari selatan India. Maka tak heran nanti jumlah wisman dari Malay-sia akan meningkat tajam masuk ke India.

Demikianlah ibarat bejana, arus wisatawan internasional selalu mencari titik keseimbangan baru, seimbang antara pipa kiri dan pipa kanan. Penyebab pergeseran arus wisman antara lain perubahan kurs mata uang tadi. Ketika di satu alur wisman menurun, di alaur lainnya tentu menaik.

Jadi, situasi seperti itu baik diwaspadai, dan dicermati untuk mengantisipasi langkah yang perlu diambil mengatasi ‘ketakberuntungan’ sekalipun sifatnya mungkin situasional.

*****

Bagi Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, ihwal harapan akan jumlah kunjungan wisman, sebenarnya datang dari optimisme yang diten-tukan oleh aksesibilitas dari beberapa tempat terutama dari ASEAN, lebih khusus lagi dari Kuala Lumpur dan Singapura.

Kuala Lumpur telah menambah lagi pener-bangan 4 kali ke Surabaya dengan AirAsia, tetap bertahan untuk ke Bandung 5 kali, dan pener-bangan rute baru ke Semarang dan Solo.

Di dalam negeri, kata Wamen Parekraf, bisa dibayangkan, ke Ternate saja kini telah ber-operasi 3 direct flight. Itu selain menambah wis-nus, niscaya juga sebagian wisman. Ada Garuda, Sriwijaya, Ekspress Air.

Wamen semakin yakin dengan perkembang-an semakin maraknya penyelenggaraan even di daerah. Ada yang telah membangun branding dan mendatangkan sejumlah wisman, antara lain Festival Sentani, Festival Erau, Sriwijaya Fes-tival, Lombok Festival, ‘menggairahkan ekonomi lokal’, di mana sekaligus wisnus datang ke sana dan sebagian kecil wisman. Ke Sriwijaya Festival, misalnya, ke Palembang sana beroperasi tiap hari penerbangan langsung dari Singapura.

Akses dari laut, melalui marine tourism, kapal pesiar, pun sedang meningkat. Fremantle Yacht Race akan diikuti oleh 60 peserta. Jangan lupa 60 peserta, artinya setiap 1 yacht diawaki oleh 6–7 orang, jadi keseluruhan sekitar 400-an orang, di tambah lagi teman-teman pendamping penggembiranya dan seterusnya, diestimasikan 1.000 lebih mereka akan datang ke Bali. Akan ada Sail Komodo, juga ada Sail Derawan dan sebagainya.

Ke Surabaya penerbangan dari Singapura dan Kuala Lumpur terasa mendadak meningkat relatif tinggi. Ternyata bukan hanya demi mengangkut TKI, justru tampak banyak orang Malaysia dan Singapura mendarat di sana. n

Page 18: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

18 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Bali

Ketika masyarakat Bali berbondong-bondong menikmati wisata rakyat menjajal jalan tol Bali di atas air laut, sepanjang 12,7 km, Sabtu sore (6/7/2013), foto ini direkam. Di kejauhan tampak jalan di atas air itu. Khusus hari Sabtu itu masyarakat diberi kesem-

patan tanpa kendaraan bermotor, melintasi jalan baru Tol Bali, dari Nusa Dua (sisi kanan gambar), menuju kawasan bandara Ngurah Rai, dan lanjut ke pelabuhan laut Benoa. Di antara rakyat yang berlalu lalang mengendarai sepeda dan berjalan kaki, seakan tur massal, Menteri BUMN Dahlan Iskan ikut berbaur. Lintasan jalan tol tersebut akan dioperasikan penuh mulai Agustus 2013, menyongsong diselenggarakannya pertemuan APEC Bali 2013. Infrastruk-tur yang dibangun berbiaya Rp 2,4 triliun ini, tampak membuka kesempatan baru yang unik, bagi wisatawan menyaksikan pemandangan terbit matahari di timur dan matahari tenggelam di barat, sementara ke satu bagian di timur hamparan laut lepas, dan hutan bakau alias mangrove tampak ke sisi kiri dan kanan. Pemandangan foto ini diambil dari bukit Mumbul di sekitar kawasan Nusa Dua, di situ pun kini beroperasi beberapa hotel yang disenangi oleh wis-man dan wisnus. Suasana laut di bawah jembatan tol itu pun tampaknya membuka peluang lain lagi, bagi wisata bahari, berkeliling di seputar kawasan teluk di jalan tol di mana jalan tol ini melintang, setiap hari bisa menyaksikan aktifitas nelayan khususnya, masyarakat lokal umumnya, yang berseliweran menjalankan kegiatan ekonomi sehari-hari di atas perahu dayung dan bermotor tempel. Kawasan Nusa Dua dan Tanjung Benoa sebagai dimaklumi telah menjadi salah satu pusat akomo-dasi wisman dan wisnus, di situ pula pusat kuliner dengan restoran-restoran lokal yang telah menciptakan nama-nama beken dan digemari wisatawan. Last but not least, jalan melintas di atas air itu akan mengurangi beban jalan bypass dan jalan sekitar bandara dari kemacetan lalu lintas yang beberapa tahun belakangan ini te-lah menjadi ‘keluhan internasional’.

Jalan Di Atas Laut

Page 19: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

19Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Bandara Ngurah Rai Bali, di tengah kepadatan aktifitas pembangunan gedung baru dan perluasan, mengelola arus pergerakan manusia dan lalu lintas kendaraan bermotor dengan cara tergolong ‘ canggih’. Kegiatan pembangunannya diantisipasi dengan menyediakan jejaring jalan-jalan bagi k endaraan bermotor masyarakat pengantar dan penjemput penumpang, apalagi angkutan wisata maupun taksi. Alurnya telah dirancang sedemikian sehingga arus lalinnya mengalir teratur dan mencegah kongesti, kemacetan di dalam kompleks bandara pun terelakkan. Begitulah tampak pela-taran pathway yang cukup rapi mengalirkan pergerakan penumpang antara terminal kedatangan dan keberangkatan dengan lokasi di mana mobil pengantar atau penjemput berhenti tanpa menimbulkan kemacetan arus. Pembangunan dan perluasan kapasitas bandara Ngurah Rai juga direncanakan ram-pung sebelum pelaksanaan APEC Summit 2013.

MengelolaPergerakanManusia

Page 20: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

20 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Monas Tjahjono

Bisnis Gerak Pelaku Bisnis Inbound untuk Jatim

Dengan banyaknya frekuensi pener-bangan, diharapkan wisatawan man canegara yang masuk ke Sura-baya dan Jatim akan meningkat. De-

wasa ini kunjungan wisman didominasi terutama dari Malaysia berkat penerbangan langsung dari Kuala Lumpur, Penang dan Johor Bahru. Rute Surabaya–Malaysia bukan hanya dilayani oleh AirAsia tapi juga oleh Mandala.

Jumlah dan frekuensi penerbangan dari Singa-pura juga bertambah terus di antaranya Silk Air, Value Air, China Airlines, Lion, dan lain-lain. Rute ini kebanyakan diisi oleh orang Indonesia beper-gian ke Singapura, atau orang Indonesia yang bermukim/bekerja/sekolah di Singapura pulang ke Surabaya, dan business traveler.

Wisman, baik warga negara Singapura, resi-den, ataupun turis asing yang sedang berada di Singapura, tampaknya belum terlihat banyak memanfaatkan rute ini. Wisman khususnya war-ga negara Singapura datang ke sini masih relatif sedikit tapi sudah mulai masuk.

“Saya sudah berpromosi di sana selama empat tahun, dan baru terlihat hasilnya mulai tahun ini. Mereka mau datang ke Bromo melihat alam, ke Batu melihat apple plantation, ke TSI, dan Surabaya. Persentasinya mungkin tidak sampai 10% dari wisatawan yang masuk. Wisatawan bertujuan leisure tidak sampai 10% dari kapa-sitas penumpang pesawat ke Surabaya. Baik maskapai penerbangan lokal maupun asing,” itu kesan diutarakan oleh Monas Tjahjono, Mana-ging Director Monas Tours and Travel, berdasarkan pengalamannya.

Dia merasakan wisman dari Malaysia ber-tujuan leisure jumlahnya lebih banyak. Pasar Malaysia sudah jauh lebih dulu hidup dan kon-sumen lebih mengenal Jatim ketimbang orang Singapura mengenalnya.

Monas Tjahjono pernah mendapat masukan dari beberapa agen di Singapura bahwa orang Singapura masih merasakan sisa-sisa trauma mengingat peristiwa tahun 1998. Karakter wisa-tawannya berbeda dengan wisatawan Malaysia. Orang Malaysia menganggap orang Indonesia serumpun, masih saudara, perbedaan bahasa tidak ada. Sedangkan di Singapura mayoritas etnis Cina, tidak semua bisa berbahasa Melayu hanya berbahasa Cina dan Inggris, komunitas Melayu di sana pun kecil.

Perlahan itu terkikis dan Monas T & T mulai merasakannya sejak tahun 2012. Sebelum-

nya, orang Singapura seakan hanya kenal 3B di Indonesia: Bali, Batam, dan Bintan.

Setelah beberapa kali melakukan penilaian, Kota Surabaya potensial menjadi destinasi golf dan shopping. Lima international golf courses, semuanya didesign nama berkelas dunia, ter-masuk Jack Nicklaus, Andy Tew.

Paket wisata golf dapat mem-perlama LoS (Length of Stay) wisatawan. Perbandingannya seperti ini: Monas T & T me-nawarkan paket golf di Surabaya mulai dari 3 hari 2 malam, 4 hari 3 malam, dan 5 hari 4 malam. Paket lainnya seperti paket ke Bromo berdurasi 5 hari 4 malam, porsi di Surabaya hanya 1 malam, kebanyakan saat hendak pulang.

