MOTTO DAN PERSEMBAHAN -...

63

Transcript of MOTTO DAN PERSEMBAHAN -...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S Al-Baqarah : 286)

Jelaslah firman tersebut Allah senantiasa mengasihi hamba Nya, tidak akan diberikan ujian jika hamba Nya tidak sanggup melewati. Karena itu tidak selayaknya kita berputus asa dalam menghadapi segala tantangan

hidup

Semangat dan semangat

Buku ini kupersembahkan buat orang yang ku sayangi dan menyayangiku terutama ibu dan bapak qu tercinta

Kakak-kakak ku (Noviono Mokoagow, Ninggriana Mokoagow) yang telah mensuport baik secara fisik maupun material, adik (Abdiarrahman

Mokoagow) sekaligus teman sekamar yang telah memberikan kontribusi baik secara fisik maupun gagasan.

And my life companion lover

Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga dan memberikan pertolongan kepada kita semua

Aamiin

ALMAMATERKU TERCINTA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO

iii

KATA PENGANTAR حیم حمن الر الر بسم ا�

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha

Bijaksana dan segala-galanya, karena atas hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.

Adapun judul dalam Skripsi ini yakni “Inovasi Pembelajaran Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak di Kelas XI di Ma Muhammadiyah Kota Gorontalo” Sebagai langkah awal demi melaksanakan tugas akhir studi. Kedepanya,besar harapan kami agar kiranya dapat memberikan kontribusi positif melalui sebuah penelitian yang cermat terhadap permasalahan diatas berupa informasi dan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat di rampungkan tanpa adanya motivasi dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu. Itulah sebabnya, penulis berharap kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak terhadap kesempurnaan skripsi ini, dan tak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimah kasih terutama kepada Yth: 1. Ayah Hasrin Mokoagow dan Ibu Djaima Mokodompit, kedua orang tua

tercinta, yang sangat besar jasa mereka dalam mengasuh, mendidik, membimbing, membiayai, member semangat, memotivasi sekaligus berdo’a dan berharap kepada Allah Ta’ala. Agar senantiasa anak-anaknya diberi kesehatan, kekuatan dan sukses dalam menyelesaikan studi. Semogah Allah Ta’alah senantiasa menjaga kalian, memberikan rahmat-Nya atas kalian dan selalu memberikan kebaikan-kebaikan atas kalian.

2. Dr. H. Lahaji Haedar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah membangun dan mengembangkan kampus baik dari segi sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang pendidikan lainnya.

3. Dr. H. Sofyan AP. Kau M.Ag, Dr. Ahmad Faisal, M.Ag, Dr. Mujahid Damopolii, M. Pd, masing-masing selaku Wakil Rektor I, II, dan III IAIN Sultan Amai Gorontralo

4. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

iv

5. Dr. H. Muhammad Hasbi, M.Pd, Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd, Dr. H. Arten H Mobonggi, M.Pd, masing-masing selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fkultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

6. Dr. H. Razak Umar, M.Pd dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

7. Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd dan Dr. Damhuri, M.Pd selaku pembimbing I dan II, yang telah tulus ikhlas memberi arahan dan bimbingan serta bantuan sehingga sejak penelitian sampai pada penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

8. Dr. H. Razak H. Umar, M.Pd dan Drs. Zainul Romis Koesry, M.Ag selaku penguji I dan II, yang telah tulus ikhlas menguji dan memberi arahan, bimbingan serta bantuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

9. Seluru Dosen prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo

10. Dr. H. Ramoend Manahung, M.Sos.I, selaku Kepala perpustakaan yang telah menyediakan referensi untuk memudahkan penyelesaian skripsi ini.

11. Seluru staf administrasi bagian akademik pada Fakulta Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo yang telah memberikan pelayanan yang baik selama studi.

12. Fitri Salilama, S.Ag Selaku kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo, dan seluruh staf Dewan Guru maupun Tata Usahayang telah bersediah menerima penulis untuk meneliti di tempat tersebut serta memberikan sejumlah data yang penulis butuhkan.

13. Noho Nusa Husein, M.Pd selaku guru Akidah Akhlak MA Muhammadiyah Kota Gorontalo yang telah ikut memberikan arahan dan data selama penulis meneliti di sekolah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo.

14. Serta teman-teman seperjuangan, Fathan, Bambang, Gian, Tari, Mona, Rukhaya, serta yang lain, penulis tidak bisa sapa satu persatu mereka adalah orang-orang yang hebat yang perna penulis kenal semoga kita selalu dalam lingkaran yang sama meskipun mempunyai latar belakang dan prinsip yang berbeda-beda. Terima kasih atas dukungan kalian. Penulis selalu merindukan kalian.

15. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang juga turut membantu serta menyumbangkan pemikiran kepada penulis, tak lupa disampaikan banyak terima kasih.

Akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Selanjutnya atas segala bantuan, bimbingan dan petunjuk, yang telah diberikan

v

oleh semua pihak kepada penulis Insyaah Allah memperoleh imbalan yang setimpal dari Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’alah, senantiasa selalu melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua.

Gorontalo, 22 Juli 2019 Penulis

Syaid Bin Rahman Mokoagow Nim. 151012112

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i MOTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5 F. Pengertian Judul Dan Definisi Operasional .................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................ 8 A. Inovasi Pembelajaran ........................................................................ 8

1. Pengertian Inovasi Pembelajaran ................................................ 8 2. Inovasi Model Pembelajaran ........................................................ 8 3. Tujuan Inovasi Pembelajaran ....................................................... 10

B. Problem Based Learning .................................................................... 10 1. Pengertian Problem Based Learning ............................................ 10 2. Karakteristik Model Problem Based Learning ............................... 13 3. Langkah Model Problem based learning ...................................... 15 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning ........ 18 5. Tujuan model problem based learning ......................................... 19

C. Hasil belajar ........................................................................................ 19 1. Pengertian hasil belajar ................................................................ 19 2. Indicator keberhasilan pembelajaran ............................................ 20

D. Mata Pelajaran Akidah akhlak ............................................................ 20 1. Pengertian akidah akhlak secara etimologi .................................. 20 2. Kedudukan akidah akhlak............................................................. 23 3. Tujuan mata pelajaran akidah akhlak ........................................... 24 4. Fungsi dan ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak .............. 25 5. Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak .......... 26

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27 A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ....................................................... 27 B. Sumber Data ...................................................................................... 27 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 28 D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 29 E. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................ 29 F. Tahap-Tahap Penelitian ..................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 32 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 32

1. Sejarah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo ............................... 32 2. Letak Geografis ............................................................................ 32

vii

3. Keadaan Tenaga Pengajar ........................................................... 33 4. Visi Dan Misi ................................................................................. 33

B. Inovasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Kelas Xi di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo ......................................................... 35 1. Peran Guru ................................................................................... 35 2. Kondisi Belajar Peserta Didik ....................................................... 36 3. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Mata

Pelajaran Akidah Akhlak .............................................................. 39 4. Hasil Nilai Mata Pelajaran Akidah Akhlak ..................................... 43

C. Kendala Dan Upaya Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning ............................................. 46 1. Kendala Guru ............................................................................... 46 2. Upaya Guru Akidah Akhlak .......................................................... 47

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 49 A. KESIMPULAN .................................................................................... 49 B. SARAN ............................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50 LAMPIRAN ....................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Data Pendidik Dan Kependidikan ................................................ 34

Tabel 2 : Keadaan Peserta Didik ................................................................ 35

Tabel 3 : Observasi Kedisiplinan ................................................................. 39

Tabel 4 : Analisis Hasil Ujian Semester ....................................................... 46

Tabel 5 : Kendala dan Upaya Guru ............................................................. 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 di nyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pengertian pendidikan disini menekankan bahwa bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah tempat dimana peserta didik secara aktif mempertajam dan menampakkan potensi-potensinya sehingga menjadi kemanpuan yang dimilikihnya secara alamiah. Definisi ini memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah memilikih dimensi jasad, kejiwaan, dan spiritualitas. Di samping itu definisi yang sama memberikan ruang untuk berasumsi bahwa manusia memiliki peluang untuk bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial dan spiritual.1

Berdasarkan Undang-undang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Salah satu cara untuk membangun bangsa dan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanaan yang baik.

Untuk itu pendidik yang sangat berperan dalam mengambil strategi pembelajaran yang akan di terapkan kepada peserta didik untuk tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri. Khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

Dalam standar Nasional di jelaskan bahwa, standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan di selenggarakan secara interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, motivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

1 Abdul Latif,Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: Refika Aditama, 2009),

h. 7

2

perkembangan pisik serta psikologi anak didik. (peraturan pemerintah No. 19, 2005: Bab IV Pasal 19 ayat 1).2

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.3 Oleh karena itu, salah satu factor penting dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah tergantung pada model pengajaran pendidik.

Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pelajar, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien.4

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang di lakukan oleh pendidik, dan belajar yang di lakukan oleh peserta didik. Proses pembelajaran pendidiklah yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan peserta didik, pendidiklah yang harus berkemampuan dalam memilih strategi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

Sering terjadi dalam proses pembelajaran, peserta didik melupakan materi yang telah di sampaikan oleh pendidik pada pertemuan sebelumnya. Bahkan ada juga yang lupa dengan materi tersebut hanya dalam jangka beberapa menit saja sejak materi itu di sampaikan.5 Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang terjadi di lingkungan sekolah. Ini menyebabkan sering terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan peserta didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengaranya dibanding visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Confucius: “ apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; apa yang saya

2 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan

Anak Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2013),h.139 3Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 4 4 Asep Jihad Dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Cet.I;Yogyakarta : Multi Presindo,

2013), h. 24 5 Supiah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Gorontalo: Sultan Amai Pres, 2015), h. 7

3

lakukan, saya faham”.6 Hal ini, proses pembelajaran di kelas, masi juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi keahlian yang dimilikinya sehingga usaha belajar dan hasil belajar peserta didik tidak optimal.

