Newsletter Jakarta Edisi 2

download Newsletter Jakarta Edisi 2

of 16

Transcript of Newsletter Jakarta Edisi 2

  • Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs

    Praktik Mengajar pada Pelatihan Nasional

    Peserta pelatihan di Solo sedang membaca dan mendiskusikan hasil kerja mereka dengan kelompok lain.

    DBE3 bekerja di 44 kabupaten di enam provinsi. Dua tahun ke depan, DBE3 akan memfokuskan pada pe-laksanaan program pemantapan, ter-masuk Pelatihan Sekolah Secara Menyeluruh (Whole School Training) untuk SMP dan MTs di 25 kabupaten. Peta kabupaten di mana DBE3 bekerja bisa dilihat pada halaman 16.

    Kabupaten pemantapan telah memilih fasilitator daerah yang akan membantu serangkaian kegiatan pe-latihan di tingkat sekolah. Untuk setiap mata pelajaran pokok, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Ba-hasa Inggris, IPA dan IPS akan tersedia tiga orang fasilitator daerah. Anda bisa membaca tentang pelati-han fasilitator daerah ini di halaman berikutnya.

    Fokus Program DBE3

    Saat ini DBE3 memiliki sebuah web-site, www.inovasipendidikan.net, di mana anda bisa mendapatkan semua informasi yang ada di newsletter ini. Sebentar lagi anda bisa memasukkan komentar anda pada website ini.

    Website DBE3

    No. 2 April 2009

    Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasi-kan dan menyebarkan inovasi serta praktik baik yang terkait dengan pendidikan SMP dan MTs.

    Satu Tim Fasilitator Nasional telah dipilih dari pelatih-pelatih DBE3 yang ada serta dari pelatih-pelatih berpengalaman dari program lainnya. Para fasilitator ini akan mem-bantu DBE3 dalam menjalankan program-program pelatihan. Awal Maret lalu, tim ini telah dilatih selama empat hari di Solo, Jawa Tengah. Pelatihannya bersifat praktis dan partisipatif, serta menggunakan pendekatan yang juga akan digunakan oleh para fasilitator nasional ini ketika melatih para fasilitator daerah dan digunakan juga oleh fasilitator daerah ketika melatih guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah di tingkat kabupaten

    Bagian penting dalam pelatihan adalah praktik mengajar di sekolah mitra DBE3 di Boyolali dan Karanganyar. Praktik mengajar ini berjalan baik dan para peserta menunjukkan bahwa mereka bisa menerapkan apa yang mereka pela-jari pada pelatihan. Sebagai contoh, sebagian besar dari pelajaran IPA memuat kegiatan dimana para siswa melakukan praktik percobaan.

    Pada gambar di sebelah kanan,

    Anda bisa melihat Ronika, siswa SMPN 2 Ngemplak Boyolali, sedang melakukan percobaan tentang air dan minyak. Setelah melakukan percobaan, para siswa menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri. Anda bisa mengamati lapo-ran percobaan yang ditulis oleh Su-lastri. Ini merupakan suatu keterampilan yang paling penting dan merupakan salah satu dari tujuan utama DBE3, yakni mendorong siswa mengemukakan pemikiran mereka dengan kata-kata mereka sendiri.

  • Berita Utama Hal. 2

    Lebih Lanjut Tentang Pelatihan Nasional Tiga topik lainnya

    yang hanya dipelajari dalam pelatihan fasili-tator nasional dan fasilitator daerah adalah:

    Bagaimana mela-kukan pendampingan yang efektif

    Memberdayakan MGMP

    Bagaimana men-jadi fasilitator yang efektif Praktik Mengajar

    Salah satu kegiatan penting dalam pelatihan adalah memper-siapkan dan mengajarkan materi ajar sesuai dengan pendekatan pembelajaran aktif dan kontekstual untuk mengembangkan ke-cakapan hidup siswa. Para peserta pelatihan mempersiapkan RPP berpasangan atau bertiga dan menerapkannya di sekolah mitra DBE3 di Boyolali dan Karanganyar. Salah satu contoh dari kegiatan praktik mengajar dapat dilihat di halaman cover dari newsletter ini. Penggunaan Alat Bantu Belajar yang Murah

    Banyak guru mengira bahwa mereka harus menggunakan alat dan bahan yang mahal untuk menerapkan pembelajaran kon-tekstual (CTL-Contextual Teaching and Learning) atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Sebenarnya tidaklah demikian. Banyak contoh menunjukkan bahwa guru bisa menggunakan barang bekas atau barang berharga murah dari lingkungan sekitarnya. Seperti yang anda lihat pada gambar percobaan bandul ini (atas). Guru menggunakan kayu, benang, batu, dan selotip untuk membuat bandul dalam mengajar-kan hubungan antara panjang bandul dengan waktu yang diperlukan untuk berayun.

    PARA fasilitator nasional dilatih dengan pendekatan dan bahan yang sama dengan bahan yang akan digunakan pada pelatihan fasilitator daerah. Ini artinya para fasilitator nasional ini akan melakukan kegiatan yang relative sama dengan apa yang akan mereka lakukan kemudian pada pelatihan untuk para fasilitator dan sekolah. Hal ini sangat penting, karena para fasili-tator nasional ini harus mempraktikkan sendiri terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta pelatihan yang dilatihnya. Apa yang dipelajari dalam pelatihan? Topik utama pada pelatihan adalah:

    Teknik pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan hidup

    Menciptakan lingkungan kelas yang mendorong siswa untuk belajar

    Persiapan mengajar dan praktik mengajar

    Peran kepala sekolah dan pengawas dalam meningkatkan mutu pembelajaran

    Penyusunan rencana tindak lanjut.

    Ketika kita mengikuti pelatihan, kita harus tahu apa yang harus berubah pasca pelatihan. Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang ingin kita lakukan di sekolah sebagai hasil dari program pelatihan whole school

    Perubahan pada proses belajar mengajar:

    Siswa akan diberi kegiatan yang lebih beragam untuk membangun kecakapan hidup mereka. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan praktis dan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar

    Siswa aktif mengerjakan tugas yang menantang mereka berdiskusi dan berpikir. Hasil kerja mereka adalah hasil pikiran mereka sendiri.

    Perubahan pada lingkungan kelas:

    Ruang kelas akan ditata dengan lebih baik. Tempat duduk akan ditata agar siswa bisa bekerja dalam kelom-pok

    Hasil kerja siswa akan dipajang di tembok untuk menun-jang proses belajar

    Perpustakaan sekolah digunakan untuk menunjang belajar mengajar

    Perubahan pada sistem pengembangan profesional:

    Guru-guru akan berpartisipasi dalam kegiatan MGMP untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas

    Sekolah mengadakan aktivitas pengembangan profe-sional , di mana guru-guru bisa mengembangkan ide pembelajaran dan saling belajar satu sama lain.

    Ada perubahan positif pada Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah dalam mendukung guru-gurunya

    Ada perubahan positif yang terkait dengan kinerja siswa dalam kegiatan di kelas dan dalam ujian sekolah.

