New MOTTO DAN PERSEMBAHAN - IAIN...

62

Transcript of New MOTTO DAN PERSEMBAHAN - IAIN...

  • i

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto :

    Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu dia dalam kesibukan

    (Q.S Al- Rahman :29)

    “Sabar dan berusaha Adalah Jawaban Dari Segala Permasalahan Dengan Bermodal yakin Merupakan Penumbuhkan Semangat Hidupku dan untuk menggapai atau memperoleh sesuatu yang ingin dicapai”

    (Sri Astuti S. Husin)

    PERSEMBAHAN :

    Skripsi ini kupersembahan dengan penuh kehormatan sebagai tanda terimah kasihku dan drama Baktiku yang tulus kepada Ayah dan Ibuku

    Tercinta Sarton Husin Hibalu Dan Sartin Tane yang senantiasa membiayai, mendidik dan medoakanku demi keberhasilan studiku.

    Serta untuk Adikku Hartati S. Husin, Rendi S. Husin dan Zenap S. Husin adik yang telah banyak memotivasi dalam Penyelesaian Skripsi ini.

    Teristimewa Kepada Almamaterku IAIN Sultan Amai Gorontalo Sebagai Tempat Penulis Menimbah Ilmu Pengetahuan

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha pengasih yang tidak pilih kasih, dan lagi maha penyayang yang tidak memandang sayang. Dengan mengucapkan rasa syukur “Alhamdulillahi rabbil Alamin” berkat petunjuk dan pertolongan-Nya. Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Penerapan scientific approach dalam pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama islam di SDN 11 Limboto Barat”.

    Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga curahan rahmatnya sampai kepada keluarga, para sahabat, hingga kepada kita umatnya akhir zaman. Semoga perjuangan beliau menjadi inspirasi, khususnya bagi kalangan pelajar. Serta menjadi potret dalam kehidupan bahwa dengan berdo’a dan berikhtiar maka segala sesuatu yang di cita-citakan dapat terwujud terutama dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Namun, berkat petunjuk Allah SWT melalui pencerahan pemikiran, dan juga tekad, ketekunan penulis, serta arahan dari dosen pembimbing sehingga penyusunan skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karenanya, tidak ada kata yang paling indah diucapkan selain rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibundaku Sartin Tane, sesosok wanita yang punya perhatian besar kepada anak-anaknya. yang telah melahirkan, membesarkan, mendidikku, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Dan Ayahku Sarton Husin Hibalu, sesosok pria sejati pekerja keras tanpa mengenal siang, malam, panas, bahkan hujan, itu semua dilakukan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Semoga tetesan keringat pengorbanan “Ayah dan Ibu” selama ini, dapat terbalaskan oleh Toga kebahagiaan yang ku persembahkan saat untuk menyandang gelar sarjana, dan Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Amiin…!!!

    2. Bapak Dr. Lahaji, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo.

    3. Bapak Dr. Sofyan Kau, M.Ag., Bapak Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., dan Bapak Dr. Mujahid Damopolii, M.Pd, yang masing-masing adalah Wakil Rektor I, II, dan III IAIN Sultan Amai Gorontalo.

  • iii

    4. Bapak Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

    5. Bapak Dr. Ibu Dr. Hj.Lamsike Pateda, S.Pd, M.Pd dan Bapak Dr. Arten Mobonggi, S.Ag., M.Pd, selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

    6. Bapak Dr. Razak H. Umar, M.Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

    7. Bapak Burhannudin Mantau AK. S.Ag. M.Pd.I selaku pembimbing I dan Ibu rahmin Thalib Husain S.Ag, M.ThI selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama proses sampai terselesainya penyusunan skripsi.

    8. Kepada seluruh dosen, Staf Tata Usaha, Operator Civitas Akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo yang turut membantu dalam berlangsungnya penyusunan proposal/skripsi, sehingga tepat pada waktu yang ditentukan.

    9. Ibu Hj. Rostina Husin, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 11 Limboto Barat, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian.

    10. Bapak dan Ibu Guru, Siswa dan siswi SDN 11 Limboto Barat, yang turut memberikan informasi yang dapat membantu peneliti dalam menyusun skripsi.

    11. Kepada semua saudara kandungku (Hartati S. Husin, Rendi S. Husin dan Zenap S. Husin) yang telah memberikan do’a dan dukungan beserta semua keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan dukungan moril dan materil dalam menggapai cita-cita.

    12. Kepada teman-teman seperjuangan Pemdidikan Agama Islam angkatan 2015: Ratna Paramata, Titis Katili, Yunita Pomuato, Suhartin M. Patamani, Sakinah Harun, Wirda Abdulrahman, sitria usman, Tita Ananda Putri Paputungan, Silvia Febrianti Amba, Susanti Diu, Suci kawati Kadir, Sri sintiya Toini, Sulaeha Mokodongan, Sriayuhevina, Vivin U kaharu, Sakinah T Harun, Tari Laute, Sri Puspita Patilima, Yuyan Lahabu, Roni Ibrahim, Tasrin Dudetu, Syarif Hidayatullah Umar, Rusmin Hr. Sulu, Bayu Paputungan, Armanto Mokoginta, Zulkifli Tungkagi, sandri Mokoginta, Syaid Bin Rahman Mokoagow Panji Mamonto. serta teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi untuk meraih gelar sarjana.

  • iv

    13. Kepada Sahabat-sahabatku : Ratna, Yunita, Titis, Tini, Yuyan, Sakinah, Susan, dan Wirdha yang selalu mendukung dikala Suka Maupun duka dan memberikan motivasi demi keberhasilan bersama,

    14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis selama studi hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

    Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kehilafan yang ada pada penulisan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.

    Gorontalo, Juli 2019 Penulis

    Sri Astuti S. Husin Nim. 151012174

  • v

    DAFTAR ISI MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................ v DAFTAR TABEL ................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 5 C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional .............................. 5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 6 E. Kajian Pustaka ......................................................................... 7

    BAB II Landasan Teori A. Hakikat Pendekatan Scientifik .................................................. 9

    1. Pengertian Scientific Approach ......................................... 9 2. Pendekatan Scientific ........................................................ 11 3. Pembelajaran dan Pendekatan Scientific .......................... 13 4. Esensi Pendekatan Scientific ............................................ 15 5. Pendekatan Scientific dan Nonscientific dalam

    Pembelajaran. ................................................................... 16 6. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific. ........................ 18

    B. Pendekatan Scientific Pendidikan Agama Islam. ...................... 21 C. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam. ........................................................................... 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan ............................................................. 29 B. Kehadiran Peneliti .................................................................... 30 C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 30 D. Sumber Data ........................................................................... 30 E. Tehnik Pengumpulan Data....................................................... 31 F. Tehnik Analisis Data ................................................................ 32 G. Pengecekan Keabsahan Data ................................................. 33 H. Tahap-tahap Penelitian. ........................................................... 34

    BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum di SDN 11 Limboto Barat ............................ 36 B. Penerapan Scientific Approach dalam Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam ......................................................... 42 C. Penerapan Scientific Approach dalam Mencapai

    Tujuan Pembelajaran ............................................................... 49

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 50 B. Saran ....................................................................................... 50

  • vi

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 51

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman 4.1 Tabel Profil Sekolah ................................................................... 38 4.2 Tabel Struktur Organisasi Sekolah ............................................. 41 4.3 Keadaan Guru-guru di SDN 11 Limboto Barat ............................ 42

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan mengunakan pendekatan ilmiah (scientifik). Pendekatan scientifik adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah

    Jika di bandingkan dengan kurikulum sebelumnya, yaitu tingkat satuan pendidikan (KTSP), ada tiga langkah dalam metode pembelajarannya yaitu elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Sedangkan dalam kurikulum 2013 ada lima langkah yaitu mengamati, bertanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara procedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tepat menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.1

    Istilah pendekatan saintifik menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta.