Untuk itu peranan pendidik bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga strategi pembelajaran yang lebih mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai.7

Model pembelajaran problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana penalaran yang nyata dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur menemukan masalah dan memecahkannya. Unsur yang terdapat didalamnya, yaitu menemukan permasalahan dan memecahkannya.8 Artinya bahwa problem based learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) standar isi 2006 peserta didik dituntut agar dapat kreatif dan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam menghadapi pelajaran juga menghadapi msalah-masalah yang terjada pada saat ini. Kemampuan berfikir kritis dapat di perlukan dalam pembelajaran karna peserta didik didorong untuk mencari dan menemukan pengetahuan baru yang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran (student oriented) dan guru sebagai fasilitator.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pembelajaran melalui model pembelajaran problem based learning

6 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:

Yappendis, Cet 6, 2009), h. 3 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator guru akidah akhlak di ma

muhammadiayah kota gorontalo yaitu diantara metode-metode yang di gunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan masalah. Biasanya masalah memilikih konteks dengan dunia nyata, peserta didik secara berkelompok aktif merumuskan masalah-masalah dan mengidentifikasi pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. Metode ini terangkum menjadi satu yang di namakan problem based learning.

8 Nur Rohmah Fatmawati, Penerapan Problem Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V Sumayyah di Sekolah Dasar Islam Internassionaln Al Abidin Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

4

dapat meningkatkan efesiensi belajar atau kemampuan berfikir kritis yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai inovasi pembelajaran guru dalam meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak Kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, sehingga peneliti mengambil judul: “Inovasi Pembelajaran Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Kelas XI Di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo”

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Inovasi Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiya Kota Gorontalo ? 2. Apa kendala Guru dalam menginovasi pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiya Kota Gorontalo ?

3. Bagaimana Upaya guru mengatasi kendala menginovasi pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak ?

C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana Inovasi Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiya Kota Gorontalo.

2. Untuk mengetahui kendala guru dalam menginovasi pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiya Kota Gorontalo.

3. Untuk mengetahui Upaya guru mengatasi kendala menginovasi pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak .

D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian

tersebut di atas, maka dapat di rumuskan kegunaan penelitian sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis

1) Untuk dijadikan sebagai wawasan pengetahuan terutama bagi pelaksanaan inovasi model pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

2) Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian inovasi model pembelajaran dalam pembelajaran Akidah Akhlak

3) Untuk mengetahui seperti apa kendalah dan upaya pendidik dalam meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak di MA Muhammadiya Kota Gorontalo

5

b. Manfaat Praktis 1) Untuk memperkenalkan inovasi model pembelajaran kepada

peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak 2) Untuk mengetahau cara inovasi guru dalam meningkatkan hasil

belajar akidah akhlak 3) Untuk mengetahui kendala dan upaya guru untuk memperbaiki

penerapannya. E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka, ada beberapa penelitian terdahulu yang kami ambil dari berbagai macam sumber: 1. Skripsi oleh Hurul Ain yang berjudul “Penerapan Model Problem

Based Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Di Sdn Kramatjati 18 Pagi Kelas VI” skripsi ini membahas tentang aktifitas siswa selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model PBL serta menganalisis seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model PBL pada mata pelajaran PAI.

Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa dalam pembelajaran PAI selama ini guru msih gemar menggunakan metode ceramah, hal ini berdampak pada keengganan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga menimbulkan lemahnya keaktifan dan hasil belajar siswa. Di dalam pembelajaran guru guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga proses belajar siswa kurang kondusig. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kalaboratif antara guru dan peneliti, yang terdiri dari dua siklus, dan yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Kramatjati 18 Pagi yang sejumlah 21 siswa. Data tersebut diambil melalui tekhnik pengumpulan data berupa data hasil observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.9

2. Skripsi oleh Muhannimah yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Problem Based Learening (Penelitian Tindakan Kelas di MTs Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi” skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zakat kelas VIII MTs

9 Hurul Ain, Penerapan Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa di SDN Kramat Jati 18 Pagi Kelas VI.

6

Al-Ihsan Pondok Gede Bekasi dengan penerapan problem based learning.

Penelitian ini bertujuan: 1). Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran fiqih dengan menggunakan model problem based learning, 2). Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model problem based learning, dan 3). Untuk menggambarkan hasil pembelajaran fiqih dengan model problem based learning.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK).PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas.Metode ini dilakukan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan reflex. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai prktek dari keterampilan pemecahan masalah melalui problem based learning.10

Meskipun penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian yang perna dilakukan orang lain, namun yang menjadi perbedaannya: yang pertama, penelitian penulis lebih menekankan pada penerapan atau pelaksanaan dari model pembelejaran problem based learning dan langkah-langkahnya, bkedua, jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif

F. Pengertian Judul dan Definisi Operasional 1. Pengertian Judul

a. Inovasi Inivasi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pemsukan atau pengenalan hal-hal yang baru. Sehingga inovasi dapat dikatakan menyempurnakan atau meningkatkan fungsi dari pemanfaatan suatu produ atau sumber daya sehingga manusia mendapatkan manfaat yang lebih.

b. Model Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia model adalah pola

sesuatu yang akan di buat, contoh: orang yang akan memperagakan di panggung atau barang tiruan yang kecil dengan bentuk persis seperti aslinya.11 Dan yang dimaksud inovas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran guru dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak melalui

10 Muhannimah, Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model Problem Based Learning 11 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pres, Edisi Terbaru. h. 545

7

pembelajaran problem based learning yang mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

c. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja

melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang di milikih guru untuk mencapai tujuan kurikulum.Jadi pembelajaran suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodivikasi berbagai kondisi yang di arahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.12

d. Problem Based Learning Problem based learning dalam Bahasa Indonesia disebut

pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis maslah adalah sebua pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).13

2. Definisi Operasional Sehubungan dengan beberapa istilah judul di atas maka yang

di maksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo dan untuk meminimalisir kendala-kendala guru dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning.

12Abdul Rahmat, Belajar Dan Pembelajaran, (Kota Gorontalo, 2015), h.7 13Kementrian dan Kebudayaan, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Inovasi Pembelajaran 1. Pengertian Inovasi Pembelajaran

Wina Sanjaya mendefinisikan Inovasi pembelajaran merupakan suatu ide, gagasan atau tidakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.14

Inovasi merupakan perubahan sistem dari yang kurang baik ke arah yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.15

Pengertian di atas memperlihatkan bahwa inovasi pembelajaran bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan inovasi pembelajaran yaitu reaksi belajar siswa yang dirancang, diolah secara kreatif, luas dengan menerapkan pendekatan multi kearah yang lebih baik secarah sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran.

2. Inovasi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membangun kurikulum, untuk merancang bahan pengajaran yang diperlukan serta untuk membantu pengajaran di dalam kelas atau pada situasi pembelajaran yang lain. Fungsi penting dari inovasi model pembelajaran adalah untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran dalam suatu atsnosfer pembelajaran yang interaktif serta untuk memperbaiki bangunan kurikulum.16 Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikannya.17

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Barbagi peran yang di mainkan guru tersebut bahwa pembelajaran pada dasarny adalah berkenaan dengan hal membelajarkan peserta didik. Dalam hal tersebut, peranan guru tidak lain adalah

14Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, 2018), h.317 15 Abdul Rahmat, Belajar dan Pembelajaran, (Kota Gorontalo, 2014), h.7 16 Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015), h. 148 17 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.132

9

memfasilitasi terjadinya belajar pada diri anak. Perlu di garis bawahi bahwa perubahan-perubahan perilaku siswa sebagai indikator hasil belajarnya, adalah akibat keaktifan yang di lakukan anak sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya. Guru dalam berbagai perannya hanyalah sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memfasilitasi terjadinya aktivitas belajar. Oleh karena itu, maka istilah instruksional, yang bermakna proses interaktif guru-siswa, digantikan dengan istilah pembelajaran, dengan makna sebagai proses penciptaan lingkungan yang merangsang terjadinya proses belajar pada peserta didik.18 Dalam presfektif psikologis, peserta didik adalah individu yang ada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.19 Untuk itu gurulah yang akan membawa ke arah pembelajaran yang efektif dan efesien.

Bertolak dari makna pembelajaran tersebut di atas, maka inovasi pembelajaran pada dasarnya berkenan dengan hal pemilihan dan pengoperasian sistem lingkungan yang efektif dan efesien untuk pencapaiyan tujuan pembelajaran, dengan mempertimbangkan dengan variabel-variabel dan komponen-komponen yang tersedia dalam pembelajaran. Untuk itu model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perencanaan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti.

Dari uraiyan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah proses perubahan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik sehingga mengarah pada penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingka laku yang baik.

18Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin, Pembelajaran Presfektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2015), h. 102 19 . Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

20119), h. 39

10

3. Tujuan Inovasi Pembelajaran Adapun Tujuan inovasi pembelajaran adalah :

a. Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan individualnya sehingga dapat mengatasi permasalahan dengan terobosan solusi.

b. Untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara terbaik.

c. Untuk membantu menemukan, menguji, dan menyusun data yang dibutuhkan dalam upaya pengembangan disiplin suatu ilmu.

d. Untuk memudahkan proses pembelajaran dengan hasil yang baik sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.

e. Untuk menghantarkan sebuah pembelajaran ke arah yang ideal dengan tepat,cepat dan sesuai dengan yang diharapkan.

f. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan suasana menyenangkan dan penu motivasi sehingga materi pembelajaran lebih muda di mengerti oleh peserta didik.

B. Problem Based Learning 1. Pengertian Problem Based Learning

Salah satu model yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran learner centered dan yang memberdayakan pemelajar adalah model Problem Based Learning (PBL). PBL memilikih cirri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan pemberian “masalah”, biasanya “masalah” memilikih konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara kelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan “masalah”, dan melaporkan solusi dari masalah. Sejak di populerkan di Mc Master Univercity Canada pada tahun 1970-an, model terus berkembang.20

Peoblem based learning (PBL) didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (kontruktivisme). Menerut teori kontruktivisme, siswa belajar mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk

20 Toufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2010), h. 12

11

mengontruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menunut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing.21

Pembelajaran dengan metode problem based learnin peserta didik harus terlibat dalam mempelajari hal-hal, anatara lain: a. Permasalahan dunia nyata; b. Keterampilan berfikir tingkat tinggi; c. Keterampilan menyelesaikan permasalahan; d. Belajar antar disiplin ilmu e. Belajar mandiri; f. Belajar menggali informasi g. Belajar bekerja sama h. Belajar berketerampilan berkomunikasi;22

Dari uraiyan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah proses perubahan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik sehingga mengarah pada penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingka laku yang baik.

