Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto...

62

Transcript of Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto...

Page 1: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”
Page 2: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya” (K.H. Abdurrahman Wahid) “Ilmu bukan hanya sebuah ucapan melainkan sebuah perbuatan yang diiringi dengan kebaikan” (Moh. Jani A. Lewan) Terima kasih ku persembahkan kepadamu ya Allah, Tuhan semesta alam yang memudahkan setiap langkahku, sehingga aku berhasil melewati suatu rintangan untuk sebuah keberhasilan…

Karya ini ku persembahkan dengan segenap baktiku untuk kedua orangtua ku, atas semua pengorbanan dan jerih payah yang engkau berikan untuk ku agar bisa menggapai cita-cita ku…

Untuk kakak-kakak ku yang tersayang terima kasih telah menjadi penyemangat dalam kehidupan dengan kata-kata humoris kalian, serta semua keluarga yang turut mendukung dalam pencapaian keberhasilan..

Serta sahabat-sahabat ku seakidah dan seperjuangan, semoga persaudaraan kita menjadi persaudaraan yang abadi, bersama kalian warna indah dalam hidup, dan suka duka berbaur kasih…

(Moh Jani A. Lewan)

Page 3: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

KATA PENGANTAR

ین اما بعدالحمد � رب العالمین والصالة والسالم على اشرف االنبیاء والمرسلین وعلى آلھ واصحابھ اجمع

Tiada kata yang pantas penulis ungkapkan selain puji syukur kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah membimbing umatnya menuju jalan

yang di ridhai Allah. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dalam rangka menggapai gelar sarjana

pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan motivasi maupun dorongan materil. Ucapan

terimakasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag.,selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.

2. Dr. Sofyan AP Kau, S.Ag., M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., dan Dr.

Mujahid Damopolii, S.Ag., M.Pd., Masing-masing Sebagai Wakil Rektor I,

Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, dilingkungan IAIN SultanAmai Gorontalo.

3. Dr. H. Lukman Arsyad M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.pd., Dr. Hj Lamsike Pateda S.Pd., M.Pd., Dr. H. Arten

Mobonggi, S.Ag., M.Pd., Masing-masing sebagai Wakil dekan I, II, III, di

lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

5. Dr. Rajak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munira, M.Pd., Selaku Ketua dan

Sekertaris Jurusan Pendidikan agama Islam.

6. Drs. H. Ramoen Manahung, M.Sos.I, selaku Kepala Perpustakaan IAIN

Sultan Amai Gorontalo

7. Pembimbing I Dr. H. Muh Arif, M.Ag. dan Pembimbing II Dr. Sulaiman

Ibrahim, M.A. yang telah memberikan arahan dalam skripsi ini.

Page 4: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

8. Staf Perpustakaan yang telah menyediakan Referensi untuk dapat

memudahkan dan menyelesaikan Skripsi ini.

9. Seluruh Keluarga tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang

senantiasa mendoakan dalam setiap aktifitas dan usaha penulis.

Akhirnya, tiada kesempurnaan kecuali milik Allah SWT semata. Tidak

ada manusia yang sempurna, oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan

demi semaraknya dunia intelektual. Wallahua’lam bis-showab

Gorontalo, 29 Juli 2019

Penulis

Moh Jani A. Lewan

NIM. 151012015

Page 5: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv-v DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................... viii BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ............................................................ 4 C. Pengertian Judul dan Definisi Operasioanl. ........................................... 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 5 E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional ............................................ 6

BAB II. Landasan Teori

A. HakikatGuru ........................................................................................... 9 B. Pendidikan Agama Islam ....................................................................... 10 C. Kajian Konseptual Radikalisme. ............................................................ 12 D. Radikalisme pada Pendidikan ................................................................ 20 E. Menanngulangi Radikalisme di Sekolah ................................................ 21 F. UpayaGuru PAI dalam Menanggulangi Paham Radikalisme. ............... 23

BAB III. Metode Penelitian

A. Jenis danPendekatan Penelitian.............................................................. 25 B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 25 C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 25 D. Sumber Data ........................................................................................... 25 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27 F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 28 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................ 30 H. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................................... 31

BAB IV. Hasil Penelitian DanPembahasan

A. Profil Sekolah ......................................................................................... 34 B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo .... 34 C. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Gorontalo ...................................... 35 D. Visi Misi dan Tujuan MAN 1 Kab. Gorontalo ...................................... 37 E. Pandangan Guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo ................................................................................... 41

Page 6: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

F. Kendalah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah 1 Kabupaten Gorontalo .......................... 45 G. Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah 1 Kabupaten Gorontalo ............................................... 49

BAB V. Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................ 53 B. Saran ....................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 56 LAMPIRAN ............................................................................................................ 60

Page 7: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang menganut paham Bhineka Tunggal Ika

ternyata belum mampu menunjukkan ketangguhannya untuk meminimalisir sikap-

sikap radikal dan ekstrim dari sebagian pemeluk agamanya. Pendangkalan

terhadap agama dan fanatisme mengakibatkan rasa superioritas atas pemeluk

agama lain.

Radikalisme agama terjadi akibat tindakan penuh kekerasan disebabkan

pemaknaan yang tersial terhadap konsep jihad dalam Islam, konsekuensi logis dari

interpretasi ini adalah penyandingan terorisme sebagai buah dari radikalisme.

Hipotesa ini adalah sesuatu yang wajar mengingat segala aktivitas terror

diberbagai belahan dunia yang senantiasa mengatas namakan jihad yang

dilakukan umat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada sang khalik.

Istilah Radikalisme akhir-akhir ini semakin hangat dibicarakan di

Indonesia. Sebagaimana yang di katakan oleh Eggi Sudjana jika istilah

radikalisme sering disebut dengan istilah reaksioner. Menurutnya radikalisme

merupakan sikap atau tindakan terhadap berbagai perubahan tatanan kehidupan

yang sudah lama dan mapan. Perbedaan antara reaksioner dan radikalisme

menurut Eggi Sudjana yaitu pada aspek tujuannya.1

Kaum reaksioner menginginkan perubahan tatanan masyarakat dalam batas-batas

tertentu dan masih mentolerir sebagian tatanan yang ada, sedangkan kaum

radikalis justru mengingingkan perubahan tatanan yang ada ke akar-akarnya

bahkan jika perlu dilakukan dengan menggunakan kekerasan (revolusi berdarah).2

Di era globalisasi sekarang ini, aksi radikalisme bukan hanya ditujukan

untuk merubah tatanan pada suatu daerah atau negara saja tetapi sudah ditujukan

untuk merubah tatanan dunia hingga ke akar-akarnya. Itulah dampaknya yang

menjadikan Musthafa Muhammad Ath-Thahan mengungkapkan bahwa

1http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/554, (27 November

2017 ) 2Eggi Sudjana, Islam Fungsional, (Jakarta: Rajawali, 2008), h. 100.

Page 8: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

2

radikalisme telah menjadi fenomena Skala Internasional. Ia mengungkapkan

bahwa dalam dataran aksi, kaum radikalis memiliki beberapa asumsi/pendapat

dan yang paling pokok adalah asumsi bahwa mereka memonopoli kebenaran,

berfikir dogmatik, menolak perbedaan atau pluralitas, menggunakan idiom atau

terminologi-terminologi yang kasar seperti khianat, kufur, kafir, dan lainnya.

Kemudian Sayyid Thanthawi mengatakan bahwa orang yang di sebut

radikal (mutatharrif) sebagai orang yang melampaui batas-batas syar’iyah dalam

hal apapun sampai dalam hal Ibadahnya. Selain itu Yusuf Qardhawi

mengemukakan bahwa penyebab dari radikalisme adalah fanatisme (taashub)

pendapat, tidak mau mengakui pendapat lain. Indikasinya adalah kaum radikalis

kasar dalam berdakwah dan berburuk sangka terhadap orang lain. Radikalisme

mencapai puncaknya jika orang yang radikal tersebut dapat menjatuhkan

kehormatan pihak lain, menghalalkan harta dan darah mereka.3

Salah seorang Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta

Azyumardi Azra mengatakan bahwa, “Paham Radikal yang menganggap

pemahamannya paling benar telah menyusup kesekolah menengah melalui guru”.

Hal ini bisa diperkuat oleh survey Lembaga Kajian Islam (LKI) dan Perdamaian

(LAKIP), yang dipimpin oleh Prof. Dr. Bambang Pranowo, yang juga guru besar

di sosiologi Islam di UIN Jakarta, pada oktober 2010 hingga januari 2011,

mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal.

Data itu menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan pancasila

tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan

penerapan syariat Islam di Indonesia. Jumlah yang menyatakan setuju dengan

kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2%

membenarkan serangan bom.

Penelitian ini menunjukkan peran penting guru Pendidikan Agama Islam

di sekolah umum karena beberapa alasan:

Pertama, kurikulum Pendidikan Agama Islam beserta standar isi dan

kompetensinya sangat dipengaruhi oleh kecenderungan paham yang diajarkan

3Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Rekonstruksi Pemikiran Islam Menuju Gerakan Islam Modern, (terj) oleh Salafuddin Abu Sayyid dan Jasiman, (Solo: Era Intermedika, 2000), h. 191.

Page 9: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

3

oleh para guru kepada para siswa. Oleh karenanya, guru dituntut dapat

mengajarkan islam dengan cara yang tidak mendorong peserta didik untuk

menjadi radikal.

Kedua, siswa/siswi SMA yang tidak memiliki background pendidikan

agama (pesantren) sangat mudah terpengaruh oleh model-model islam harfiah

yang diajarkan oleh guru atau ustad mereka.

Ketiga, pihak sekolah dan guru perlu meningkatkan kemampuan untuk

deteksi dini (early warning) peserta didik yang mulai “menyimpang” dari

keumuman paham keislaman yang ada. Siswa siswi yang mulai “sok alim”

menyendiri atau eksklusif dengan kelompok sendiri, gampang mengharamkan dan

mengafirkan, mengikuti pengajian berhari-hari tanpa ijin, mengikuti pengajian

yang didalamnya ada baiat, fanatic, menyerang kelompok Islam lain, mulai berani

kepada guru dan orang tua, memiliki cita-cita jihad dan mendirikan negara Islam,

adalah sebagian kecil tanda-tanda yang harus diwaspadai oleh guru-guru

Pendidikan Agama Islam.

Disini peran guru sangat penting dalam mencegah radikalisme islam

disekolah karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mampu

memberikan pengaruh terhadap pola pikir siswa siswinya, terutama sekali guru

pendidikan agama Islam, yang dipandang sebagi sosok yang sangat moderat

dalam menyampaikan ajaran agama Islam di sekolah. Pasalnya, dalam

permendikbud atau silabus yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian

dijadikan acuan dasar bagi guru Pendidikan Agama Islam, materi pengajaran tidak

mengandung radikalisme.

Pendidikan Islam yang memiliki fungsi sebagai media pembentukan

akhlaq, etika, ataupun karakter peserta didik dapat dijadikan sebagai alternatif

solusi untuk mencegah bahkan menghilangkan aksi-aksi terorisme yang muncul

sebagai akibat dari gerakan Radikalisme Islam. Upaya tersebut dapat dilakukan

dengan mengimplementasikan pembelajaran PAI berbasis pendidikan anti

terorisme di SMA.