    Tujuan aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapakan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat disekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu merumuskan hal yang ingin diketahuinya.

    1Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Scientifik Kurikulum 2013. (Yogyakarta,

    Gava Media 2014), h. 60

  • 2

    Pendekatan scientifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi.

    Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajarn diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata).2

    Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin tingginya kelas peserta didik.

    Namun sekarang kebanyakan proses pembelajaran yang di lakukan di dalam kelas masih jauh yang diharapkan. Misalnya saja dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui Pendidikan Agama Islam baik aspek kongnitif dan aspek efektif dapat terangkum secara terintergrasi. Nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan Agama Islam akan secara otomatis terinterlisasi dalam diri anak. Oleh sebab itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang perlu dikenalkan dan ditanamkan secara dini kepada anak sejak masih duduk di bangku sekolah pada tingkat dasar. Dalam hal ini. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan hal resebut agar lebih berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

    Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki

    2Abdul Majid & Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum

    2013, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 69-71

  • 3

    kemampuan untuk secara aktif mencari, mengelola, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kongnitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengatehuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segalah sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

    Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan yng berkaitan dengan proses pembelajaran, antara lain: (1) Kemampuan menguasai bahan ajar, (2) kemampuan dalam mengelolah kelas, (3) kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar. (4) kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.3

    Dalam pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan dalam menghidupkan pembelajaran, sehingga itu guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca yang diformukasikan pada scenario proses pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang dari suatu benda dan objek.

    Dalam kegiatan menannya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang sudah dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat menanya atau mengajukan pertanyaan. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan secara mandiri.

    Mengumpulkan informasi/mencoba yaitu melatih siswa mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan

    3http:// mirfanmaulana.blogspot.com/2013/05/kemampuan guru dalam proses

    pembelajaran, diakses 21 mei 2013, pukul: 06.30.

  • 4

    informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

    Mengasosiasi/menalar yaitu mengolah informasi melatih siswa mengembangkan sikapjujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan merupakan prosedur dan kemampuan berpikir indikutif serta deduktif dalam menyimpulkan.

    Mengkomunikasikan yaitu menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan, berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan lainnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaiakan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.4

    Maka dari itu guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data informasi dari berbagai sumber, misalnya dalam pelajaran bahasa dan kelompokan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

    Guru Pendidikan Agama Islam seharusnya lebih terampil lagi dalam menggunakan strategi dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siwa dengan menggunakan fasilitas yang menunjang segala aktivitas pembelajaran agar menarik dan tidak membosankan. Kenyataan tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan masih ada guru yang tidak menggunakan fasilitas pada saat proses pembelajaran karena minimnya sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah.

    Scientific approach, bertujuan agar pembelajaran menarik, peserta didik lebih aktif, wawasannya semakin luas, interaksi guru dan peserta didik dapat terjalin dan dapat memecahakan masalah-masalah yang ada disekitar. Namun kenyataan pembelajaran hanya berlangsung dalam keadaan pasif, sehingga materi yang disampaikan kurang bermakna dan berkesan kurang menarik sehingga ini menjadi salah satu masalah yang harus diperhatikan untuk keberhasilan pendidikan pada umumnya.

    Di SDN 11 Limboto Barat adalah sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun 2016-2017. Oleh karena itu peneliti mengambil lokasi penelitian di SDN 11 Limboto Barat

    4https://www.google.com/amp/s/belajarpedagogi.waordpress.com/2014/05/12/

    mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan, pukul: 06.30.

    https://www.google.com/amp/s/belajarpedagogi.waordpress.com/2014/05/12/%20mengamatihttps://www.google.com/amp/s/belajarpedagogi.waordpress.com/2014/05/12/%20mengamati

  • 5

    yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan cocok untuk dijadikan lokasi penelitian karena sesuai dengan judul yang akan teliti.

    Berangkat dari masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dengan formulasi judul “penerapan scientific approach dalam pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama islam di SDN 11 Limboto Barat”.

    B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka fokus penulisan

    proposal ini adalah bagaimana Penerapan scientific approach dalam mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari fokus permasalahan tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan scientific approach dalam pembelajaran

    PAI di SDN 11 Limboto Barat.? 2. Apakah penerapan scientic approach dapat mencapai tujuan

    pembelajaran PAI.? C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

    Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi ini maka penulis menguraikan pengertian judul sebagai berikut: 1. Pendekatan scientific adalah metode scientific (ilmiah) pada

    umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Pendekatan scientific adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan scientific ini siswa akan diajak meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak.5 Suriasumantri menyatakan salah satu keunggulan metode ilmiah adalah bahwa pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu.6 Jadi pendekatan scientific approach menyatakan bahwa metode scientific (ilmiah) membuat siswa melakukan berbagai pengalaman belajar melalui observasi dan penjelasan hasil pengamatannya.

    5Abdul Majid & Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013,

    (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 69 6Suriasumantri, J. filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan, 2009), h. 140

  • 6

    2. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapain tujuan pembelajaran.7 Pembelajaran adalah serangkain kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.8 Adapun untuk memudahkan guru dalam pembelajaran yaitu dengan menggunkan metode atau media.

    3. Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama. Pendidikan Agama Islam secara alamiah adalah proses manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama islam peserta didik.9

    D. Tujuan dan kegunaan penelitian a. Tujuan penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan scientific approach dalam

    pembelajaran PAI di SDN 11 Limboto Barat. 2. Untuk mengetahui penerapan scientific approach dapat

    mencapai tujuan pembelajaran PAI di SDN 11 Limboto Barat.

    b. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis

    Sebagai suatu karya ilmiah, proposal ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran yang signifikan di kalangan para pemikir dan intelektual, serta dapat

    7Jamil suprihatiningrum, M. Pd. Si, strategi pembelajaran teori & aplikasi, (AR-Ruzz media,

    Jogjakarta, 2016), h. 73 8Jamil suprihatiningrum, M. Pd. Si, strategi pembelajaran teori & aplikasi, (AR-Ruzz media,

    Jogjakarta, 2016), h. 73 9Jurnal azhar basyir, (penerapan pendekatan scientific dalam proses pendidikan agama

    islam), 2018, h 19

  • 7

    mengubah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.

    b. Kegunaan praktis 1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru Pendidikan

    Agama Islam sehingga dapat memotivasi siswa agar lebih memahami dalam proses pembelajaran pada mata pembelajaran pendidikan agama islam.