Menurut Prof. Howarrd Barrows dan Kelson problem based learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, di rancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.23

Menurut Tan pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasa, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.

21 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(Jakarta, Bumi Askara), h.127 22 Ibid, h. 127-129 23 M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2009), h. 21

12

Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan keilmuan maupun karena kurangnya dukungan system untuk meningkatkan keilmuan tenaga pendidik.24

Sebelum mengkaji lebih dalam tentang model pembelajaran, ada baiknya kita pahami kerangka fikir gegne yang menegaskan lima kemampuan manusia yang merupakan hassil belajar sehingga memerlukan model dan strategi pembelajaran untuk mencapai itu, yaitu: a. Keterampilan intelektual, yaktni sejumlah pengetahuan mulai

dari kemampuan baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan sosial seseorang dan kesempatan belajar yang tersedia.

b. Strategi kognitif, yaitu kemampuan cara mengatur belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

d. Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.

Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensita emosional.25

Selama di Madrasa/sekolah, peserta didik kerap harus berfikir reproduktif, yaitu menggali dari ingatan pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pengajaran, misalnya pada waktu menempu ujian atau ulangan. Di sekolah setingkat MTs, Madrasa Aliyah atau SLTA dan perguruan tinggi, semakin perlu dikembangkan kemampuan untuk berfikir prouktif, yaitu berfikir terarah (directed thinkink) untuk memecahkan masalah melalui jalan yang akan membawa kepemecahan soal. Selain itu, berfikir kritis (critical thinkink) untuk memecahkan suatu persoaalan yang dapat di pecahkan melalui berbagai jalan.Melalui berfikir yang produktif ini, sesuatu yyang mula-mula tidak jelas akhirnya menjadi jelas, dimengerti dan difahami.Hasil dari mencari pemahaman ini disimpan di dalam ingatan untuk sewaktu-waktu di pergunakan.

24 Rusman, Seri Menejemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), h. 229 25 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.142-143

13

Berikut ini beberapa masukan bagi guru dalam mengembangkan kecakapan belajar berdasarkan fase belajar yang telah di kemukakan oleh Gagne.Guru membuat perhatian siswa terpusat pada tugas belajar yang di hadapi (arousal, alterness). Hal–hal itu itu dapat di usahakan dengan menjelaskan kegunaan materi bahasan, dengan memberikan contoh tentang tujuan yang akan di capai sehingga siswa mampu belajar dan berminat.

Pendidik mengarahkan perhatian eserta didik, sapaya khusus memperhatikan unsure-unsur pokok dalam materi pelajaran (selection perception). Hal ini dapat di usahakan dengan menunjukan kejadian tertentu dalam suatu demonstrasi, dengan menunjukan pada bagian dalam buku pelajaran yang di cetak misalnya memberikan uraian pendahuluan dan lain sebagainya.26

2. Karakteristik Model Problem Based Learning Setiap model pembelajaran memilikih karakteristik tertentu,

adapun karakteristik model pembelajaran problem based learning yang di kembangkan Barrow dalam liu, karakteristik model pembelajaran problem based learning adalah: a. Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam problem based learning lebih menitik beratkan kepada siswa untuk belajar. Oleh karena itu, problem based learning juga di dukung oleh teiri kontruktivisme di mana siswa di dorang untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b. Autentik problems forn the organizing focus for learning Masalah yang disajkan kepada siswa adalah masalah

yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkan dalam kehidupan profesionalnya dimasa yang akan datang.

c. New information is acquired through self-directed learning Proses pemecahan masalah memungkinkan masi tedapat

siswa yang belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai sumber.

d. Learning occurs is small groups Pada pelaksanaan problem based learning, agar terjadi

interaksi ilmiah dan tukar pikiran dalam usaha membangun

26 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 75

14

pengetahuan secara kalaborative,problem based learning dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil.

e. Teachers act as fasilitators Pada pelaksanaan problem based learning, guru hanya

berperan sebagi fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.27

1) Tahapan pembelajaran dalam problem based learning Pembelajaran dengan problem based learning seharusnya

di mulai dengan menyajikan permasalahn pada siswa. Tahap pertama yang akan di lakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuannya. Pemilihan masalah yang tepat akan meningkatkan keingintahuan siswa dan menimbulkan inquiri dalam pikiran mereka. Penyelesaian massalah memerlukan analisis permasalahan dan identifikasi pengetahuan yang telah dimilikih, serta pengetahuan yang belum di kuassa. Tahapan awal setelah siswa di hadapkan dengan permasalahan adalah: a) Mendefinisikan permasalahan b) Menganalisis permasalahan c) Mengembangkan ide untuk menyelesaikan permasalahan,

tahapan ini bisa di lengkapi dengan perumusan hipotesis d) Mengidentifikasi isu permaslahan.28

2) Sistem penilaian Penilaian untuk model inipun tidak boleh lepas dari aspek

kognitif, psikomotor, dan afektif. Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut dilakukan selama proses ataupun pada akhir pembelajaran. a) Aspek afektif

Penilaian aspek ini dilakukan selama proses pembelajaran. Adapun macam afeksi yang di nilai di sesuaikan dengan KI-1 dan KI-2 yang relevan.Misalnya, berupa antuisme mereka dalam merespons permasalahan yang di ajukan temannya, kedisiplinannya dalam mematuhi

27 Anis Khoerun Nisa, Implementasi Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pemrograman Deskop Kelas XI RPL SMK Ma’arif Wonosari, h.11

28 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Omplementasi Kurikilum 2013, (Jakarta: Bumi Askara, 2014), h. 143

15

peraturan diskusi, kejujurannya dalam mencantumkan sumber jawaban, toleransi atau sikap demokratis, kepercayaan dirinya dalam mempresentasikan laporan.Penilaiannya bisa di lakukan oleh siswa sendiri, teman sejawat atau di lakukan oleh guru.

b) Penilain kognitif Penilain aspek ini di lakukan selama proses ataupun

pada akhir kegiatan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa bisa di nilai penguasaanya pada materi tertentu, ketika berdiskusi atau mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam pemecahan permasalahan-masalahan. Kognisi siswa juga dapat di ukur secara khusus pada akhir pembelajaran berupa tes formatif dangan soal-soal isian, uraian, pilihan ganda, dan bentuk-bentuk lainnya.Soal-soal itu harus tetap mengacu pada indicator pembelajaran dengan tujuan untuk mengukur wawasan siswa di dalam memecahkan suatu masalah.

c) Aspek psikomotor Aspek inipun selayaknya di lakukan selama proses

pembelajaran. Dengan cara demikian, guru akan memperoleh data tentang kemampuan para siswa secara nyata (autentik). Adapun aspek-aspek yang perlu di nnilai mengacu pada indikator (KD) yang dirumuskan sebelumnya.Misalnya, berkenaan dengan aspek relevansi pendapat, kelogisan berargumentassi, ketentuan berpendapat, kelengkapan fakta, kejelassan dalam penyampaian.Jenis penilaiannya mungkin berupa penilaian unjuk kerja (performans), penilaian praktik, penilaian proyek, atau portofolio.

3. Langkah Model Problem Based Learning Problem based learning merupakan pembelajaran yang

penyampaiyannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan konseptual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang harus dipecehkan dengan menerapkan dengan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan cakup dalam kurikulum mata pelajaran.Sebuah permasalahan pada umumnya diselesaikan beberapa kali pertemuan karena merupakan

16

permasalahan multi konsep bahkan dapat merupakan masalah multi disiplin ilmu.

Proses problem based learning juga akan akan dapat di jalankan bila siap dengan segalah perangkat yang diperlukan (masalah, formulir lengkap,dan lain-lain). Pendidikpun suda harus memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, david, dkk mengembangkan setiap kelompok menjalankan proses yang sering di kenal dengan proses 7 langka:29 a. Mengklarifikassi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat di katakana tahap yang dapat membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yangada dalam masalah.

b. Merumuskan Masalah Frenomena yang ada dalam masalah menurut penjelasan

hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masi belum nyata antara fenomenanya atau ada sub-submasalah yang harus diperjelas dahulu.

c. Menganalisis Masalah Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang

suda dimilkih anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi factual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang adadalam fikiran anggota.Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternative atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

d. Menata Gagasan Anda dan Secara Sistematis Menganalisisnya Dengan Dalam

Bagian yang suda di analisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelommpokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upayamemilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

29Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(Jakarta: Bumi Askara, 2014), h. 148

17

e. Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena

kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masi kurang, dan mana yang masi belum jelas. Tujuan pembelajaran akan di kaitkan dengan analisis masalah yang di buat. Inilah yang akan menjaddi dasar gagasan yang akan dibuat laporan. Tujuan pembelajaran ini juga yang di buat menjadi dasar penugasan-ponugasan individu disetiap kelompok

f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

Saat ini kelompok suda tahu informasi apa yang tidak di milikih, dan sudah punya tujuan pembelajaran .kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan dimana hendak dicariinya. Mereka harus hendak mengatur jadwal, menemntukan hasil informasi.Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemelihan, memperkirahkan topic, penulis, aplikasi dari sumber pembelajaran. Pendidik harus memilih, meringkas hasil pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri (ingatan mereka untuk tidak hanya memindahkan kalimat dari sumber), dan memintalah menulis dengan sumber yang jelas.

Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/subkelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.Laporan ini harus di sampaikan dan dibahas di pertemuan kelompok berikutnya.

g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen/kelas

Dari laporan-laporan individu/subkelompok, yang dipersentasikan di hadapan anggota kelompok yang lain, kelompok akan mendapatkan informassi-informasi baru. Anggota yang mendengarkan laporan harus kritis tentang laporan yang di sajikan (laporan di ketik, dan diserahkan di setiap anggota).Terkadang laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok.

Pada langkah ke 7 ini kelompok sudah dapat membuat sentesis, menggabungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan. Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-

18

kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas).