Paket yang paling ramai dibeli, baik untuk golf dan leisure, durasi 4 hari 3 malam. Setiba di Surabaya dengan pesawat pagi, langsung ke Bromo, menginap untuk menyaksikan matahari terbit. Dilanjutkan ke Malang meninjau apple plantation. Esoknya kembali ke Surabaya lewat Tanggulangin dan Sidoarjo sambil berkunjung ke sentra perajin kulit dan kerupuk, terakhir city tour Surabaya. Itu paket paling populer di kalangan wisman Malaysia dan Singapura yang mereka tangani.

Dia pernah mencoba menjual Gunung Ijen tapi belum berhasil. Itinerary city tour-nya berkun-jung ke HOS (House of Sampoerna), melihat

pembuatan rokok kretek secara manual, terus ke kampung Arab dan makam Sunan Ampel, dilan-jutkan ke pelabuhan melihat aktivitas bongkar muat di pelabuhan Kalimas, ke Kebun Binatang untuk melihat orangutan dan komodo.

“Sebagai pengganti Kebun Binatang Sura-baya, sekarang ini saya sedang mewajibkan para

pramuwisata agar membawa tamu-tamu wisatawan ke lokasi lambang kota Surabaya, ikan hiu dan buaya, di belakang Monu-men Kapal Selam (Monkalsel). Saya pikir, kenapa Merlion di Sin-gapura bisa begitu terkenal tetapi ikon Surabaya tidak? Patung kota kami cukup besar dan Oke kok serta layak untuk dijual seperti si Merlion. Mestinya pemda bisa

membuat lokasi simbol kota ini menjadi ramai, kami biro perjalanan pasti akan mengikuti de-ngan mendatangkan turis ke sana. City tour kami hanya berdurasi 4 jam,” Monas menerangkan.

Surabaya belum bisa berdiri sendiri untuk dijual sebagai satu paket tur, perlu kombinasi de ngan Jatim. Kota tak punya cukup obyek. Untuk leisure, highlight-nya tetap Bromo. Daerah lainnya, lebih banyak dikoneksikan dengan Yogyakarta.

Dalam satu bulan, Monas T & T menangani wisman dari Malaysia dan Singapura rata-rata 30 arrival, yakni 25 dari Malaysia dan 5 Singapura. Ketiga puluh arrival tersebut bercampur antara

Bus ala trem ‘tempo doeloe’ untuk mengangkut peserta tur

Surabaya Heritage Track.

Page 21: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

21Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Gerak Pelaku Bisnis Inbound untuk Jatim

grup dan FIT. Grup Malaysia biasa rata-rata ter-diri dari 20 orang, mengambil program 4 hari 3 malam.

Telah dicoba membuat dan menjual paket 1 day tour Jatim dan dipromosikannya di beberapa hotel seperti Sheraton dan Marriott, namun hasilnya belum terlihat. Beberapa obyek di Jatim seperti Malang dan Trowulan bisa dikunjungi dalam sehari.

Trowulan, situs purbakala di Mojokerto, berja-rak 1,5–2 jam perjalanan darat dari Surabaya. Ke Malang 3–4 jam. Jadi total bisa ditempuh dalam satu hari penuh. Paket Midnight Bromo tour, bisa diterapkan dengan perjalanan malam dan kem-bali ke Surabaya di pagi hari. Dia masih mencari penyebab ‘kurang laku’-nya apakah terletak pada pengemasan paket atau pada branding dari ODTW-nya.

Menurutnya, ODTW di Kota Surabaya belum siap. Dari ketersediaan English speaking local guide di obyek misalnya Monkalsel, Museum Mpu Tantular, dan Museum Tugu Pahlawan. Lalu kesiapan infrastruktur di obyek seperti tempat parkir, toilet umum, informasi dalam bahasa Inggris dan lain-lain.

Bahkan lokasi TIC (Tourist Information Center) di terminal kedatangan internasional bandara Juanda terasa kurang efektif. TIC seharusnya tampak eye catching dan mudah ditemukan di dalam terminal kedatangan di bandara. Paling tidak, mestilah tersedia brosur dan peta petun-juk ODTW.

Gerak PebisnisSudah dua tahun berturut-turut Casa Grande

Jatim aktif mengadakan even table top di Kuala Lumpur dan Singapura, bersama 20 industri dari biro perjalanan, hotel bintang 5 hingga bintang 3, obyek wisata seperti TSI dan pengelola golf course.

Di Kuala Lumpur dan Singapura, mengundang travel agent untuk datang mendengarkan pre-sentasi masing-masing peserta. Setiap industri mendapat 1 meja. Even kedua di Kuala Lumpur bulan Februari 2013 berhasil mengundang 50 agent.

Di Singapura tidak terlalu bagus karena hanya 30 agent datang. Road show-nya berturut-turut dari Kuala Lumpur ke Singapura.

Pertama kali dilakukan tahun 2012 di Kuala Lumpur dan dianggap cukup berhasil. Sedangkan di Singapura baru diadakan di tahun 2013 meng-ingat belum banyak traffic orang dari Singapura masuk tahun lalu.

Rencananya ini akan jadi calendar of event Casa Grande Jatim setiap tahun meskipun belum ditentukan jadwal tetapnya. Evennya akan melihat jadwal libur di Malaysia dan Singapura serta mempertimbangkan jadwal even lain.

Sengaja dipilih bulan Februari menjelang Matta Fair yang selalu diadakan setiap bulan Maret dan September. Harapannya, industri di Jatim bisa menanamkan branding pada travel agent di sana.

Di Matta fair, travel agent sanalah yang akan

menjualnya. Itu dijadikan strategi marketing menjual paket Surabaya dan Jatim.

Antara tahun 2012 dan 2013 agent yang di-undang tidak sama karena peserta industri dari Surabaya dan Jatim yang ikut sebagai peserta masih sama. Tujuannya untuk memperbanyak kontak di Malaysia dan Singapura bagi para pelaku industri sini.

“Hasil dari kegiatan itu sudah dirasakan. Industri perhotelan merasakan peningkatan tamu,” tambahnya.

Yang paling mudah tentu menggarap pasar wisman yang sudah terlayaani oleh direct filght ke Surabaya, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Penerbangan Taipei–Surabaya masih melewati Singapura, belum langsung. Wisman dari Taiwan sempat booming ke Jatim sebelum peristiwa 1998, namun setelahnya nyaris tidak ada. Mereka memang tetap datang ke Indonesia tapi ke Bali.

Tahun 1980-an, Jatim sempat termasuk top destination di pasar China. Paketnya yang ter-kenal Bromo–Gunung Kawi. Sudah beberapa kali dicoba mengundang famtrip travel agent dari sana.

Di sini, ada beberapa biro perjalanan yang menangani wisman dari Cina dan Taiwan, tapi frekuensinya sudah tidak seperti dulu. Di sisi lain, Kota Surabaya belum punya operator tur khusus menangani wisatawan kapal pesiar. Dua diantara yang pernah menanganinya adalah Aneka Kartika dan Pacto. n

Sejumlah wisatawan sedang turun dan menikmati tarian tradisional di dermaga Jamrud, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Wisatawan dari Amerika dan Eropa tersebut akan berkeliling Surabaya untuk mengunjungi beberapa objek wisata yang ada. Mereka ini adalah bagian dari kedatangan kapal Pesiar MV Seabourn Odyssey yang saat itu sandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Page 22: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

22 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Da n a u R a n a u s e l u a s 8 x 1 6

km persegi itu berada di Kecamatan Ban-

ding Agung, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Dikelilingi per bukitan hijau dan sebuah Gunung Seminung (1.881 mdpl), menjulang di tengahnya. Kawasan sejuk itu dari Palembang berjarak 342 km atau 10–12 jam perjalanan darat.

Dari Baturaja 130 km tapi 4 jam perjalanan, dan hanya 50 km, sekitar 2 jam perjalanan dari ibukota OKU Selatan, Muara Dua.

Perbukitan hijau di sekelilingnya menjadi per batasan alamiah dua provinsi yang membagi 2/3 luas danau ke dalam wilayah Provinsi Sumsel dan 1/3-nya masuk ke wilayah Provinsi Lampung. Bagian paling dalam diperkirakan sekitar 1.880 meter dan kondisi di bawah permukaan air berbukit-bukit.

Danau ini rupanya menjadi rute AKAP (antarkota antarprovinsi) bagi lebih dari 100 kapal kayu motor di sepanjang garis danau. Selain itu menjadi tempat budidaya perikanan air tawar jenis mujaer dan nila dengan karamba, juga masih dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci. Dermaganya bisa dikatakan berkondisi baik, sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai tempat Hari Pasar setiap Sabtu, dan even Festival Danau Ranau setiap akhir tahun.

Belum ada hotel atau resor di sini. Menurut data di UPTD Danau Ranau, ada 41 home stay di rumah penduduk per tahun 2011. Wisman berkunjung ke danau ini di tahun 2010 dicatat 16 orang, tahun 2011 ada 6 orang dan hanya 5 orang di tahun 2012.

Wisnus yang datang tahun 2010 sebanyak 33.346, tahun 2011 ada 32.537, menurun lagi di tahun 2012 hanya 31.224 orang.

Pengenalan Destinasi

Geowisata di Selatan Sumsel

Goa PutriKeberadaannya sekitar 4 jam perjalanan

dari Danau Ranau atau 7–8 jam perjalanan darat dari Kota Palembang. Goa Putri dan Museum Si Pahit Lidah dibuka untuk umum sejak tahun 2011. Dari total goa sepanjang 2 km, yang baru dieksplorasi 270 meter, yakni sepanjang jalan setapak permanen berundak-undak mengikuti kontur goa. Itu baru dibangun tahun 2011–2012.