    Perubahan Yang Diharapkan Terjadi Setelah Pelatihan

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    Para peserta sedang praktik pendampingan pada pelatihan nasional

  • Berita Utama Hal. 3

    Siswa kelas 7b sibuk memasangkan kata dalam bahasa Ing-gris dengan kata dalam bahasa Indonesia

    Siswa kelas 7a men-cari kata-kata dalam bahasa Inggris dan Indonesia dari be-berapa benda di sekitar mereka. Salah satu siswa, Fikrin, sedang mem-perlihatkan hasil kerja kelompoknya, dibantu oleh Ibu Maria Tasilin, fasili-tator nasional.

    Siswa kelas 7c sedang membuat jasjus dan menulis instruksi pembuatannya dalam bahasa Inggris.

    Siswa kelas 9b MTsN Ngemplak sedang belajar IPS. Mereka menuliskan informasi yang mereka dapatkan ke buku catatan mereka. Bpk. Agus Adib Lutfi, salah satu fasilitator nasional, sedang menga-mati dan memberikan umpan balik kepada siswa.

    Kegiatan Pembelajaran yang Menarik

    ADA beberapa kegiatan menarik yang terlihat selama praktik menga-jar Bahasa Inggris dan IPS di MTsN Ngemplak, Boyolali. Kegiatan Ba-hasa Inggris ditekankan pada praktik siswa dalam menggunakan bahasa Inggris secara aktif.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Hal. 4 Berita Utama

    Siswa SMPN 1 Jogonalan, Klaten, tampil pada upacara serah terima 35 sekolah yang diadakan pada tanggal 27 Februari 2009, di SDN 01 Babadan, Klaten. Upacara serah terima ini adalah bagian akhir dari kerja sama antara USAID/Indonesia dan ConocoPhillips Indonesia yang membantu proses rekonstruksi dan rehabilitasi sekolah di Klaten pasca gempa bumi 2006 di Yogyakarta.

    Penampilan siswa SMPN 1 Jogonalan ini bukanlah yang pertama kali. Mereka telah tampil tiga kali, pada lokakarya siaga bencana yang diadakan di Semarang, Solo dan Yogyakarta.

    Namun kali ini mereka tampil di depan pejabat-pejabat penting USAID, ConocoPhillips, BP Migas dan Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

    Drama yang ditampilkan anak-anak ini berfokus pada bagaimana mempersiapkan diri menghadapi gempa dan apa yang harus dilakukan jika gempa ter-jadi. Pesan dalam drama ini disampaikan dengan gam-blang, menggunakan bahasa dan tindakan sederhana untuk mengajarkan remaja tentang persiapan mengha-dapi bencana.

    Para siswa yang tampil dalam kegiatan ini juga ikut serta dalam pembuatan buku saku Siaga Gempa. Drama yang mereka tampilkan adalah salah satu cara untuk mempublikasikan isi dari buku saku tersebut. Penampilan mereka disambut dengan meriah.

    Siswa SMPN 1 Jogonalan Tampil pada Upacara Serah Terima Sekolah di Klaten

    Siswa SMPN 1 Jogonalan, Klaten, sedang tampil pada acara serah terima sekolah di Klaten.

    Diseminasi ke Kabupaten Target di Sumatera Utara Pada tanggal 10 Februari, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pak-pak Bharat, bpk. Holler Sinamo, mengunjungi DBE3 Medan untuk mendiskusikan rencana diseminasi program DBE3. Sebagai kelanju-tan pertemuan itu, DBE3 Sumatera Utara menerima surat resmi yang berisi permohonan agar DBE3 membantu proses diseminasi modul dasar kepada 60 guru SMP/MTs di lima kecamatan di Pakpak Bharat pada bulan Juni-Juli 2009. DBE3 setuju untuk menanggung biaya fasilitator dan materi. Sedangkan biaya lainnya akan ditanggung oleh Kabupaten Pakpak Bharat. DBE3 akan mengundang fasilitator dari kabupaten Dairi untuk membantu pelaksanaan pelatihan ini.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    PELATIHAN untuk fasilita-tor daerah di Sumatera Utara yang digelar di Balai Pelatihan Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) Medan (24-27/3) dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur (Wagub) Su-matera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Dalam sambutannya, beliau mem-berikan apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada DBE3 USAID yang telah membantu peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Utara. Dirinya berharap seluruh peserta pelatihan dapat menjadi pionir dan menjadi inspirasi di daerahnya.

    Tugas guru tidak hanya menga-jarkan mata pelajaran. Guru harus bisa berperan sebagai orang tua, sahabat, atau kakak bagi siswanya. Guru harus bisa menggugah siswa

    untuk belajar sehingga bisa menjadi manusia yang lebih baik, papar pak Gatot. Menurut pak Gatot, dalam pem-belajaran hendaknya ada dialog yang efektif antara guru dan siswa. Hal ini bisa dilakukan di kelas dengan berdiskusi. Komunikasi satu arah di dalam kelas, dimana guru hanya menceramahi para siswanya, hanya akan melemahkan semangat siswa untuk mengungkapkan pikiran dan gagasan mereka. Pak Gatot juga khusus berpesan kepada para peserta, Hasil pelatihan yang didapat hendaknya bukan hanya untuk diri sendiri. Tularkan pada kolega anda. Semua hal ideal yang didapatkan dari pelatihan ini, guna-kan untuk menjadi virus kebaikan yang menular di sekitarnya.

    Jadilah Pionir dan Sumber Inspirasi Wakil Gubernur Sumatra Utara Membuka Pelatihan DBE3 di Medan

    Tim DBE3 Sumut berpose dengan Wagub Sumatera Utara (tengah) setelah pembukaan pelatihan untuk fasilitator daerah

  • Hal. 5

    PENDIDIKAN di Indonesia belum begitu berhasil dalam menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, dan produktif. Alasan utamanya adalah karena kegiatan pembelajaran di

    sekolah cenderung teoretis dan hanya terfokus pada transfer pengetahuan daripada pengembangan kecakapan hidup seperti kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, serta motivasi kerja yang tinggi. Kecakapan semacam inilah, Kecakapan Hidup, yang nantinya akan dibutuhkan dan yang paling bermanfaat bagi siswa untuk bisa hidup yang lebih positif dan produktif.

    Mengintegrasikan kecakapan hidup ke dalam aktivitas belajar mengajar di kelas sangat tergantung pada pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengimplementasikan pembela-jaran kontekstual.

    Pembelajaran kontekstual mengaitkan proses belajar di kelas dengan situasi nyata sehari-hari serta pengalaman dan lingkungan siswa. Pembelajaran kontekstual dapat mendukung siswa dalam berpikir kritis, mentransfer pengetahuan, menganalisis data, dan memecahkan

    Kesimpulan

    Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual memang tepat digunakan untuk pengembangan kecaka-pan hidup karena memiliki potensi yang kuat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata. Dalam penelitian ini dapat disimpul-kan bahwa integrasi pendidikan kecakapan hidup pada aktivitas belajar di kelas dapat dicapai melalui pendekatan pembelajaran yang kontekstual.