Ketuju langkah ini dapat berlangsung beberapa pertemuan kelompok.Tergantung kondisi dankonteks yang ada pada setiap kelas, ada yang menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan.Untuk tiga kali pertemuan, kira-kira pembaigiannya seperti itu. Pertemuan I : (langkah 1 – 5) di kelas, dengan di fassilitassi pendidik Pertemuan II : (langkah 6 – 7) di luar kelas, pemelajar mandiri/berkelompok Pertemuan III : persentasi laporan kelompok dan diskusi kelas. Sebelum diskusi didahului dengan pengklarifikasikan pekerjaan pemelajar oleh pendidik.30

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning a. Kelebihan Model Problem Based Learning

Pembelajaran problem based learning atau berdasarkan masalah memilikih beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut: 1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus

untuk memahami isi pelajaran 2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa

serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yangmereka lakukan.

6) Memalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan pada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, ipa, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

30 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Kencana

Media Group, 2010), h. 25-26

19

7) Pemecahan b. Kelemahan Model Problem Based Learning

Sama halnya dengan pembelajaran yang lain, mode pembelajaran problem based learning juga memiliki beberapa kekurangtan dalam penerapannya, kelemahan tersebut di antaranya: 1) Manakalah siswa tidak meilikih minat atau tidak memilikih

kepercayaan bahwa masalah yang di pelajari sulit untuk di pecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang di pelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dalam problem based learning. Pembelajaran di mulai dengan adanya permasalahan sehingga siswa dituntut untuk dapat mencari solusi yang sesuai.Masalah yang di jadikan pembelajaran berhubungan dengan dunia nyata siswa. Dalam problem based learning pembelajran dilaksanakan dengan cara kolaboratif yaitu menggunakan kelompok kecil.

5. Tujuan Model Problem Based Learning Tujuan dari model pembelajaran problem based learning

bukan pada penguasaan pengetahuan peserta didik yang seluas-luasnya. Akan tetapi, dengan pengembangan model pembelajaran seperti itu peserta didik memilikih kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta sekaligus mengembangkan kemampuan mereka untuk secara aktif membangaun pengetahuan sendiri dan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan.31

C. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dapt diartikan sebagai kemampuan atas pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses belajar, yang diperoleh melalui test, berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.32 Menurut Michu bahwa hasil belajar

31 Ibid, h. 28 32 Indrawan Subagyo, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia Press, 2000), h.7

20

seorang merupakan perilaku yang diukur, prestasi belejar menunjukan kepada individu sebagai sebab dalam arti bahwa individu adalah pelakunya.33 Hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar berbentuk baik berdasarkan kelompok atau norma yang tealah ditetapkan, hasil belajar menunjukan pula pada hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kemajuan yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan hasil evaluasi belajar dalam bentuk nilai angka yang tercantum dalam buku nilai rapor.

Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh seseorang setelahproses kegiatan belajar.34

Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan hasil yang diperoleh dari test yang dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran yang diperoleh setelah siswa mengikuti pelajaran, dan hasil evaluasi diperoleh dengan menggunakan penilaian acuan patokan. Hasil belajar yang dimaksud yakni terdiri dari klarifikasi sebagai berikut: nilai 9-10 dengan criteria sangat baik, nilai 7,9-8,9 dengan criteria baik, nilai 7,5-7,9 dengan criteria cukup, dan nilai 4,0-7,4 dengan criteria kurang.

2. Indikator Keberhasilan Pembeljaran Indicator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan

bahwa suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil adalah: a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam standar kompetensi telah

dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.35

Semua guru harus percaya bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya dapat mencapai kompetensi yang ditentukan secara tuntas asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat.

D. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Aqidah Akhlak Secara Etimologi

Secara etimologi (bahasa) aqidah artinya kepercayaan, keyakinan. Menurut istilah, aqidah adalah “sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran islam

33 Ibid, h.10 34 Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil

Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No,004 Tahun Ke-9, September 2004, h.735 35 Moh. Uzer Utsman dan Lilis Setiyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,

(Bandung: Rosdakarya, 2001), h.7

21

yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi”.36 Makna etimologi ini membentuk aqidatan yang berarti keyakinan. Artinya keyakinan itu tersimpul atau terikat oleh perjanjian yang kokoh dalam hati.37

Dari penjelasan di atas bahwa aqidah adalah hal yang mutlak yang wajib dipelajari oleh umat muslim yang harus berlandaskan dengan Al-Qur’an dan Hadits dalam hal ini (iman). Kemudian cinta dengan keimanan, menjadikan keimanan itu indah di dalam hati serta mengingkari kekafiran.

( ( # þ q ß J n = ÷ æ$ # u r ¨ b r & ö Nä 3 Š Ï ù t Aq ß ™u ‘ « ! $ # 4 ö q s9

ö / ä 3 ã è ‹ Ï Ü ã ƒ ’ Î û 9 Ž � Ï Wx . z ` Ï i B Í �ö DF { $ # ÷ L —ê Ï Yy è s9 £ ` Å 3 » s9 u r

© ! $ # | = ¬ 7 y m ã Nä 3 ø ‹ s9 Î ) z ` » y J ƒ M } $ # ¼ç mu Z - ƒ y —u r ’ Î û

ö / ä 3 Î / q è = è % o n §�x . u r ã Nä 3 ø ‹ s9 Î ) t �ø ÿ ä 3 ø 9 $ #

s- q Ý ¡ à ÿ ø 9 $ # u r t b $ u Š ó Á Ï è ø 9 $ # u r 4

y 7 Í ´ ¯ » s9 ' r é & ã Nè d š c r ß ‰Ï © º §�9 $ #

Terjemanya: Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.38 (Q.S. Al-Hujurat, ayat 7)

Dan firman-Nya :

` t Bu r ö @y J ÷ è t ƒ z ` Ï B Ï M » y sÎ = » ¢ Á 9 $ # u q è d u r

Ñ ÆÏ B÷ sã B Ÿx sù ß $ $ sƒ s† $ YHø > à ß Ÿwu r $ VJ ô Ò y d Ç Ê Ê Ë È

Terjemahnya:

36 Masan Alfat Mulya di, Aqidah Akhlak Aliyah I, (Semarang: Karya Toha Putra, 2013) h. 4 37 Darwin Une dkk, Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, (Gorontalo: Perc

Kasya), h. 43 38 Kementrian Agama RI, Bukara Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: 2007), h. 515

22

Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Q.S. TA-HA, ayat 112).39 Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab, yang

merupakan plural daari khuluq yang secara harfia dapat diartikan dengan budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Terma akhlak dalam bahasa arab didefinisikan sebagai keadaan jiwa yang menentukan tindakan seseorang.40

7 ¯ R Î ) u r 4 ’ n ? y è s9 @, è = ä z 5OŠ Ï à t ã Ç Í È

Terjemahnya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.41 (Q.S. Al-Qalam, ayat 4)

÷ ÷ b Î ) ! # x ‹ » y d žwÎ ) ß , è = ä z t ûü Ï 9 ¨ r F { $ # Ç Ê Ì Ð È

Terjemahnya: (agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.42 (Q.S. Asy-Syu’ara’ ayat 137) Ayat yang pertama disebut di atas menggunakan kata khuluq

untuk budi pekerti, sedangkan ayat yang kedua menggunakan kata akhlak untuk arti adat kebiasaan. Dengan demikian, kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, segala sesuatu yang suda menjadi tabi’at.43

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari aqidah dan Akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam Akidah dan Akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi dan hidup untuk bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja. Pada aspek

39 Ibid, h.312 40 Amril M, Akhlak Tasawuf, (bandung: Refika Aditama), h. 1 41 Kementrian Agama RI, Bukara Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: 2007), h.564 42 Ibid, h.367 43 Amril M, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Refika Aditama), h. 2

23

Akidah menekankan pada kemampuan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai as-asma’ al-husna dalam kehidupan. Aspek Akhlak, disamping berupa pembiasaan dalam menjalankan Akhlak terpuji dan menghindari Akhlak tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.44

Dari beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Mata pelajaran aqidah akhlak adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang asas ajaran agama islam dan juga mengajarkan tentang perilaku, sehingga peserta didik dapat mengenak, memahami, menghayati dan mengimani Allah Swt dan dapat mengaplikasikan dalam bentuk perilaku yang baik dalam kehidupan. Baik terhadap diri sendiri, keluarga ataupun terhadap masyarakat.

2. Kedudukan Aqidah Akhlak Aqidah adalah hal yang sangat fundamental dalam islam yang

berhubungan erat dengan keyakinan, kepercayaan atau keimanan terhadap hal-hal yang ghaib. Dengan demikian Aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan di dalamnya bagi orang yang meyakininya. Aqidah dalam agama, maksudnya keyakinan tanpa perbuatan, seperti keyakinan tentang keberadaan Allah dan diutusnya para Rasul. Ringkasnya, apa yang diyakini oleh hati manusia secara kukuh, maka itu adalah keyakinan, baik haq maupun bathil.45 Dengan demikian aqidah yang benar berlandaskan konsep keimanan para Nabi dan Rasul, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah 285:

z z ` t B# u ä ã Aq ß ™§�9 $ # ! $ y J Î / t AÌ “ R é & Ï mø ‹ s9 Î ) ` Ï B ¾Ï mÎ n / §‘

t b q ã Z Ï B÷ sß J ø 9 $ # u r 4 < @ä . z ` t B# u ä « ! $ $ Î /

¾Ï mÏ F s3 Í ´ ¯ » n = t Bu r ¾Ï mÎ 7 ç F ä . u r ¾Ï & Î # ß ™â ‘ u r Ÿw

ä - Ì h �x ÿ ç R š ú÷ ü t / 7 ‰y mr & ` Ï i B ¾Ï & Î # ß ™• ‘ 4 ( # q ä 9 $ s%u r $ u Z ÷ è Ï J y ™ $ o Y÷ è sÛ r & u r (

44 Peraturan Mentri Agama Repoblik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, BAB VIII, h. 75

45 ‘Abdullah bin ‘Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005), h.27

24

y 7 t R # t �ø ÿ ä î $ o Y- / u ‘ š �ø ‹ s9 Î ) u r ç Ž �Å Á y J ø 9 $ # Ç Ë Ñ Î È

Terjemahnya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.46

Dengan demikian dapat disimpulkan, aqidah dalam pengertian

Al-Qur’an adalah pembenaran tentang Allah. Kebenaran para Rasul-Nya, kebenaran akan datangnya hari kemudian, serta kebenaran segala yang disampaikan oleh Rasul-Nya disertai dengan ketaatan penuh tanpa ada tawar menawar terhadap apa yang diyakini kebenarannya.