Dengan ketinggian 53 meter di dalam goa, pengunjung cukup nya-man menikmati efek pen cahayaan pada stalaktit dan stalakmit di da-lamnya. Legenda mengenai goa ini dikaji sejak tahun 1989, namun pe-nelitian secara ilmiah baru dimulai tahun 2011. Berbeda dengan obyek wisata Goa Pindul di Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana penelitian ilmiah dilakukan sebelum dibuka untuk umum.

Selama tahun 2012 tercatat 30 ribu pengunjung, termasuk wisnus dan wisman. Wisman yang 20 orang di tahun 2012 berasal dari Perancis dan Belanda, kebanyakan ilmuwan.

Masih ada dua goa lagi di kawasan itu, Goa Harimau dan Goa Selaba. Di Goa Harimau masih berlangsung proses ekskavasi dimana di dalamnya didapati kerangka manusia dan artefak dari zaman prasejarah. Goa Selaba sengaja dikhususkan seba-gai goa penjelajahan.

Identifikasi kendalaWakil Bupati OKU Selatan, Herawati, ketika kita

temui, mengemukakan kendala yang dihadapi un-tuk mengembangkan pariwisata. Pertama, masya-rakat belum mempunyai sense of tourism, belum menyadari keindahan alam dan potensi budayanya bisa memiliki nilai tambah secara ekonomi. Kedua, infrastruktur jalan dan sarana transportasi belum menunjang.

Kemacetan di jalur Palembang-OKI (Ogan Komering Ilir) karena pengangkutan batubara. Sebelumnya, Palembang-Muara Dua bisa ditempuh selama 5 jam (berarti sampai di lokasi danau sekitar 7 jam perjalanan). Ini akan berkurang bilamana rel kereta ganda untuk pengangkutan batubara selesai dan beroperasi.

Ketiga ialah belum ada kegiatan rutin dan ter-jadwal tetap. Festival Danau Ranau setiap akhir bulan Desember merupakan satu-satunya kegiatan rutin. Festivalnya sendiri sudah memasuki tahun ke-8 sejak tergabung ke dalam wilayah adminis trasi OKU Selatan dan sudah termasuk dalam kalender pariwisata provinsi.

Wakil Bupati juga mengatakan, masyarakat membutuhkan satu contoh nyata, a success story, karena karakter masyarakat berpendirian kukuh. Itu sudah dibuktikan oleh para penyuluh pertanian di sini.

Menurutnya, diperlukan sebuah pilot project pariwisata dan sebuah program kerja sama dinas pariwisata dan UKM untuk membawa tokoh/ pemuka masyarakat keluar daerah sehingga mereka menyaksikan bagaimana daerah lain me-manfaatkan potensi alam dan budaya.

Dan terakhir adalah menyatukan misi, visi dan koordinasi semua stakeholders pariwisata di OKU Selatan. Mungkin maksudnya, diperlukannya kini semacam langkah awal, dengan model program DMO? Tentu saja sebelum dan sesudah ide itu, faktor aksesibilitas jalan darat tadi, perlu dibenahi dahulu? n

Ingin punya contoh success story.

HerawatiWakil Bupati OKU Selatan

Danau Ranau

Page 23: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

23Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

DMO Menggalang Sikap‘Ownership’ di Masyarakat

K oordinasi, pemaduan dan gerak bersama antarpemangku kepen-tingan pariwisata kian terbukti di butuhkan manakala berada di

kawasan destinasi pariwisata. Ihwal itu dimasuk-kan dalam Renstra Kemen Parekraf.

Yang namanya DMO atau Destination Manage-ment Organization, kini kian populer, itu bukan sepenuhnya berarti hendak membentuk suatu organisasi, bukan badan hukum, tetapi justru melalui konsep DMO itu, “Kita menjalankan pro-gram yang berkesinambungan, membangun dan memperkuat terus menerus tata kelola yang terpadu di destinasi,” begitulah ditegaskan oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Firmansyah Rahim.

Program DMO telah dan tengah diterapkan di 15 daerah destinasi pariwisata di seluruh Indonesia untuk periode lima tahun sejak 2010 hingga 2014. “Sebagian besar dari 15 DMO saat ini sudah berada dalam tahap pengembangan manajemen destinasi, dan sebagian sudah ada yang memasuki tahap penguatan dan penataan organisiasi pengelolaan destinasi atau mema-suki tahap transformasi DMO keempat,” kata Firmansyah.

Sementara itu di Bunaken, Manado, salah satu contoh, kini telah di tahap penguatan teknis ke lompok kerja, dimana hendak dipersiapkan produk unggulan untuk dipasarkan tahun depan.

Di sana ditunjuk sebagai koordinator DMO, Winda Mercy Pinky. Pihaknya terus meng-edukasi masyarakat untuk terlibat dalam men-jaga kebersihan serta memanfaatkannya untuk kehidupan ekonomi mereka secara bijaksana.

Kendala yang ditemui sepanjang pengem-bangan program ini, menurut Winda, adalah sampah dan sulitnya ketersediaan air bersih. Namun, sejauh ini terus berupaya mengatasi per-soalan tersebut. “Peran kami disini adalah mem-batasi kesenjangan yang terjadi antara berbagai pihak pelaku dan pendukung DMO Bunaken,” jelasnya.

Kerja sama antara kelompok kerja DMO de-ngan Kemenparekraf dan Pemerintah Daerah terjalin cukup baik. “Kami mensinergikan pro-gram yang dijalankan Kemenparekraf sehingga bisa seiring sejalan,” lanjutnya.

Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang, tampak memperhatikan peran

DMO. Dia mengatakan mendu-kung pengembang an daerah wisata Bunaken yang dilakukan oleh kelompok kerja Bunaken.

Dia mengusulkan, agar ele-men masyarakat seperti komu-nitas pecinta alam juga dilibat-kan dalam program ini. Manado pun siap menjadi tuan rumah Konferensi Nasional DMO yang direncanakan digelar bulan Sep-tember 2013 ini. Bagaimana ‘menggalang kebersamaan’ un-tuk merealisasikan konsep DMO?

Menurut Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata Kemenparekraf, Lokot Ahmad Enda, “DMO harus diterapkan dengan strategi koordinasi, melibatkan seluruh pemang-ku kepentingan, kemitraan, kepentingan dan tujuan bersama, serta memiliki indikator dan kinerja,” katanya.

Dirjen menjelaskan perkembangannya. “Untuk bisa memulai itu maka kami lang-

sung kepada masyarakat. Nah dipilih di tahun 2011, diawali pada 15 daya tarik yang hendak dikembangkan. Yaitu Jakarta, Pangandaran, De-

rawan, Tanjung Puting, Toraja, Wakatobi, Bunaken, Flores, Raja Ampat, Flores juga Komodo (ini kemudian me luas mencakup Flores). Bagaimana, di lokasi daya tarik itu, kita mensinergi-kan semua stake holder mulai dari transportasinya, aksesebili-tasnya, dan masyarakat di lokasi dimaksud. Bagaimana DMO masuk ke masyarakat? Konsep-nya, masyarakat agar berperan owner daya tarik itu sendiri. Itu-

lah yang dilakukan pada tahun pertama.Di tahun ke dua mulai mengembangkan de-

ngan mengajak beberapa stake holder lain seper-ti ASITA dan PHRI. Termasuk Pemerintah Daerah. Jadi, pekerjaan ini bukan pekerjaan sekedar ber-jangka waktu satu tahun.

Harapan kita dalam 5 tahun akan bisa ke-lihatan. Paling tidak tampak peningkatan kun-jungan dan kepuasan pengunjung. Suasana di destinasi wisata makin tertib, seluruh stake holder di tingkat di lokal, propinsi, pusat, se-muanya harus bersinergi.

Sepanjang tahun selama kita hidup kita laku-

Firmansyah Rahim

Page 24: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

24 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

kan begitu terus”, ujar Dirjen.Program DMO pada dasarnya

merupakan program rutin. Ke-tika di destinasi Tanjung Puting

sudah selesai, tahun berikutnya diganti ke desti-nasi lain. Tanjung Puting itu tetap dikerjakan ter-us, tentu kadarnya semakin turun karena me reka sudah siap. Bagaimana caranya? Itu tadi, terfokus di daya tarik, kita mulai dari pemberdayaan ma-syarakat sehingga menghidupkan rasa ownership dalam mengembangkan daerahnya.

Dirjen Firman-syah Rahim mene-gaskan, “Kita meng-harapkan anggaran yang kita butuhkan adalah anggaran untuk berkoordinasi. Jadi bagaimana kita mengkoordinir selu-ruh stake holder, kita mensinergikan supaya berpikiran

sama dan bergerak yang sama. Kita harus siap-kan untuk DMO ini lebih banyak pertemuan-per-temuan. Menemukan para stake holder yang mau berjalan dengan arahan-arahan pendam ping, istilahnya ‘fasilitator’ kita. Koordinasi ini sebe-narnya bisa terjadi kalau kita sering melakukan pertemuan. Nah ini harus didesain oleh siapa? Oleh Kementerian, paling tidak mendesain per-temuan-pertemuan itu se hingga hasil akhirnya menciptakan sinergi antara seluruh stake holder yang berkepentingan”.

Kepada pers, Lokot Ahmad Enda menjelas-kan seluk beluk lebih jauh bagaimana proses penerapan DMO mengarah pada terbangunnya tata kelola di destinasi pariwisata Indonesia.