    Untuk mengakhiri artikel ini, saya ingin berbagi beberapa hal terkait dengan pembelajaran kontekstual dan kecakapan hidup. Jika hal-hal di bawah ini dipenuhi, saya yakin pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dan membuahkan hasil yang positif.

    Pertama, harus ada usaha peningkatan kesadaran guru akan pentingnya pengembangan kecakapan hidup. Pengetahuan dan keterampilan guru ini harus diterapkan pada proses pembelajaran di kelas.

    Kedua, guru perlu mengembangkan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan materi ajar dan alat yang beragam.

    Yang terakhir, otoritas pendidikan, seperti Kepala Dinas, Pengawas Sekolah, dan Kepala Sekolah perlu mendukung dan menyediakan fasilitas bagi para guru untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual.

    masalah. Ketika menyelesaikan studi S2 saya di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, saya melakukan riset mengenai implementasi pembelajaran kontekstual, yang merupakan studi kasus di MTsN Kudus.

    Studi Kasus di MTsN Kudus

    Pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup berhasil diadopsi dan diterapkan oleh guru-guru di MTsN Kudus. Hasilnya adalah peningkatan pada kecakapan interpersonal, kecakapan akademis, dan kecakapan pra kejuruan pada diri siswa. Ada perubahan signifikan yang positif yang terjadi di MTsN Kudus, yaitu:

    a. Kegiatan kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih menantang. Siswa terdorong untuk terlibat aktif dalam pembelajaran

    b. Guru menggunakan alat dan bahan ajar yang beragam

    c. Guru menerapkan manajemen kelas yang lebih baik. Siswa bekerja secara individu maupun kelompok. Hal ini membuat mereka bisa saling berinteraksi dengan baik

    d. Pelajaran tidak monoton dan siswa bisa mengerti materi ajar dengan lebih mudah

    e. Guru sering memberi pertanyaan dan tugas yang menantang sehingga memacu siswa untuk memikirkannya secara kritis dan materi yang diajarkan berhubungan dengan lingkungan siswa.

    Pembelajaran Kontekstual dan Pendidikan Kecakapan Hidup Oleh Drs. Farhan, M.Pd

    Kolom

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    Untuk memastikan berlangsungnya program dengan sukses, baik jangka pendek maupun jangka panjang, program pelati-han DBE3 di tingkat kabupaten didukung oleh para fasilitator daerah. Untuk memilih fasilitator yang paling kompeten dan membangun rasa kepemilikan program dari pemerintah ka-bupaten, DBE3 melibatkan pemerintah kabupaten dalam proses seleksi fasilitator daerah ini. Garut, Jawa Barat: Pada tanggal 9 Maret, 2009, bertempat di SMPN 1 Garut, DBE3 Jabar menggelar proses seleksi fasilitator daerah. 50 peserta yang terdiri dari guru-guru SMP/MTs di Garut ikut terlibat dalam proses ini. Pada proses ini panelis yang terdiri dari per-sonil Dinas Pendidikan, Kantor Depag dan DBE3 menguji kemampuan akademis dan komunikasi dari para peserta melalui wawancara dan presentasi. Dari 50 peserta, 15 orang terpilih menjadi fasilitator daerah untuk lima mata pelajaran: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

    Sidrap, Sulawesi Selatan: Diadakan pada tanggal 19-20 di kantor Dinas Pendidikan di Sidrap, proses seleksi ini melibatkan 24 peserta, yang terseleksi dari 46 pelamar. Para peserta proses seleksi ini diwawancarai oleh panel yang terdiri dari personil Dinas Pendidikan dan Kantor Depag serta DBE3. Dari 24 peserta terpilih 12 orang yang kemudian mengikuti pelatihan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 2009. Ke-12 fasilitator daerah yang baru ini akan bergabung dengan tiga orang lainnya yang sebelumnya telah memfasilitasi pelatihan bahasa Inggris yang diadakan oleh DBE3.

    Seleksi Fasilitator Daerah Kepala Dinas Pendidi-kan Sidrap, Drs. Syah-ruddin, M.Ed, sedang mewawancarai salah satu peserta seleksi fasilitator daerah.

  • Hal 6

    Irhamni, M.Ag, Fasilitator DBE3

    Fasilitator DBE3 Meraih Juara III Lomba Mengajar Fisika Tingkat Nasional

    PANGGILANNYA Zainab. Nama lengkapnya Zainab Nirwani, S. Pd. Perempuan berkerudung ini lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 1971. Dan dia adalah Juara III pada Lomba Mengajar Fisika Dengan Software tingkat nasional tahun 2008.

    Di tingkat provinsi ibu Zainab adalah Juara I dan sekaligus Juara Favorit pada kompetisi yang sama. Prestasinya di kejuaraan ini adalah karena keterlibatannya dalam pelatihan-pelatihan oleh DBE3. Dia telah menerapkan pengetahuan yang didapat dari pelatihan itu dalam kesehariannya di kelas. Sejak bergabung dengan DBE3 sebagai fasilitator daerah di Tebing Tinggi pada tahun 2006, dirinya menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan bergaul dengan koleganya.

    Pembelajaran aktif yang mengintegrasikan kecakapan hidup dengan modul BTL, LSE dan ICT telah merubah strategi pembelajaran yang saya terapkan sebelumnya. Dengan tiga modul ini saya menjadikan peserta didik sebagai

    Berita Dari Provinsi

    Aceh Utara

    PAK Irhamni bergabung dengan proyek DBE3-EMOI di Aceh Utara sebagai fasilitator daerah pada bulan Januari 2008. Melalui keterlibatannya di proyek ini, pak Irhamni mendapatkan banyak pengalaman yang menginspirasinya untuk bekerja keras meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh Utara. Menurutnya pelatihan pendidikan kecakapan hidup DBE3 sangat efektif dalam memotivasi dan membuat guru antusias dalam mengajar.

    Saat saya mengimplementasikan ke-cakapan hidup di kelas, siswa saya mere-spon dengan positif. Mereka menikmati pelajaran saya dan merasa kehilangan kalau saya absen.

    Mereka selalu meminta saya mengajar dengan metoda pembelajaran aktif yang membuat mereka bisa berpresentasi, berdiskusi dan melakukan role play. Dari pengamatan saya, mereka sekarang lebih percaya diri dalam mengungkapkan pemikirannya, menghargai temannya, mampu bekerjasama dalam kelompok dan meningkatkan kecakapan personal. Saya menceritakan hal ini ke kolega saya dan saya harap mereka juga bisa menerapkan hal yang sama. Saat ini saya berupaya men-ingkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya. Nanti, saya akan melakukannya di wilayah Aceh Utara, kata guru Agama kelas 2 dan 3 di SMAN 3 Putra Bangsa, Lhoksukon, Aceh Utara.

    Disamping mengajar, pak Irhamni yang lahir pada 29 Mei 1977 di Panton Labu, NAD, juga aktif menulis artikel, ter-utama mengenai pendidikan. Setelah ber-gabung dengan DBE3 ia merasa lebih per-caya diri menjadi fasilitator dan sering diundang oleh Dinas Pendidikan untuk melatih guru di banyak tempat.