3. Dasar Aqidah Akhlak a) Dasar Aqidah

Dasar aqidah dalam islam adalah Al-Qur’an dan hadis adalah penjelasnya.

7 Ï 9 º sŒ Ü = » t GÅ 6ø 9 $ # Ÿw | = ÷ ƒ u ‘ ¡ Ï m‹ Ï ù ¡ “ W‰è d z ` Š É ) - F ß J ù= Ï j 9 Ç Ë È

Terjemahnya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah, ayat 2)

Dan Rasulullah saw bersabda : Artinya : “sesunggunya sebenar-benar perkataan adalah

Kitabullah (Al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah Muhammad saw (as-Sunnah)47

b) Dasar Akhlak

Kedua pilar aqidah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu-kesatuan tidak bisa dipisahkan dalam ajaran Islam. Aqidah sebagai system kepercayaan yang bermuatan elemen-elemendasar keyakinan, sedangkan akhlk adalah merupakan

46 Kementrian Agama RI, Bukara Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: 2007), h.49 47 Yazid Bin Abdul Qodir Jawas, Memahami Kalimat Syahadat, (Jawa Barat: Pustaka

Khazanah Fawa’id, 2017), h.3

25

tidak kala penting dalam ajaran islam, karena perilaku manusia merupakan objek utama dalam ajaran islam.

ô ‰s) © 9 t b %x . ö Nä 3 s9 ’ Î û É Aq ß ™u ‘ « ! $ # î o u q ó ™é &

× p u Z | ¡ y m ` y J Ï j 9 t b %x . ( # q ã _ ö � t ƒ © ! $ #

t P ö q u ‹ ø 9 $ # u r t �Å z F y $ # t �x . sŒu r © ! $ # # Z Ž � Ï Vx .

Ç Ë Ê È Terjemahnya:

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah..48 (Q.S. Al.Ahzab ayat 21) Dengan demikian, secara ringkas dapat di katakana

bahwa akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atao penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha menghindarinya.

4. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah akhlak di madrasah Aliayah adalah

salah satu mata pelajaran pendidikan agama islam yang merupakan peningkatan dari aqidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di madrasah tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam aqidah akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan atau memasuki lapangan kerja. Pada aspek aqidah ditekankan pada pemahaman dan pengalaman prinsip-prinsip aqidah islam, metodeh peningkatan kualitas aqidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam landasan aqidah islam sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rubbubiyah, tauhid ash-shifat wa al-af’l, tauhid ruhmuaniyah, tauhid mulkiyah,

48 Kementrian Agama RI, Bukara Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: 2007), h.421

26

dan lain-lain serta perbuatan syirik dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak. Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk: a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah azza wa jallah;

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individ maupun social, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah islam.49

5. Fungsi Dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Fungsi pendidikan Agama Islam untuk membentuk manusia

Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan interen dan antar umat beragama, dan ditujukan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.50

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran aqidah akhlak di madrasah aliyah meliputi: a. Aspek aqidah terdiri atas: prinsip-prinsip aqidah dan metode

peningkatannya, al-asma’ al-husna, macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rubuubiyah, tauhid ash-shifat wa al-af’l, tauhid ruhmaaniya, tauhid mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),

b. Aspek akhlak terdiri atas: masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak

49Peraturan Menteri Agama Republic Indonesia No 2 Tahun 2008, Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, h. 83 50Kementrian Agama Republic Indonesia 2014, Aqidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat

Pendidikan Madrasah), h.iii

27

terpuji seperti husnuzh-zhan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tantang bermaksud mamahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan suatu bahasa, pada suatu konteks khusus dengan alamiah dan engan memanfaatkan berbagai metode alamiah.51

Peneliti berusaha masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran guru dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo. Dalam hal ini model pembelajaran problem based learning.

B. Sumber Data Sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh

dilapangan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu data pokok yang diperoleh secara langsung dari:

a. Guru Akidah Akhlak, guru yang yang dimaksud disini yaitu guru Akidah Akhlak yang telah menerapkan model pembelajaran problem based learning. Sebagai responden untuk mengetahui Implementasi jalannya atau proses penerapan model PBL di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo mulai dari perencanan, pelaksanaan hingga evaluasi.

b. Peserta didik, yang dimaksud disini adalah peserta didik yang merasakan langsung dampak dari model PBL di MA Muhammdiyah Kota Gorontalo.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi sekolah yang terkait dengan masalah penelitian, seperti data keadaan guru, keadaan peserta didik, sarana pendidikan dan lokasi penelitian.

51 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitafi, (Bandung: Remaja Rosadakarya,

Cet.36, 2017), h. 6.

28

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik

obsevasi partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam proses pembelajaran bersama dengan mitra kolaborasi dan guru pamong.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.52 Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut: 1. Obsevasi

Observasi menurut Nasution adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.53

2. Wawancara Wawancara, adalah untuk memperoleh makna yang rasioanl,

maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak terstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan fikiran, pandangan dan perasaan secara natural. Dalam proses wawancara ini didokumentasikan dalam bentuk tertulis, hal in dilakukan untuk meningkatkan kebernilaian dari data yang diperoleh.54

3. Documentasi Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat

untuk keperluan penenelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto

52 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2014), hal.

225. 53 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2013), h. 64 54Djam’an Satori,dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alvabeta,

.2009), h. 90-91

29

yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.55

D. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriftis kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang di peroleh dengan tujuan untuk mengetahui keberhassilan strategi yang diterapkan.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakuan secara terus-menerus sampai datanya jenuh.Dengan pengamatan yang terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas.56

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Berikut ini proses analisis data: 1. Analisis sebelum dilapangan, dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukkan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitia ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan.

2. Analisis selama dilapangan, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.

3. Analisis setelah dilapangan, melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.

E. Pengecekan Keabsahan Data Pada tahapan ini peneliti menggunakan tehnik pengecekan

temuan yang dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi yaitu tehnik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pendamping terhadap

55Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h.

160. 56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

ALFABETA,2014), h. 243.

30

data yang diproses.57 Dengan cara triangulasi ini dibagi menjadi dua yaitu: 1. Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendaat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi metode, menurut Patton, terdapat dua strategi, yaitu: a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa tehnik pengumpulan data, b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama.58 F. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, diantaranya sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Dalam hal ini penulis melakukan kunsultasi dengan pihak jurusan, antaranya: a. Kunsultasi judul b. Melakukan observasi tahap awal di sekolah tempat melakukan

penelitian c. Melakukan penyusunan proposal d. Kemudian ujian yang diuji langsung 2 dosen penguji e. Revisi proposal

2. Tahap pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan ini penulis melakukan konsultasi

langsung dengan dosen pembimbing terkait yang akan dilakukan

57Sumadi Suryabrata. Metode Penelitian. (Jakarta: Rajawali), hal. 94. 58 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitafi, (Bandung: Remaja Rosadakarya,

2017), h. 330-331.

31

selanjutnya, diantaranya membuat instrumen penelitian lapangan. Instrumen yang dibuat berbentuk pertanyaan dan menganalisis data, membahas dan menyimpulkan.

32

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo

Pada tahun 1948, Muhammadiyah Gorontalo mendirikan sebuah sekolah Menengah yang diberi nama S.M.M dengan para pendirinya : Bapak Hasan Tahir, Bapak SS. Napu, Bapak Husain Akaseh, Bapak Yusuf Abas.

Hal ini didasari oleh Muhammadiyah kota gorontalo merupakan pusat pendidikan Islam meliputi Sulawesi Utara, tengah, bahkan daerah maluku. Kemudian pada tahun 1951 nama S,M.M dirubah menjadi SMP Muhammadiyah, pada tahun 1953 ada inisiatif membagi sekolah ini menjadi 2 bagian yakni SMP Muhammadiyah (jurusan umum) dan P G A Muhammadiyah (Jurusann Agama). Inilah yang menjadi kecambah Madrasah Aliyah Muhammadiyah, pada tahun 1960 berdiri pula P.G.A.A. Muhammadiyah yang merupakan lanjutan dari P.G.A.P dengan lama belajarnya 2 tahun, pimpinan sekolahnya pada waktu itu ialah Bapak Ari Monoarfa.

Pada tahun 1965 pihak departemen Agama tidak membenarkan lagi adanya P.G.A 4 tahun dan P.G.A.A tetapi telah dilebur menjadi P.G.A 6 tahun.

Pada tahun 1975 dengan adanya SKB Tiga Menteri yang tidak membenarkan lagi adanya P.G.A swasta, maka P.G.A 6 tahun mengikuti pula ketentuan ini, sehingga pada tahun 1979 P.G.A Muhammadiyah Kelas I s.d, kelas III menjadi Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah dan P.G.A Muhammadiyah kelas IV s.d, kelas VI menjadi Madrasah Aliyah Muhammadiyah.

Sampai saat ini telah terjadi pemisahan yakni Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Abu Bakar Ishaq, BA dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Marwan Hijoda BA.

2. Letak Geografis Adapun tempat yang menjadi pusat pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo ialah: Jl. HOS.Cokroaminoto Kel. Limba U1 Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo

33

3. Keadaan Tenaga pengajar Madrasah Aliayah Muhammadiyah Kota Gorontalo

Adapun pendidik dan tenaga kependidikan yang terdaftar sebagai tenaga pengajar di Madrasah Aliayah Muhammadiyah Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1: Data pendidik dan kependidikan Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Kota Gorontalo No Keterangan Jumlah

Pendidik 1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 9 2 Guru Tetap Yayasan 0 3 Guru Honorer 8 4 Guru Tetap 0

Kependidikan 1 Kepala Tata Usaha 1 2 Bendahara 1 3 Satpam 1

4. Tujuan, Visi dan Misi MA Muhammadiyah Kota Gorontalo

a. Tujuan MA Muhammadiyah Kota Gorontalo 1) Menghasilkan lulusan madrasah yang mampu bersaing

dierah global, beriman dan bertakwa kepada Allah Subhana Wata’alah dengan kompetensi bertaraf nasional.

2) Mampu menghasilkan kurikulum madrasah bertaraf nasional.

3) Madrasah mampu menyelesaikan akreditas nasional dengan nilai “A”.

4) Madrasah mampu menghasilkan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif, variatif dan berbasis IT.

5) Madrasah mampu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang relevan bertarag nasional.

6) Madrasah mampu memberikan pelayanan dan ppengembangan ektrakurikuler dalam rangka membentuk dan mengembangkan karakter siswa.

7) Madrasah mampu menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan beretos kerja, tangguh, profesional dan memilikih kompetensi bertaraf nasional.

8) Madrasah mampu menghasilkan prestasi bidang akademik dan nonakademik yang kompetitif tingkat nasional

34

9) Madrasah mampu mengembangkan budaya baca, budaya bersih, budaya santun.

10) Madrasah mampu mewujudkan lingkungan madrasah yang nyaman, aman, rindang, asri dan bersih sesuai dengan konsep adiwiyata dalam mendukung pencapaian prestasi tingkat nasional.

b. Visi dan Misi MA Muhammadiyah Kota Gorontalo VISI :

Generasi Islami Yang Tangguh dan Berwawasan IPTEK dengan poses pembelajaran berbasis IT 2020

MISI : 1) Menumbuhkembangkan lingkungan dan perilaku religius

sehingga siswa dapat mengamalkan dan menghayati agama islam secara nyata

2) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya

3) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efesien

4) Menyelenggarakan pembelajaran berbasis IT untuk seluruh mata pelajaran

5. Keadaan peserta didik MA Muhammadiyah Kota Gorontalo Tabel 2

Thn

Ajran

Kls X KLS XI Kls XII Jmlh kls (1,2,3)

Jmlh Siswa

Jmlh Siswa

Jmlh Siswa

Jmlh Siswa

2016/2017 63 46 51 160 2017/2018 76 51 48 175 2018/2019 53 53 49 155

Sumber: Profil Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo Peserta didik adalah bagian integral dari sebuah system pada

institusi pendidikan. MA Muhammadiyah Kota Gorontalo saat ini memilikih 155 peserta didik. Jumlah tersebut terbagi pada tingkatan kelas X-XII, kelas X sebanyak 53 peserta didik, kelas XI sebanyak 53 peserta didik, dan kelas XII sebanyak 49 peserta didik.

35

B. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo

Dalam suatu proses pembelajaran penerapan model pembelajaran merupakan wewenang masing-masing guru dengan mempertimbangkan berbagai aspek pembelajaran sehingga hasil yang akan diperoleh akan maksimal. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan guru adalah terkait dengan kondisi peserta didik, materi yang diajarkan dan semangat yang membutuhkan waktu serta mendesain model pembelajaran yang terapkan.

Untuk membahas tentang penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran akidah akhlak kelas XI MA Muhammadiyah Kota Gorontalo tidak lepas dari pengamatan terhadap: 1. Peran Guru Akidah Akhlak

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Agar suatu pendidikan dapat dijalankan atau diterapkan dibutuhkan seorang pendidik sebagai pelaku pendidik. Pendidik dari sudut pandang Hasan Langgulung adalah orang yang bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam mengembangkan potensi dan dalam pencapaian tujuan pendidikan baik dari aspek kognitif maupun afektif.59

Guru akidah akhlak adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimilikih seseorang dalam memberikan ilmu, pemahaman materi kepada peserta didiknya disekolah atau madrasah. Seseorang dikatakan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajibannya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari status yang disandangnya.

Kepala Madrasah Fitri I. Salilama S.Ag mengatakan bahwa peran guru akidah akhlak adalah memberikan pemahaman yang luas terkait dengan materi ajar yang diberikan pada peserta didik serta memberikan bimbingan untuk berfikir yang kritis. Serta mampu memberikan teladan yang baik kepada peserta didik melalui kepribadian guru akidah akhlak.60

Hal itu juga disampaikan guru akidah akhlak bapak Noho Husin Nusa bahwa peran guru dalam mengajar akidah akhlak

59 Ramyulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 56 60 Fitri I. Salilama, S.Ag, Kepala sekolah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, Wawancara,

21 Mei 2019

36

selalu berupaya meningkatkan minat belajar peserta didik melalui model pembelajaran, materi yang akan diajarkan serta kondisi peserta didik.61

Adapun kemampuan guru akidah akhlak dalam mengelola kelas kami katakan cukup baik. Hal ini guru akidah akhlak menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal sesuai perencanaan pembelajaran yang suda dirancang sebelumnya. Misalnya ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di dalam kelas, kemudian terjadi hal-hal yang mengganggu pembelajaran maka guru akidah akhlak secepatnya mengatasi masalah tersebut sehingga proses belajar mengajar berjalan sesuai harapan atau kembali kondusif.62

Dari hasil wawancara di atas, kesiapan guru tentunya dapat dilihat dari kesiapannya dalam mempersiapkan model pembelajaran yang cocok dengan peserta didik dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Kondisi Belajar Peserta Didik Belajar serta akhlak yang mulia merupakan salah satu tujuan

prioritas yang selalu diutamakan oleh guru dalam dunia pendidikan, dalam hal ini Madrasah Aliyah Muhammadiyah kota Gorontalo menjadikan mata pelajaran Akidah Akhlak sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan belajar peserta didik yaitu dengan melalui model pembelajaran problem based learning sebagai salah satu cara meningkatkan hasil belajar peseta didik yang ada di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo.

Sebagai sampel penelitian, berdasarkan hasil wawancara dengan guru akidah akhlak dan peserta didik yang ada di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo bahwa yang pelu diperhatikan pada peserta didik adalah: a. Kondisi Belajar Dalam Kelas

Keadaan peserta didik merupakan indikator perkembangan madrasah yakni hasil pengelolaan pendidikan, karena peserta didik merupakan komponen yang penting dalam berlangsungnya proses belajar. Kondisi belajar peserta didik adalah faktor utama yang perlu diperhatikan guru. Dalam hal ini,

61 Noho Husin Nusa, Guru Akidah Akhlak kelas XI MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, 21

mei 2019 62 Fitri I. Salilama, S.Ag, Kepala sekolah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, Wawancara,

21 Mei 2019

37

guru Akidah Akhlak Noho Husin Nusa mengatakan bahwa kondisi belajar peserta didik merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo di kelas XI, guru akidah akhlak mengatakan bahwa kondisi belajar peserta didik sangatlah efektif dan efisien dalam hal ini: 1) Dalam penerimaan pelajaran ataupun penjelasan materi dari

guru kondisinya tetap kondusif dalam artian tetap memperhatikan semua penjelasan dari guru. Setelah itu memberikan pertanyaan atau tanggapan terhadap materi yang belum difahami.

2) Seluruh siswa mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan guru, baik tugas kelompok ataupun tugas mandiri.

Selanjutnya sikap tangkap yang dimilikih guru terhadap peserta didik tampaknya guru memungkinkan guru mengetahui dengan cepat adanya perubahan-perubahan yang terjadi di ddalam kelas. Guru memandang peserta didik dengan penu perhatian untuk melakukan interaksi dengan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok terutama bagi yang belum terlalu memahami materi. Dengan perhatian dan keseriusan guru itu peserta didik merasa diperhatikan sehingga tidak akan muncul kemalasan peserta didik dalam memahami materi.

b. Kedisiplinan Peserta Didik Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap

nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memilikih kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Menurut guru akidah akhlak Noho Nusa Husin bahwa agar seorang peserta didik dapat belajar dengan baik maka harus diajarkan dengan disiplin, terutama disiplin dalam hal menepati jadwal pelajaran, disiplim dalam belajar, disiplin dalam diri sendiri, disiplin dengan tata tertib madrasah, disiplin pada diri sendiri untuk tidak membuang waktu dan menjadwalkan waktu untuk memanfaatkan dengan kegiatan yang bermanfaat pada diri sendiri serta orang lain.63

63 Noho Hisin Nusa, M.Pd, Guru Akidah Akhlak Kelas XI Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 13 Mei 2019

38

Dengan uraian di atas jelaslah bahwa disiplin dalam belajar hendaknya dimiliki oleh peserta didik yang akhirnya nanti bisa jadi kebiasaan, maka akan terbentuk etos belajar yang baik.

Tegas guru akidah akhlak juga bahwa, guru harus memperhatikan absensi kehadiran dan kedisiplinan waktu peserta didik.64 Berikut kehadiran peserta didik dalam hasil observasi atau pengamatan penulis tentang kedisiplinan peserta didik datang ke madrasah hingga masuk kelas, sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 4 Observasi Tentang Kedisiplinan Peserta Didik MA

Muhammadiyah Kota Gorontalo Kelas XI Kimia

Aspek Yang Diamati

Dilaksanakan Sering Kadang

Aktif masuk madarasah

Dating ke madarasah tepat waktu

Masuk kelastepat waktu

Pulang madrasah pada waktunya

Sumber Data: Lembar Pengamatan Penelitian

Berdasarkan data hasil observasi tersebut di atas menunjukan bahwa peserta didik selalu aktif masuk madrasah, datang kemadrasah tepat waktu, dan masuk kelas tepat waktu. Adapun yang pulang madrasah tidak tepat waktu masi ditemukan beberapa orang peserta didik yang pulang sebelum waktunya. Adapun setelah jam istirahat peserta didik suda menyesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan madrash.

64 Wawancara, 20 Mei 1019

39

3. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Salah satu inovasi model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran Akidah Akhlak adalah problem based learning. Keunggulan PBL yaitu pembelajaran yang menggunakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan serta kontekstual dalam kehidupan.

Proses pembelajaran penerapan model dalam setiap kegiatan pembelajaran merupakan kewenangan masing-masing guru dengan mempertimbangkan berbagai aspek pembelajaran sehingga hasil yang di peroleh akan maksimal. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan guru adalah terkait dengan suatu kondisi peserta didik, materi yang akan diajarkan, dan waktu untuk mendesain proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di kelas XI pada mata pelajaran akidah akhlak, tampak guru sedang membelajarkan peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning..65

Model pembelajaran problem based learning merupakan pembelajaran yang menekankan pada pendekatan guru dan siswa secara personal sehingga siswa dapat lebih mengerti tentang materi yang diajarkan dengan adanya bimbingan dari guru.

Sebagaimana dijelaskan pada landasan teori bahwa terdapat tujuh tahap sebagai wujud tugas guru dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning pada peserta didik di dalam kelas.

Sebelum membahas ketujuh tahap tersebut maka tugas utama yang dilakukan guru adalah membagi peserta didik untuk menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan materi yang diajarkan, kemudian menjelaskan materi yang akan dibahas sehingga peserta didik mempunyai tujuan yang terpusat pada materi.66 Kemudian guru menjelaskan model pembelajaran yang akan dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan menmberitahu langkah-langkah yang akan dilakukan.67

65 Noho Husin Nusa, Guru Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Observasi, 21Mei 2019 66 Noho Husin Nusa, Guru Akidah Akhlak kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancar, 21Mei 2019 67 Dea Zulkarnai, peserta didk kelas XI Kimia di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 21 Mei 2019

40

Ketujuh bentuk tahapan utama yang harus dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran akidah akhlak yaitu, 1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Berdasarkan observasi, penulis mengamati bahwa pada tahap yang pertama ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan bagian-bagian yang penting dalam materi menghindari akhlak tercela. Dengan menggunakan alat bantu media LCD kemudian memperlihatkan power pont sehingga siswa bisa menanyakan apa-apa yang belum difahaminya.

Menurut salah seorang siswa yang ditemui penulis mengemukakan bahwa dari awal pembelajaran siswa suda merasa tertarik, sebab cara guru saat mengawali pembelajaran dirasakan cukup baik, guru sering memberikan motivasi misalnya memberikan gambaran akan pentingnya pembelajaran yang akan diajarkan dan gunanya untuk kehidupan siswa.68

Pada tahap pertama ini kegiatan guru, memberikan permasalahan yang diangkat dari latar kehidupan sehari-hari siswa, kemudian memberikan masalah yang bersifat tidak terdefinisikan dengan jelas dan memberikan fakta diseputar dunia nyata. Seangkan siswa, berusaha menemukan permasalahan dengan cara melakukan kajian dan analisa secara cermat terhadap permasalahan yang diberikan, kemudian melakukan analisis terhadap fakta sebagai dasar dalam menemukan permasalahan.69

Penulis melihat cukup baik karna guru terlihat tidak tergesa-gesa, guru tampak santai dan memancing pemahaman siswa melalui penjelasan yang muda difahami siswa, sehinga siswa muda menerima penjelasan guru.

2) Merumuskan Masalah Fase ini adalah fase kegiatan guru menstimulasi dan

mendorong peserta didik untuk menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kemampuan awal untuk memahami masalah, kemudian membimbing siswa untuk mendefinisikan

68 Moh. Rizal Sholihin, Siswa kelas XI MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, Wawancara, 21

Mei 2019 69 Niho Husin Nusa. M.Pd, Guru Akidah Akhlak Ma Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 17 Juni 2019

41

masalah. Memperjelas masalah atau uraian pendapat. Dalam hal ini sering terjadi perdebatan sengit yang disebabkan oleh kurang jelasnya gagasan atau ide yang dikemukakan oleh siswa. Adapun kegiatan siswa dengan manggunakan kecerdasan dan kemampuan awal berusaha mendalami masalah dan berusaha mendiskripsikan permasalahan dengan menggunakan kalimat yang jelas sehingga mudah difahami peserta didik yang lainnya. Pembelajaran langsung di rancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan yaitu sesuatu yang diajarkan selangkah demi selangkah. Hal tersebut melatih siswa untuk berfikir yang kritis sehingga siswa akan terbiasah untuk berfikir yang lebih dalam.

3) Menganalisis Masalah Keberhasilan belajar ditentukan oleh adanya interaksi

antara stimulus dan respon yang diterimah manusia. Mengajar atau mendidik perlu dilakukan dengan cara memperbanyak stimulus dan respon yang dilakukan kepada siswa. Salah satu indikasi keberhasilan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahap ini guru bertanya balik kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pengetahuan yang ia fahami. Berdiskusi membahas informasi secara factual, kemudian siswa saling mengeluarkan gagasan memberikan penjelasan terkait masalah yang didapatkan. Membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan fakta kemudia siswa malakukan pengumpulan fakta dengan menggunakan pengalaman-pengalaman yang suda diperolehnya.

4) Menata Gagasan Siswa dan Secara Sistematis Menganalisis Dengan Dalam

Keterampilan guru dalam membimbing siswa merupakan keterampilan dasar mengjar yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru melakukan bimbingan terhadap siswa untuk menyusun jawaban terhadap permasalahan. Atau menandai perubahan yang tidak relevan yang dapat membawa diskusi siswa ke arah yang menyimpang. Bila hal ini terjadi, guru hendaknya segera menghentikan penyimpangan tersebut dengan cara yang halus agar tidak menyinggung perasaan siswa.

42

Akan tetapi siswa terlebih dahulu diajak untuk menganalisis masalah satu dengan yang lainnya mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan kemudian dikelompokkan. Sehingga keterampilan berbicara menganalisis, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam mengajukan perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi sosial, akan jauh efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui analisis guru dan siswa.

5) Memformulasikan Tujuan Pembelajaran Dalam hal ini guru melakukan bimbingan pada siswa

untuk melakukan penyelidikan terhadap informasi dan data yang diperoleh. Menyusun dalam bentuk yang tepat. Misalnya siswa diberi kesempatan memilih sendiri tema yang menjadi perhatiannya. Guru memotivasi siswa agar memilih tema yang sesuai dengan lingkungan sehari-hari. Guru menegaskan pada siswa bahwa tugas siswa adalah menulis karangan argumentasi, yang berarti bahwa mereka harus mengungkapkan permasalahannya sesuai dengan pengalaman dan fakta-fakta yang ada dilapangan. Guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran siswa sudah mengetahui mana yang masi kurang dan mana yang masi belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat kemudian siswa berkesempatan untuk mengungkapkan permasalahan yang perna mereka alami secara lisan disertai bukti fakta-fakta yang mendukung.

6) Mencari Informasi Tambahan Dari Sumber Lain (di luar diskusi kelompok)

Pada tahap yang ini siswa suda tahu informasi apa yag tidak dimilikih dan suda mengetahui tujuan pembelajaran. Pada tahap ini juga peserta didik ditekankan harus mencari informasi tambahan. Setiap siswa harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahap ini agar mendapatkan informasi yang relevan. Misalnya kegiatan guru mendorong siswa untuk menyiapkan dan mengungkapkan pengalamannya. Siswa diberi kesempatan melihat karangan siswa lain, baik dari perpustakaan sekolah maupun di luar sekolah. Siswa didorong untuk melakukan eksperimen, yakni membuat karangan argumentasi dengan memperlihatkan cirri-ciri karangan argumentasi.

43

7) Mensintesa (menggabungkan) dan Menguji Informasi Baru, dan Membuat Laporan Untuk Guru

Pada tahar akhir ini siswa akan membaca karyanya, dan siswa yang lain melakukan evaluasi dengan menggunakan kisi-kisi atau instrument penilaian yang suda disebarkan pada siswa. Setelah membaca dan mengevaluasi pekerjaan siswa, guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran atau terhadap hasil karya siswa.

Pada akhir pembelajaran guru melakukan tes akhir untuk seluruh siswa dengan menugaskan siswa membuat karangan argumentasi dari beberapa tema yang suda dipersiapkan.

Barkaitan dengan beberapa langkah di atas , sala seorang siswa yang diwawancarai penulis ditanya, bagaimana dengan pendapatnya tentang model pembelajaran problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah ini, siswa tersebut mengatakan bahwa:

Saya suka dengan penerapan model pembelejaran problem bsed learning pada mata pelajaran akidah akhlak, karena model pembelajaran ini sangat merangsang dan melati kami sebagai peserta didik untuk berfikir yang kritis, dan bisa menemukan masalah-masalah yang sering terjadi dalam dunia nyata.70

Sehubungan dengan langkah-langkah diatas, dikemukakan oleh guru kelas XI bahwa model pembelajaran problem based learning, digunakan pada mata pelajaran khususnya akidah akhlak maka diberikan pengantar yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.71 Paling tidak guru bisa membantu peserta didik dalam memberikan pemahaman, kemudahan dan pengetahuan yang mencapai standar kompetensi dari sebuah sajian materi.

4. Hasil Belajar Akidah Akhlak Kreativitas mengajar guru Akidah Akhlak akan sangat

menentukan arah dan hasil yang dicapai setiap program pengajaran yang berlangsung, ini artinya upaya mewujudkan tujuan yang akan diccapai mangakibatkan lahirnya berbagai

70 Iksan Zakariyah, Peserta Didik Kelas XI Kimia di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 23 Mei 2019 71 Niho Husin Nusa. M.Pd, Guru Akidah Akhlak Ma Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 17 Juni 2019

44

persepsi dan pemahaman untuk menemukan sekaligus menetapkan berbagai pemegang kendali utama dalam proses belajar mengajar. Barbagai kemampuan diharuskan melekat secara mendasar pada setiap guru guna menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efisien.

Pembelajaran yang efektif sangat berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak karena ketidak tepatan guru memberikan model pembelajaran yang digunakan guru dan tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan muda bosan ketika belajar. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik harusnya bisa professional terhadap apa yang sedang ia kerjakan agar apa yang mereka dapatkan dibangku sekolah dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari terutama dalam penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti yang baik untuk menjadikan generasi-generasi penerus.

Kepala sekolah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo mengemukakan bahwa:

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, dan tujuannya adalah terwujudnya minat dan kreatifitas kegiatan belajar mengajar.72

Setiap peserta didik selalu berusaha menimbulkan kecerdasannya, dengan usahanya peserta didik terdorong untuk selalu mencari cara untuk menumbuhkan kecerdasan.

Hasil belajar yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari rana kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Kemajuan belajar peserta didik tidak hanya diukur dari penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar peserta didik mencakup segala hal yang dipelajari, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pada proses pengamatan penulis terhadap belajar peserta didik setelah proses pembelajaran

72 Fitri Salilama,, S.Ag, Kepala sekolah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, Wawancara, 23 Mei 2019

45

menggunakan model pembelajaran problem based learning diukur dengan melakukan evaluasi secara tertulis. Evaluasi yang diberikan oleh guru kelas XI MA Muhammadiyah Kota Gorontalo pada saat memberikan pelajaran atau setelah selesai pembelajaran berakhir.