Di Madrasah Aliyah Negeri I Kabupaten Gorontalo peneliti melakukan

observasi awal dengan mewawancarai salah seorang guru mata pelajaran

Page 10: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

4

pendidikan agama Islam terkait dengan upaya guru dalam menanggulangi Paham

Radikalisme di sekolah. Untuk menanggulangi paham radikalisme di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, guru tersebut melakukan beberapa hal di

antaranya: Menumbuhkan rasa Nasionalisme kepada peserta didik dengan cara

membuat lomba desain vidio yang bertema cinta Tanah Air, memberikan arahan

agama atau siraman rohani saat apel pagi kepada peserta didik agar terhindar dari

taklik buta, serta memberitahukan kepada para pengasuh di asrama sekolah agar

memberikan bimbingan sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an

dan Hadis agar supaya pemikiran peserta didik tidak menyimpang baik agama

maupun terhadap Negara4

Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “Upaya

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme

(Studi pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo)”

B. Fokus dan sub fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di kemukakan fokus

penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo dan yang

menjadi sub fokus adalah pengetahuan paham radikalisme, yang menjadi

narasumber adalah guru Pendidikan Agama Islam yang terdapat di sekolah

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

1. Apa pandangan guru pendidikan agama Islam terkait permasalahan paham

radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1

Kabupaten Gorontalo ?

2. Apa kendala guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham

radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten gorontalo ?

3. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi

paham radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo ?

4Ibu Nurmiaty S.Ag M.Pd., Guru MAN 1 Gorontalo, Wawancara, 25 Juli 2018

Page 11: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

5

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan mengetahui pandangan guru pendidikan agama

Islam terkait permasalahan paham radikalisme yang tersebar

dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.

b. Penelitian ini bertujuan mengetahui apa kendala guru pendidikan agama

Islam dalam menanggulangi paham radikalisme di Madrasah Aliyah

Negeri 1 kabupaten gorontalo.

c. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan

agama Islam dalam menanggulangi paham radikalisme di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai 2 kegunaan yaitu :

a. Secara teoritis, dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat

memunculkan ide alternative atau masukan untuk penelitian yang lebih

luas dalam dunia pendidikan khususnya tentang paham radikalisme.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

keilmuan para akademisi pendidikan, yang dijadikan tambahan

pengetahuan tentang Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.

Page 12: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

6

E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

1. Pengertian Judul

Untuk menghindari kekiliruan dalam memahami judul penelitian ini, maka

penulis memberikan pengertian judul sebagai berikut:

a. Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran

untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan , prakarsa, iktiar daya

upaya) untuk mencapai sesuatu.

b. Guru pendidikan agama Islam yang di maksud disini adalah mendidik

dalam bidang keagamaan, merupakan taraf pencapaian yang diinginkan

atau hasil yang telah diperoleh dalam menjalankan pengajaran

pendidikan agama Islam baik di tingkat dasar,menengah atau perguruan

tinggi.

c. Paham Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntut

perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara

kekerasan. Secara bahasa kata Radikalisme berasal dari bahasa Latin,

yaitu kata “radix” yang artinya akar. Esensi dari radikalisme adalah sikap

jiwa dalam mengusung perubahan.5

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pengertian di atas diberi definisi bahwa upaya guru

pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham radikalisme adalah

kegiatan guru pendidikan agama Islam untuk mencegah suatu pemahaman atau

suatu aliran yang ingin melakukan perubahan atau suatu pembaharuan terhadap

soasial dan politik dengan cara menggunakan kekerasan atau ektrim.

Guru Pendidikan Agama Islam: yang di maksud disini adalah mendidik

dalam bidang keagamaan, merupakan taraf pencapaian yang diinginkan atau

hasil yang telah diperoleh dalam menjalankan pengajaran pendidikan agama

islam baik di tingkat dasar, menengah atau perguruan tinggi.6

5Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 919. 6 Ibid., h. 854.

Page 13: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

7

Radikalime: suatu pemahaman atau suatu aliran yang ingin melakukan

perubahan atau suatu pembaharuan terhadap soasial dan politik dengan cara

menggunakan kekerasan atau ektrim.

Paham radikal seperti ini dapat berkembang secara demokratis, dan

menggunakan teror. Dengan demikian radikalisme adalah paham radikal

yang memiliki idiologi dan mazhab pemikiran. Seseorang dapat terpengaruh

menjadi paham radikal dan memilki paham radikal (Radikalisme)

tergantung dengan lingkungan sekitarnya.

3. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini,sebelumnya peneliti menelaah beberapa hasil

skripsi yang terkait dengan apa yang peneliti akan dipaparkan skripsi ini

nantinya. Adapun skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran

umum tentang sasaran yang akan di sajikan dalam skripsi ini dengan melihat

posisi yang telah ada yang nantinya akan menghindarkan kesamaan dari skripsi

yang telah ada sebelumnya. Sehubungan dengan ini, ada beberapa skripsi yang

secara langsung berkaitan dengan pembahasan skripsi ini di antaranya :

Pertama: Abdul Munip Jurusan Pendidikan Agama Islam Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta, dengan judul mengenal

Radikalisme Agama Di Sekolah. Hasil dari jurnal tersebut menunjukan bahwa

pengaruh radikalisme agama sudah ada di depan mata, perlu segera di

waspadai. Perlu adanya kerjasama yang erat antara berbagai elemen seperti

kepala sekola, guru, siswa, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar agar

paham-paham radikalisme tidak tumbu subur disekolah.7

Kedua: Khamami zada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan judul Radikalisme Dalam Paham Keagamaan

Guru Dan Mata Pelajaran Fiqh Di Madrasah Aliyah. Hasil jurnal tersebut

menunjukan bahwa paham radikalisme yang berpotensi masuk kedalam

madrasah, khususnya dalam mata pelajaran fiqh tidak terbukti.karena tidak

ditemukan paham intoleran dan radikal dalam SKKD, buku ajar,dan

7Abdul Munip “Mengenal Radikalisme Agama di Sekolah”, Jurnal Jurusan Pendidikan

Agama Islam Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kali Jaga Yokyakrta. V. 01.

Page 14: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

8

pemahaman guru-guru fiqih MA. Melainkan sekedar pembatasan hak-hak non

muslim.8

Ketiga: Erizal Syaputra jurusan pendidikan islam pascasarjana UIN sunan

kalijaga yokyakarta, dengan judul Peran Rohis Dalam Membendung Faham

(Radikalisme di SMA). Kecamatan Kanan, Aceh Singkil. Hasil dari tesis

tersebut menunjukan bahwa rohis sma negri 01 simpang kanan bisa dikatakan

bersih dari ancaman-ancaman paham radikalisme ataupun paham keagamaan

yang ekstrim.

Hal ini terlihat dari ketegasan pembina rohis untuk menagkal dan

melarang organisasi tersebut untuk mendapat celah masuk baik secara terbuka

maupun menyeludup masuk dalam pengarunya.9 Meskipun sudah banyak

jurnal dan tesis yang membahas tentang paham radikalisme, namun terdapat

perbedaan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan, sehingganya untuk

menjaga kesamaan dalam penelitian maka dari itu peneliti akan membahas

tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham

Radikalisme (Survey Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Kabupaten Gorontalo)

8Khamami Zada “Radikalisme dalam paham keagamaan guru dan mata pelajaran fiqh di

madrasah aliyah, Jurnal Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. v. 2. 9Erizal Syaputra “Peran rohis dalam membandung paham radikal di SMA 01 kecamatan

kanan, aceh singki”, Tesis Jurusan Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta, h. 105.

Page 15: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Guru

Guru dituntut untuk memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta

kesehatan jasmani dan rohani. Bila merujuk pada tujuan pendidikan nasional yang

bermaktub dalam pembukaan UUD 1945, maka guru bertanggung jawab dalam

membentuk manusia yang beriman, bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung

jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.

Guru adalah seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang artinya segala

perbuatan juga tingkah laku secara otomatis akan di ikut oleh anak didik bahkan

akan menjadi tolok ukur penilaian tersendiri. Menjadi seorang guru bukan hanya

sekedar mangajar saja namun juag akan menjadi suri tauladan yang baik

akhlaknya.1

Menjadi seorang guru tidak lah mudah, membutuhkan wawasan yang luas

dan memiliki karakter yang dapat di tiru atau di contoh bagi para peserta didik,

sebagaimana yang yang dikemukakan oleh Djamarah “Guru merupakan semua

orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina

peserta didik, baik secara individual (sendiri), secara kelompok, maupun klasikal

disekolah, bahkan di luar lingkungan sekolah dengan memanfaatkan informasi

dengan para orang tua dari peserta didik.Selain itu, guru juga sangat berperan

dalam menjadikan peserta didik menjadi anak yang berguna bagi Nusa, Bangsa

dan yang paing penting adalah Agama”.2

1Muh. Arif, Profesi Kependidikan Pedoman dan acuan Guru mencintai Profesinya, (Cet.

1, Gorontalo; Sultan Amai Pres, 2012), h. 2. 2Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, Najamuddin Petta Solong, Teori Variabel

Keguruandan Pengukurannya, (Cet. 1, Gorontalo; Sultan Amai Press, 2014), h. 2.

Page 16: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

10

Sebagaimana di katakan Imran, guru adalah jabatan propesi yang

memerlukan keahlian khusus di bidangnya dan tugas utamanya adalah mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa

pendidikan pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

menengah.

Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah

seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang bertanggung jawab dalam

membentuk manusia yang beriman, bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung

jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, Pendidikan adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap peserta didik dengan

tujuan membimbing kearah yang lebih sempurna yakni dengan menggunakan

sarana atau alat belajar berupa media pembelajaran dan berlangsung pada suatu

tertentu.3

Pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang di kemukakakan oleh

Ahmad Tafsir ialah; Pendidikan Islam merupakan bimbingan yang diberikan

oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

dengan ajaran Islam.

Ilmu pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasrkan kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad

saw. Ilmu Pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas dari berbagai

disiplin ilmu yang sesuai dan terus berkembanag yaitu; ilmu psikologi, filsafat,

sejarah, sosiologi, kebudayaan, politik, hukum dan lainnya.

Selain itu, Ilmu pendidikan Islam tidak memiliki karakter yang sekuler

sebagaimana yang terdapat dalam budaya barat. Kata “Islam” yang berada di

belakang kata “Ilmu Pendidikan” selain menjadi sumber motivasi, inspirasi,

3Muh. Arif dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2013), h. 1.

Page 17: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

11

sublimasi, dan itergrasi bagi pengembangan ilmu pendidikan, dan sekaligus

menjadi karakter dari ilmu pendidikan Islam itu sendiri.

2. Landasan Pendidikan Islam

a. Landasan Al-Qur’an dan Hadis

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya

adalah Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Kedua sumber tersebut, para

intelektual muslim kemudian menegmbangkannyadan mengklasifikasinya

ke dalam dua bagian yaitu; pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan

dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan

amal nyata. Oleh karena itu pendidikantermasuk amal nyata, maka

pendidikan tercakup dalam bidang syariah.Sehubungan dengan pendidikan

terdapat beberapa ayat di dalam Al-Qur’an. Hal ini dapat di lihat dalam Q,S

al-Alaq; 1-54

رأابسم ربك الذي خلق. خلق ربك االكرم. الذي علم اب االنسان من علق. اقـرأو اقـ

.لقلم.علم االنسان مامل يـعلم

Terjemahnya:

Bacalah dengan (menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang

Maha Mulia.Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan

manusia apa yang tidak diketahuinya.