    2. Dengan mengadakan penelitian ini, di harapkan dapat memberikan pengalaman yang berharga dan kekayaan intelektual pada peneliti terkait dengan pendekatan scientifik proses dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SDN 11 Limboto Barat.

    E. Kajian pustaka Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya peneliti menelaah

    beberapa hasil skripsi yang berkaitan dengan dengan apa yang peneliti akan paparkan dalam skripsi ini nantinya. Adapun skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran umum tentang sasaran yang akan peneliti sajikan dalam skripsi ini dengan melihat posisi skripsi yang telah ada nantinya dapat menghindarkan kesamaan dari skripsi yang telah ada sebelumnya. Sehubungan dengan ini ada beberapa skripsi diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ois Malsum dengan judul

    “Penerapan Kurikulum 2013 Melalui Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama iIslam di SMP Negeri 11 Gorontalo.” Adapun hasil penelitian diatas yaitu menunjukan bahwa guru melaksanakan proses pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan scientific dengan kegiatan mengamati melalui observasi, menanya melalui mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi melalui percobaan, mengasosiasi melalui menalar, dan mengkomunikasi melalui membentuk jaringan, dengan memperhatikan prinsif-prinsif pembelajaran meskipun belum dilaksanakan secara maksimal, karena banyak kendala yang harus dihadapi oleh guru pendidikan agama islam.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Eliana dengan judul “Pengaruh Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di SMP 1 Gorontalo.” Adapun hasil penelitian diatas menjelaskan tentang penerappan scientific pada pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti mempengaruhi prestasi belajar peserta didik sebesar 55% dan 45% dipengaruhi

  • 8

    oleh faktor lama diluar penelitian. Dari hasil analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dengan adanya pendekatan scientific maka akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik terutama pada pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti.

    Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pertama, persamaannya: sama-sama meneliti pendekatan scientific. Kedua: perbedaannya: pada penelitian sebelumnya lebih pada hasil belajar peserta didik sedangkan dalam penelitian ini peneliti lebih menitik beratkan pada penerapan scientific approach dalam pencapain tujuan pembelajaran PAI.

  • 9

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Hakikat pendekatan scientific

    a. Pengertian Pendekatan Scientific Approach Scientific berasal dari bahasa inggris yang berartti ilmiah

    yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan approach yang berarti pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsprirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang sesuatu.10 Dengan demikian, maka pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu yaitu ilmiah.

    Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yan dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan scientific atau ilmiah. Upaya penerapan pendekatan scientific atau ilmia dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai cirri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013 yang yang tentunya menarik untuk dipelajari.11

    Suriasumantri menyatakansalah satu keunggulan metodeh

    ilmiah adalah bahawa pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pengetahuan ilmiah ini diproses lewat serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, dan dari karakteristik ilmiah maka ilmu sering dikonotasikan sebagai disiplin, sedangkan metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.12

    10Tim Prima Pena, Kamus Besar bahasa Indonesia,(Jakarta: Citra Media Press,

    2006), h.339 11Imas Kurniasih & Berlian Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013

    (Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013), (Cet Ke-2, Kata Pena, 2014), h. 29 12Suriasumantri, J. filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka

    Sinar Harapan, 2009), h. 140

  • 10

    Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

    Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin tingginya kelas peserta didik. Pembelajaran dengan metode scientific memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi

    konsep, hukum atau prinsip 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

    merancang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tinggkat tinggi peserta didik.

    4. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.13

    Adapun tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasrkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah:

    1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan bepikir tingkat tinggi peserta didik.

    2. Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesainkan suatu masalah secara sistematik.

    3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

    4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. Untuk melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-

    ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter peserta didik.14

    13M. Lazim, Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientifik pada

    Kurikulum 2013, (Artikel: PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta: T. th), h, 7. 14Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Scientifik Kurikulum 2013. (Yogyakarta,

    Cet. 1, Gava Media 2014), h. 53-54

  • 11

    b. Pendekatan Scientific Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua

    jenjang dilaksanakan dengan mengunakan pendekatan ilmiah (scaintific). Pendekatan scaintific adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini siswa akan diajak meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak.

    Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scaintific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara procedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tepat menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

    Sejalan diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan saintifik (ilmiah) atau pendekatan saintifik atau scientific approach menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru mellalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta.

    Tujuan aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapakan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat disekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu merumuskan hal yang ingin diketahuinya.

    Pendekatan scientifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. oleh karena itu,

  • 12

    kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

    Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajarn diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanyamendengarkan dan menghafal semata).

    Menurut sudarwan, pendekatan scientific bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau criteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi criteria seperti berikut ini: 1. Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

    fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

    2. Penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

    3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan dapat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

    4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

    5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam merespons substansi atau materi pembelajaran.

    6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

    7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

  • 13

    Dalam majalah forum kebijakan ilmiah yang terbit di amerika pada tahun 2004, sebagaimana dikutip Wikipedia, menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan merode yang teruji secara ilmiah, sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang berpariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengidentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

    Pada penerbitan berikutnya, tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu:

    a. Belajar siswa aktif, dalam ha; ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.

    b. Assessment. Berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.

    c. Keberagamaan. Mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.15

    c. Pembelajaran dan pendekatan saintifik Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang

    mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry, dan kemampuan berpikir kreatif siswa . Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik .

    15Abdul Majid & Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi

    Kurikulum 2013, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 69-67

  • 14

    Terjemahnya:

    Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.16

    Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekannakan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didikdipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang menbimbing dan mengkordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmuan, dengan demikian pesrta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, menbangun konsep, dan nilai-nilai baru yang

    16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya (semarang : PT. Karya

    putra semarang. 2007), h. 434

  • 15

    diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam proses pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.

    Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri.

    d. Esensi Pendekatan Scientific (ilmiah) Pembelajaran merupakan proses scientific (ilmiah). Karena

    itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific (ilmiah) dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajarn scientifik (ilmiah) menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada standar proses di mana pemebalajarannya diciptakan dengan suasana yang memuat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Dengan demikian, peserta didik akan menguasai materi yang dipelajari dengan baik dan benar.

    Kegiatan pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses saintifik (ilmiah). Oleh karena itu, kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria saintifik, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).

    Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan.

  • 16

    e. Pendekatan Scientific dan Nonscientific dalam Pembelajaran

    Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik (ilmiah) itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retasi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

    Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintik (ilmiah). Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut: a. Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

    fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

    b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

    c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.

    d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari subtansi atau materi pembelajaran.

    e. Mendorong dan menginspirasi pesrta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon subtansi atau materi pembelajaran.

    f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

  • 17

    g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas namun menarik sistem penyajiannya.

    Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah. Pendekatan nonilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba dan asal berpikir kritis.

    a. Intuisi Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis

    yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur piker yang sistemik dan sistematik.

    b. Akal sehat Guru dan peserta didik harus menggunakan akal

    sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuanyang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata mengunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

    c. Prasangka Sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

    diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (common sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan orang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didompleng kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasikan hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

  • 18

    d. Penemuan coba-coba Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan

    wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya dan bernilai kreatifitas.

    e. Berpikir kritis Kemampuan berpikir kritis itu ada pada semua

    orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang berpendidikan tinggi. Orang seperti ini biasannya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliable, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.17

    f. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific Berikut langkah-langkah pembelajaran saintifik yaitu: a. Mengamati

    Langkah pertama dalam proses pembelajaran saintifik adalah mengamati. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari suatu objek materi yang berkenaan dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari. Prosesnya dapat dilalui melalui hal-hal berikut: 1. Menbaca sumber-sumber tertulis, seperti kamus, novel,

    surat kabar, iklan, poster, bagan, grafik. 2. Mendengarkan informasi lisan, melalui radio,

    pembeacaan wacana, tayangan tentang narasumber. 3. Melihat gambar dan sejenisnya. 4. Menonton tayangan, seperti film. 5. Menyaksikan fenomena alam, sosial, budaya.

    Kegiatan mengamati dalam pendekatan pembelajaran scientific dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

    17Dirman & Cicih Juarsi, Pengembangan Kurikulum Dalam Rangka Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa,(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2014), h. 118-122

  • 19

    b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

    c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

    d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi. e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan

    dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

    f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil observasi.18

    b. Menanya Dalam kamus besar bahasa Indonesia, menanya

    sama maknanya dengan bertanya., yang berarti ‘mengajukan pertanyaan’. Dalam pendekatan saintifik, pihak yang menanya adalah siswa. Pertanyaan yang muncul diharapkan terkait dengan objek yang telah diamatinya. Untuk melakoni tahap ini, pada diri siswa harus berkembang sikap kreativitas, rasa ingin tahu, dan sikap kritis di samping kemampuan merumuskan pertanyaan yang benar. Adapun secara umum, kegiatan menanya tersebut memiliki fungsi sebagai berikut: a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian

    siswa terhadap objek yang diamatinya. b. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara,

    mengajukan pertanyaan, dan member jawaban secara logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

    c. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

    d. Membangun sikap keterbukaan untuk saling menberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

    c. Bernalar Pertanyaan-pertanyaan siswa yang sudah berkumpul

    tentu saja harus dijawab. Kegiatan menjawab pertanyaan-pertanyaan itukah yang dimaksud dengan bernalar. Caranya

    18Imas Kurniasih & Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013

    (Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013), Cet. Ke-2, Kata Pena, 2014), h. 39

  • 20

    adalah dengan melakukan kegiatan seperti dalam pengamatan awal. Hanya saja prosesnya lebih intensif dengan harapan fakta yang dapat dikumpulkan siswa pun lebih banyak sehingga cukup memadai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan siswa dalam tahap bernalar adalah sebagai berikut: a. Membaca beragam referensi yang sekitarnya dapat

    memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

    b. Melakukan pengamatan lapangan, terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan data faktual.

    c. Melakukan percobaan laboraterium untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan pembuktian ilmiah.

    d. Mengasosiasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia asosiasi

    adalah tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain: pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra. Dalam pendekatan saintifik, mengasosiasi diartikan sebagai menerapkan (mengembangkan, memperdalam) pemahaman atas suatu konsep kepada konsep lain yang sejenis atau yang berbeda.

    e. Mengomunikasikan Mengomunikasikan berarti menyampaikan hasil

    kegiatan sebelumnya kepada orang lain, baik secara lisan ataupun tertulis. Kegitan yang dimaksudkan bisa dengan cara-cara berikut: a. Silang baca antar siswa. b. Memajang karya di majalah dinding. c. Memasukan karya di blog (internet). d. Membacakan pendapat pribadi ataupun hasil diskusi

    kelompok atau mendapatkan tanggapan dari siswa lainnya.

    e. Berprestasi di depan kelas dengan mengunakan media tertentu, seperti LCD sehingga menyerupai kegiatan diskusi umum.

    Di samping itu, mengomunikasikan dapat berupa kunjung karya ataupun karya kunjung.

  • 21

    a. Karya kunjung berarti karya “mengunjungi” siswa lainnya. Siswa atau kelompok yang satu menyerahkan karyanya kepada siswa lain untuk ditanggapi atau di nilai.

    b. Kunjung karya berarti siswa mengunjungi karya temannya yang dipajang di dinding atau di tempat-tempat lainnya untuk mereka komentar, dinilai.

    Mengomunikasikan dapat pula diselenggara dalam bentuk kegiatan yang lebih besar, misalnya dalam bentuk pagelaran, pameran.

    a. Pagelaran terkait dengan KD yang memerlukan penampilan missal, seperti pementasan drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia atau bahasa inggris, seni budaya dan olahraga.

    b. Pameran terkait dengan KD yang menghasilkan produk tertentu seperti mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan.19

    f. Melakukan eksperimen/percobaan atau memperoleh informasi

    Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpilkan data atau informasi dari berbagai sumber, misalnya dalam pelajaran bahasa dan kelompok pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain: a. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau

    percobaan oleh siswa. b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang

    menantang siswa untuk berpikir kritis. c. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan

    dan peralatan. B. Pendekatan Scientific Pembelajaran PAI

    19Kosasi, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, (

    Bandung : yrama widya, 2014), h. 70-81

  • 22

    a. Kriteria 1. Materi pembelajaran PAI berbasis pada fakta atau

    fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

    2. Penjelasan guru PAI, respon siswa dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

    3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran PAI.

    4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola piker yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran PAI.

    5. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

    6. Tujuan pembelajaran PAI dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menariksistem penyajiannya.

    b. Laangkah-langkah pembelajaran scientific PAI Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,

    pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui pengamatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. 1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi

    ajar PAI agar peserta didik “tahu mengapa”. 2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau

    materi ajar PAI agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau

    materi ajar PAI agar peserta didik “tahu apa”. c. Kurikulum 2013 PAI menekankan pada dimensi pedagogic

    modern dalam pembelajaran, yaitu mengunakan pendekatan ilmiah (scientific).

    d. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran PAI sebagaimana dimaksudkan meliputi mengamati, menanya,

  • 23

    mengeksplore/eksperimen, mengaosiasi dan mengkomunikasikan.20

    C. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran PAI a. Hakikat pembelajaran

    Hakikat diartikan sebagai kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya. Dalam pembelajaran, kenyataan yang benar meliputi hal-hal berikut. 1. Hakikat manusia sebagai subjek didik, di antaranya:

    a. Subjek didik bertanggung jawab atas pendidikanya sendiri.

    b. Subjek didik merupakan unsur yang unik, memiliki potensi dan kebutuhan, baik fisik maupun psikologis yang berbeda-beda.

    c. Subjek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.

    d. Subjek didik membutuhkan tempat/ lingkungan untuk mengekspresikan diri.