DMO

15 Destinasi DMO (2010–2014)

SABANG

TOBA

KOTA TUA JAKARTA

PANGANDARAN

BOROBUDURBROMO

TENGGERSEMERU

BATUR-BALI

RINJANI KOMODO-KELIMUTU, FLORES

TANJUNG PUTING

TORAJA

WAKATOBI

DERAWAN BUNAKENRAJA

AMPAT

Lokot Ahmad Enda

Page 25: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

25Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

DMOBeberapa propinsi sudah mu-

lai menunjukkan inisiatif, menu-rut Lokot, Provinsi Keppri telah meminta untuk difasilitasi. Kita

kirim me reka Prof Winda untuk menjelaskan, karena ternyata me reka mau menggunakan DMO mandiri, tanpa meminta bantuan biaya tapi mengharapkan nara sumber dari Kementerian.

Kemudian di Provinsi Banten juga akan mengembangkan DMO di satu lokasi, kendati ini tidak termasuk di antara 15 destinasi disebutkan tadi, tentulah ini karena dimaklumi tak mungkin sekaligus semua lokasi bisa dicakup dari Pusat dalam periode hingga 2014.

Upaya yang dilakukan Ditjen PDP ialah: 1. Mengembangkan Daya Tarik Wisata (DTW) di

daerah 2. Meningkatkan tata kelola destinasi3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

(salah satunya melalui desa wisata) 4. Meningkatkan sadar wisata (fokus kepada

Indonesia bersih, indah dan aman) 5. Mengembangkan industri pariwisata dan pola

perjalanan wisata/Travel Pattern 6. Memfasilitasi perancangan destinasi dan

forum investasi di destinasi pariwisata 7. Mengembangkan destinasi wisata minat

khusus, konvensi, insentif dan even.8. Koordinasi dan perencanaan terpadu pemba-

ngunan destinasi pariwisata.

Jadi, di daerah-daerah yang sedang ingin berkembang menjadi destinasi dengan daya tarik yang bersaing, upaya menggalang gerak bersama antarpemangku kepentingan, merupa-kan proses yang tiada henti. Dan harus dimulai terutama bagi daerah-daerah yang boleh dikata-kan ‘embrio’ namun punya potensi kuat di bidang pariwisata. n

Fasilitasi Program Pemberdayaan Masyarakat (pelatihan-pelatihan dan bimtek pengelolaan pariwisata kepada stakeholders);

Pemetaan stakeholders yang berperan dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata;

Penguatan stakeholders pariwisata yang terdiri dari pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.

Peningkatan kapasitas stakeholders pariwisata;

Pembentukan Kelompok Kerja DMO;

Penguatan SKPD-SKPD / lintas sektor di 15 DMO dalam Pengelolaan dan Pengembangan destinasi Pariwisata;

Penguatan Local Working Group DMO;

Fasilitasi Penataan dan Revitaliasai Destinasi;

Fasilitasi penyusunan Tourism Management Plan.

Penyusunan DSRA (Desain, Strategi dan Rencana Aksi) Pengembangan DMO Tahun 2010 – 2014;

Pengembangan bisnis dan peningkatan kapasitas usaha dan industri;

Pengembangan ekonomi kreatif dan peningkatan masyarakat dalam kewirausahaan;

Pembentukan Kelompok Kerja DMO yang terdiri dari SKPD Provinsi dan Kabupaten, Swasta (Asosiasi dan Perhimpunan), Masyarakat (LWG)

Penguatan dan penataan organisasi pengelolaan destinasi

Penerapan good governance, transparansi, akuntabilitas, sistemik;

Penerapan CSR

Program Destination Management Organization (DMO)

DMO ROAD MAPS

Page 26: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

26 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Pengembangan Destinasi

Memulai danMengembangkanDMOStudi Kasus di DMO Tanjung Puting, Kalimantan Tengah Edy Hendras W/Fasilitator DMO Tanjung Puting, KaltengDan Edy mengungkapkan pengalamannya.

Latar belakangnya peneliti permo-nyetan. Permonyetan dalam konteks ini orang utan, menjadi point of inte-rest bagi pengembangan pariwisata.

Dia banyak menulis permonyetan di Indonesia, rupanya monyet-monyet inilah yang sangat me-narik untuk pengembangan daerah di beberapa tempat. Salah satunya Tanjung Puting.

Dia bulan Agustus ini akan pergi ke Tanjung Puting lagi bersama tim dari Heart of Borneo. Dia pasang niat hendak meng-copy model dan pengalamannya di Tanjung Puting dalam ikut mengembangkan DMO (Destination Management Organization). ‘Mereka’ akan menerapkannya ke daerah daerah di mana belum ada per siapan atau praktik tata kelola destinasi itu.

Edy Hendras Wahyono, dengan lembaga swadaya masyarakatnya yang berkecimpung banyak pada upaya-upaya pelestarian lingkung-an, menjadi ‘fasilitator’ dalam program Destina-tion Management Organization yang diseleng-garakan oleh Kemenparekraf di kawasan Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Awal memulai program DMO itu, di Kota Waringin Barat (Kobar), timnya mengumpulkan Dinas-Dinas untuk sosialisasi dan diminta mem-bantu Tanjung Puting sebagai core, tapi secara langsung kabupaten tetangga dijadikan daerah pengembangan juga.

Sebelum ikut membantu untuk program DMO di situ, dia pernah mengkaji kawasan ini. Apa ken-dalanya untuk pengembangan daerah? Pertama, informasi kurang, kedua, koordinasi kurang. Ada 10 yang dikaji di lapangan. Kalau mau dimajukan kira-kira apa pula yang menjadi core yang perlu dikembangkan.

Cukup banyak informasi, juga cukup banyak koordinasi. Cuma, sebelumnya, dalam istilah-nya: Antara Dinas Pariwisata daerah dan ASITA sama-sama kerja, namun belum kerja sama yang

baik untuk mengembangkan pariwisata yang dihadirkan... Artinya masing-masing berjalan sendiri-sendiri.

Kemudian, untuk menerapkan DMO di Tanjung Puting, kita adakan Local Working Group (LWG). Ditemukan kendala kekurangan SDM. Lalu untuk itu diadakan kegiatan pelatihan. Mula-mula di Tanjung Puting itu isinya serasa orang utan me-lulu, dalam arti tak ada variasi lain saat berbicara tentang Tanjung Puting. Kemudian berangsur kita masuk pada kebudayaan yang hidup setempat.

Ketika berpikir mengembangkan pariwisata, tentu langsung menjadi pertanyaan, apakah orang luar akan datang ke daerah itu hanya ber-peluang melihat orang utan semata? Maka jelas perlu paket wisata yang isinya bervarisi, sesuai potensi yang dipunyai.

Peningkatan pengetahuan masyarakat! Nah, lantaran Tanjung Puting kawasan konservasi, maka harus ditanamkan untuk dimaklumi oleh maysarakat, bahwa jika konservasi orang utan

terganggu atau rusak, maka pariwisata Tanjung Puting pun akan hancur dan ‘selesai’. Jadi perlu penyebaran pengetahuan ke sekolah-sekolah, untuk menanamkan kesadaran dan pengeta-huan itu.

Core product pariwisatanya jelas orang utan. Dan pemeliharaan lingkungan. Lalu dilaksana-kan kegiatan peningkatan SDM melalui pelatihan pemandu pariwisata ekowisata. Itu dilaksanakan dalam rangka DMO melalui kerja sama dengan LSM di sana. Kita juga kerja sama dengan be-berapa travel agent, perguruan tinggi, yang bisa mendukung, cerita Edy.

Awalnya bahkan tentang hal-hal yang sesungguhnya bersifat elementer. Namun justru mendasar, dan mengandung edukasi tentang cara menyikapi kegiatan bisnisnya. Misalnya, orang travel mempromosikan dan menjual paket untuk menyaksikan burung, tetapi pas ketika tamu datang berkunjung, burung-burung sedang terbang entah ke mana, tak dapat dilihat

Kunjungan Tahun 2012 ke Tanjung Puting

Page 27: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

27Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

on the spot oleh para wisatawan. Itu sama seperti pe ngalaman ketika turis

berkunjung dengan membeli paket wisata hen-dak menyaksikan penyu bertelur, tetapi saat kun-jungan ke lokasi pelaksanaannya dilakukan tak sesuai dengana jadwal kebiasaan penyu bertelur, maka kecewalah turis lantaran tak berjumpa dengan para sang penyu itu. Solusinya? Dirintis pula komunikasi dan kerja sama de ngan peneliti orang utan dan peneliti penyu, sebelum mem-buat dan menjual paket wisatanya.

Demikianlah kemudian proses serupa berkem-bang pada jalinan kerja sama para peneliti dan LSM dan travel agent. Program training diluaskan pada aspek pelayanan dan cara serta teknik me-nyelamatkan turis, misal kalau turis terjatuh atau tercebur ke sungai, bagaimana menyelamatkan? Ini jelas kerjanya dilakukan dengan masyarakat desa. Masyarakat desa justru dengan demikian diingatkan, jangan hanya sekedar sebagai pe-nonton. Halo Mr.. gitu doang.. dampaknya apa..? Maka kita lanjutkan dengan penelitian-penelitian lagi, di antaranya mengenai PNPM pariwisata, sehingga termotivasilah masyarakat bertanya-tanya untuk mengetahui dan menyadarinya.

Ketika giliran aspek pemasaran paket wisata diwacanakan, masyarakat terbawa menyadari

mengapa terbatas hanya orang utan tok? Di situlah masuk pengetahuan potensi kuliner dan budaya. Masyarakat memahami dan menyadari, ada beberapa yang bisa dikembangkan sebe-narnya menjadi paket wisata, dan orang utan sebagai point of interest utamanya, namun perlu ditambah point of interest pendukung-pendu-kungnya.