Salah satu ayat Pendidikan dalam al-Qur’an ada pun hadis pendidikan

sebagai berikut; Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw

bersabda; “Barang siapa yang menempuh jalan menuntt ilmu akan

dimudahkan Allah jalan untuknya ke surge”.(HR, Muslim, At-Trimidzi,

Ahmad dan Al-Baihaqi)5

4Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci al- Qur’an, 2014), h. 597. 5Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Azmah, 2012), h. 23.

Page 18: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

12

Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat memperngaruhinya. Karena

itulah pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk

dan mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan

Islam yang dicapai.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah Ilmu, yang mempunyai ruang lingkup yang begitu

luas karena di dalamnya terdapat aspek yang ikut terlibat, baik secara

langsung maupun tidak secara langsung. Berikut adalah ruang lingkup

pendidikan Islam Adalah: 1) Perbuatan mendidik; 2) Adanya Perserta didik;

3) Adanya dasar dan tujuan; 4) Adanya Pendidik; 5) Adanya materi

pendidikan; 6) adanya metode pendidikan; 7) Adanya alat pendidikan; 8)

Adanya evaluasi pendidikan; 9) Adanya lingkungan pendidikan6

C. Kajian Konseptual Radikalisme

1. Hakikat Radikalisme

Seperti kita ketahui bersama bahwa Radikal berasal dari bahasa latin

(radix) yang artinya akar. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata radical dapat

bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental.7

Sedangkan radicalism artinya adalah doktrin atau suatu ajaran yang harus

di jalankan bagi setiap pengikutnya, baik di kerjakan secara baik-baik maupun

dengan cara yang ekstrim, untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan sesuai

dengan pemahaman atau idiologi mereka.8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang di maksud dengan

paham radikalisme radikalisme dapat di artikan sebagai paham atau aliran

yang menginginkan terjadinya suatu perubahan baik dengan cara kekerasan

atau ekstrim.9

6 Muh. Arif dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2013),

h. 19 7A.S.Hornby, oxford Advenced, Dictionary of current English, (UK: Oxford university

press, 2000), h. 691. 8Nuhrison M. Nuh, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan Islam Radikal

di Indonesi, (HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol VIII Juli-September 2009), h. 36.

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 354.

Page 19: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

13

Selain itu sebagaimana yang di kemukakan oleh Sartono Kartodirdjo

bahwa yang di maksud dengan radikalisme yaitu: Sebagai gerakan sosial yang

menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai

oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan

kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa salian itu

Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan.10

Dalam ruang lingkup keagamaan, paham radikalisme merupakan gerakan-

gerakan keagamaan yang ingin berusaha merombak secara total tatanan sosial,

politik yang berlaku di suatu daerah dengan cara baik dengan cara halu

maupung menggunakan kekerasan.

Ada lima ciri Sebagaimana gerakan radikalisme menurut Rubaidi:

Pertama, menjadikan Islam sebagai suatu ideologi final dalam mengatur

kehidupan secara individual dan juga politik ketatanegaraan dalam suatu

negara.

Kedua, nilai-nilai Islam yang dianut oleh pahama radikalisme mengadopsi

sumbernya ditimur tengah secara apa adanya tanpa memikirkan

perkembangan sosial dan politik, ketika Al-Quran dan Hadis hadir dimuka

bumi ini dengan realitas lokal kekinian.

Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Quran dan Hadis,

maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non

asal Islam (budaya timur tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi

lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bidah.

Keempat, menolak segala macam ideologi non-timur tengah termasuk

ideologi yang di milki oleh barat barat, seperti demokrasi, sekularisme dan

liberalism. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujuk pada

Al-Qur’an dan Hadis.

Kelima, gerakan kelompok ini sering bersebrangan dengan masyarakat luas

termasuk pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi suatu gesekan

10Sartono Kartodirdjo, Ratu Adi, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h. 38.

Page 20: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

14

ideologis bahkan samapi ke fisik dengan kelompok lain, termasuk

menentang pemerintah pemerintah.11

2. Ciri-ciri Radikalisme

Mengenai ciri-ciri radikalisme, menurut Yusuf Al-Qardhawi sebagaimana

dikutip oleh Irwan Masduqi diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Selalu mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan

kelompok lain yang tak sependapat dengan mereka. Maksudnya apabila

ada kelompok lain tidak sependapat dengan idiologi atau pemahaman yang

mereka miliki maka mereka akan menganggap pemahaman itu salah atau

tidak benar. Padahal Klaim kebenaran tidak dapat di benarkan karena

manusia hanya memiliki kebenaran yang relatif dan hanya Allah swt yang

tahu kebenaran absolut. Oleh sebab itu, jika ada kelompok yang merasa

benar sendiri maka secara langsung mereka telah bertindak melampaui

batas atau merebut otoritas Allah swt.

Kedua, Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional

dalam berdakwah. Ketiga, kelompok radikal kebanyakan berlebihan dalam

beragama yang tidak pada tempatnya, sehingga dapat dengan mudah

membenci seseorang yang berbeda pemahaman dengan dengan mereka.12

3. Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme

Sebagaimana yang di katakan Yusuf al-Qardawi bahwa radikalisme

disebabkan oleh banyak faktor antara lain :

a. Pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses belajar

yang doktriner. sering memberikan klaim kebenaran tunggal dan

menyalahkan kelompok lain yang tak sependapat. Klaim kebenaran

selalu muncul dari kalangan yang seakan- akan mereka tidak pernah

melakukan kesalahan, padahal mereka hanya manusia biasa. Klaim

kebenaran tidak dapat dibenarkan karena manusia hanya memiliki

11 A.Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan Moderatisme Islam di

Indonesia, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), h. 33. 12 Irwan Masduqi, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren,

(Jurnal Pendidikan Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2012), hlm. 2.

Page 21: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

15

kebenaran yang relative dan hanya Allah swt yang mengerti

kebenaran absolut.

b. Literal dalam memahami teks-teks agama sehingga kalangan

radikalhanya memahami Islam dari kulitnya saja tetapi minim

wawasan tentang esensi agama. Radikalisme mempersulit agama

Islam yang sejatinya ringan dengan menganggap ibadah sunnah

seakan-akan wajib dan makruh seakan- akan haram. Radikalisme

dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan

persoalan-persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer.

c. Tersibukkan oleh masalah-masalah sekunder seperti menggerak-

gerakkan jari ketika tasyahud, memanjangkan jenggot, dan

meninggikan celana sembari melupakan masalah-masalah primer.

kelompok radikal mayoritas berlebihan dalam beragama yang titik

pada tempatnya. Dalam berdakwah, mereka mengesampingkan

metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah yang

mereka sampaikan justru membuat umat Islam yang masih awam

merasa keberatan dan ketakutan.

d. Berlebihan dalam mengharamkan banyak hal yang justru

memberatkan umat. kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara

dan emosional dalam berdakwah. Ciri-ciri dakwah seperti ini

sangat bertolakbelakang dengan kesantunan dan kelembutan dakwah

Nabi Muhammad saw.

e. Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa

mereka sering bertentangan dengan kemaslahatan umat, akal sehat,dan

semangat zaman. kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada

orang lain di luar golongannya. Mereka senantiasa memandang orang

lain hanya dari aspek negatifnya dan mengabaikan aspek positifnya.

Hal ini seyogyanya harus dijauhi oleh umat Islam, sebab pangkal

radikalisme adalah berburuk sangka pada orang lain. Kelompok

Page 22: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

16

radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok lain

bid‟ah dan sesat.13

f. Perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik

ditengah-tengah masyarakat. Mudah mengkafirkan orang lain yang

berbeda pendapat. Kelompok ini mengkafirkan orang lain yang

berbuat maksiat, mengkafirkan pemerintah yang menganut

demokrasi, mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapan

demokrasi, mengkafirkan umat Islam di Indonesia yang menjunjung

tradisi lokal, dan mengkafirkan semua orang yang berbeda

pandangan dengan mereka sebab mereka yakin bahwa pendapat

mereka adalah pendapat Allah.

Radikalisme tidak jarang muncul sebagaiekspresi rasa frustasi dan

pemberontakan terhadap ketidakadilansosial yang disebabkan oleh mandulnya

kinerja lembaga hukum.Kegagalan pemerintah dalam menegakkan keadilan

akhirnya di respon oleh kalangan radikal dengan tuntutan penerapan syari’at

Islam.

4. Salah satu Aliran yang tergolong Radikal

A. Khawarij

Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat dalam sejarah, kita dapat dijumpai

adanya beberapa aliran-aliran atau kelompok-kelompok dalam Islam yang

berfaham fundamentalisme, walaupun tidak sepenuhnya muncul sebagai

reaksi terhadap modernisme. Dalam bidang teologi misalanya, dapat dijumpai

ada aliran khawarij. Kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap sikap dari

khalīfah Ali bin Abī Tālib dan Mu’awiyah bin abi sofyan pada peristiwa

arbitrase, yang berakhir dengan kekaklahan dari pihak Ali Bin Abi Talib dan

kemenangan dari pihak Mua’wiyah. peristiwa itu tidak dapat diterima oleh

sekelompok orang yang terlibat dalam peperangan tersebut, pada akhiranya

13Ibid., h. 3.

Page 23: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

17

mereka memisahkan diri dan membentuk suatu aliran yang di kenal dengan

Khawarij.14

B. Dokrin Ajaran Khawarij

a. Seorang Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh

umatislam.

b. Seorang Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.

c. Orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat.

d. Setiap Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan adil

dan dapat menjalankan syariat Islam. Ia jabatannya dapat di cabut bahkan

dibunuh jika melakukan suatu kezaliman.

e. Seorang Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) dianggap

sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a.

dianggap sah

f. Setiap Khalifah Ali juga sah, akan tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di

anggap menyeleweng

g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari juga

dianggap menyeleweng dan telah menjadi orang kafir

h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali dianggap kafir

i. Seseorang yang memilki dosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya

harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi

muslim (kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah

dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan

pula

j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan mereka. Apabila

tidak mau bergabung, maka wajib diperangi karena hidup dalam dar al

harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada

dalam dar al islam (Negara islam)

k. Seseorang wajib menghindar dari pimpinan yang menyeleweng

14 Harun Nasution, Teologi Islam, (Cet. I ; Jakarta: UI Press, 1972), h. 11.

Page 24: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

18

l. Memililki pemahaman wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk

surga, sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka)

m. Wajib melakukan amar makruf nahi mungkar

n. Mereka memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat

(samar-samar)

o. Al- Qur’an di anggap adalah makhluk

p. Manusia bebas melakukan perbuatannya bukan dari Tuhan.15

Dengan menerapkan aturan syari’at mereka merasa dapat mematuhi

perintah agama dalam rangka menegakkan keadilan. Namun, tuntutan

penerapan syariah sering diabaikan oleh negara-negarasekular sehingga mereka

frustasi dan akhirnya memilih caracarakekerasan.16

Selain itu adapun menurut Zada Khammami, kemunculan radikalisme

Agama (Islam Radikal) di Indonesia ditengarai oleh dua faktor: Pertama,

faktor internal dari dalam umat Islam sendiri. Faktor ini terjadi karenaadanya

penyimpangan norma-norma agama. Kehidupan sekuler dalam kehidupan

masyarakat mendorong mereka untuk kembali pada otentitas (fundamen)

Islam.