    Walaupun DBE3 Aceh Utara hanya melatih guru-guru di 25 sekolah, saya juga menggunakan modul DBE3 di sekolah non target. Dengan kata lain, saya telah mela-kukan replikasi program. Tapi kita butuh dukungan pemerintah untuk berbuat lebih

    banyak. Saya dan beberapa DT sepakat untuk membentuk LSM lokal untuk men-dukung program DBE3 dan membantu guru meningkatkan keterampilan mereka. Kami akan mendekati pemerintah, dan meminta mereka mendukung kami dalam menjalankan pelatihan. Kami akan mem-perkenalkan metodologi dari modul DBE3 ke pemerintah. Dengan demikian kami bisa melanjutkan program setelah proyek DBE3 selesai, kata pak Irhamni.

    Di samping mendedikasikan diri di bidang pendidikan pak Irhamni juga menjalankan usaha kecil di rumahnya. Ia mendesain gelas dengan gambar. Dikata-kannya bahwa ia mendapatkan pesanan dari kota-kota sekitar.

    Saya sudah memperkenalkan dan membangun kecakapan hidup di keluarga saya, canda pak Irhamni.

    Manusia itu seperti mesin diesel yang akan berhenti ketika sudah rusak. Itulah mottonya yang ia implementasikan sehari-hari. Ia tidak pernah berhenti bekerja un-tuk meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh Utara. Ia membayangkan Aceh yang lebih baik, di mana orang-orangnya men-jadi pemimpin Indonesia. Ia yakin hal ini akan tercapai jika semua orang di Aceh bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

    Irhamni, M.Ag, sedang memfasilitasi pe-latihan di Aceh Utara

    Sumatera Utara

    pusat pembelajaran. Saya mengintegrasikan kecakapan hidup dengan penggunaan ICT di dalam kelas.

    Kecakapan sosial yang saya dapatkan dari pelatihan menjadikan saya lebih nyaman bergaul dengan sesama. Ini juga membantu saya dalam mempresentasikan bahan lomba. Inilah hal penting yang membuat saya unggul berhasil di tingkat nasional maupun di tingkat profinsi.

    Selain sebagai guru IPA di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, Sumatera Utara, ibu Zainab juga aktif di PGRI. Dia juga menjadi Ketua MGMP Biologi Kota Tebing Tinggi. Melalui MGMP ini juga bu Zainab terus aktif menularkan model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh DBE3 kepada teman-teman sejawatnya.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    Zainab Nirwani

  • Hal 7 Berita Dari Provinsi

    Pelatihan untuk fasilitator daerah yang berlangsung di Medan dari tanggal 24-27 Maret 2009 dibuka oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut, Gatot Pujo Nugroho, ST. Pelatihan ini diikuti oleh 15 peserta dari kabupaten pemantapan, 10 dosen dari Uni-versitas Negeri Medan, dan lima fasilitator dari LPMP Sumut. Kabupaten yang terlibat dalam pelatihan ini adalah Binjai, Dairi, Tanjungbalai, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Para peserta pelatihan yang dilatih oleh tim konsultan ini juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik mengajar di beberapa sekolah di Binjai. Praktik mengajar ini dilakukan secara berkelompok (team teaching).

    Ibu Melva Silitonga, dosen dari Universitas Negeri Medan sedang membantu siswa kelas 8 dari SMP Tunas Pelita, Binjai, menyelesaikan percobaan mereka

    Dua siswa SMPN 6 Binjai sedang membandingkan hasil kerja mereka dalam pelajaran bahasa Inggris

    Pelatihan yang partisipatif guru-guru mendiskusikan hal-hal seperti bagaimana mengajukan pertanyaan yang menantang siswa berpikir?, apa yang bisa diberikan oleh kepala sekolah dan pengawas untuk mendukung perubahan di sekolah? dan bagaimana membuat pertemuan MGMP menjadi bermanfaat bagi guru?

    Seorang siswa dari SMP Tunas Pelita Binjai sedang membuat diagram untuk menggambarkan gerhana matahari dan bulan. Setelah menuliskan dengan bahasa mereka sendiri, para siswa menjelaskan diagram ini di depan kelas.

    Diah mengajukan pertanyaan dan mengkoreksi penjelasan dari salah satu kelompok. Ini sangat penting. Siswa perlu diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi umpan balik ke kelompok lainnya.

    Pelatihan untuk Fasilitator di Sumatera Utara

    Apakah siswa di kelas anda belajar seperti ini? Jika tidak, silakan men-coba aktivitas yang ditunjukkan pada halaman ini.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Hal 8

    Setelah praktik menga-jar, para DF bidang IPS duduk bersama dengan guru-guru di MTsN Binjai untuk berdiskusi mengenai pelajaran dan bagaimana membuatnya lebih baik.

    Dua siswa MTsN Binjai sedang menunjukkan tulisan mereka tentang siklus air

    Peran guru pada pelajaran seperti ini adalah lebih sebagai fasilitator. Ibu Lia Windari, guru di MTsN Binjai sedang membantu siswanya

    Para siswa sedang melakukan eksperimen dengan menghangatkan air dengan lilin dan mencatat waktu serta perubahan suhu air. Mereka menggunakan data yang mereka peroleh untuk membuat grafik. Para siswa ini kemudian menulis sendiri laporan eksperimen mereka. Kegiatan ini sangat penting. Siswa harus bisa menjelas-kan sesuatu dengan bahasa mereka sendiri, bukan hanya menghafal apa yang dikatakan guru!

    Berita Dari Provinsi

    Pembelajaran yang Berpusat Pada Siswa

    Pembelajaran yang tradisional ber-pusat pada apa yang guru lakukan di kelas. Model-model pembela-jaran yang dipromosikan DBE3 berfokus pada apa yang dilaku-kan siswa. Foto-foto yang ada di halaman ini menjelaskan hal terse-but.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Rangkaian Pelatihan di Jawa Barat BULAN Maret 2009 menjadi bulan yang sibuk bagi DBE3 Jabar. Pada bulan ini beberapa pelatihan diselenggarakan, antara lain pelatihan untuk fasilitator daerah, diseminasi pelatihan DBE3 dan pelatihan untuk guru tentang model DBE3. Pelatihan-pelatihan ini melibatkan 182 peserta, terdiri dari guru, fasilitator daerah, staf Dinas Pendidikan dan Kanwil Depag, perwakilan universitas dan LPMP. Informasi lebih lanjut mengenai pelatihan tersebut sebagai berikut.

    Pelatihan untuk Fasilitator di Indramayu Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 24-27 Maret 2009 di Hotel Wiwi

    Perkasa, Indramayu. Pelatihan ini diikuti oleh 101 orang peserta.

    Difasilitasi oleh 11 orang fasilitator nasional, pelatihan ini diperuntukkan bagi fasilitator daerah untuk lima mata pelajaran, yakni: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Para fasilitator daerah ini nantinya akan berperan sebagai fasilitator untuk guru di tingkat kabupaten yang mencakup Cilegon, Bogor, Karawang, Indramayu dan Garut, di provinsi Jawa Barat dan Banten.