Kemudian.. ketika tamu datang dalam jumlah lebih banyak, nah, susah mencari pemandu. Bah-kan, kapal alias perahu pun kekurangan, kadang perahu berukuran lebih kecil terpaksa digunakan. Pernah tamu-tamu dari kapal pesiar Orion tahun

lalu singgah. Tercatat telah mencapai jumlah 10 kunjungan kapal pesiar, ada yang datang dari Denpasar, Malaysia, Singapura. Tahun 2013 ini sudah 3 kapal pesiar, itu cukup banyak.

Saat-saat seperti itu, kalau jumlah wisatawan mencapai 100 orang yang turun, maka jumlah itu dibagi dua. Lima puluh hari pertama masuk ke hutan, lima puluh ke desa-desa, jadi supaya tidak terlalu crowded. Berurusan dengan kapal pesiar biasanya lancar, mereka sudah punya SOP (standard operating procedure) yang mantap, per-alatan perahu sudah baik.. tapi mereka lupa bah-wa perahu karet di hutan tak bisa digunakan.

Kelompok Manajer Perusahaan dan Edy Hendras (kedua dari kanan, depan)

Page 28: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

28 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Kita sebagai penerima tamu harus melayani de ngan baik... walaupun kita harus masuk ke su ngai membabat rumput. Perahu karet itu berisiko besar tertusuk kayu-kayu atau benda tajam di sungai hutan.

Kemudian, kunjungan demi kunjungan da-tang meningkat jumlahnya. Walau pun tahun 2012 itu konon kabarnya di Spanyol krismon, kri-sis ekonomi --,tapi tercatat wisatawan dari Spa-nyol jumlahnya paling tinggi. Jumlah wisman terbanyak jika diurutkan terdiri atas wisman dari Amerika, Australia, Inggris, Belanda, itulah urut-an 5 besar. Berdasarkan survei yang dilakukan, ternyata sudah 47 kewarganegaraan dunia yang telah berwisata mengunjungi Tanjung Puting.

Nah, fokus tetap dengan icon orang utan. Sekarang kita mengembangkan wisata training. Apa pulakah ini? Ide yang muncul ini cukup cemerlang. Yaitu, mengundang para manajer dari perusahaan, berkunjung wisata, dan dijadwal-kan satu hari mengikuti training untuk mengenal memahami mengenai orang utan. Mengenali konflik-konflik dalam kehidupan orang utan, melalui geologinya, perilakunya, berbagai aspek dibahas.

Pernah satu saat jumlah pe sertanya 300 orang. Ini termasuk sebagai kunjungan wisata domestik. Sekarang lihatlah statistik tahun 2001–2011, jumlah wisatawan mel-onjak mulai tahun 2012 di mana setahun itu jumlah kunjungan wisatawan telah mencapai 12 ribuan. Apa yang terjadi?

Dengan jumlah itu kita sudah mengalami kewalahan dalam melayani. Bayangkan kalau se-

tiap hari 100 orang saja yang berkunjung, maka itu mencipta-

kan situasi yang luar biasa.Jadi, kita coba juga mengawasi dari segi

ekonominya. Apakah tamu sebanyak itu men-sejahterakan?

Kita mulai mengenalkan pelatihan untuk membuat paket wisata, menentukan harga, dan aspek lain, bertujuan agar harga-harga yang ditawarkan supaya kompak. Artinya, program DMO yang kita susun, juga membangun kes-epakatan agar harga-harga antara pelaku bisnis tidak meng arah ke situasi saling menjatuhkan. Disepakati, misalnya, harga standar minimal pal-ing murah sekian untuk sekian hari.

Giliran berikutnya tiba pada training membuat IT, membikin face book, ya kita ajari kerja sama dengan lintas sektoral, diteruskan juga masuk ke siswa sekolah.

Sedari awal dikenalkan konsep regenerasi, paling tidak, dimunculkan tenaga guide muda. Pengetahuan standar agar diturunkan langsung kepada generasi muda. Kita undang 50 sekolah, kita berikan pengetahuan tentang pariwisata.Secara populer dikatakan, “harapannya, lulus sekolah tanpa harus kuliah pun bisa memandu..”

Paket dan Pemasaran di Tanjung Puting

Pengembangan Destinasi

Alhamdulilah HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) di sana juga sudah membuka pelati-han tanpa ada kita fasilitasi.

Untuk menjadi guide, proses belajar bersama mulai mereka jalankan. Para kepala desa yang mendapatkan PNPM Pariwisata, kita kumpulkan. Mereka sudah punya paket beragam macam, tapi belum bisa menjualkannya. Akhirnya kita link mereka dengan ASITA.

Last but not least, Edy mengisahkan program satu lagi, berhubungan dan mengambil manfaat dari peran media. Kita kerja sama dengan me-dia lokal, ini sifatnya masih lokalan artinya kita bekerja sama untuk sosialisasi. Dan kita menjadi anggota stake holder , bersama para blogger.

Pernah juga kita mengundang para blogger kerja sama dengan lintas sektoral di Kementerian Parekraf. Kerja sama itu, setiap ada kegiatan di muat oleh media yang mempengaruhi pemasar-an publikasi di dalam maupun luar negeri. Kalau Animal Planet, National Geographics telah cukup banyak membahas mengenai orang utan yang ada di Tanjung Puting.

Sebelumnya ada lagi Reflexion, bacaan orang yang ingin datang ke Tanjung Puting, kemudian se telah mem-bacanya lalu mencari travel agent yang bisa membantu.

Ada yang paling terkenal bela-kangan ini namanya Gone to the wild. Sudah diterjemahkan dalam 10 bahasa, diputar di Amerika, Eropa, dan lain-lain. Selama ta-hun 2012 saya bertanya kepada wisatawan, Anda dapat informasi

Tanjung Puting

Page 29: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

29Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

dari mana tentang Tanjung Puting... Jawab mer-eka: “Saya melihat di Gone to the Wild,” rupanya yang diputar di negaranya.

Di Imax TMII ini sudah di launching oleh Pak SBY beberapa waktu lalu. Ini menjadi promosi penarik bagi Taman Nasional. Daerah di kawasan itu mengalami pengembangan wilayah. Di Ka-bupaten pemekaran itu langsung memiliki Dinas Pariwisata sendiri, mereka juga ikut bergabung.

Kemudian semakin tampil kunjungan wisa-tawan domestik dan asing. Tumbuhlah kesadaran bahwa tamu itu tak harus orang bule, dari luar negeri, orang asing lokal pun juga potensi. Maka dijuallah paket ke perusahaan-perusahaan.

Alhasil setiap Sabtu mereka dari perusahaan-perusahaan menikmati hiburan ke destinasi ini. Terjadi keseimbangan. Dilakukan penghitungan evaluasi ekonomi, kalau turis warga asing paling tidak kalau ke hotel butik mengeluarkan uang Rp

3,5 juta. Kalau 1 tahun 10 ribu orang saja berarti nilai

total sekitar Rp 35 miliar uang yang berputar di sana. Dengan kata lain, pengunjung tak usah banyak-banyak, 15 ribu sudah cukup kewalahan. Tapi nilainya tinggi, sementara dampak nega-tifnya rendah. Kalau wisatawan lokal hitungan-nya Rp 200.000 per orang tak apaapa, termasuk membayar tiket dan lain-lain.

Jumlah kunjungann ke sana cenderung me-ningkat terus. Diperkirakan 80% orang asing dan selebihnya wisnus. “Jadi, pemanfaatan DMO se-perti inilah,” ujar Edy Hendras.

Kita coba petakan peran dan manfaat bagi stake holder. Program itu, sepanjang hayat masih dikandung badan tentu akan berjalan terus. Pelaku pariwisata meningkat sadar bahwa maju mundurnya pariwisata di sana bergantung se-mangat masyarakat mengembangkan kepari-

wisataan.Uniknya lagi, pariwisata di sana kini dirasakan

milik masyarakat daerah. Bila ada kasus pengru-sakan misalnya merambah hutan Tanjung Put-ing, masyarakat yang mengontrol. Di sana kini yang maju bukan hanya lantaran hasil kelapa sawit, tapi pariwisata. Merekalah pelaku-pelaku pariwisata.

Satu ketika ada pelaku pariwisata diundang Pemda Kabupaten. Sang tamu dengan sukarela membantu. Membersihkan sungai yang dulu-nya amat bergantung pada tanggung jawab Taman Nasional. Wah, para tamu patungan saweran, mereka akhirnya bekerja sama, meli-hat sungai tertutup sampah, lalu bekerja sama membersihkan.

Kabupaten Lamando, tetangganya, masyara-katnya pun mencoba mengembangkan pari-wisata. Tanjung Puting itu seperti di rawa-rawa karena dekat tambang emas jadi sulit mendapat air jernih.

Di sana air yang murni pun warnanya seperti coca cola, sedangkan air yang tercemar berwarna seperti kopi susu. Pencemaran oleh tambang merupakan tantangan konservasi lingkungan. Penambangan dan kebakaran hutan ini terjadi setiap tahun. Itulah tantangan yang diingatkan berdasarkan pengalaman di lapangan.

Masih ada satu lagi. Wisata minat khusus se perti ini baiknya dicegah jangan menjadi ka-wasan mass tourism. Tahap sekarang kita telah melihat beberapa lokasi yang diidentifikasi untuk dikembangkan daerah tujuan wisatanya.