Faktor ini ditopang dengan pemahaman agama yangtotalistic (kaffah) dan

formalistik yang bersikap kaku dalam memahamiteks-teks agama.Kajian

terhadapa agama hanya dipandang dari satu arahyaitu tekstual, tidak melihat

dari faktor lain, sehingga tindakan-tindakanyang mereka lakukan harus

merujuk pada perilaku Nabi secara literal. Kedua, faktor eksternal di luar umat

Islam yang mendukung terhadappenerapan syari`at Islam dalam sendi-sendi

kehidupan.17

Adanya radikalisme keagamaan sebenarnya merupakan fenomena yang

biasa terjadi didalam agama apapun, radikalisme sangat berkaitan dengan

fundamentalisme yang ditandai kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar

15 Syed Amir Ali, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, Bulan Bintang, cet. III; Jakarta), h. 228.

16Yusuf Al-Qardhawi, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tattarruf, (Cairo: Bank al- Taqwa, 1406 H), h. 59.

17Zada Khammami, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 7.

Page 25: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

19

agama, fundamentalisme akan memnculkan radikalisme ketika kebebasan

untuk kembali keagama dihalangi oleh situasi sosialpolitik yang mengelilingi

masyarakat. Fenomena ini akan menimbulkan konflik bahkan kekerasan antar

dua kelompok yang berhadapan.18

D. Radikalisme Pada Pendidikan

Para pendukung faham radikalisme Islam menggunakan berbagai sarana

dan media untuk menyebarluaskan paham mereka, termasuk melalui

pendidikan formal. Upaya diseminasi paham radikal dilakukan baik dalam

rangka pengkaderan internal anggota maupun untuk kepentingan sosialisasi

kepada masyarakat luas. Berikut merupakan beberapa sarana yang digunakan

untuk menyebarluaskan paham radikalisme.19

a. Melalui pengkaderan organisasi. Pengkaderan organisasi adalah

pembinaan terhadap anggota dan atau calon anggota dari organisasi

pengusung radikalisme. Bentuk pengkaderan ini dapat dilakukan secara

individu maupun kelompok, dilakukan secara kelompok melalui yang

sering disebut dengan pencucian otak (brainwashing).

b. Melalui penerbitan majalah, buletin, dan booklet. Penyebaran ideologi

radikalisme juga dilakukan melalui majalah dan buletin. Seringkali

majalah atau buletin yang beredar memberikan kesan Islami dan

nuansa religious, sehingga banyak orang tertarik untuk membaca dan

mempelajarinya.

c. Melalui penerbitan buku-buku. Paham radikalisme juga disebarkan melalui

buku-buku, baik terjemahan maupun tulisan mereka sendiri.

d. Memanfaatkan masjid-masjid yang berhasil “dikuasai”. Kelompok

Islam radikal juga sangat lihai memanfaatkan masjid yang kurang “diurus”

oleh masyarakat sekitar. Paham radikal disebarkan melalui kegiatan-

kegiatan dakwah di masjid

e. Melalui internet, selain menggunakan media kertas, kelompok radikal juga

18Endang Turmudzi dkk, Islam dan Radikalisme di Indoneesia, (Jakarta: LIPI Press,

2004), H. 5. 19Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, (Jurnal Pendidikan Islam.

Vol. I. No. 2. Desember 2014), h. 165

Page 26: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

20

memanfaatkan dunia maya untuk menyebarluaskan buku-buku dan

infromasi tentang jihad.

f. Melalui lembaga pendidikan. Sekolah atau kampus menjadi salah satu

target penyebaran paham radikal. Dipilihnya pemuda adalah rasa

keingintahuan mereka yang cukup besar untuk memahami sesuatu. Ketika

keinginan itu ada, apapun jalan dan caranya akan dilakukan. Keadaan

seperti inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk

mengajak mereka dalam diskusi serta kegiatan kelompok radikal20

E. Radikalisme di Sekolah

Kecenderungan radikalisme Islam di Indonesia terus merambah ke jantung

pendidikan Islam. Di sinilah disemai kader-kader baru yang militan yang dapat

menjadi generasi handal dalam melakukan proses mempengaruhi

kehidupan sosial masyarakat kenegaraan. Hal demikian berlangsung cukup

lama, karena ideologi yang disebarkan di sekolah dibungkus dengan perilaku

Islam yang santun, sehingga dipandang oleh guru justru membanggakan.

Dalam konteks inilah, pendidikan Islam sebagai media pembebasan umat

dihadapkan pada tantangan bagaimana mengembangkan moderatisme

sehingga pada gilirannya di dalam masyarakat akan tumbuh pemahaman yang

inklusif. Tertanamnya kesadaran keagamaan yang moderat di masyarakat, akan

menghasilkan corak paradigma beragama yang hanif dan toleran 21. Ini semua

harus dikerjakan pada level bagaimana membawa pendidikan Islam ke dalam

paradigma yang toleran dan humanis.

20 Taslim Syahlan, Menangkal Gerakan Radikalisme Islam Melalui Sekolah, (Magistra,

Vol. 6, No.2, Oktober 2015). 21 Zada Khamami, Radikalisme di Jantung Pendidikan Islam, (Edukasi Jurnal Penelitian)

Page 27: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

21

Fenomena masuknya paham radikalisme Islam ke sekolah tentu perlu

segera diambil langkah-langkah penanggulan dan pencegahannya. Beberapa

upaya yang bisa ditempuh yaitu:22

a. Memberikan penjelasan tentang Islam secara memadai. Misi ajaran Islam yang

sebenarnya sangat mulia dan luhur seringkali justru mengalami distori

akibat pemahaman yang keliru terhadap beberapa aspek ajaran Islam yang

berpotensi menimbulkan paham radikalisme. Beberapa diantaranya adalah:

1) Penjelasan tentang jihad. Jihad adalah konsep ajaran Islam yang paling

sering menimbulkan kontrovesi di kalangan umat. Bagi kaum radikalis,

jihad selalu bemakna peperangan atau perjuangan dengan mengangkat

senjata.

2) Penjelasan tentang toleransi. Ajaran Islam sebenarnya sangat sarat dengan

nilai-nilai toleransi. Namun, toleransi sering difahami secara sempit

sehingga tidak mampu menjadi lem perekat intra dan antar umat beragama.

3) Pengenalan tentang hubungan ajaran Islam dengan kearifan lokal.

Memahami Islam tidak bisa dicerabut dari akar sosio-historis dimana

Islam berada. Keberadaan Islam di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari

kondisi soiso-historis masyarakat Indonesia yang juga telah memiliki

kearifan lokal. Dengan pemahaman tersebut, Islam bisa diterima dan

hidup secara berdampingan dengan tradisi lokal yang sudah mengalami

proses Islamisasi.

b. Mengedepankan dialog dalam pembelajaran agama Islam. Pembelajaran

Agama Islam yang mengedepankan indoktrinasi paham tertentu dengan

mengesampingkan paham yang lain hanya akan membuat para siswa

memiliki sikap eksklusif yang pada gilirannya kurang menghargai keberadaan

yang lain. Sudah saatnya para guru PAI membekali dirinya dengan

pemahaman yang luas dan lintas madzhab sehingga mampu memenuhi

kehausan spiritual siswa dengan pencerahan yang bersendikan kedamaian dan

kesejukan ajaran Islam.

22Ibid. , h.174

Page 28: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

22

c. Pemantauan terhadap kegiatan dan materi mentoring keagamaan. Jika guru

PAI tidak melakukan pendampingan dan monitoring, dikhawatirkan terjadi

pembelokan dalam kegiatan-kegiatan siswa.

d. Pengenalan dan penerapan pendidikan multicultural. Pendidikan

multikultural pada dasarnya adalah konsep dan praktek pendidikan yang

mengedepankan nilai-nilai persamaan tanpa melihat adanya perbedaan latar

belakang budaya, sosial-ekonomi, etnis, agama, dan gender.

F. Upaya Guru PAI dalam Menanggulangi Paham Radikalisme

Berdasarkan kajian teori yang di kemukakan oleh sejumlah ahli, yang di

maksud dengan upaya guru pai dalam menanggulangi paham radikalisme adalah

suatu pola yang terbentuk berdasarkan sebagai berikut:

1. Radikalisme di Kalangan Sekolah

Radikalisme di kalangan sekolah bisa terjadi karena ada ciri-ciri

radikalisme yang terdapat dalam buku-buku Pendidikan Agama Islam. Oleh

karena itu, upaya guru Pendidikan Agama Islam di sini adalah untuk

memberi umpan balik kepada peserta didik, seperti memberikan bimbingan

terkait dengan keaagamaan agar supaya peserta didik tidak terjerumus ke

paham radikal. agar materi-materi Pendidikan Agama Islam tidak

bermuatan radikal.

2. Evaluasi Setiap Bahan Ajar

Meyeleksi setiap materi atau bahan ajar mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam, untuk mengantisipasi atau mencegah masuknya materi-materi yang

bisa menjerumuskan para peserta didik ke dalam paham radikalisme,

khususnya guru pendidikan agama Islam harus berhati-hati-hati dalam

memberikan reverensi terhadap peserta didik agar supaya peserta didik

mampu membedakan mana yang paham radikal dan yang mana yang bukan

paham radikal.

3. Melakukan bimbingan kepada peserta didik

Setiap guru wajib memberikan bimbingan terhdap perserta didik, ini semua

di lakukan untuk menjaga atau memantau perkembangan peserta didik di

lingkungan sekolah agar terhindar dari paham radikalisme. Untuk itu

Page 29: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

23

sebagai seorang guru khususnya guru pendidikan agama Islam wajib

memberikan siraman rohani terhdap para peserta didik agar terhindar dari

paham radikalisme.

4. Kerja Sama dengan Orang Tua

Di harapkan setiap guru harus menjalin kerja sama dengan orang tua

peserta didik, ini semua di lakukan untuk upaya memantau perkembangan dari

peserta didik, khususnya guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan

penting dalam proses mendidik di bidang keagamaan. Untuk itu agar terhindar

dari paham radikalisme guru pendidikan agama Islam harus selalu memantau

perkembangan dari peserta didik, baik di lingkunag sekolah maupun di

lingkungan rumah dari peserta didik. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh

Rubaidi seperti yang dikutip Abdul Munip dalam tulisannya menguraikan ciri

gerakan radikalisme.23

23Abdul Munip. Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, (Jurnal Pendidikan Islam.

Vol. I. No. 2. Desember 2014. h.165)

Page 30: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

27

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan

pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller mengemukakan penelitian kualitatif

sebagai suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristilahannya.1

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam

Madrasah Aliya Negeri 1 kabupaten Gorontalo. Dalam hal ini guru

agama adalah sumber utama untuk mengetahui bagaimana upaya guru

Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi paham Radikalisme.

2. Peserta didik Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo sebagai

subyek yang akan diamati dalam kesehariannya.