Tabel 5 Analisis Hasil Ujian Semester Genap kelas XI di MA

Muhammadiyah Kota Gorontalo No

Nama Penilaian T

Harian U

Harian U

Umum Nilai

Raport 1 Aliyah

Patriciah Gobel

100 81 80 87

2 Al Muwahidah Buhari

100 85 85 90

3 Buran 100 82 82 91 4 Ikfardianto

Muhamad 100 82 82 91

5 Iksan Zakaria

100 81 81 88

6 Ilan Hanafi 100 87 82 90 7 Ina Rotus

S 100 86 80 89

8 Izza Yunuzar Arsyad

100 92 87 93

9 Moh. Riski Zakaria

100 83 77 87

10 Nicky S. Hasan

100 86 81 89

11 Nurkhaliza Moli

100 87 81 89

12 Yarini 100 86 82 89 13 Granite

Amalia Eka 100 93 81 91

14 Dea A. Zulkarnain

100 95 80 92

15 Moh. 100 85 87 91

46

Michael Owen

16 Moh. Rizal Solihin

100 95 87 94

17 Ramadan 100 80 80 87 Sumber: Guru Akidah Aklak MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Semester Genap73

Tabel di atas menunjukan bahwa, hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak MA Muhammadiyah Kota Gorontalo suda cukup memuaskan dengan pencapaian hasil maksimal. Dapat diketahui juga jumlah peserta didik kelas XI Kimia berjumlah 17 orang. Untuk presentase tingkat keberhasilan peserta didik dapat dilihat pada tabel di atas bahwa semua peserta didik berhasil memenuhi Kriteria Kelulusan Minimun. Ini menunjukan bahwa dari jumlah siswa yang ada suda mencapai keberhasilan belajar terhadap mata pelajaran akidah akhlak kelas XI kimiah MA Muhammadiyah Kota Gorontalo.

Berdasarka tabel yang di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan guru dalam menggunakan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran akidah akhlak sudah dilakukan dengan baik. Hal ini tentu tidak lepas dari aktifitas yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran dengan menunjukan interaksi yang cukup baik antara guru dan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik ainnya.

C. Kendala dan Upayah Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning 1. Kendala Guru Akidah Akhlak

Adapun kendala yang dihadapi guru akidah akhlak di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo penulis tampilkan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 6 Kendala dan Upaya Guru Akidah Akhlak

No Aspek Yang Diamati

Hasil Pengamatan Ya Ya

1 Masalah Psikologi

Ya

73 Noho Husin Nusa,M.Pd, Guru Akidah Akhlak MA Muhammadiyah Kota Gorontalo,

Wawancara, 24 Juni 2019

47

2 Keterbatasan Alokasi Waktu

Ya

3 Banyak Bermain

Ya

a. Kematangan Emosi Psikologi Peserta Didik Yang Berbeda-Beda

Dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui kemampuan intelektual peserta didik anatara satu dengan lainnya. Karena model pembelajaran problem based learning ini butuh pengetahuan dan keberanian dari masing-masing peserta didik. Hal ini juga sangat bagus untuk perkembangan mental dan intelektual peserta didik agar muda untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Noho Husin Nusa juga mengatakan bahwa masalah psikologi yang sering dialamin siswa dalam proses pembelajaran adalah putus asa, pesimis, dan bosan. Peserta didik terkadang bosan dalam proses pembelajaran dengan metode belajar yang monoton.

b. Waktu yang terbatas Keterbatasan alokasi waktu yang tersedia untuk mata

pelajaran akidah akhlak sangat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran.

Tegas guru akidah akhlak bahwa jumlah alokasi waktu untuk mata pelajaran akidah akhlak sangat singkat sementara disisi lain ketuntasan akidah akhlak membutuhkan waktu yang lebih banyak.

c. Banyak bermain Ini berhubungan deng proses pembelajaran, dimana proses

pembelajaranberlangsung ada beberapa peserta didik yang kurang memperhatikan apa yang disampaikan guru serta banyak bermain pada saat proses pembelajaran.

Adapun upaya guru akidah akhlak dalam mengatasi masalah proses pembelajaran adalah:

2. Upaya Guru Akidah Akhlak a. Kematangan Emosi Psikologi Peserta Didik Yang Berbeda-Beda

Noho Husin Nusa mengenai masalah ini bahwa psikologi peserta didik adalah hal yang lumrah, dimana pasti dalam setiap sekolah maupun madrasah pasti kita akan menemui baerbagai macam masalah dalam proses pembelajaran, misalnya ketika kita selaku guru memberikan penjelasan pada peserta didik,

48

pasti ada peserta didik yang mungkin merasa bosan, ini sudah suatu hal yang lumrah, akan tetapi kita selaku guru tentunya tidak boleh membiarkan hal tersebut berlarut-larut dalam keadaan peserta didik kita, dalam keadaan beginilah kita selaku guru dituntut supaya bagaimana kita dapat membangkitkan gairah serta semangat peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

b. Waktu yang terbatas Sebelum guru masuk kedalam kelas sebaiknya guru harus

mempersiapkan materi ajar atau rangkuman pokok-pokok materi yang akan disampaikan sehingga tidak terlalu memakan waktu.

c. Kurangnya media pembelajaran dalam kelas Untuk itu sebelum melakukan suatu strategi pembelajaran

guru harus mempersiapkan media atau alat yang diperlukan yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

d. Menyangkut dengan sifat bermainya peserta didik, maka guru harus memanfaatkan permainan peserta didik tersebut dengan cara menggantikan dengan kegiatan yang menyangkut dengan materi yang akan disampaikan guru sehingga lebih bermanfaat.

Disini gurulah yang kreatif untuk memanfaatkan kesempatan tesebut.

Dari keempat solusi di atas, dapat dipahami pada pembelajaran akidah akhlak tidak hanya mementingkan aspek intelektual saja akan tetapi aspek psikologis, mental, sikap juga dibina sehingga peserta didikdapat berbuat, bertindak, dan memilikih sikap yang sesuai dengan yang diharapkan.

49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa menginovasi model pembelajaran dalam hal ini, problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak kelas XI di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo : 1. Penggunaan inovasi pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan hasil belajar akidah akhlak di MA Muhammadiyah Kota Gorontalo, ini terbukti melalui nilai akhir peserta didik meningkat di atas rata-rata KKM.

2. Melalui peneggunaan model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan alat bantu media lainnya dapat membantu dan meningkatkan hasil belajar akidah akhlak peserta didik sehingga peserta didik dapat menghasilkan prestasi yang baik.

3. Dalam inovasi model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran akidah akhlak peserta didik MA Muhammadiyah Kota Gorontalo mengalami beberapa kendala diantaranya masi banyak peserta didik yang bermain, bosan pesimis dan lain sebagainya. Walaupun banyak kendala yang dialami guru akan tetapi inivasi model pembelajaran problem based learning dapat dikatakan baik dengan kita melihat hasil belajar akidah akhlak kelas XI Kimia MA Muhammadiya Kota Gorontalo.

B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang

telah diuraikan sebelunya, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Hendaknya MA Muhammadiya Kota Gorontalo menambah

pendidik dalam hal ini guru akidah akhlak agar lebih mudah, efektif dan lebih efisien dalam menjalankan proses pembelajaran sehingga akan lebih optimal.

2. Diharapkan guru akidah akhlak agar senantiasa memberikan motivasi dalam pembelajaran, serta lebih banyak menggunakan media alat bantu lainnya selain pawer point.

3. Diharapkan MA Muhammadiyah Kota Gorontalo agar memberikan jadwal belajar di luar madarah untuk peserta didik atau memberikan waktu tambahan agar supaya lebih optimal dalam menggunakan model pembelajaran problem based learning. Hal tersebut berlandaskan alokasi waktu yangkurang memadai pembelajaran.

50

DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsari, ‘Abdullah bin ‘Abdil Hamid. 2005. Panduan Aqida Lengkap. Bogor: pustaka ibnu katsir

Amir, M Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Media Group.

Aunurahman. 2011. Belajaran dan Pembelajaran. Bandung: Cv Alfabeta.

Ain, Nurul. 2015. Penerapan Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa di SDN Kramat Jati 18 Pagi Kelas VI.

Departemen Agama RI. 2015. Al Qur’an dan Terjemahan. Semarang: Tanjung Mas Inti.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hariyanto dan Suyono.2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Jihad, Asep.dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Cet I. Yogyakarta: Multi Presindo.

Jamaludin. Komarudin, Acep. Khoemarudin, Koko. 2015. Pembelajaran Presfektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jawas, Yazid Bin Abdul Qodir. 2017, Memahami Kalimat Syahadat. Jawa Barat: Khazana Fawa’id

Kementrian Agama Republik Indonesia. 2014. Aqidah Akhlak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasa

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, Masan Alfat. 2013. Aqidah Akhlak Aliyah I. Semarang: karya Toha Putra.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

51

Muhanninah. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model Problem Based Learning

Nisa, Anis Khoerun. Implementasi Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Bejar Siswa Pada Mata Pelajaran Pemrograman Deskop Kelas XI RPLl SMK Ma’arif Wonosari.

Peraturan menteri agama RI nomor 2 tahun 2008. Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Rahmat, Abdul. 2015. Belajar dan Pmebelajaran. Kota Gorontalo.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

_____2016. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembel;Ajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Satori, Djam’an. Dan Komariah, Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alvabeta

Silberman, Mel. 2009. Aktive Learning 101 cara strategi pembelajaran aktif. Yogakarta: Yappandes

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_____2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RdD. Bandung: Alvabeta.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Askara.

Supiah. 2015. Pengantar Psikologi Pendidikan. Gorontalo: Sultan Amai Pres.

Suharso. Retnoningsi, Ana. 2014. Kamus besar bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya

Trianto. 2013. Desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia dini TK/RA dan Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: PT Fajar Interpratama mandiri.

52

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pres, Edisi Terbaru.

Usman, uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

RIWAYAT HIDUP

Syaid Bin Rahman Mokoagow lahir di Kotamobagu, Sulawesi Utara, pada tanggal 07, september 1994. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Pasangan bapak Hasrin Mokoagow dan Ibu Djaima Mokodompit . penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD N 1 Upai pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan jenjang SMP di SMP N 3 Kotamobagu, lulus pada tahun 2009. Selajutnya tingkat SMA di SMK Cokroaminoto Kotamobagu, lulus pada tahun 2012. Dan pada

tahun 2015 penulis melanjutkan studi di Institus Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo dan menyelesaikannya pada tahun 2019.