    2. Hakikat pndidikan/ pengajar di antaranya: a. Pendidik sebagai agen perubahan b. Pendidik sebagai pemimpin dan pendorong nilai-nilai

    universal dan kemasyarakatan. c. Pendidik harus memahami karakteristik unik dan

    berupanya memenuhi kebutuhan masing-masing individu subjek didiknya.

    d. Pendidik sebagai fasilitator pembelajran menciptakan kondisi yang menggugah dan menyediakan kemudahan bagi subjek didik untuk belajar.

    e. Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subjek didik.

    f. Pendidik dituntut menjadi model/ contoh dalam pengelolaan pembelajaran bagi subjek didiknya.

    g. Pendidik senantiasa mengembangkan diri sesuai perkembangannya bekerja dan berkarya.

    3. Hakikat pembelajaran diantaranya: a. Pembelajaran terjadi apabila subjek didik secara aktif

    berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik.

    20Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam (Dilengkapi Pembahasan

    Kurikulum 2013), (Yogyakarta : Eja Publisher, 2014), h. 221-223

  • 24

    b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat.

    c. Program pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat.

    d. Pembelajaran harus memerhatikan aspek proses dan hasil belajar.

    e. Materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang. Dengan memahamihakikat manusia sebagai subjek didik, hakikat sebagai pendidik dan hakikat pembelajaran kegiatan pembelajaran akan dapat dilakukan dengan benar.21

    b. Pengertian pembelajaran Pembelajaran adalah serangkain kegiatan yang melibatkan

    informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

    Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan proses utama yang diselenggarakan dalam kehidupan disekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut profit tertentu.ini berarti guru dan anak didik harus memenuhi persyaratan, baik dalam pengetahuan, kemampuan sikap dan nilai, serta sifat-sifat pribadi agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif.

    Kegiatan pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan menunjang dalam upaya mencapai tujuan pembelajaranyang telah ditetapkan dalam program pembelajaran. Komponen-komponen dalam pembelajaran tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan, media, dan sarana prasarana perlu ada. agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan guru harus mampu mengoordinasi komponen-komponen pembelajaran tersebut

    21Jamil suprihatiningrum, M. Pd. Si, strategi pembelajaran teori & aplikasi, (AR-

    Ruzz media, Jogjakarta, 2016), h. 73-75

  • 25

    dengan baik sehingga terjadi interaksi aktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan komponen belajar.22

    c. Pengertian tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan kualifikasi kemampuan

    yang yang lebih khusus menyangkut dengan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti setiap materi pembelajaran. Tujuan diatasnya adalah tujuan kurikuler, yaitu rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah selesai mempelajari sebuah mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Sedangkan tujuan yang lebih tinggi lagi dari tujuan kurikuler yaitu tujuan lembaga atau institusional, yaitu rumusan kualifikasi yang harus dimiliki atau dicapai setelah siswa menyelesaikan program satuan pendidikan. adapun tujuan terakhir yang paling tinggi yang harus menjadi muara dari tujuan-tujuan yang ada dibawahnya yaitu tujuan pendidikan nasional.23

    d. Tujuan pembelajaran Tujuan instruksional disebut tujuan pembelajaran,

    menggambarkan bentuk tingkah laku atau kemampuan yang dirapkan dapat memiliki pelajar setelah proses belajar mengajar.

    Tujuan pembelajaran dikelompokan menjadi dua istilah dalam kurikulum KTSP, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang kemudian penegembangannya dalam brntuk indikator dan tujuan pembelajaran dilakukan oleh pihak sekolah sesuai dengan tingkatannya.

    Tujuan umum atau yang inclune dalam SK KD masih bersifat umum. Hal ini kurang bermanfaat bagi guru, dan tidak membantu dalam menentukan strategi mengajar yang harus digunakan atau bentuk penilaian yang harus diambil. Untuk mencapai tujuan umum, pelajar memerlukan beberapa kali proses belajar. Mungkin tujuan umum baru dapat dicapai setelah dua atau tiga kali mengajar. Dengan perkataan lain tujuan umum baru dapat dicapai setelah pelajar menguasai beberapa atau sejumlah indikator. Indikator kompetensi dasar bersifat spesifik dan jelas. Tujuan atau indikator ini dapat membantu secara nyata serta memberikan arah yang jelas kepada guru dan pelajar.

    22 Jamil suprihatiningrum, ibid, h. 75-77 23 Jurnal azhar basyir, (penerapan pendekatan scientific dalam proses pendidikan

    agama islam), 2018, h. 16

  • 26

    Merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas berdasarkan tingkah laku yang dapat diamati dan diukur sangat penting. Terdapat beberapa alasan mengapa tujuan perlu merumuskan secara khusus: 1. Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan

    kesulitan didalam penafsiran. 2. Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan

    penilaian yang tepat, dan karenanya dapat membantu di dalam menempatkan kualitas dan efektivitas pengalaman belajar.

    3. Memungkinkan guru dan pelajar dapat membedakan di antara macam dan kelompok tingkah laku yang berbeda-beda, dan karenanya dapat membantu mereka dalam memutuskan strategi yang paling optimal untuk keberhasilan belajar.

    4. Merupakan suatu rangkuman yang lengkap untuk pelajaran yang akan diberikan dan dapat berfungsi sebagai pedoman awal untuk belajar.

    5. Rumusan tujuan dibuat oleh guru untuk belajar, karena guru diasumsikan tahu benar bahwa apabila ia mengajarkan suatu topic, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai oleh pelajar dalam mempelajari topik tersebut.

    6. Tujuan diperuntukan bagi pelajar, karena yang menjalani proses belajar adalah pelajar dan dialah yang akan mencapai hasilnya, bukan guru.

    Tujuan pembelajaran berkenan dengan hasil belajar. Oleh sebab itu, isi tujuan harus mengandung berbagai hasil belajar. Tujuan khusus dapat dikelompokan ke dalam salah satu dari tiga kelompok tujuan berikut:

    1. Tujuan kongnitif adalah berkenaan dengan aspek intelektual, seperti penganalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

    2. Tujuan afektif adalah berkenaan dengan sikap, nilai, minat, perhatian dan lain-lain.

  • 27

    3. Tujuan psikomotorik adalah berkenaan dengan keterampilan motorik. Hasil belajar ini pada umumnya mengangkut kegiatan praktek.24 Tujuan pembelajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan

    dalam mengajar. makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar siswa di bawah bimbingan guru. Yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan merumuskan tujuan instruksional adalah: 1. Kemampuan dan nilai-nilai apa yang hendak dikembangkan

    pada diri siswa. 2. Apakah hendak dicapai sekaligus atau secara bertahap. 3. Apakah perlu ditekankan aspek-aspek tertentu sampai

    berapa jauh tujuan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.

    4. Apakah waktu tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.25

    e. Tujuan Pembelajaran PAI Pendidikan agama islam secara alamiah adalah proses

    manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh allah sebagai “sunnatullah”. Agama islam diturunkan dengan maksud membawa perdamaian dan konsep kehidupan yang sesuai dengan jalan yang diberikan allah Swt yang penjelasannya dituangkan dalam kitab suci al-qur’an sehingga sebagai umat muslim yang taat sudah sepatutnya kita mempelajari tentang dasar-dasar dan hukum-hukum agama islam.

    Pembelajaran pendidikan agama islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama islam peserta didik. Maksudnya di sini, kualitas atau kepribadian dapat di ekplorasikan dalam hubungan keseharian denganlingkungan atau masyarakat baik

    24 Moh. Fahri Yasin, Baso Tola, Strategi Belajar dan Pembelajaran. (Sultan Amai

    Prees IAIN Gorontalo, 2008), h. 132-137 25 Moh. Fahri Yasin, Baso Tola, Strategi Belajar dan Pembelajaran. (Sultan Amai

    Prees IAIN Gorontalo, 2008), h. 88

  • 28

    yang seagama maupun yang tidak serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional dan bahkan tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain.26

    Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pertama, persamaannya: sama-sama meneliti pendekatan scientific. Kedua: perbedaannya: pada penelitian sebelumnya lebih pada proses pendidikan agama islam sedangkan dalam penelitian ini peneliti lebih menitik beratkan pada penerapan scientific approach dalam pencapain tujuan pembelajaran PAI.

    26Jurnal azhar basyir, (penerapan pendekatan scientific dalam proses pendidikan agama

    islam), 2018, h 19

  • 29

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan pendekatan penelitian

    1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif

    deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya tentang perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa secara jelas pada suatu konteks khusus yang alamiah.27

    Penelitian kualitatif sebagaimana pendapat bogdan dan taylor adalah mendefinisikan metodologi kualitalif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

    Penggunaan metode kualitatif didasarkan pada pertimbangan bahwa data yang diperoleh akan lebih lengkap, mendalam dan terpercaya serta ditemukannya segala kejadian dalam konteks social. Data yang bersifat keyakinan, kebiasaan, sikap mental dan budaya yang dianut oleh seseorang dapat dikemukakan dengan jelas.

    2. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis. Alasan penulis menggunakan pendekatan ini, sebagaimana uraian teoritis Ine Amirman Yousda bahwa “penelitian dengan pendekatan fenomenologis ini dilakukan jika peneliti ingin menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena yang ada/berlaku sekarang.Ini menjakup baik studi tentang fenomena sebagaimana adanya, maupun pengkajian hubungan-hubungan antara variable dalam fenomena yang diteliti.28

    27Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, (Jakarta : Bumi

    Akrasa, 2008), h 16 28Ine Amirman Yousda dan Zainal Abiding, “Penelitian dan Statistik Pendidikan”,

    (Bandung: Bumi Karsa, t.th), h. 21

  • 30

    B. Kehadiran peneliti Dalam menyelenggarakan kegiatan penelitian, penulis

    bertindak sebagai pengumpul data sekaligus pengamat terhadap objek penelitian, penulis bertindak sebagai pengumpul data sekaligus pengamat terhadap objek penelitian. Peneliti bertindak sebagai instrument utama pengumpul data. Karena itu kehadiran peneliti pada lokasi penelitian adalah suatu keharusan dalam rangka mengamati secara langsung terhadap objek penelitian. Sehingga data yang dikumpulkan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti menempatkan diri penulis pada posisi kunci untuk mengumpulkan data dan pengamatan lapangan. Kehadiran peneliti dilapangan diupayakan untuk tidak menjadi penyebab diadakannya persiapan-persiapan oleh objek peneliti yang dapat menyebabkan proses pengambilan data tidak objektif lagi.

    C. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian

    Penelitian ini difokuskan di SDN 11 Limboto Barat yang terletak di ombulo, kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Adapun alasan yang menjadi dasar lokasi tersebut, ditinjau dari faktor kesederhanaan dan kemudahan di dalam melakukan penelitian. Karena tentunya berpengaruh pada kemudahan peneliti memasuki lokasi, mudah memperoleh izin tidak terlalu Nampak melakukan penelitian serta kegiatan penilitian dapat dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang.

    2. Waktu penelitian Waktu yang direncanakan dimulai dari penyusunan usulan

    penelitian sampai dengan terlaksananya penelitian ini. D. Sumber data

    Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Penjelasan tentang sumber data tersebut: 1. Data primer

    Data primer dalam penelitian ini yaitu merupakan sumber data utama yang berupa kata - kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan di wawancarai.29 Dalam hal ini adalah Kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan salah satu siswa

    29Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya,2005), h. 157

  • 31

    yang berada di SDN 11 Limboto Barat Kecamatan Limboto Barat.

    2. Data sekunder Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

    yaitu data yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang diperoleh dari berbagai dokumen, tulisan dan arsip-arsip yang berkaitan dengan objek penelitian.30

    E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

    penting, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai berikut: 1. Observasi

    Obsevasi yaitu pengamatan kelokasi penelitian, teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini salah satunya yaitu teknik observasi. Observasi merupakan pengamatan lokasi penelitian, merupaka teknik awal yang digunakan untuk kepemimpinan memperoleh keudahan dalam pengumpulan data umum objek penelitian. Observasi dilakukan dengan cara mengamati kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 11 Limboto Barat. Masalah yang diobservasi di SDN 11 Limboto Barat yaitu Pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis scientific approach terhadap untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    2. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan

    maksud tertentu, dimana pewawancara mengajukan pertanyaan kepada informan upaya untuk mendapatkan jawaban atas setiap pertanyaan.Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk melengkapi dan memperdalam hasil penelitian. Adapun wawancara yang dilakukan yaitu wawancara tekstruktur dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara sehingga wawancara dapat berjalan sesuai kebutuhan peneliti. Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam yang berada di SDN 11 Limboto Barat.

    3. Dokumentasi

    30Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta:

    BPFE,1999), h 147

  • 32

    Dokumentasi cacatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumentasi tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.31 Dokumentasi yang dibutuhkan peneliti yaitu: visi misi, struktur organisasi, keadaan guru, kariawan dan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana.

    F. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan suatu langkah yang penting dalam satu penelitian. Dilihat dari konsep dasarnya analisis data diartikan sebagai proses mengorganisasikan dan menggunakan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti disarankan oleh data lapangan yang diperolehnya, tentu lebih baik, jika dikonfirmasikan dengan data pustaka denga tujuan untuk menguji.

    Teknik analis data kualitatif yang digunakan adalah analisis selama dilapangan model miles dan huberman. Pada model ini analisis data dibagai menjadi tiga tahap yaitu: a. Reduksi data

    Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan data dalam satu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

    b. Data display (penyajian data) Data display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi

    yang telah tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data display dalam kehidupan sehari-hari atau dalam interaksi sosial masyarakat terasing, maupun lingkungan belajar di sekolah atau data display surat kabar sangat berbeda antara satu dengan yang lain.32

    c. Verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut miles

    and huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara

    31Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & Penelitian Gabubugan,

    (Jakarta: prenadameda group, 2015) h.372-391 32 Muri Yusuf, Ibid, h. 407-408

  • 33

    dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.33

    G. Pengecekan Keabsahan Data Teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh hasil

    maksimal dalam pengecekan keabsanan data adalah: 1. Ketekunan pengamanan

    Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

    2. Perpanjangan keikutsertaan Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

    pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

    3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.34 Pengecekan dengan cara triangulasi ini dibagi menjadi empat yaitu: a. Triangulasi Sumber

    Diperoleh dari sumber dengan cara mengecek, cek ulang (recek) dan cek silang. Pengecekan dengan cara triangulasi ini dibagi menjadi tiga yaitu: dilakukan dengan pengecekan data (cek, cek ulang, dan cek silang). Mengecek adalah melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informan dengan pertanyaan mengenai hal yang sama dalam waktu yang berlainan. Cek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan informan satu dengan informan lainnya.

    b. Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara

    membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi atau pengamatan untuk

    33 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D, (Bandung: allfabeta

    2014) h. 252 34 Lexy j. moleong, Metodologi penelitian kualitatif, (bandung: remaja rosdakarya,

    2016) h. 327-330

  • 34

    mengecek kebenarannya.Selain itu, peneliti jiga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informan tersebut.Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

    c. Triangulasi Peneliti Triangulasi peneliti dilakukan dengan cara

    menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

    d. Triangulasi Teori Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

    rumusan informasi atau thesis statement.Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang diperoleh.35

    H. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dapat penulis golongkan dalam tiga tahapan yaitu:

    tahap perencanaan, tahap pelasanaan, dan tahap penulisan laporan. Berikut uraiannya: 1. Tahap Perencanaan

    Pada tahap ini penulis mengambil langkah-langkah sebgai berikut: penentuan atau pemilihan masalah, studi awal untuk menentukan layak tidaknya penelitian dilaksanakan, perumusan atau identifikasi masalah, telaah kepustakaan, pemilihan metode penelitian, perumusan tujuan dan kegunaan penelitian, pembuatan kerangka penelitian (administrasi), konsultasi dengan dosen pembimbing, pembuata instrument penelitian.

    2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan penulis melaksanakan empat kegiatan

    pokok yaitu: pengumpulan data, pengelolaan data, analisis data, penarikan kesimpulan.

    35 Lexy j. Mooleong, ibid, h. 331

  • 35

    3. Tahap Penulisan Laporan Dalam tahap penulisan laporan ini penulis menggunakan

    format atau pedoman penulisan karya ilmiah yang diberlakukan oleh institusi IAIN Sultan Amai Gorontalo. Selain itu penulis memperhatikan pula aspek pembaca bentuk dan isi serta penulisan laporan.

  • 36

    BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum di SDN 11 Limboto Barat Kecamatan Limboto

    Barat Sebelum membahas lebih jauh tentang deskripsi hasil

    peneliatan, penulis akan menguraikan secara singkat tentang deskripsi umum obyek penelitian, pada pembahasan ini akan diketengahkan sejarah singkat, profil sekolah, visi misi, struktur organisasi, keadaan guru-guru di SDN 11 Limboto Barat. 1. Sejarah singkat SDN 11 Limboto Barat

    SDN 11 Limboto Barat berdiri sejak tahun 1957, merupakan salah satu SD imbas berstatus Negeri yang berada di Kecamatan Limboto Barat, menempati tanah seluas 2.105 m², yang terletak di jalan Amal Modjo, Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat.

    Kondisi masyarakat lingkungan sekolah yang telah dikatakan sebagai masyarakat yang relatif memiliki wawasan yang memadai. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian Petani.

    Dengan demikian kondisi sosial Orang Tua siswa rata – rata menengah kebawah, namun tingkat kepedulian cukup. Kondisi Ekonomi yang demikian itu menimbulkan dampak bagi perkembangan pendidikan diSDN 11 Limboto Barat. Penyediaan sarana prasarana pembelajaran menemui kendala akibat ekonomi Orang Tua Siswa.

    SDN 11 Limboto Barat merupakan sekolah yang memiliki potensi untuk berkembang karena letaknya strategis di dukung oleh masyarakat sekitar yang ditandai dengan adanya kepedulian masyarakat dalam mendukung program sekolah. Hal ini nampak pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang transparan dan akuntabel.

    Meskipun di lihat dari kondisi sarana dan prasarana minim juga tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang masih kurang, namun lingkungan masyarakat yang tinggi secara bertahap segala kekurangan sekolah dapat teratasi hal ini terbukti dengan dukungan masyarakat baik dari segi sumbangan pikiran, dana, tenaga. Upaya inilah yang kami tuangkan dalam program KTSP

  • 37

    SDN 11 Limboto Barat memiliki tenaga pendidik 11 orang. Dari jumlah 11 orang tersebut terdiri dari 6 Guru PNS dan 4 Orang Guru Tidak Tetap serta 1 orang Operator.

    Fasilitas yang dimiliki SDN 11 Limboto Barat antara lain 1 ruang kepala sekolah, 1 gedung untuk dewan guru, 1 ruang operator, 1 ruang UKS, 1 ruang untuk gudang dan 1 gedung perpustakaan, 6 ruang kelas,1 ruang sholat dan halaman yang cukup memadai untuk kegiatan olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan amanat undang – undang Sistem Pendidikan Nasional, perlu disusun seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang disebut dengan Kurikulum.

    Kurikulum SDN 11 Limboto Barat adalah Kurikulum Operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing Satuan Pendidikan. Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Tujuan ini meliputi tujuan Pendidikan Nasional yang di sesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik. Oleh sebab itu Kurikulum SDN 11 Limboto Barat di susun untuk memungkinkan penyesuaian program Pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada diSDN 11 Limboto Barat.

    Pengembangan Kurikulum SDN 11 Limboto Barat mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas Standar Isi, Proses, Kompetensi, Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan dan Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi ( SI ) dan Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) merupakan acuan utama bagi SDN 11 Limboto Baratdalam mengembangkan Kurikulum. Kurikulum SDN 11 Limboto Barat disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan Peserta Didik untuk belajar : 1. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha

    Esa. 2. Memahami dan menghayati Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi.

  • 38

    3. Mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif dan efisien.

    4. Berinteraksi dengan orang lain. 5. Membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar

    yang aktif, kreatif, inovatif, efekti dan menyenangkan.36 2. Profil Sekolah

    1. Identitas Sekolah 1 Nama Sekolah : SD NEGERI 11 LIMBOTO BARAT

    2 NPSN : 40500439

    3 Jenjang Pendidikan : SD

    4 Status Sekolah : Negeri

    5 Alamat Sekolah : Jalan Kiyai Modjo

    RT / RW : 0 / 0

    Kode Pos : 96215

    Kelurahan : Ombulo

    Kecamatan : Kec. Limboto Barat

    Kabupaten/Kota : Kab. Gorontalo

    Provinsi : Prov. Gorontalo

    Negara

    : Indonesia

    6 Posisi Geografis : 0.6488 Lintang

    122.9217 Bujur

    3. Data Pelengkap

    7 SK Pendirian Sekolah : AD.507632.18.04.18.16.1.0

    8 Tanggal SK Pendirian

    : 1957-01-01

    9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

    10

    SK Izin Operasional : -

    36 Profil sekolah SDN 11 Limboto Barat. Tahun. 1957

  • 39

    11

    Tgl SK Izin Operasional : 1910-01-01

    12

    Kebutuhan Khusus Dilayani :

    13 Nomor Rekening : 5152-01-027397-537 14 Nama Bank : BRI LIMBOTO 15

    Cabang KCP/Unit : Unit

    16

    Rekening Atas Nama : SDN 11 LIMBOTO BARAT

    17 MBS : Ya 18

    Luas Tanah Milik (m2) : 2105

    19

    Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0

    20

    Nama Wajib Pajak : SDN 11 LIMBOTO BARAT

    21 NPWP :

    3. Kontak Sekolah 20 Nomor Telepon : 0823499822999 21 Nomor Fax : 22 Email :

    [email protected]

    23 Website :

    4. Data Periodik 24 Waktu Penyelenggaraan : Sehari Penuh/5 hari 25 Bersedia Menerima Bos? : Ya 26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

    2 Sumber Listrik : PLN

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 40

    7

    28 Daya Listrik (watt) : 900 29 Akses Internet : Telkom Speedy 30 Akses Internet Alternatif : Telkom Speedy

    5. Sanitasi 31 Kecukupan Air : Cukup

    32

    Sekolah Memproses Air : Ya

    Sendiri 3

    3 Air Minum Untuk Siswa : Disediakan Sekolah 34 Mayoritas Siswa Membawa : Ya

    Air Minum

    35

    Jumlah Toilet Berkebutuhan : 0

    Khusus 3

    6 Sumber Air Sanitasi : Sumur terlindungi

    37

    Ketersediaan Air di : Ada Sumber Air

    Lingkungan Sekolah 3

    8 Tipe Jamban : Leher angsa (toilet duduk/jongkok)

    39

    Jumlah Tempat Cuci : 2

    Tangan

    40

    Apakah Sabun dan Air : Ya

    Mengalir pada Tempat Cuci Tangan

    41

    Jumlah Jamban Dapat : Laki-laki Perempuan

    Digunakan

    1 1

    42

    Jumlah Jamban Tidak Dapat : Laki-laki Perempuan

    Digunakan

    0 0

  • 41

    3. Visi Misi SDN 11 Limboto Barat 1. Visi Sekolah

    “Membina akhlaq, meraih prestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama dan dapat meningkatkan kinerja/profesi guru agar dapat mencapai prestasi akademik dan non akademik bagi peserta didik”.

    2. Misi Sekolah 1. Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengamalan

    ajaran agama. 2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan. 3. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek, bahasa,

    olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat minat dan potensi siswa.

    4. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga, sekolah dengan lingkungan.

    5. Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan KKG dan studi lanjut dengan dilandasi basrat maju bersama.

    6. Terwujudnya disiplin dalam suasana belajar mengajar yang menyenangkan melalui inovasi pembelajaran.37

    3. Struktur Organisasi Sekolah No Nama Jabatan

    1. Hj. Rostina Husin, S.Pd Nip: 19680322194012002

    Kepala Sekolah

    2. Olin Ladja, S.Pd Nip: 198404182011012004 Wakil Kepala Sekolah

    3. Suryono Mangopa Komite Sekolah 4. Nanang N. Payuyu, S.Pd Unit Perpustakaan 5. Susanti Suleman, S.Pd Tata Usaha

    6. Isnawati Nusi, S.Pd Nip: 198210012009012010 Guru Kelas I

    7. Rasmiaty Laya, S.Pd Guru Kelas II

    8. Erawati K. Mohu, S.Pd Nip:197906302011012001 Guru Kelas II

    9. Ningsi Arsad Tangio, S.Pd Nip:198205222014082001 Guru Kelas IV

    10. Heni Payuyu, S.Pd Guru Kelas V

    37 Profil sekolah SDN 11 Limboto Barat. Tahun. 1957

  • 42

    11. Olin Ladja, S.Pd Nip:198404182011012004 Guru Kelas VI

    12. Ardintje M. Tuu, A.Ma Nip:195812091984112001 Guru Agama

    13. Owan Hibalu, S.Pd Guru Penjaskes 14. Mirna, S.Pd Tenaga Adminitrasi

    4. Keadaan Guru-guru di SDN 11 Limboto Barat

    Tabel. Keadaan Guru-guru di SDN 11 Limboto Barat

    No Nama Jabatan Ket

    1. Hj. Rostina Husin, S.Pd Nip: 19680322194012002

    Kepala Sekolah

    2. Nanang N. Payuyu, S.Pd Unit Perpustakaan

    3. Susanti Suleman, S.Pd Tata Usaha

    4. Isnawati Nusi, S.Pd Nip: 198210012009012010 Guru Kelas

    5. Rasmiaty Laya, S.Pd Guru Mata Pelajaran

    6. Erawati K. Mohu, S.Pd Nip:197906302011012001 Guru Kelas

    7. Ningsi Arsad Tangio, S.Pd Nip:198205222014082001 Guru Kelas

    8. Heni Payuyu, S.Pd Guru Mata Pelajaran

    9. Olin Ladja, S.Pd Nip:198404182011012004 Guru Kelas

    10. Ardintje M. Tuu, A.Ma Nip:195812091984112001 Guru Agama

    11. Owan Hibalu, S.Pd Guru Kelas

    12. Mirna, S.Pd Tenaga Adminitrasi

    B. Penerapan scientific approach dalam pembelajaran PAI di SDN 11 Limboto Barat. Hasil yang peneliti wawancara:

  • 43

    Kepala sekolah SDN 11 Limboto Barat oleh Ibu Hj. Rostina Husin S.Pd selaku kepala sekolah sebagaimana di ungkapkannya:

    “Mengenai penerapan pembelajaran scientific approach dalam mencapai tujuan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurut saya penerapan pembelajaran scientific approach merupakan salah satu pendekatan yang sering di gunakan oleh guru untuk menerapkan mata pelajaran revisi kurikulum 2013, dimana agar guru ketika menerapkan pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas dapat membuat siswa menjadi suka belajar, karena di rangsang pola pikirnya untuk mengamati, suka bertanya, mencari informasi, dan mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru.”38

    Dari hasil wawancara pertama yang di lakukan penulis terhadap kepala sekolah dapat di simpulkan mengenai penerapan pembelajaran scientific approach dalam mencapai tujuan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum di lakukan karena pendekatan merupakan pendekatan belajar dengan melakukan observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis/ mengasosiasikan data, dan mengkomunikasikan suatu proses belajar mengajar di kelas.

    Ibu Ardinje M. Tuu, A. Ma selaku guru agama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut, beliau meng