3. Objek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya

guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham

radikalisme.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila

peneliti akan menggunakan tehnik wawancara dalam pengumpulan datanya, maka

sumber data disebut responden (orang yang merespon/menjawab

pertanyaanpertanyaan dari peneliti). Apabila peneliti menggunakan teknik

observasi, maka sumber datanya berupa benda gerak/proses sesuatu.2Apabila

peneliti menggunakan tehnik dokumentasi, maka catatan (data) yang diperoleh.

menjadi sumber data. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian

1Lexy J moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 4.

2Ibid., h. 108.

Page 31: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

27

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumentasi dan lain-lain.

1. Sumber Tertulis

Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber

dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmis.

a. Foto

Di era globalisasi yang makin canggih ini fot lebih banyak dipakai

sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai

dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskritif yang cukup

berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan

hasilnya sering dianalisis secara induktif.3

b. Data statistika

Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistika yang telah

tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya.Statistika

misalnya dapat membantu menberi gambaran tentang

kecenderungansubjek pada latar belakangan.

Adapun data menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sumber

data dibagi menjadi tiga macam, yakni:

1. Person

Sumber data yang berupa orang, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum,

guru, komite sekolah dan lain-lain.

2. Place

Sumber data yang berupa tempat (sarana dan prasarana) yang ada di

Lingkungan sekolah Madarasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo

3Ibid., h. 109.

Page 32: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

28

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara

penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

metode dalam pengumpulan data sebagai berikut:4

1. Metode Observasi (pengamatan)

Dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera

lainnya. Marshall menyatakan bahwa, “Through observation, the researcherlearn

about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,

penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.Adapun observasi

yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis observasi partisipasif.

Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.Sambil melakukan

pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dalam

metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati obyek studi tetapi juga mencatat

hal-hal yang terdapat pada obyek tersebut. Selain itu metode ini penulis gunakan

untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara universal dari obyek

penelitian, yakni letak geografis/lokasi sekolah, kondisi sarana dan prasarana, struktur

organisasi yang ada di sekolah Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo

Metode Wawancara (Interview).

Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara

dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara.5

4Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),

h.142. 5Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 310.

Page 33: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

29

Dalam menggunakan metode ini peneliti mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan

tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan

untuk mencari data tentang upaya guru pendidikaan agama islam dalam

menanggulangi paham radikalisme dalam meningkatkan berpikir logis siswa

madrasah aliya negeri I Kabupaten Gorontalo yang kemudian satu per-satu di

perdalam dan mengoreknya lebih lanjut.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menelusuri data historis.6 Adapun metode dokumen yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan, majalah-majalah, surat kabar,

internet, koran, transkrip nilai yang berhubungan langsung dengan penelitian

dalam skripsi ini yaitu tentang upaya guru pendidikan agama islam dalam

menaggulangi paham radikallisme dalam meningkatkan berpikir logis siswa di

sekolah Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gotontalo.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya

mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.7

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang

6Burhan Bungin, Metodologi…, 133. 7Lexy J. Moleong, Metode. h. 248.

Page 34: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

30

berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.8

2. Display Data

Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam

bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar

data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk

mengambil kesimpulan yang tepat.9

3. Verifikasi dan Simpulan

Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulansimpulan

sementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali

(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya

kearah simpulan yang mantap.Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan

simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan.Setelah data masuk terus

menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat

simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.Simpulan adalah intisari dari

temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang

berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.10

Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan

penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah

ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu mengetahui

kredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peniliti di

lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan

teori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat

8Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

UNESA University Press, 2007), h. 32. 9Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), h ,194. 10Ibid., h. 34.

Page 35: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

31

atau tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability), ketergantungan pada

konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya

(confirmability).

Jadi, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan

harus memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar

agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat

dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.11

1. Perpanjangan Keikustsertakan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada penelitian dilapangan. Perpanjangan

keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sapai kejenuhan

pengumpulan data tercapai.Jika hal tersebut.12dilakukan maka akan membatasi:

a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

b. Membatasi kekeliruan (biases) penelitian.

c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau

pengaruh sesaat.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.

Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh dan mencari apa yang

dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan

rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian

ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemerikasaan

11Lexy J. Moleong, Metode..., h. 320. 12Ibid., h. 327.

Page 36: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

32

tahap awal tempak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami

dengan cara yang biasa.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan

ialah pemeriksaan melalui sember lainnya.

Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di

depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan

apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

H. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pra-lapangan

Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telah peneliti

siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan. Tahapantahapan tersebut

yaitu:

a. Menyusun Rancangan Penelitian

b. Menyusun Rancangan Penelitian

c. Mengurus Perizinan

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

g. Persoalan Etika Penelitian

Page 37: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

33

2. Tahap Pekerjaan Lapangan.

Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau proses di lapangan nantinya, maka

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

1. Pembatasan Latar dan Peneliti.

2. Penampilan

3. Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan

4. Jumlah Waktu Studi

b. Memasuki Lapangan

1. Keakraban Hubungan

2. Mempelajari Bahasa

3. Peranan Peneliti

c. Peran Serta (Pengumpulan Data)

1. Pengarahan Batas Studi

2. Mencatat Data

3. Petunjuk tentang Cara Mengingat data

4. Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat

5. Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan

6. Analisis di Lapangan

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu: upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.13

13Ibid., h. 330.

Page 38: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

34

BAB VI

HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

NPSN : 40503128

Nama Madrasah : Madrasah Al iyah Negeri 1 Kabupaten

Gorontalo

Alamat : Jalan Idris Dunggio

Kelurahan : Kayu Merah

Kecamatan : Limboto

Kabupaten : Gorontalo

Provinsi : Gorontalo

Telepon / HP : -

Jenjang : MA

Status : Negeri

Tahun Berdiri : 1992

Hasil Akreditasi : A

B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada

standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: Standar Isi,

Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan, Standar Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

Pembiayaan, Dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan standar

Page 39: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

35

nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut di atas dan guna

mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan

madrasah pada khususnya, MAN 1 Kabupaten Gorontalo sebagai lembaga

pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan

Kurikulum mengacu kepada perubahan kurikulum 2013.

Melalui Pengembangan Kurikulum diharapkan personal madrasah dapat

melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi, dan

kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pelibatan seluruh warga madrasah

sangat dibutuhkan melalui koordinasi dan kerjasama dengan pemangku

kepentingan di lingkungan madrasah.

C. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Gorontalo

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo awalnya berdiri atas

inisiatif usaha perbaikan Pendidikan Islam asuhan GOLKAR pada tahun 1976

yang menjabat Kepala Madrasah adalah bapak Drs. Barfis Rahim.

Kemudian pada tanggal 26 pebruari 1979 atas inisiatif Kepala Kantor

Departemen Agama Kabupaten Gorontalo Bapak Moh. Abd. Gani Usman, BA

bersama Kepala Swasta (MAS) yang beralokasi di Islamic Centre sekarang

menjadi Universitas Gorontalo (UG) dengan jumlah siswa 17 orang (1 kelas)

yang berasal dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Bone

Pantai dan Limboto. Pada saat itu Kepala Seksi Pendidikan merangkap sebagai

Kepala Madrasah Definitif. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) selama 13 tahun ,

dari tahun 1979 s.d 1992.

Pejabat Kepala Madrasah pada periode berstatus swasta adalah:

1. Pada tahun 1979 s.d 1980 Bapak Drs. A. Dayan Puluhulawa

2. Pada tahun 1980 s.d 1983 Bapak Drs. H. Ibrahim Ajuna

3. Pada tahun 1983 s.d 1988 Bapak Drs. H. Ismail Mahmud

4. Pada tahun 1988 s.d 1990 Bapak Drs. H. A. Sorean

5. Pada tahun 1990 s.d 1992 Bapak Drs. H. Adam K. Tadu

Page 40: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

36

Madrasah Aliyah Swasta Limboto kini berstatus Negeri menjadi Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, pengalihan status ini berdasarkan SK

Menteri Agama No. 137/1991 dan diresmikan pada tanggal 21 mei 1992

yang beralokasi di Jln. Hasan Bunga sekarang Jln. Idris Dunggio Kelurahan

Kayumerah Kecamatan Limboto Kabuapate Gorontalo dengan Pejabat

Kepala Madrasah sebagai berikut :

1. Pada tahun 1992 s.d 1997 Bapak Drs. H. Syamsudin Tuli

2. Pada tahun 1997 s.d 2000 Bapak Zakaria Mootalu

3. Pada tahun 2000 s.d 2002 Bapak Drs. Rusdianto Podungge

4. Pada tahun 2002 s.d 2005 Bapak Drs. H. Marwan Razak

5. Pada tahun 2005 s.d 2010 Ibu Dra. Sarkia Hasiru

6. Pada tahun 2011 s.d 2014 Bapak Jajang Soebari, S.Ag, M.Th.I

7. Pada tahun 2014 s.d 2017 Bapak Drs. Faizal Fatah SN. Tuli, M.Pd

8. Pada tahun 2018 s.d 2018 Bapak H. Mohamad D. Lachmudin, M.Pd

9. Pada tahun 2018 s.d sekarang Ibu Hj. Karsum Suleman, M.Pd.I

Demikianlah Selayang Pandang Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1

Kabupaten Gorontalo MAN 1 Kabupaten Gorontalo didirikan pada tahun

1979 dengan Pimpinan madrasah yang pernah bertugas di MAN 1 Kabupaten

Gorontalo sejak awal berdirinya Hingga Sekarang adalah:

No Nama Periode Tugas

1. Drs. A. Dayan Puluhulawa 1979 – 1980

2. Drs. H. Ibrahim Ajuna 1980 – 1983

3. Drs. H. Ismail Mahmud 1983 – 1988

4. Drs. H. A. Sorean 1988 – 1990

5. Drs. H. Adam K. Tadu 1990 – 1992

6. Drs. H. Syamsudin Tuli 1992 – 1997

Page 41: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

37

7. Zakaria Mootalu 1997 – 2000

8. Drs. Rusdiyanto Podungge 2000 – 2002

9. Drs, H. Marwan Radjak 2002 – 2005

10. Dra. Sarkiyah Hasiru 2005-2010

11 Zazang Soebari, M.Th.I 2011-2014

12 Drs. Faizal Tuli, M.Pd 2014-2017

10. H. Moh. Docmi Lachmudin,

M.Pd. 2018-2018

10. Hj. Karsum Suleman,

M.Pd.I 2018- Sekarang

D. Visi Misi dan Tujuan MAN 1 Kab. Gorontalo

Perkembangan global memicu lahirnya berbagai tuntutan dalam seluruh

sektor pembangunan, termasuk pelibatan sektor pendidikan, karena memiliki

kontribusi yang cukup penting dalam menentukan arah lahirnya peradaban

yang sangat dibutuhkan dalam membangun tatanan kehidupan umat secara

berkelanjutan, maka visi dan misi sebagai orientasi yang menjadi target

capaian menjadi sangat penting dirumuskan untuk kemudian

diimplementasikan dalam setiap kelembagaan termasuk MAN Model

Gorontalo yang menjadi bagian integral dari pembangunan sektor pendidikan,

rumusan visi misi serta tujuan dilahirkan dengan mengacu pada standar

kepentingan baik berkaitan dengan kepentingan peserta didik maupun

masyarakat.