Sebenarnya saya ini adalah voluntier di Orang Utan Foundation. Ini ada gambar yatim piatu 350 orang utan, 90% dari korban pembukaan kelapa sawit. Rekan-rekan saya membantu mereka.

Kembali pada peran publikasi oleh media. Pengalaman waktu wisata di bidang edukasi misalnya. Kalau kita mengundang majalah Bobo, terbukti yang datang anak-anak. Kalau kita meng undang wartawan majalah Kartini yang datang kemudian setelah publikasi, ya para ibu-ibu. Kita mengundang koran-koran yang Rp 500 dijual per lembar di stasiun, pengunjung yang datang adalah para pencinta alam.

Nah artinya apa? Media dalam kegiatan ini memang sangat berpengaruh. Yah itulah sekedar sharing tentang Taman Nasional Tanjung Puting. Mudah mudahan anda tidak puas. Karena kalau anda sudah puas maka anda tidak akan ber-tanya.

Edy Hendras pun mengakhiri cerita penga-laman bekerja sama sebagai fasilitator yang di-tunjuk oleh Kemenparekraf menerapkan konsep DMO. n

10 KENDALA DALAM PENGEMBANGAN DMO

Column D

Page 30: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

30 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Aksesibilitas & Akomodasi SurabayaVisitor alias wisatawan asing datang

ke Surabaya umumnya tinggal rata-rata 4 hari. Hari pertama main golf, hari kedua dan ketiga meng-

ikuti rapat-rapat, di hari keempat main golf lagi dan belanja. Jadi, berbisnis, menginap di hotel, makan di restoran, main golf, jalan-jalan, dan lain-lain.

Selama tahun 2012 jumlah wisman diperkira-kan 200 ribu orang. Penambahan operasi pener-bangan tentu saja berdampak positif terhadap bisnis perhotelan di kota itu, meskipun penam-bahannya tidak berbanding lurus.

Penambahan hotel dirasakan cepat sekali. Sebagian besar masuk ke segmen hotel budget. Cenderung mirip polanya di sektor penerbangan, dimana semakin banyak LCC tidak dengan sendi-rinya berarti mengurangi pasar maskapai ber-layanan penuh, seperti Garuda yang tetap mem-punyai segmen pasar sendiri.

Lion pun kini meluncurkan penerbangan ber-layanan penuh melalui Batik Air. Maka hotel budget pun ternyata tak mengurangi bisnis hotel bintang 5 atau di atasnya.

Di Surabaya, tingkat okupansi hotel bintang 5 kuartal pertama 2013 dibandingkan kuartal pertama 2012 naik 8%. Tapi hotel bintang 4 dan 3 memang turun 12% pada periode tersebut karena terambil oleh hotel budget.

Mulai bulan Juli 2011, okupansi hotel budget sekitar 90%. Wuihh. Bulan Januari–April dan Ramadhan merupakan low season, dan selebih-nya kembali ke peak season. Bisa dikatakan, Sura-baya berkarakter city tourism seperti Jakarta dan berbeda dengan Bali sebagai resort tourism.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Surabaya akan mendapat tambahan 23 hotel baru yang sebagian besarnya adalah hotel budget. Dalam konteks pengembangan pariwisata di Surabaya khususnya dan Provinsi Jatim umumnya, prioritas pertama terletak pada membenahi bandara, lalu pelabuhan Tanjung Perak.

Realisasi membangun double track dari Stasiun KA Gubeng ke bandara dan pengoperasian ban-dara selama 24 jam, kini diwacanakan kembali agar dipercepat. Supaya lalu lintas pergerakan penumpang lebih cepat terurai, karena sekarang ketidaklancaran sudah mulai terjadi.

Pelabuhan laut Tanjung Perak sudah dising-gahi kapal pesiar. Tapi syarat kedalaman standar

yang dibutuhkan masih belum terpenuhi dan keberadaan jalur-jalur pipa migas di bawah laut menjadi kendala.

Kapal pesiar besar mulai singgah sejak tahun 2011. Awalnya memang baru disinggahi kapal berkapasitas 800–900 penumpang, belakangan datang kapal berkapasitas di atas 1.500 pe-numpang.

Diakui, tidak banyak biro perjalanan yang membawa turis, khususnya ke Surabaya. Pasar wisman dari Eropa ditangani oleh sebuah agen Aneka Kartika, lainnya seperti Monas, Matrix, dan Metro City fokusnya di pasar Asia Tenggara dan Asia yaitu Malaysia dan Singapura, serta Taiwan.

Lima besar pasar wisman bagi Surabaya dan Jatim adalah Malaysia, Singapura, Cina, Jepang dan Amerika.

Wisman dari Thailand mulai meningkat setelah beroperasinya penerbangan langsung Bangkok–Surabaya. Sebagian besar mereka menuju Bromo, lalu ke Malang dan Batu.

Wisman dari Malaysia tetap fokus pada wisata belanja dan spot favorit di Jembatan Merah Plaza (JMP) dan Tanggulangin, desa sentra kerajinan kulit. Dari Singapura lebih banyak ke Malang un-tuk menikmati wisata alam. Apabila menginap di Surabaya mereka akan memilih city resort.

Di sisi kesiapan obyek wisata di Jatim, tam-

Penumpang penerbangan domestik check-in di bandara Juanda Surabaya.

Page 31: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

31Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Yusak Anshori

paknya terkendala dengan pemikiran sektoral dan ego masing-masing daerah. Tak sedikit yang belum menyadari bahwa untuk menarik wisatawan agar mau datang maka perlu infor-masi yang jelas, akses jalan menuju obyek wisata harus bagus, di obyeknya tersedia toilet yang bersih, tidak bau, dan air bersih. Kemudian, tem-pat parkir kendaraan yang memadai.

Memang, dari perspektif industri, ODTW (obyek daya tarik wisata) di Kota Surabaya relatif lebih siap dibandingkan dengan seluruh ODTW di Jatim.

Kendala lainnya, belum cukup dicari tahu apa yang diinginkan oleh wisman kalau berkunjung

ke Surabaya dan Jatim.Di Jatim itu rupanya ada Dewan Pariwisata

Indonesia (Depari). Yusak Anshori, Ketuanya, memimpin Surabaya Plaza Hotel selaku General Manager. Dia Ketua Surabaya Tourism Promotion Board (STPB) 2005–2010. Dicontohkannya wis-man Malaysia yang datang untuk main golf di lima golf courses yang dirancang oleh profesional bereputasi internasional. Kemudian mereka ber-belanja dan dugem.

Tipikal wisatawan Asia umum-nya, kecuali Jepang dan Korea, hampir sama dengan wisnus, yakni wisata belanja. Termasuk wisman dari Thailand. Orang pa-ham Thailand negara pariwisata, yang menjadi wisman ke Indonesia sangat mungkin setiap hari peker-jaannya berkaitan de ngan me-layani turis, lalu sendirinya ingin merasakan menjadi turis.

“Waktu saya berpromosi di Bali, yang saya tuju adalah pasar orang Bali. Sama dengan wis-man dari Thailand, mereka telah mendapatkan uang dari hasil pariwisata, tentulah mereka juga ingin menikmatinya. Enjoy themselves. Khusus wisman Thailand, mereka juga suka menikmati kebudayaan lokal,” itu menurut Yusak Anshori. Inovasi paket.

Para pelaku bisnis wisata di sini pun sebe-narnya mengakui, industri di luar negeri mem-pertanyakan paket wisata di Indonesia mengapa selalu sama selama 15 tahun. Dibutuhkan keberanian dan jiwa besar dari pelaku industri biro perjalanan di tanah air untuk mau memulai menciptakan paket-paket wisata baru. Jika tidak ada yang mau menjadi pionir, paket wisata di I ndonesia akan jalan di tempat.

“Jadi kalau mau berbisnis dengan Cina, se-lama bisa berbahasa Mandarin, mempunyai inovasi produk dengan harga murah dan banyak, mereka akan beli. Tidak perlu native Mandarin, berbeda dengan Jepang ya. Banyak kok orang In-donesia bisa berbahasa Mandarin. Makanya saya lihat memang promosi harus intensif dilakukan ke Cina,” tambahnya.

Promosi kini bisa dilakukan secara online. Tapi perlu diingat cara bisnis tersebut didasarkan pada trust, kepercayaan, jadi masih diperlukan promosi berhadapan muka dengan datang ke even-even.

Asosiasi hotel berbintang di Jatim, Casa Grande, telah melaksanakan promosi langsung di Malay-sia dan Singapura dua tahun terakhir ini.

Ada dua indikator untuk mengukur keber-hasilan sebuah promosi pariwisata daerah, yaitu dari sisi pemerintah tentunya berupa pe-nerimaan pajak (hotel, restoran dan retribusi dari obyek wisata), dan dari sisi swasta melalui tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan yang

masuk, dan transaksi yang dilaku-kan wisatawan.

Peluang Terbuka di Bandara

Bandara Internasional Juanda melayani lebih dari 16 juta pe-numpang per tahun, domestik dan internasional, sementara daya tampungnya 6,5 juta pe numpang per tahun. Pertumbuhan per ge-

rakan penerbangan di bandara ini selama tahun 2010–2012 naik rata-rata 9%. Sesuai kapasitas, idealnya 22 pergerakan pesawat/jam.

Tahun 2010, tercatat 24 pergerakan/jam, pada saat peak hour selama 2012 awal 2013 telah mencapai 37–38 pergerakan/jam. Bukan hanya rute domestik yang bertambah, juga rute internasional.