    Para peserta mengikuti pelatihan ini dengan antusias. Buat saya, sesi de-veloping high-level questions sangat menantang dan menarik, komentar salah satu peserta. Peserta lainnya berpendapat jika guru mencapai kapasitas menga-jar yang tinggi maka proses pembelajaran akan lebih baik. Peserta lainnya ber-komentar, Saya belajar banyak dari pelatihan ini. Saya yakin siswa saya akan lebih tertarik belajar Matematika dengan pendekatan baru yang saya pelajari di pelatihan ini.

    Diseminasi Pelatihan DBE3 di Jawa Barat

    Diseminasi pelatihan DBE3 berlangsung pada 20-21 Maret di SMPN Satu Atap Losarang, Indramayu. Pelatihan ini dihadiri oleh 46 guru dari enam sekolah di Kecamatan Losarang. Pelatihan ini menyajikan materi yang tepat bagi guru untuk belajar lebih lanjut tentang strategi pembelajaran yang lebih baik.

    Inisiatif pelatihan ini berasal dari fasilitator daerah DBE3 di Indramayu, yang juga seorang pengawas sekolah. Pelatihan ini didanai oleh Dinas Pen-didikan dan dikelola oleh UPTD di Kecamatan Losarang. Pelatihan ini difasilitasi oleh dua orang fasilitator DBE3.

    Pelatihan Modul DBE3 untuk Guru

    Pelatihan Modul 1diselenggarakan di Yayasan Pendidikan (YAPIN) Kerta Semaya, Indramayu pada tang-gal 24-25 Maret 2009. Pelatihan ini dihadiri oleh 35 guru dari SMP dan MTs di Indramayu dan difasilitasi oleh DF dari DBE3. Peserta pelatihan ini berasal dari tujuh sekolah. Mereka memperoleh materi pelatihan Modul 1 DBE 3 tentang Better Teaching and Learning. Pelatihan ini dibiayai secara mandiri oleh sekolah dengan memanfaatkan dana BOS.

    Guru-guru bekerjasama dalam merancang pembela-jaran kontekstual

    Diseminasi Pelatihan DBE3 di YAPIN Ker-tasemaya Indramayu, Jawa Barat.

    Para siswa SMPN 2 Jatibarang, Indramayi, mengubah kelas mereka menjadi laboratorium Fisika pada saat sesi praktek mengajar di sekolah mereka.

    Peserta pelatihan sedang mempelajari beberapa model pembelajaran

    Berita Dari Provinsi Hal 9

    Jawa Barat-Banten

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Berita Dari Provinsi Hal 10

    NAMA saya Ilis Nurajizah. Saya adalah guru di MTs Al-Ahliyah Bakan-maja, Kotabaru, Karawang, Jawa Barat. Saya beruntung bisa ikut serta dalam program pelatihan yang diselenggarakan oleh DBE3 karena program tersebut sangat membantu meningkatkan kualitas mengajar saya.

    Saya merasa bahwa pelatihan tersebut menarik dan berguna. Saya tidak merasa bosan sama sekali dalam mengikutinya. Pelatihan ini membuat saya berpikir: jika fasilitator di pelatihan tersebut bisa membuat para peserta betah dalam proses belajar, mengapa kita sebagai guru tidak bisa melakukan hal yang sama ke siswa?

    Jawabannya adalah bisa! Saya telah menerapkan metoda yang saya dapatkan dari pelatihan dan saya mengamati bahwa murid-murid saya menyukainya. Mereka menjadi lebih antusias dan per-hatian. Mereka menyukai metoda-metoda belajar yang saya gunakan di

    Murid-Murid Saya Menyukainya!

    kelas. Saya sendiri pun lebih menikmati proses mengajar.

    Suatu ketika ada kolega yang menge-luh ke saya tentang murid-muridnya yang gaduh. Dia mengatakan, Tenggorokan saya sampai sakit karena harus berbicara keras ke siswa saya. Mengajar mereka sangat melelahkan. Lalu saya menjawab bahwa saya pernah mengalami hal yang sama. Saya menyarankan agar ia tidak mengajar dengan cara menceramahi

    Jawa Barat-Banten

    mereka tetapi dengan memberi tugas. Para siswa harus mengerjakan tugas tersebut di kelompok kecil. Cara ini tern-yata berhasil.

    Menurut pendapat saya, banyak guru yang ikut serta dalam pelatihan DBE3 telah berhasil menerapkan ilmu yang mereka peroleh. Mereka bisa membuat siswanya lebih bersemangat dalam belajar. Hal ini terjadi karena metoda yang mereka dapatkan dalam pelatihan sangat berguna dan aplikatif.

    Di Karawang masih banyak guru me-merlukan pelatihan DBE3. Karenanya kami memerlukan replikasi pelatihan tersebut. Menurut saya, hal ini bisa dilaku-kan jika semua pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah, mendu-kungnya. Sebagai seorang guru yang per-nah ikut serta dalam pelatihan DBE3, saya akan terus bekerja sebaik mungkin untuk menerapkannya di kelas.

    (Diadaptasi dari artikel yang ditulis oleh Ibu Ilis Nurajizah).

    Ibu Ilis bersama siswanya pada suatu acara di sekolah

    Jawa Tengah Guru dan Penjual Bakso JULI Edi Sar-wono adalah guru Matematika SMPN 19 Purworejo. Pak Eko, begitu dia biasa dipanggil, adalah sosok yang sangat sederhana. Namun dari kese-derhanaannya, kita dapat belajar banyak hal. Di sela-sela kesibu-kannya sebagai guru, pak Eko juga

    berdagang bakso di lingkungan tempat tinggalnya. Sepulang mengajar, beliau berjualan bakso dari pukul 16.00 sampai sekitar pukul 23.00 WIB. Meskipun sibuk, pak Eko tidak per-nah menelantarkan anak didiknya, bahkan dia termasuk salah satu guru SMPN 19 yang paling kreatif.

    Salah satu bukti kreativitasnya adalah pajangan di kelas. Ia membuat pajangan tersebut dan dipajangkan beberapa hari di dalam kelas. Pemajangan dilakukan relatif singkat karena ruangan kelas tersebut juga digunakan oleh guru lainnya. Pajangan yang sudah dilepas dari dinding kelas, disusunnya kembali pada buku besar, seperti terlihat di samping ini. Selain itu, pak Eko juga masih sempat membuat bank

    soal untuk siswa-siswa kelas sembilan yang akan mengha-dapi ujian akhir nasional.

    Tidak hanya itu, ketika mengajar pada jam-jam akhir sekolah, pak Eko tidak jarang mengajak siswanya belajar di halaman sekolah. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bosan dan jenuh. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Sebagian besar siswanya mendapat nilai yang bagus dalam UN. Satu orang siswa mendapatkan nilai sempurna. Apa yang dilaku-kan pak Eko, menurut pengakuannya, merupakan penerapan dari hasil pelatihan modul dasar DBE3 yang diikutinya be-berapa waktu lalu.

    Pajangan kelas yang dibuat pak Eko dis-impan dalam buku. Siswa dan guru bisa melihat dan memin-jamnya untuk digunakan pada proses belajar

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • PADA tanggal 22 Januari 2009, DBE3 Jawa Tengah mengadakan pertemuan dengan Dinas Pendidikan Jepara untuk membahas ren-cana diseminasi program DBE3 tahun 2009. Pertemuan ini dihadiri oleh tujuh orang pejabat dari Dinas Pendidikan, Kantor Depag, Bappeda, dan Dewan Pendidikan. Di akhir pertemuan semua pe-serta sepakat untuk melakukan diseminasi setelah UN. Diseminasi ini akan dilakukan untuk 15 SMP dan 15 MTs di empat kecamatan di Jepara, yakni: Keling, Donorojo, Kembang, dan Bangsri. Diseminasi akan melibatkan 90 guru dari mata pelajaran Mate-matika, PKn dan Bahasa Inggris.

    NAMA lengkapnya adalah Drs. H. Mustaqim. Pak Taqim, demikian beliau dipanggil, lahir di Jepara pada tanggal 9 Desember 1957. Sehari-hari pak Taqim bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) Cabang Mayong Jepara sebagai peyuluh agama dengan pangkat ahli madya. Beliau bergabung dengan DBE3 sejak akhir tahun 2006 dengan posisi sebagai fasilitator daerah untuk lima institusi Non Formal Education (NFE) mitra DBE3 di Kabupaten Jepara.

    Pak Taqim melayani keinginan peserta untuk belajar. Walau jarak tempuh cukup jauh, dalam satu

    minggu pak Taqim bisa dua kali berkunjung ke NFE mitra. Kunjungan beliau sebetulnya melebihi kewajibannya sebagai fasilitator daerah. Pak Taqim melakukan hal ini karena dia peduli terhadap anak didiknya. Ia mengatakan bahwa semakin dekat ia dengan peserta belajar, semakin mudah ia bekerja sama dengan mereka. Baginya, aktivitas menjahit, bordir, obras, komputer dan sablon harus bisa dikuasai santri sebelum keluar dari pondok pesantren dan PKBM supaya mereka mempunyai bekal keterampilan di tengah-tengah masyarakatnya.

    Selain bertugas rutin untuk mendampingi para tutor, pak Taqim juga rajin bertemu dengan pimpinan pondok pesantren dan PKBM untuk memberikan

    pemahaman tentang pentingnya kegiatan life skill dikelola secara lebih serius. Sebab sementara ini kegiatan life skill di pondok pesantren terutama kurang mendapatkan perhatian, hanya menjadi kegiatan pelengkap bagi para santri/warga belajar yang berminat saja.

    Pendekatan pak Taqim ini telah membuahkan hasil. Tiga pondok pesantren menetapkan kegiatan pelatihan menjahit, bordir dan komputer sebagai kegiatan ektra kurikuler para santri yang wajib diikuti. Dengan keterampilan yang didapat dari pelatihan, para santri akan memiliki bekal yang cukup untuk hidup di masyarakat. Terima kasih, pak Taqim.

    Hal 11 Berita Dari Provinsi

    Profil Pak Taqim

    ITULAH ungkapan yang ditekankan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karan-

    ganyar, Drs. Sri Sunanto, pada sambutannya di acara pembukaan pelatihan fasilitator

    daerah di Sunan Hotel Solo, tanggal 29 Maret 2009. Beliau juga menambahkan bawa pe-serta pelatihan harus menyadari bahwa pe-

    latihan ini adalah salah satu medium untuk meningkatkan kualitas dan kecakapan menga-

    jar. Lebih lanjut, Drs. Sri Sunanto juga men-yatakan penghargaannya kepada DBE3 yang

    telah bekerja untuk meningkat kualitas pen-didikan di Jawa Tengah.

    Beliau berharap agar setiap orang mendu-kung program DBE3. Kepada peserta beliau berpesan agar peserta menerapkan keteram-

    pilan yang didapat selama pelatihan di sekolah

    masing-masing.

    Pelatihan yang difasili-tasi oleh fasilitator na-

    sional ini diselenggarakan pada 29 Maret sampai 1

    April 2009, melibatkan 95 peserta yang terdiri

    dari para fasilitator daerah, staf Dinas Pen-

    didikan, Mapenda dan Kantor Depag, serta

    dosen dari Universitas Negeri Semarang.

    Jadilah Fasilitator Yang Lebih Baik

    Suasana praktek mengajar di SMPN 4 Karanganom pada saat pelatihan berlangsung.

    Kursus menjahit, salah satu kegiatan di PKBM dan Pesantren, adalah kegiatan yang memberi keterampilan teknis pada peserta didik.

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    Jepara Memfinalkan Rencana Diseminasi

  • Berita Dari Provinsi Hal 12

    PELATIHAN untuk fasilitator di Jawa Timur diselenggarakan pada tanggal 21-25 Maret di Tuban. Pelatihan ini dibuka oleh Sekretaris Kabupaten, ibu Ir. Parastuti, me-wakili Bupati. 75 fasilitator daerah (51 laki-laki dan 24 perempuan) ikut serta secara aktif dalam pelatihan selama empat hari ini. Semua fasilitator itu adalah juga guru mata pelajaran utama, yakni: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS.

    Pelatihan ini juga melibatkan delapan staf dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan lima staf dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Pelatihan ini didukung pula oleh tiga konsultan untuk memperkuat 12 orang fasilitator nasional.

    Salah seorang peserta bapak Aryo, Kepala Sekolah SMP2 Gedangan, Sidoarjo mengatakan, Jika semua guru membuat persiapan yang matang sebelum mengajar, siswa pasti akan mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang lebih banyak.

    Pelatihan Fasilitator di Jawa Timur

    Ibu Parastuti, Sekretaris Kabupaten Tuban, memberikan sambutan atas nama Bupati

    pada pembukaan pelatihan

    Peserta bidang IPA sedang mempraktekan metode active

    learning

    Peserta pelatihan bidang IPS sedang berdiskusi tentang bagaimana

    mengukur kompetensi individu sebelum menerapkan cooperative

    learning

    Mengintegrasikan Life Skills DBE3 dan Lesson Study JICA

    Upaya Membangun Pembelajaran yang Lebih Menyenangkan

    Jawa Timur

    KABUPATEN Pasuruan, daerah sasaran Proyek DBE3 sejak akhir tahun 2007, adalah salah satu daerah yang menjadi basis kegiatan Lesson Study

    (LS) yang difasilitasi oleh JICA. Oleh sebab itu, Kabupaten Pasuruan menjadi tantangan tersendiri bagi tim DBE3 yang bertugas di lapangan. Pertanyaan besar yang muncul adalah: Bisakah

    DBE3 melaksanakan aktivitas di daerah yang telah memiliki program LS dari JICA? Ternyata jawabannya: Bisa.

    Kombinasi LS dan Program DBE3 Tim DBE3 mendapat apresiasi yang

    tinggi dari beberapa kalangan di Pasuruan. Salah satunya adalah Ibu Sunarni, Kepala SMP Negeri 1 Rejoso, yang berupaya mendiseminasikan dua pola kegiatan yang tengah berkembang di Pasuruan. Untuk itu, lokakarya tentang LS dan materi DBE3, telah diselenggarakan pada tanggal 19-20 Januari lalu dengan menghadirkan fasilitator LS dan DBE3 dan diikuti oleh 50 guru dari

    SMP Negeri 1 Lekok dan SMP Negeri 1 Rejoso.

    Lokakarya ini telah menghasilkan se-buah pola pembelajaran baru yang kebih menyenangkan dan bermanfaat bagi semua pihak. Kolaborasi antar para pendidik se-makin bagus dan kinerja guru semakin tinggi, baik dalam persiapan dan penyam-paian bahan ajar. Para guru juga mampu mengintegrasikan life skills yang sangat dibu-tuhkan siswa.

    Berkat lokakarya ini, beberapa perubahan telah terjadi di kelas. Perubahan tersebut diantaranya adalah perubahan susunan kursi yang membuat siswa lebih (ke hal. berikutnya)

    By Drs. Slamet Mujiono Fasilitator Daerah DBE3 di Pasuruan

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Berita Dari Provinsi Page 13

    Menuju Pengembangan DBE3: Komitmen dan Kebersamaan Kepala sekolah berperan penting dalam penerapan program pendidikan yang dibangun oleh DBE3. Sebagai pimpinan sekolah dan manajer sekolah, kepala sekolah memiliki otoritas dalam menentukan strategi yang mengarah kepada pelaksanaan proses pembelajaran yang baik. Di bawah ini adalah komentar dari Dra. Siti Nasrah Kepala Sekolah SMP YP PGRI, Makassar dan Drs. Achmad Lutfi, MM, Kepala Sekolah SMPN 2 Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. Komentar ini diutarakan pada saat Anwar Holil, Konsultan DBE3 melakukan monitoring di sekolah mereka.

    Drs. A. Lutfi, MM, Kepala SMPN 2 Sedati: SAAT ini, guru-guru di sekolah kami menerapkan pembelajaran kontekstual (CTL Contextual Teaching and Learning). DBE3 telah melatih dan membantu kami dalam penerapan CTL. Selain itu, fasilitator DBE3 juga sangat dekat dengan guru-guru kami.

    Berkat DBE3 kami mengalami perubahan yang positif. Ruang kelas sekarang ini lebih tertata rapi. Siswa bisa bekerja dalam kelompok kecil untuk berdiskusi dan belajar dalam suasana yang lebih baik. Guru tidak hanya memberikan teori tapi juga contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Siswa mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karya mereka di kelas. Bagi kami, hal ini adalah kemajuan yang besar.

    Kami menerapkan team teaching di sekolah kami. Menurut peraturan, guru harus mengajar 24 jam dalam seminggu. Dengan team teaching ini, guru-guru kami bisa memenuhi peraturan tersebut. Team teaching juga efektif dalam membantu siswa. Untuk memastikan keefektifan team teaching di sekolah kami, kami meminta guru-guru untuk memonitor pelaksanaannya. Jika ada guru yang mengikuti lokakarya atau pelatihan, kami akan minta mereka untuk berbagi ilmu dengan koleganya.

    Kami juga menerapkan ICT di kelas. Kami menggunakan laptop, LCD dan software pembelajaran, serta TV untuk proses belajar. Kami melakukan ini semua untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kami.

    Penyelenggaraan kegiatan ini dipusatkan di SMP Negeri 1 Rejoso dengan peserta 20 orang guru PKn dari SMP Negeri dan Swasta se Kabupaten Pasuruan.

    Lokakarya tentang perpaduan pola-pola pembelajaran adalah terobosan baru dalam mengintegrasikan program DBE3 dengan Lesson Study. Perpaduan ini berdampak sangat baik dalam pengemban-gan potensi kecakapan hidup siswa untuk bekal melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mempersiapkan diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat.

    class yang menyediakan tempat dan waktu bagi siapapun untuk mengamati kinerja guru dan/atau mengobservasi aktivitas pembelajaran peserta didik pada setiap hari Jumat di sekolah kami, tambahnya. Implementasi dalam MGMP PKn Dengan dukungan penuh dari Dinas Pen-didikan Kabupaten Pasuruan, Pengurus MGMP PKn melaksanakan lokakarya yang berfokus pada penerapan Lesson Study dan PAKEM dengan integrasi Life Skills DBE3 yang berlangsung setiap hari Kamis mulai 26 Februari hingga 14 Mei 2009.

    (sambungan dari hal. sebelumnya)

    mudah dalam berinteraksi. Diskusi kelompok, Poster Session atau model pembelajaran aktif lainnya juga diterapkan demi membangun komunikasi yang efektif dan dinamis antar sesama siswa dan dengan guru, sebagai fasilitatornya.

    Meski lokakarya ini singkat namun peserta dapat merespon dengan baik dan berupaya untuk menerapkan hasil lokakarya di sekolah mereka, jelas Ibu Sunarni.

    Kami bangga karena dapat menggabungkan LS dan DBE3 dalam proses pembelajaran di sekolah. Tindak lanjut kami adalah mengadakan open lesson/open

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

    Dra. Siti Nasrah, Kepala SMP YP PGRI Makasar:

    SMP YP PGRI telah menjadi mitra DBE3 selama setahun. Selama ini, kami telah menerapkan semua program DBE3 secara konsisten. Kami merasakan hasil positif dari upaya yang telah kami lakukan. Sekarang kami menerapkan metoda pembelajaran yang memicu siswa untuk memecahkan persoalan dalam kelompok kecil. Berkat DBE3 beberapa perubahan positif telah terjadi di sekolah kami. Perubahan tersebut antara lain adalah pengaturan kursi siswa di kelas. Kami mempunyai banyak siswa di kelas. Bahkan ada kelas menampung 48 siswa. Untuk menciptakan ruangan yang lebih lega dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, kami menyusun kursi dengan bentuk U. Perubahan ini terbukti efektif.

    Guru berperan penting dalam proses belajar. Siswa bisa menjadi lebih aktif dalam belajar ketika guru tahu bagaimana menerapkan pola belajar yang efektif. Untuk mendukung pembelajaran yang baik, kami memberi dukungan penuh pada guru. Kami menyediakan flip chart, buku, dan kebutuhan lainnya. Kami juga medorong siswa untuk menulis apa yang mereka pelajari dan mempresentasikannya di kelas.

    Masyarakat memberikan kepercayaan kepada kami, walaupun kami hanyalah sekolah swasta. Tiap tahun kami harus menolak siswa yang mendaftarkan diri. Sekarang kami memfokuskan diri pada peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk itu, kami mengandalkan program DBE3. Saya tegaskan bahwa SMP YP PGRI memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu.