1. Visi

“TERWUJUDNYA GENERASI ISLAM YANG BERKUALITAS”

Visi tersebut mencerminkan cita-cita madrasah yang berorientasi ke

depan dengan memperhatikan potensi kekikinian, sesuai dengan norma dan

Page 42: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

38

harapan masyarakat. Untuk mewujudkannya, Madrasah menentukan

langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut:

2. Misi

1) Meningkatkan Pemahaman dan Ketaatan Beragama

2) Meningkatkan Kualitas Layanan Pembelajaran

3) Meningkatkan Keterampilan Hidup (Life Skill)

4) Meningkatkan Wawasan Global melalui Kemampuan Berbahasa Asing

dan Penguasaan ICT

3. Tujuan

a. Menciptakan hubungan sesama seluruh pemangku kepentingan dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan secara komunikatif.

b. Melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual serta

emosional yang dilandasi oleh nilai-nilai etika dan moral serta akhlakul

karimah.

c. Menjadikan nilai-nilai ke Islaman sebagai standar acuan dalam seluruh

kegiatan, baik yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan non

akademik.

d. Melahirkan sumber daya manusia yang terterima dalam seluruh aktivitas

sosial yang kompetetif dan profesional sesuai dengan kompetensi yang

dimiliki.

e. Melahirkan tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik yang

trampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kepala Madrasah dan Para Guru melalui persetujuan Komite Madrasah

menetapkan sasaran program, baik untuk jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang. Sasaran program dimaksudkan untuk

mewujudkan visi dan misi madrasah.

Page 43: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

39

Sasaran Program Madrasah

SASARAN

PROGRAM

TAHUN

PELAJARAN

(2016/2017)

SASARAN PROGRAM

TAHUN PELAJARAN

(2017/2019)

SASARAN PROGRAM

TAHUN PELAJARAN

(2019/2019)

1. Kehadiran Peserta

didik, Guru dan

Karyawan lebih

dari 95%.

1. Kehadiran Peserta

didik, Guru dan

Karyawan lebih dari

97%.

1. Kehadiran Peserta didik,

Guru dan Karyawan

lebih dari 98 %.

2. Target pencapaian

rata-rata Nilai

Ujian Akhir 6,0.

2. Target pencapaian

rata-rata NUAN

lulusan 6,5.

2. Target pencapaian rata-

rata NUAN lulusan 7,0.

3. 30% lulusan dapat

diterima di PTN,

baik melalui jalur

PMDK maupun

UMPTN.

3. 50% lulusan dapat

diterima di PTN baik

melalui jalur PMDK

maupun UMPTN.

3. 70% lulusan dapat

diterima di PTN baik

melalui jalur PMDK

maupun UMPTN.

4. 80% peserta didik

dapat membaca

Al-Qur’an dengan

baik dan benar.

4. 90% peserta didik

dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik

dan benar.

4. 100% peserta didik

dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik dan

benar.

5. Memiliki ekstra

kurikuler

unggulan (KIR &

Olah Raga )

5. Extra kurikuler

unggulan dapat

menjuarai tingkat

provinsi dan Nasional

5. Ekstrakurikuler

unggulan dapat meraih

prestasi tingkat nasional

6. 25 % peserta didik

dapat aktif

berbahasa Inggris

dan arab

6. 40% peserta didik

dapat aktif berbahasa

Inggris dan arab

6. 75% peserta didik dapat

aktif berbahasa Inggris

dan arab

Page 44: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

40

7. 70 % peserta didik

dapat

mengoperasikan

program Word

dan Excel

7. 75% peserta didik

dapat mengoperasikan

2 program komputer

(Microsoft Word ,

Excel, Power point

dan Internet).

7. 100% peserta didik

dapat mengoperasikan 2

program komputer

(Microsoft Word, Excel,

Power point dan

Internet).

8. 15% Peserta didik

mampu

mengembangkan

skill dan

agrobisnis

8. 30% Peserta didik

mampu

mengembangkan skill

dan agrobisnis

8. 75% Peserta didik

mampu

mengembangkan skill

dan agrobisnis

9. 15% Peserta didik

mampu berwira

usaha

9. 30% Peserta didik

mampu berwira usaha

9. 75% Peserta didik

mampu berwira usaha

Sasaran program tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan strategi pelaksanaan

yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga madrasah sebagai berikut:

1. Mengadakan pembinaan terhadap peserta didik, guru dan karyawan secara

berkelanjutan;

2. Melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah daerah dan dunia usaha

yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo untuk membantu pembiayaan bagi

peserta didik yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk

melanjutkan ke perguruan tinggi;

3. Mengadakan Tadarusan menjelang pelajaran dimulai, membaca Q.S Ar-

Rahman setiap jumat pagi, kegiatan Rohani Islam setiap jumat, yasinan ,

peringatan hari besar Islam, dan membentuk kelompok-kelompok

pengajian peserta didik Model yang diwadahi oleh ROHIS

Page 45: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

41

4. Menjalin komunikasi yang baik dengan Dinas Olah Raga, dan instansi lain

di Kabupaten Gorontalo;

5. Pemberdayaan seluruh Laboratorium dan keterampilan;

6. Membentuk kelompok gemar Bahasa, English club.

7. Membentuk kelompok belajar;

8. Pengadaan buku penunjang dan buku referensi yang lain

9. Pengadaan komputer;

10. Mengintesifkan kelompok belajar di Asrama Pelajar Putra dan Putri; dan

kegiatan keagamaan yang lain

11. Mengintensifkan komunikasi dan kerjasama dengan orang tua;

12. Pelaporan kepada orang tua secara berkala;

13. Kerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo dalam

penerimaan Peserta didik baru dan kegiatan lain.

E. Pandangan Guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham

Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1

Kabupaten Gorontalo.

Pengetahuan tentang keberadaan Paham Radikalisme di MAN 1 KAB.

Gorontalo berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, dari berberapa

penjelasan informan terkait dengan Paham Radikalisme, saya dapat mengambil

keputusan paham radikalisme sudah mulai masuk di lingkungan sekolah akan

tetapi dari pihak sekolah kewalahan dalam menanggapi persoalan ini.

Hal ini di buktikan dari pernyataan beberapa informan di antaranya:

Sebagaimana yang dikatakan oleh “Ibu Nurmiyaty” mengatakan bahwa dari

tahun 2016 sampai 2018 itu sudah mulai terlihat (Paham Radikalisme), bahkan

kabar yang terbaru mereka tidak mau ikut berpartisipasi, dengan kami di dalam

acara perpisahan yang di adakan oleh pihak sekolah, mereka mengganggap

bahwa akan terjadi ikhtilaf maksudnya akan terjadi percampuran antara laki-

laki dan perempuan dalam satu ruangan atau satu tempat. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Ibu Nurmiyati selaku informan tentang paham radikalisme,

bahwa yang di maksud dengan paham radikalisme adalah Suatu kelompok

yang ketika kita ingin bergabung dengan mereka, maka mereka akan menutup

Page 46: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

42

diri dan tidak mau terus terang. Selain itu mereka kurang dalam pergaulan,

bahkan kadang tidak mendukung kegiatan madrasah yang sebagaimana yang di

katakan oleh Ibu Nurmiyaty di atas (Terlalu fanatik dengan apa yang mereka

yakini atau pelajari).

Selain itu pada saat kegiatan praktek dalam pembelajaran olah raga penjas

, mereka tidak mau menggunakan celana panjang atau celana olah raga pada

saat oleh raga. Hal ini yang membuat salah paham atau mis komunikasi antara

guru-guru dan para peserta didik, karena ketika mereka di berikan penjelasan

mereka selalu menjawab dengan pengetahuan yang mereka miliki. Padahal

para guru sudah menjelaskan bahwa, ini masih di lingkungan sekolah atau

madrasah jadi kalian masih terikat oleh peraturan yang ada di sekolah.

Kami memberikan penjelasan, bahwa yang kalian sampaikan sudah benar,

tapi sekolah punya aturan jadi kalian harus mentaati aturan sekolah, kalau tidak

mau menggunakan celana panjang atau celana olah raga silahkan celana olah

raga di lapis dengan rok agar suapaya tidak membentuk lekuk tubuh kalian.

Selain itu kami berupaya menyampaikan terus-menerus bahkan sempat

saya kumpulkan para peserta didik, ini semua untuk mencegah agara mereka

terhindar dari paham radikalisme. Karena ada di antara mereka yang

melakukan mendoktrin terhadap adik-adiknya secara sembunyi-sembunyi

tanpa sepengetahuan guru, mereka mengubungi adik kelas mereka padahal

belum tentu apa yang menjadi pemahaman mereka benar bisa saja apa yang

mereka dapat bertentangan dengan syari’at Islam.

Untuk itu Selain kami dari pihak sekolah mengadakan kegiatan kegiatan

komunitas “Tahfidz”, ini semua di lakukan agar suapaya mereka yang

terpengaruh dengan pemahaman yang radikal atau terlalu fanatik terhadap

beragama kami berikan pembinaan. Selain itu ada tanya jawab, antara mereka

yang memiliki pemahaman seperti itu (terlalu fanatik dalam beragama) dengan

para peserta didik yang tidak memiliki pemahaman seperti itu (terlalu fanatik

dalam beragama) untuk memperjelas mana yang boleh dilakukan dan yang

mana tidak boleh di lakukan sesuai dengan ketentuan Islam.

Page 47: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

43

Ada suatu peristiwa di mana para peserta didik ikut terlibat di dalamnya,

yaitu demo yang di lakukan oleh organisasi eksternal yang berada di luar

lingkungan sekolah. Pada saat itu para peserta didik yang memilki paham

(fanatik dalam beragama) ikut dalam kegiatan tersebut. Akibatnya ada dari

mereka yang tidak masuk sekolah di karenakan ikut kegiatan tersebut, kami

dari guru-guru berupaya agar para peserta didik dapat melakukan pembelajaran

dengan baik untuk itu kami mengundang mereka yang ikut kegiatn tersebut

kemuadian di bina di ruang BK.

Sebagaimana yang dikatakann oleh Ibu Nurmiaty bahwa, paham-paham

atau aliran-aliaran tersebut masuk di kerenakan ada beberapa dari perguruan

tinggi, tapi di sini beliau tidak bisa menyebutkan nama dari perguruan tinggi

tersebut. Mereka biasanya masuk atau minta izin ke sekolah dengan

berkelompok-kelompok ada yang 3, 4 orang, 9 orang bahkan sampai 10 orang

dalam satu kelompok.

Dari peristiwa itu kemuadian para peserta didik, sudah mulai berubah,

sering ikut-kut kajian baik guru, orang tua tidak tau, sehingga mempengaruhi

baik dari sikap mereka, prilaku mereka dan sebagainya. Bahkan apabila ada

yang tidak sependapat dengan mereka, mereka akan menjauhinya atau menutup

diri dari baik itu dari kalangan peserta didik maupun guru-guru yang ada di

lingkungan sekolah.

Selain itu ada mereka selalu beralasan untuk ikut kajian-kajian tersebut,

pernah kami dari guru-guru bertanya-tanya, kemana mereka sudah pulang

pulang sekolah tapi tidak langsung pualng ke rumahnya. Kalau selaku guru

sudah bersih keras menegur para peserta didik akan tetapi mereka bersih keras

menjawab dengan berkata bahwa ini kan hak asasi kami (hak kami) mereka

merasa hebat, merasa pintar mereka mengatakan bahwa apa yang mereka ikuti

tidak buruk.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Ibu Nurmiaty

tentang Pandangan guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham

Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten

Gorontalo: Sebagaimana yang dikatakan bahwa, paham-paham atau aliran-

Page 48: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

44

aliaran tersebut masuk di kerenakan ada beberapa dari perguruan tinggi, tapi di

sini beliau tidak bisa menyebutkan nama dari perguruan tinggi tersebut.