AirAsia telah menghubungkan kota kedua terbesar di Indonesia ini dengan Kuala Lumpur, Penang, Johor Bahru di Malaysia dan Bangkok, Thailand. Maskapai domestik Lion dan Mandala menghubungkannya ke Singapura. Qatar Airlines akan segera melayani Surabaya–Jeddah, saat ini tengah menunggu slot time dari Kemhub, di-harapkan tahun 2013 terealisasi.

Garuda juga akan melayani rute yang sama dengan Qatar di tahun ini. Bahkan Saudi Arabia dan Singapore Airlines pun tertarik dengan rute tersebut.

Kapasitas bandara menampung penumpang domestik ditingkatkan pada 2010–2012 rata-rata 18–20% per tahun, untuk penumpang internasional rata-rata 10%. PT Angkasa Pura I Bandara Juanda mengkonfirmasikan pemba-ngunan Terminal 2 sudah rampung sekitar 60%. Bagian domestik diperkirakan akan selesai bulan November 2013 dan bisa langsung dioperasikan. Setelah itu, akan langsung dilanjutkan memba-ngun Terminal 3.

Harapannya Pariwisata Kota

Page 32: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

32 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Aksesibilitas & Akomodasi

Terminal 2 akan menjadi terminal interna-sional dan terminal khusus Garuda, sedangkan Terminal 1 diperuntukkan khusus bagi operator domestik dan LCC. Secara keseluruhan, pemba-ngunan Terminal 2 diperkirakan akan selesai bu-lan Februari 2014.

Lain lagi pengingatan yang diungkapkan oleh General Manager AP I Bandara Internasional Juanda Surabaya Trikora Harjo. Dia orang ‘udara’, tapi, “Sudah saatnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, juga memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur transportasi laut,” kata dia.

Menarik juga diperhatikan. Memperbaiki der-maga dan memperbanyak feri kini perlu dilak-sanakan. Jika tidak segera, sektor penerbangan akan mendapat tekanan sangat hebat di masa datang. Everyone can fly pun membuahkan tan-tangan positif.

***** Pengelola bandara sudah berkomunikasi dan

memberikan peluang untuk mempromosikan pariwisata Jatim. Bandara menyediakan tempat. Lorong yang cukup lebar di terminal kedatangan bisa dimanfaatkan untuk menaruh brosur-brosur pariwisata di dalam rak-rak atau di atas meja informasi. Pengelola tidak akan memungut biaya jika pemda ingin memanfaatkannya.

Tapi memang, “Berbeda dengan industri yang mau menaruh pamflet di sini, ya mereka harus membayarnya,” kata Trikora Harjo.

Airlines akan Menyesuaikan dengan Kebutuhan

Beginilah gambaran jumlah penumpang Garuda dari dan ke Surabaya selama 2010–2012 per tahunnya: Surabaya–Jakarta rata-rata naik 5%; Surabaya–Denpasar rata-rata naik sekitar 10%; Surabaya–Balikpapan rata-rata naik 11%; Surabaya–Makassar rata-rata naik 10%; Sura-baya–Bandung, naik signifikan, rata-rata 28%; Surabaya–Semarang, baru dibuka, peningkatan-nya 17%; dan Surabaya–Lombok yang terkecil kenaikannya sebesar 4%.

Garuda belum membuka rute internasional langsung dari dan ke Surabaya, masih melalui Denpasar atau Jakarta.

Mengenai rute Surabaya–Jeddah juga akan transit lebih dulu di Medan. Operasional Garuda untuk Indonesia Timur dipusatkan di Makassar sebagai hub.

Meskipun demikian, Surabaya mungkin diproyeksikan menjadi hub Jawa–Bali–Nusa Tenggara dan wilayah di bagian Indonesia timur lainnya. Di bagian barat Garuda sudah memasti-kan Medan sebagai hub. Di tengah, Balikpapan sebagai hub untuk intra Kalimantan.

Di bandara Juanda, satu terminal akan men-jadi dedicated terminal pertama yang dimiliki Garuda. Itu untuk memenuhi salah satu persya-ratan kenaggotaannya pada aliansi Sky Team yang mulai efektif tahun depan.

Terminal 2 bandara Juanda akan menjadi ter-minal khusus Garuda, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.

Airlines menilai suatu bandara bukan hanya mengenai terminalnya tapi juga runway. Di Soetta dan Juanda dimaklumi sudah penuh. Paling tidak kedua bandara tersebut perlu me-nambah satu landas pacu lagi. (Bandara Haneda, Tokyo, mengoperasikan 5 runway)

Ari Suryanta, General Manager Garuda Indonesia untuk Surabaya mengatakan bila permin taan dari sektor pariwisata meningkat otomatis airlines akan menambah kapasitas, dengan menambah frekuensi atau memperbesar tipe pesawat.

Di Surabaya, menambah frekuensi jelas sudah sulit. Untuk memperbesar tipe pesawat, lahan parkir pesawat tidak cukup. Bukan sepenuhnya tidak bisa, pesawat ukuran lebih besar boleh mendarat tengah malam karena bandara Juanda kini beroperasi 24 jam. Tapi ini tergantung apa kah pair city alias bandara lain pasangannya yang di-layani operator, juga buka 24 jam.

Wisman asal Malaysia mulai memunculkan pola perjalanan melalui Bandung lalu ke Surabaya.

Di Bandung berbelanja dilanjutkan ke Surabaya berwisata religi. Wisata religi di sini tampaknya mesti dikelola dengan baik, pengun-jungnya tidak putus-putus.

“Kami bisa saja meningkatkan penumpang dan pendapatan daerah asalkan di obyek wisata-obyek wisatanya dibangun fasilitas lebih baik. Contoh toilet, itu sangat penting bagi orang luar, meskipun belum menjadi hal penting bagi masyarakat di sini. Justru banyak mesjid di Indonesia yang tidak memperhatikan toiletnya. Toilet umum sebaiknya juga dilengkapi kertas tisu, air, dan selalu dibersihkan. Sayangnya, kawasan religi di sekitar Ampel belum terkelola secara terintegrasi. “

Trikora Harjo Ari Suryanta Patrianto Ananta Toer

Terminal penumpang bandara Surabaya, lorong peluang promosi.

Page 33: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

33Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

What Do They Say?

Aksesibilitas & Akomodasi

AkomodasiKalangan perhotelan mengakui pasar

untuk Surabaya sedikit berbeda dengan Jakarta dan Bali. Di Bali untuk leisure, di Ja-karta untuk bisnis, sedangkan di Surabaya bisnis dan leisure ber campur.

Hotel Majapahit misalnya, mengam-bil pasar campuran tersebut. Konsepnya sendiri untuk pasar leisure, kendati nya-tanya tamu yang murni dari segmen ini hanya 20%–22%, selebihnya tamu bisnis. Sepanjang tahun 2010–2012, perbandin-gan tamu domestik dan mancanegara di hotel ini 80 : 20. Artinya, 80% tamu nusan-tara dan paling banyak dari perusahaan, kemudian 20% tamu mancanegara bertu-juan leisure berasal dari Eropa.

Tingkat okupansinya rata-rata sekitar 60% pada periode 2010–2012. Dibanding-kan dengan tempat lain, sebagai akomo-dasi bagi orang asing holiday makers, Hotel Majapahit tercatat paling tinggi.

Hotel lainnya, menjadi tempat leisure bagi wisnus. Itu digambarkan oleh Patrianto Ananta Toer, Assistant E-commerce Mana-ger Hotel Maja-pahit.

Di hotel ber-bintang lainnya, Surabaya Plaza Ho-tel, komposisi tamu meng inap juga sama, 80% domes-tik dan 20% man-canegara.

Tamu domestik 80% dari Jakarta sisanya dari daerah lain. Tingkat okupansinya tahun 2012 sebesar 84%, bulan Januari–Mei 2013 sudah mencapai 87,7%.

Kota Surabaya semakin kukuh dikenal sebagai kota bisnis ketimbang kota wisata. Tak apalah. Business travelers pun tergo-long wisatawan juga. Ada kecenderungan industri manufaktur mulai merelokasi pabrik-pabriknya dari Jakarta dan Jabar ke Jatim.

Perkembangan MICE pun bagus di sini, hampir setiap bulan hotel dipenuhi dengan kegiatan MICE. n

What do They Say?

T oni Panggarbesi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatra Se-latan mengatakan sekarang su-dah ada 30 kali penerbangan per

hari ke Palembang. Dia menceritakan tentang Festival Sriwijaya.

Untuk tahun 2014, paling tidak sejak Okto-ber 2013 nanti, sudah akan launching Festival Sriwijaya XXII . Setelah diadakan evaluasi atas pelaksanaan festival sekarang, dirasakan tiba saatnya ‘mem-bersamakan’ dunia pemerintah dengan dunia usaha.

Pemerintah sebagai fasili-tator, dunia usaha dan para budayawan yang akan melak-sanakannya.

Festival Sriwijaya sudah men-jadi kalender tetap. Kita ingin ini nantinya menjadi sebuah kalender yang sejatinya mengangkat budaya Sumsel. Artinya, ini akan menjadi ikon Sumsel ke dunia internasional. Setelah ini kita akan membentuk tim bersama dan akan mempro-mosikannya secara bersama-sama pula.

Di sini ada dunia usaha dan pemerintah juga industri pariwisata, makanya itu semua kita rangkul bersama.

Kunjungan wisatawan dari tahun 2010–2012 berkembang luar biasa. Saya belum mendapatkan angka yang pasti dari BPS, indikator yang bisa saya sampaikan di sini ada-lah setiap penerbangan selalu penuh. Indika-tor lainnya hotel tumbuh luar biasa. Itu yang terlihat secara kasat mata.

Di sini ada dua tur utama, Musi tour dan City tour. Wisata kota, paket lain yang telah dibuat adalah Musi tour, yakni menyusuri Sungai Musi, di mana kita bisa menyaksikan beberapa obyek wisata baik budaya maupun establish-ment Baturaja, Pertamina, Pusri, Pelabuhan, dan Pulau Kemaro.

Jadi mestinya itu sudah cukup.Wisata susur sungai di Sumsel, di luar Kota

Palembang, belum bisa dijual, masih perlu waktu 2–3 kali kegiatan semacam Triboatton. Yang menjual paket semacam itu travel agent. Untuk menjualnya perlu ada sarana dan prasa-rana yang cukup.

Kita harapkan ada investor yang mau ber-investasi di situ. Jadi wisatanya bukan me-

nyusuri sungai sepanjang 500 km kan? Yang mau lakukan itu orang-orang yang betul-betul petualang. Tapi kita sedang coba di tahun 2013 akan lebih mengembangkan Triboatton.

Pengembangannya di sini lebih pada persiapan kabu pa-ten/kota. Kita melihat masing-masing kabupaten/kotanya sen diri luar biasa. Di tahun

2011–2012 tampak festival-festival yang bisa diangkat.

Tapi sebaiknya kabupaten-kabupaten itu menyampaikan, mempresentasikan, dan mengangkat budaya nya masing-masing. Tidak perlu seragam, agar masing-masing ka-bupaten menampilkan budaya yang menjadi ciri khasnya.

Pada festival Sriwijaya, diberi kesempatan kepada paguyuban-paguyuban dari berbagai etnis di Sumsel seperti Batak, Sunda, Madura, untuk mempertunjukan seni budaya masing-masing.

Festival Sriwijaya kali ini baru pertama kali memisahkan diri. Tadinya bersatu dengan Sriwijaya Expo, itu lebih mengedepankan trade-nya.

Festival sekarang lebih mengedepankan pariwisata. Pertimbangannya, akan lebih baik kalau semakin banyak even berlangsung. Jika setiap bulan terselenggara kegiatan seperti expo, tentu akan lebih baik lagi. Yang ditampil-kan juga beda. Dari venue-nya saja berbeda, selama ini dilaksanakan hanya di kompleks olahraga Jakabaring, sekarang didekatkan dengan pusat budaya dan sejarahnya di Ben-teng Kuto Besak.

Jadi, kontennya juga berbeda. Dulu hanya ada lomba tari dan lagu, sekarang diberikan kebebasan penuh kepada masing-masing kabupaten/kota mau menampilkan apa. Jadi ciri khas dari masing-masing daerah akan ter-tampilkan selama festival ini. n

Toni Panggarbesi

Sungai Musi

Page 34: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

34 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Sumber: BPS

Jumlah WismanBerdasarkan Fokus Pasar

dan KebangsaanMelalui 19 Pintu Masuk

1 MALAYSIA 115.899 108.176 7,14 7.723 2 SINGAPURA 108.160 99.676 8,51 8.484 4 AUSTRALIA 75.031 71.640 4,73 3.391 3 CINA 52.632 43.457 21,11 9.175 5 JEPANG 35.073 30.791 13,91 4.282 6 KORSEL 22.322 25.106 ­11,09 ­2.784 9 INDIA 18.734 17.661 6,08 1.073 10 AMERIKA 17.884 18.603 ­3,86 ­719 7 INGGRIS 17.360 16.836 3,11 524 8 TAIWAN 15.790 13.998 12,80 1.792 12 PERANCIS 15.507 15.409 0,64 98 11 JERMAN 12.333 12.446 ­0,91 ­113 14 FILIPINA 12.320 11.181 10,19 1.139 15 BELANDA 10.529 10.323 2,00 206 13 TIM­TENG 9.600 7.998 20,03 1.602 16 RUSIA 5.463 4.797 13,88 666 LAINNYA 156.071 142.785 9,30 13.286 GRAND TOTAL 700.708 650.883 7,65 49.825

FOKUS PASARM E I

2013 2012SELISIH(+/-)NO.

Sumber: BPS

Jumlah WismanBerdasarkan Kebangsaan

Melalui 19 Pintu Masuk Januari–Mei2013 vs 2012

1 SINGAPURA 503.916 478.680 5,27% 25.236 2 MALAYSIA 485.049 459.586 5,54% 25.463 3 AUSTRALIA 351.791 342.161 2,81% 9.630 4 CINA 301.322 264.715 13,83% 36.607 5 JEPANG 184.025 166.774 10,34% 17.251 6 KORSEL 128.112 131.387 ­2,49% ­3.275 7 AMERIKA 85.286 81.197 5,04% 4.089 8 TAIWAN 83.002 76.579 8,39% 6.423 9 INDIA 81.675 72.264 13,02% 9.411 10 INGGRIS 80.653 77.049 4,68% 3.604 11 PERANCIS 64.134 62.142 3,21% 1.992 12 JERMAN 57.303 54.248 5,63% 3.055 13 BELANDA 51.164 52.339 ­2,24% ­1.175 14 FILIPINA 50.482 46.412 8,77% 4.070 15 RUSIA 45.929 43.531 5,51% 2.398 16 TIM­TENG 44.791 37.093 20,75% 7.698 LAINNYA 766.250 734.622 4,31% 31.628 GRAND TOTAL 3.364.884 3.180.779 5,79% 184.105

FOKUS PASARJANUARI – MEI

2013 2012SELISIH(+/-)NO.

I n d I k a t o r

Sumber : BPS

Jumlah WismanJanuari – Mei 2013

JANUARI 614.328 652.692 ­5,88% ­38.364 FEBRUARI 678.415 592.502 14,50% 85.913 MARET 725.316 658.602 10,13% 66.714 APRIL 646.117 626.100 3,2% 20.017 M E I 700.708 650.883 7,65% 49.825 (JAN–MEI) 3.364.884 3.180.779 5,79% 184.105 J U N I 695.531 J U L I 701.200 AGUSTUS 634.194 SEPTEMBER 683.584 OKTOBER 688.341 NOVEMBER 693.867 DESEMBER 766.966 JUMLAH 8.044.462

Bulan 2013 2012 (+/-) Selisih

Page 35: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

35Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Jumlah Wisman Melalui 19 Pintu MasukJanuari – Mei 2013 vs 2012

SELISIH

1 Bali 244.874 220.508 11,05 24.366

2 Jakarta 179.737 185.932 ­3,33 ­6.195

3 Batam 109.335 94.117 16,17 15.218

4 Tanjung Uban 23.729 24.498 ­3,14 ­769

5 Medan 20.659 18.074 14,30 2.585

6 Surabaya 18.128 17.017 6,53 1.111

7 Bandung 17.968 12.597 42,64 5.371

8 Tanjung Balai Karimun 8.604 9.399 ­8,46 ­795

9 Tanjung Pinang 7.921 8.780 ­9,78 ­859

10 Yogyakarta 7.044 4.925 43,03 2.119

11 Tanjung Priok 5.256 4.995 5,23 261

12 Padang 4.142 2.615 58,39 1.527

13 Lombok. NTB 2.434 942 158,39 1.492

14 Pekanbaru 2.124 1.289 64,78 835

15 Surakarta 2.015 3.325 ­39,40 ­1.310

16 Entikong, Pontianak 2.009 1.973 1,82 36

17 Manado 1.693 1.442 17,41 251

18 Makassar 1.655 1.039 59,29 616

19 Balikpapan 1.410 1.272 10,85 138

Pintu Lainnya 39.971 36.144 10,59 3.827

Total Wisman 700.708 650.883 7,65 49.825

Pintu MasukM e i

2013 2012 (+/-)No.

SELISIH

1 Bali 244.874 220.508 11,05 24.366

2 Jakarta 179.737 185.932 ­3,33 ­6.195

3 Batam 109.335 94.117 16,17 15.218

4 Tanjung Uban 23.729 24.498 ­3,14 ­769

5 Medan 20.659 18.074 14,30 2.585

6 Surabaya 18.128 17.017 6,53 1.111

7 Bandung 17.968 12.597 42,64 5.371

8 Tanjung Balai Karimun 8.604 9.399 ­8,46 ­795

9 Tanjung Pinang 7.921 8.780 ­9,78 ­859

10 Yogyakarta 7.044 4.925 43,03 2.119

11 Tanjung Priok 5.256 4.995 5,23 261

12 Padang 4.142 2.615 58,39 1.527

13 Lombok. NTB 2.434 942 158,39 1.492

14 Pekanbaru 2.124 1.289 64,78 835

15 Surakarta 2.015 3.325 ­39,40 ­1.310

16 Entikong, Pontianak 2.009 1.973 1,82 36

17 Manado 1.693 1.442 17,41 251

18 Makassar 1.655 1.039 59,29 616

19 Balikpapan 1.410 1.272 10,85 138

Pintu Lainnya 39.971 36.144 10,59 3.827

Total Wisman 700.708 650.883 7,65 49.825

Pintu MasukM e i

2013 2012 (+/-)No.

I n d I k a t o r

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Page 36: Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 43 - July 2013

36 Vol. 4 l No. 43 l Juli 2013

Even Utama di Dalam Negeri,Mengusung Promosi PariwisataMenjangkau Tanah AirSekaligus PasarMancanegara

Beberapa di antara even utama promosi pariwisata di dalam negeri,yang diselenggarakan dan yang didukung oleh Kemenparekraf tahun 2013 :

Informasi :Telp. 021­3838220 u Fax. 021­3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: [email protected]

Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta

Festival BudayaLembah Baliem

FESTIVAL DANAU SENTANI

( Dalam proses penyiapan : Festival Danau Toba, Festival Erau, Festival Toraja )