  • Berita Dari Provinsi Hal 14

    Bekerja dengan Keikhlasan:

    Kisah Sukses Mitra DBE3 di Jeneponto

    Dra. Hartati Hamid adalah sosok yang tidak bisa dipisahkan dari PKBM Nur Alif. Ia adalah tokoh kunci dibalik susksesnya PKBM Nur Alif dalam mengembangkan bisnisnya. Ia memulai usahanya dengan berjualan kue tradisional dan saraba (minuman tradisional dari Sulawesi Selatan) di rumahnya. Kemudian ia juga merambah ke usaha jahit.

    Pekerja keras adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan ibu dua anak ini. Tahun 1995 1997 adalah masa-masa sulit bagi dirinya. Suaminya bpk. Basri Daeng Situju hanyalah seorang guru honor yang penghasilannya hanya cukup untuk menutupi transportasinya ke tempat kerja. Berangkat dari kesulitan ini, ibu Hartati, Sarjana Pendidikan Luar Sekolah, berpikir untuk mengatasi kesulitan keluarga.

    Setelah mempertimbangkan dan mengevaluasi bisnis kue tradisionalnya, Ibu Hartati dan suaminya memutuskan untuk menyetopnya dan memulai bisnis baru: pembuatan tirai.

    Keterampilan membuat tirai ini diperolehnya ketika belajar di Makassar. Dengan modal sebesar Rp. 300.000, ia memulai bisnis ini. Ia membuat beberapa contoh tirai dan memajangnya di pasar Jeneponto. Satu persatu pelanggan mulai tertarik. Pada awalnya, beberapa pesanan yang datang

    hanyalah dari Jeneponto saja. Namun kemudian, ia mendapatkan pesanan dari Bantaeng, Gowa, Takalar bahkan Makassar. Ketika ditanya bagaimana caranya memasarkan produknya, ibu Hartati menjelaskan bahwa ia mendapatkan pengetahuan yang berguna dari pelatihan DBE3.

    Tidak cukup puas dengan usaha yang dijalankannya, ibu Hartati dan suaminya kemudian membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada tahun 2004. Ia berharap PKBM ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat dan tempat berbagi ilmu. PKBM ini diberi nama Nur Alif. Sekarang PKBM ini telah memiliki tujuh orang staf yang membantu menjalankan kegiatannya. Aset PKBM Nur Alif telah berkembang dan sekarang menjadi Rp. 125 juta, terdiri dari mesin jahit, tempat usaha dan modal pengembangan usaha.

    Disamping itu, ibu Hartati juga mengembangkan program Paket A dan B (untuk membantu masyarakat belajar kecakapan dasar seperti membaca dan berhitung). Program ini ia kembangkan melalui kerjasama dengan Dinas

    Dimulai sejak 2004, PKBM Nur Alif sekarang memiliki tujuh staf dan aset sebesar Rp. 25 juta.

    Pendidikan Kabupaten Jeneponto. Ia merasa tertantang untuk membuat orang tertarik untuk belajar. Nalurinya yang kuat untuk membantu orang lain memang sangat luar biasa. Sampai saat ini dia membina warga belajar sekitar 40 orang pada program paket B. Ketika ditanya apa rahasia suksesnya dalam mengelola PKBM dan bisnisnya, ia menyebutkan empat kata: keikhlasan, ketekunan, keuletan dan kesabaran.

    Seleksi Sekolah Mitra di Sulawesi Selatan

    DBE3 meningkatkan jumlah sekolah mitranya di 25 kabupaten dari empat men-jadi sepuluh sekolah. DBE3 Sulawesi Sela-tan memulai seleksi sekolah mitra dengan melibatkan staf dari Dinas Pendidikan dan Kantor Depag di tiap kabupaten. Bersama dengan tim DBE3 para staf ini menentukan kriteria seleksi, memonitor sekolah, dan melakukan penilaian untuk mengetahui komitmen kepala sekolah dalam mengim-plementasikan pengetahuan yang didapat-kan dari pelatihan. Dengan melibatkan Di-nas Pendidikan dan Kantor Depag, DBE3 berharap akan tumbuh rasa memiliki dari institusi tersebut dan komitmen untuk mendukung keberlanjutan program.

    Pada tanggal 14-15 April 2009, seleksi sekolah berlangsung di Sidrap. Tim seleksi melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan mewawancarai kepala sekolah dan guru untuk memverifikasi informasi dan data terkini dari sekolah. Enam sekolah terpilih dari tiga kecamatan: Baranti, Pan-carijang, dan Tellulimpoe. Sekolah-sekolah tersebut adalah 1) SMP Negeri 2 Baranti 2) MTs Negeri Baranti 3) SMP Negeri 1Pan-carijang 4) MTs YMPI Rappang-Pancarijang 5) SMPN 1 Tellulimpoe and 6) MTs DDI Amparita. Sekolah-sekolah ini telah disetu-jui oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Kantor Depag.

    Kepala Sekolah SMPN 1 Pancari-jang, Drs. Haeruddin, M.Si, menyatakan keinginan sekolahnya untuk menjadi mitra DBE3

    Hartati Hamid

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Berita Dari Provinsi Hal 15

    PELATIHAN fasilitator di lima daerah Sulawesi Selatan berlangsung selama empat hari mulai tanggal 30 Maret s.d. 2 April 2009 di Pare-Pare. Praktek mengajar dilaksanakan di sekolah binaan DBE3 di Kabupaten Pinrang dan Sidrap. Beberapa kegiatan di sekolah di Pinrang tergambar disini.

    Pelatihan Fasilitator Daerah di Sulawesi Selatan dalam Gambar

    1. Ini bukan praktek mengajar tetapi kegiatan IPS sehari-hari yang kami temukan di kelas 7, SMP1 Mattirobulu, Pinrang.

    2. Kegiatan praktek IPA termasuk percobaan menyaring dan menjerni-kan air kotor. Siswa membuat saringan sendiri dengan menggunakan berbagai bahan bekas dan bahan yang ada di lingkungan.

    3. Siswa menulis dan memajang laporan percobaan perjernian air di dinding kelas .

    4. Siswa-siswi kelas 7 ini dibawa ke luar kelas untuk melihat benda biotik dan abiotik yang ada di dalam area satu meter persegi. Mereka dibantu oleh bpk. Hamsin, fasilitator daerah dari Kabupaten Soppeng

    5. Siswa-siswi kelas 8, dibantu salah satu fasilitator daerah Ibu Haniah dari SMPN 6 Makassar, menyusun hasil karya mereka tentang pemantulan cahaya .

    6. Setelah selesai praktek mengajar di SMPN1 Pinrang beberapa peserta pelatihan membahas pelaksanaan pembelajaran, termasuk keberhasilan, masalah yang dihadapi dan usulan untuk perbaikan ke depan.

    1 2 3

    4

    5 6

    Inovasi Pendidikan: Media Komunikasi SMP dan MTs Nomor 02/April 2009

  • Peta Daerah Kerja DBE3 Sumatera Utara

    Jawa Barat-Banten

    Jawa Tengah

    Jawa Timur

    Sulawesi Selatan

    Tentang DBE3 Hal 16

    Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan ino-vasi serta praktek-praktek terbaik yang terkait dengan pendidi-kan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke [email protected].

    Daerah pemantapan

    Daerah binaan lainnya