Mereka biasanya masuk atau minta izin ke sekolah dengan berkelompok-

kelompok ada yang 3, 4 orang, 9 orang bahkan sampai 10 orang dalam satu

kelompok.

Dari peristiwa itu kemuadian para peserta didik, sudah mulai berubah,

sering ikut-kut kajian baik guru, orang tua tidak tau, sehingga mempengaruhi

baik dari sikap mereka, prilaku mereka dan sebagainya. Bahkan apabila ada

yang tidak sependapat dengan mereka, mereka akan menjauhinya atau menutup

diri dari baik itu dari kalangan peserta didik maupun guru-guru yang ada di

lingkungan sekolah.1

Selain itu berdasarkan hasil wawancara dari seorang peserta didik

mengatakan tentang permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di

lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo sebagai berikut:

Narasumber yang berinisial NZ; dia mengatakan bahwa kajian –kajian seperti

itu telah terjadi di MAN 1 KAB. Gorontalo mereka memang melanggar aturan

akan tetapi ada hal positif yang bisa di ambil di dalamnya.

Kebanyakan yang mengikuti kajian itu pandai dalam berbicara dan

berpendapat. Dorang tidak mau pake-pake baju olah raga, tapi tidak mau pake

celana olah raga pake rok bagitu. Walaupun kebiasaanya dari mereka tidak

mau menggunakan pakaian olah raga dalam pembalajaran Penjas akibatnya

sebagian besar guru-guru marah dengan mereka karena di anggap melanggar

aturan sekolah.

Selain itu yang biasanya memberikan kajian adalah kakak-kakak kelas XI

dan XII.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Narasumber

NZ tentang Permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di lingkungan

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo: Bahwa Paham Radikalisme

belum sepenuhnya di ketahui oleh para peserta didik khususnya mereka yang

1Nurmiaty, S.Pd., M.Pd., Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancarap, 16 Juni 2019.

Page 49: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

45

baru memasuki kelas X dan XI, hal ini bisa terlihat dari cara mereka

memandang memahami paham radikalisme mereka menganggap bahwa ketika

para peserta didik melanggar aturan sekolah itu di sebut dengan paham radikal.

Hal ini di buktikan dengan salah satu pernyataan oleh narasumber “Jadi

sebagian dari dorang kebiasaan tidak sesuai dengan ketentuan sekolah bagitu.

Biasa juga kalau ada apa depe nama kayak peraktek pasti tidak mo ikut jadi

tidak dapa nilai begitu baru jadi sebagian besar guru-guru mo marah”.2

F. Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham

Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo

Sebagaimana yang di kemukakan oleh Bapak Yon Gani selaku Guru

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bahwa pernah ada, karena terkadang para

peserta didik bukan hanya menerima materi agama di lingkungan sekolah

melainkan di luar lingkungan sekolah akibatnya doktrin-doktrin atau ajaran-

ajaran yang mereka temukan di luar sekolah akan berbeda dengan apa yang

mereka dapat di lingkungan sekolah.

Akibatnya materi-materi kajian seperti doktrin-doktrin mengarah kepada

radikalisme karena paham radikalisme itu kan pengetahuan atau pemahaman

mereka yang mereka yakini dan mati-matian mereka mempertahankan itu,

karena memang mereka memahaminya seperti itu bukan mereka mengganggap

paling benar karena sesuai dengan apa yang mereka yakini.

Contoh “mereka menerima bahwa ajaran tentang bahwa satu-satu yang

harus di hormati, yang di junjung tinggi itu hanya Allah swt. salah satu contoh

itu. Dan itu pemahaman mereka apapun kegiatan-kegitan di luar dari itu tidak

meyakini itu, sehingganya anak memamahami itu bahwa menghormat bendera

itu berdosa itukan Paham Radikalisme karena mereka meyakini yang patut di

sembah hanya Allah dan itu memunculkan paham-paham radikalisme mereka

mengaganggap selain dari Al-qur’an dan Hadist yang sudah mereka yakini

otomatis mereka tidak menerima itu itu Paham Radikalisme.

2NZ, Siswa Kelas XI IPA 2, wawancara, 20 Juni 2019.

Page 50: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

46

Tidak mau menerima hasil ijtihad baik itu dari para sahabat, maupun

ulama tabi’tabi’in, itu paha Radikalisme karena mereka hanya meyakini kedua

itu Al-qur’an dan Hadist di luar dari konteks itu mereka pasti tida mau

meyakini itu. Persoalnnya kan mereka hanya menerima itu hanya dari satu

sumber itupun yang melaukan kajian itu,itupun yang melakukan kajian itu

perlu harus cari tau biodatanya dulu apalagi kalau hanya baca satu buku dua

buku baru kemudian dia membuat kajian dan mendoktrin orang yang

menjastifikasi.

Dampaknya itu, satunya dampaknya mereka melakukan kajian itu tanpa

sepengetahuan oran tua, mereka diam-diam mala mereka memberikan alasana

ada kegiatan-kegitn madrasah padahal mereka lakukan kajian-kajian seperti itu,

kemudian yang ke-2 mereka tidak mau ikut terlibat dengan kegiatan-kegitan

karna itu di anggap tidak sesuai dengan dokrin dengan apa yang mereka terima

sama dengan kegiatan misalnya ada keramaian-keraimaia mereka tidak mau,

sampai wisuda pun mereka tidak mau ikut. Karena mereka beranggapan bahwa

di dalam wisuda itu kan sudah tercampur laki-laki dan perempuan.

Mereka tetap di panggil, tetap di panggil di berikan bimbingan itu sala satu

solusi dari Madrasah, Cuma namanya orang yang sudah memiliki pemahaman-

pemahaman radikalisme seperti itu doktrin seperti itu ya memang susah juga

berubah. Orang tua ketika di kofirmasi seperti itu kan kaget juga, nah dari situ

orang tua bertanggung jawab kepada anak mereka itu, karena pasti orang tua

juga tidak mau anak mereka memiliki paham-paham seperti itu. Karena

kegiatan mereka di luar itu kepala madrasah tidak tau, hanya mereka sendiri

yang tau, jadi orang tua juga tidak ada komplen mereka kepada pihak

Madrasah.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan bapak Yon

Gani, tentang Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi

Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa

Paham Radikalisme sangat berpengaruh terhadap para peserta didik, mereka

yang sering melakukan kajian-kajian di luar sekolah akan cepat terpengaruh

paham radikalisme, selain itu ketika kita memberikan penjelasan terkait dengan

Page 51: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

47

pemahaman agama mereka berpendapat bahwa selain dari Al-Qur’an dan

Hadis mereka tidak meyakini.

Bahkan yang lebih parahnya lagi, ada peserta didik yang tidak mau

menghormat benderah, ini semua di buktikan dengan pernyaan dari narasumber

“mereka menerima bahwa ajaran tentang bahwa satu-satu yang harus di

hormati, yang di junjung tinggi itu hanya Allah swt. Salah satu contoh itu. Dan

itu pemahaman mereka apapun kegiatan-kegitan di luar dari itu tidak meyakini

itu, sehingganya anak memamahami itu bahwa menghormat bendera itu

berdosa itukan Paham Radikalisme karena mereka meyakini yang patut di

sembah hanya Allah dan itu memunculkan paham-paham radikalisme mereka

mengaganggap selain dari Al-qur’an dan Hadist yang sudah mereka yakini

otomatis mereka tidak menerima itu itu Paham Radikalisme”.3

Selain itu berdasarkan apa yang dikemukakan oleh salah seorang peserta

didik dengan inisial WA Bagi saya kalau terlalu berpatokan di situ akan

menggangganggu sistem pembelajaran, karena terlalu fokus dengan kajian

sedangkan pembelajaran sekolah dia tidak terlalu fokus. Kalau untuk sekolah,

ada orang tua yang berkomentar kepada seorang guru soal kajian, katanya

anaknya lambat pulang sekolah kemudian guru tersebut menjawab mereka ikut

kajian tapi itu bukan kajian dari sekolah. Selain itu mereka susah di terima

menerima pendapat dari orang lain.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan narasumber

WA, tentang kendala dalam menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat sulit

di bendung, akibatnya para peserta didik dapat terpengaruh dengan Paham

Radikal. Hal bisa terjadi melihat para peserta didik sangat tertarik dengan hal

yang baru, sehingganya mereka ingin tau dan mempelajari hal tersebut.

Ini semua semua dapat di buktikan dengan pernyaan dari narasumber WA,

“Bagi saya kalau terlalu berpatokan di situ akan menggangganggu sistem

pembelajaran, karena terlalu fokus dengan kajian sedangkan pembelajaran

sekolah dia tidak terlalu fokus. Kalau untuk sekolah, ada orang tua yang

3Yon Gani, S.Pd., M.Pd., Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 18 Juni 2019.

Page 52: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

48

berkomentar kepada seorang guru soal kajian, katanya anaknya lambat pulang

sekolah kemudian guru tersebut menjawab mereka ikut kajian tapi itu bukan

kajian dari sekolah. Selain itu mereka susah di terima menerima pendapat dari

orang lain.4

G. Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham

Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Darmawati Lumani bahwa, ada

pemahaman yang seperti itu, mereka tidak mau berbaur antara laki-laki dan

perempuan. Mereka mendapatkan paham seperti itu, pernah ada guru honorer

yang mengajar di sini dan sempat mengajak kepada peserta didik untuk ikut

kajian. Pada akhirnya mereka mengikuti kajian tersebut dan mereka memiliki

pemahaman seperti itu (fanatik dalam beragama bahkan bisa di kategorikan

radikal dalam bersikap).

Akan tetapi pada akhirnya guru tersebut sudah tidak mengajar atau sudah

pindah dari sekolah ini, sehingganya mereka yang mengikuti kajian-kajian

tersebut menyalurkan kepada adik-adik tingkat mereka. Akibat dari kajian-

kajian tersebut paling banyak nilai mereka menurun. Di akibatkan mereka ikut

kajian-kajian di luar yang berhubungan dengan pemahaman mereka, akibatnya

sering terlambat ke sekolah karena sering pulang larut malam.

Upaya yang kami selaku guru adalah melakukan bimbingan terhadap para

peserta didik, walaupun terkadang mereka harus menutup diri dengan kami

para guru akan tetati kami selalu memberikan bimbingan kepada mereka agar

supaya jangan terlalu fanatik atau berlebihan dalam beragama. Walau demikian

mereka tetap saja, tidak mau berubah ketika kami memberikan penjelasan

mereka menjawab bahwa kami selaku guru tidak paham.

Padahal kami selau guru-guru selalu memberikan penjelas bahwa, yang

seperti itu baik tapi ini kan di lingkungan sekolah jadi kamu harus mematuhi

aturan yang ada di sekolah. Kamu bisa melakukan hal tersebut jika kamu sudah

4WA, Siswa Kelas X Agama MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 20 Juni 2019.

Page 53: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

49

keluar dari sekolah atau lanjut keperguruan tinggi, karena apa yang kamu ikuti

akan berpengaruh terhadap para peserta didik yang lainnya.

kami selaku guru-guru melakukan pembinaan terhadap seluruh peserta

didik, baik dengan cara pembinaan pada saat Upacara, apel pagi, maupun pada

saat rapat dengan orang tua. Hal ini di lakukan agar supaya para peserta didik,

tidak terjerumus ke dalam paham radikalisme.

Selain itu kami selalu berkoordinasi dengan para orang tua dari peserta

didik, terkait dengan tingkah laku atau siakp mereka abaik di lingkingan

sekolah maupung di rumah mereka. Hal ini di lakukan agar kami bisa

memantau perkembangan dari para peserta didik dan terutama menjaga mereka

dari paham-paham atau alira-aliran yang mengarah kepada paham radikalisme.

Bahkan orang tua terlibat dalam mengontrol anak-anak mereka misalnya,

apabila anak mrea belum pualng sekolah maka mereka akan melakukan

komunikasi kepada pihak sekolah baik di bidang humas maupun wali kelas

dari anak merea. Ini semua di lakukan para orang tua siswa, agar suapaya anak

mreka terhindar dari paham radikalisme.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Ibu Darmawati

Lumani tentang Bagaimana Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam

Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten

Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat sulit untuk di bendung di

lingkungan sekolah, hal ini dapat terlihat dari para peserta didik yang mulai

ikut-ikut kajian di luar sekolah, setelah ikut kajian di luar sekolah.

Setelah aktif dalam kajian, mereka sudah mulai berubah dari sisi pakaian,

perilaku dan sifat. Bahkan mereka tidak mau berbaur dengan guru yang tidak

sependapat dengan mereka, tapi alhamdulillah kami guru-guru selalu kordinasi

dengan orang tua para peserta didik, untuk terus menjaga agar anak mereka

tidak terjerumus ke dalam paham rahadikalisme. Walaupun terkadang para

peserta didik harus berbohong kepada kedua orang tua untuk melakukan kajian

di luar. Tapi kami dari pihak sekolah selalu memberikan informasi kepada

Page 54: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

50

orang tua dari para peserta didik melalui bidang humas sekolah maupun

perwalian kelas.5

Sementara berdasakan apa yang dikemukakan oleh seorang peserta didik

dengan inisial MS dia mengatakan bahwa ada paham (berlebihan dalam

beragama atau fanatik), akan tetapi dia tidak tau kalau itu paham radikal atau

ajaran agama Islam., menurut dia MS cara menangani yang seperti ini atau

mereka yang memilki paham tersebut dengan cara menasehati untuk jangan

terlalu percaya, maksudnya jangan langsung percaya terhadap hal-hal yang

belum jelas sumbernya.

Selain itu kalau ada kajian di luar, jangan di terapkan di dalam lingkungan

sekolah agar suapaya tidak mempengaruhi para peserta didik yang ada di MAN

1 KAB. Gorontalo. Kemudian yang paling penting adalah penekanan dari

orang tua agar supaya dapat memantau perkembangan anaknya dengan baik,

agar supaya anak mereka terhidar dari paham radikalisme.

Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara peneliti dengan informan MS

tentang Bagaimana Upaya Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat

berpengaru terhadap peserta didik. Akan tetapi kurangnya pengetahuan tentang

Paham Radikalisme membuat para peserta didik tidak mampu membedakan

mana yang radikal dan mana yang termasuk aliran sehingganya apa yang di

kerjakan oleh teman mereka yang mereka anggap baru mereka akan

menngecap bahwa itu radikal.

Selain itu faktor pendukung dari orang tua dan guru di butuhkan agar

suapaya para peserta didik tidak terjerumus kedalam paham radikalisme, upaya

yang dapat di lakukan oleh orang tua yaitu; dengan melakukan pembinaan

terhdap anak setiap minggu yang berkaitan dengak aktifitasnya setaiap hari,

sama halnya dengan guru harus memantau perkembangan dari perta didik di

5Damawati Lumani, S.Pd, Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 18 Juni 2019.

Page 55: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

51

lingkungan sekolah hal ini dapat mengatahui perkambangan perserta didik dan

mampu menghindari paham radikalisme.6

6MS, Siswa Kelas X Agama MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 20 Juni 2019.

Page 56: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari deskripsi hasil penelitian Upaya guru pendidikan Agama Islam dalam

menanggulangi paham radikalisme (study kasus) Man 1 Kabupaten Gorontalo

di atas dapat penulis dapat simpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Apa pandangan guru pendidikan agama Islam terkait permasalahan paham

radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1

Kabupaten Gorontalo, guru pendidikan agam Islam memilki pengetahuan

yang berbeda tentang paham radikalisme itu semua di buktikan dengan

pernyataan dari setiap guru yang saya wawancarai, selain itu terjadi

perbedaan pemahaman tentang Paham Radikalisme di kalangan peserta

didik yang saya wawancarai.

Ini membuktikan bahwa pengetahuan tentang Paham Radikalisme perlu di

sosialisasikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, Agar

supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman antara guru dan peserta didik

terkait dengan pemahaman Paham Radikalisme.

2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi

paham radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo,

upaya ynag di lakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam

menanggulangi Paham Radikalisme adalah dengan melakukan bimbingan

khusus terhadap para peserta didik yang di nilai mulai ada perbedaan dalam

memahami agama, untuk mengetahui peserta didik yang mulai memiliki

ciri-ciri Paham Radikalisme kami selaku guru-guru memantau pergerakan

dari peserta didik.

3. Apa kendala guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham

radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten gorontalo

Page 57: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

2

kendala dari guru pendidikn agama Islam dalam menanggulangi Paham

Radikalisme adalah, mereka tidak mau terbuka dengan kami selaku guru

Pendidikan Agama Islam.

4. Selain itu mereka kebanyakan melanggar aturan sekolah seperti tidak mau

menggunakan pakaian olah raga dalam mata pelajaran penjas, tidak mau

menari di hadapan guru seni karena di anggap akan mempelihatkan lekuk

tubuh mreka, tidak mau berbaur dengan lawan jenis, terlalu fokus dalam

kajian, bahkan ada peserta didik yang beranggapan bahwa menghormat

bendera tidak benar, mereka mengatakan yang berhak di hormati adalah

Allah swt, bukan bendera merah putih.

5. Selain itu yang menjadi kendala guru pendidikan agama Islam adalah, ada

beberapa siswa yang ikut-ikut kajian entah apa kajian yang di ikuti sampai-

sampai berbohong kepada kedua orang tua mereka dengan mengatakan

bahwa ada kegiatan ekskul yang harus di ikuti makanya mereka pulang

terlambat.

6. Bahkan yang lebih parahnya lagi mereka mendoktrin adik-adik kelasnya

agar bisa satu pemahaman dengan mereka, meraka melakukan doktrin

tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi melalui telpon, dan bicara berdua.

B. Saran

Upaya guru pendidikan agam Islam untuk menangkal paham radikalisme

di sekolah harus di dukung dengan wawasan pengetahuan tentang paham

radikalisme, agar supaya mampu menjelaskan kepada siswa/siswi materi

tentang paham radikalisme. Sehingganya para siswa, dapat dengan mudah

memahami dan bisa terhindar dari paham radikalisme.

Selain itu, sebagai guru pendidikan agama Islam harus hati-hati dalam

menyampaikan materi kepada para siswa, pastikan bahwa materi tersebut

sesuai dengan kurikulum. Maksudnya jangan mengambil perumpamaan yang

dapat membuat para siswa berfikir menjadi radikal. Harapannya semoga Man 1

Kab.Gorontalo bisa terhindar dari paham radikalisme, dan selalu menggapai

prestasi yang lebih gemilang.

Page 58: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

3

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana Eggi, Islam Fungsional, Jakarta: Rajawali, 2008.

Muhammad Ath-Thahhan Musthafa, Rekonstruksi Pemikiran Islam

Menuju Gerakan Islam Modern, (terj) oleh Salafuddin Abu Sayyid Salafuddin dan

Jasiman, Solo: Era Intermedika, 2000.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Munip Abdul “Mengenal Radikalisme Agama di Sekolah”, Jurnal Jurusan

Pendidikan Agama Islam Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kali Jaga

Yokyakrta.

Zada Khamami “Radikalisme dalam paham keagamaan guru dan mata

pelajaran fiqh di madrasah aliyah, Jurnal Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Syaputra Erizal “Peran rohis dalam membandung paham radikal di SMA

01 kecamatan kanan, aceh singki”, Tesis Jurusan Pendidikan Islam Pascasarjana

UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta.

Arif Muh. , Profesi Kependidikan Pedoman dan acuan Guru mencintai

Profesinya, Cet. 1, Gorontalo; Sultan Amai Pres, 2012.

Hamzah B. Uno Hamzah, Lamatenggo Nina, Najamuddin Petta Solong

Najamuddin, Teori Variabel Keguruandan Pengukurannya, Cet. 1, Gorontalo;

Sultan Amai Press, 2014.

Arif Muh. dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, Gorontalo: Sultan Amai

Press, 2013.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek

Pengadaan Kitab Suci al- Qur’an, 2014.

Umar Bukhari, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Azmah, 2012.

Hornby A.S., oxford Advenced, Dictionary of current English, UK:

Oxford university press, 2000.

Page 59: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

4

M. Nuh Nuhrison, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan

Islam Radikal di Indonesi, HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol

VIII Juli-September 2009.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Kartodirdjo Sartono, Adi Ratu, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

Rubaidi A., Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan

Moderatisme Islam di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007.

Masduqi Irwan, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah

Pesantren, Jurnal Pendidikan Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2012.

Nasution Harun, Teologi Islam, Cet. I ; Jakarta: UI Press, 1972.

Amir Ali Syed, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, Bulan Bintang, cet.

III; Jakarta.

Al-Qardhawi Yusuf, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-

Tattarruf, Cairo: Bank al- Taqwa, 1406 H.

Khammami Zada, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis

Keras di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002.

Turmudzi Endang dkk, Islam dan Radikalisme di Indoneesia, Jakarta: LIPI

Press, 2004.

Munip Abdul, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal

Pendidikan Islam. Vol. I. No. 2. Desember 2014.

Syahlan Taslim, Menangkal Gerakan Radikalisme Islam Melalui Sekolah,

Magistra, Vol. 6, No.2, Oktober 2015.

Khamami Zada, Radikalisme di Jantung Pendidikan Islam, (Edukasi

Jurnal Penelitian)

Lexy J moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga

University Press, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Page 60: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

5

Riyanto Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan

Kuantitatif, Surabaya: UNESA University Press, 2007.

Suprayogo Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2001.

http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/554,

27 November 2017.

Page 61: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”

RIWAYAT HIDUP

Moh. Jani A. Lewan, adalah seorang aktifis pendidikan Islam, lahir di gorontalo pada tanggal 15 Januari 1996, merupakan putra ketiga dalam keluarga, jani lebih banyak menghabiskan waktunya dalam menakar beberapa persoalan yang terkait dengan dunia pendidikan islam gorontalo. saat menggeluti pendidikan formal jani mengawalinya di sebuah sekolah dasar milik muhammadiyah yang terletak di Dehwalolo, selanjutnya

memasuki sekolah menengah pertama di Madrasah tsanawiyah negeri telaga biru, kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kab. Gorontalo, dan selanjutnya menggeluti pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2015 - 2019.

Page 62: Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya”