New Indikasi Pemasangan Ventilator Berdasarkan Penyakit Dan Kriteria Klinis

19
Indikasi Pemasangan Ventilator Berdasarkan Penyakit Dan Kriteria Klinis a. ARDS Gagal napas adalah ganguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan udara dan masuk keluar paru. (Hood Alsagaff, 2004). Kriteria untuk diagnose ARDS diantaranya keadaan klinis takipnea, suara paru crackles, thorax foto menunjukan densitas putih pada 3 atau 4 kuadran, complain statis paru kurang dari 40 ml/cmH2O, paO2 atau Fio2 <200. Beberapa masalah pada ARDS diantaranya: 1. Kolaps Alveolus Kolaps terjadi karena kerusakan pada tipe 1 dan tipe 2 sel sel alveolar yang berdampak hilangnya surfaktan. Dampak dari kolaps akan mengakibatkan shunting intrapulmonal V/Q yang tidak seimbang, penurunan kapasitas residu fungsional dan penurunan complain statis paru. Bronchitis akan mengakibatkan resistensi jalan nafas meningkat sehingga complain mekanis menurun, V/Q menurun, hipoksemia dan peningkatan WOB.

Transcript of New Indikasi Pemasangan Ventilator Berdasarkan Penyakit Dan Kriteria Klinis

Indikasi Pemasangan Ventilator Berdasarkan Penyakit Dan Kriteria Klinisa. ARDS Gagal napas adalah ganguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakanudaradan masuk keluar paru.(Hood Alsagaff, 2004).Kriteria untuk diagnose ARDS diantaranya keadaan klinis takipnea, suara paru crackles, thorax foto menunjukan densitas putih pada 3 atau 4 kuadran, complain statis paru kurang dari 40 ml/cmH2O, paO2 atau Fio2 95%. Adapun prosedur intubasi tersebut adalah:Alat-alat Untuk Intubasi

a. Laringoskop, yaitu alat yang dipergunakan untuk melihat laring. Ada dua jenis laringoskop yaitu :

i. Blade lengkung (McIntosh). Biasa digunakan pada laringoskop dewasa.ii.Blade lurus. Laringoskop dengan blade lurus (misalnya blade Magill) mempunyai teknik yang berbeda. Biasanya digunakan pada pasien bayi dan anak-anak, karena mempunyai epiglotis yang relatif lebih panjang dan kaku. Trauma pada epiglotis dengan blade lurus lebih sering terjadi.

b. Pipa endotrakheal. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Pipa plastik yang sekali pakai dan lebih tidak mengiritasi mukosa trakhea. Untuk operasi tertentu misalnya di daerah kepala dan leher dibutuhkan pipa yang tidak bisa ditekuk yang mempunyai spiral nilon atau besi. Untuk mencegah kebocoran jalan nafas, kebanyakan pipa endotrakheal mempunyai balon (cuff) pada ujunga distalnya. Terdapat dua jenis balon yaitu balon dengan volume besar dan kecil. Balon volume kecil cenderung bertekanan tinggi pada sel-sel mukosa dan mengurangi aliran darah kapiler, sehingga dapat menyebabkan ischemia. Balon volume besar melingkupi daerah mukosa yang lebih luas dengan tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan volume kecil. Pipa tanpa balon biasanya digunakan pada anak-anak karena bagian tersempit jalan nafas adalah daerah rawan krikoid. Pada orang dewasa biasa dipakai pipa dengan balon karena bagian tersempit adalah trachea. Pipa pada orang dewasa biasa digunakan dengan diameter internal untuk laki-laki berkisar 8,0 9,0 mm dan perempuan 7,5 8,5 mm. Untuk intubasi oral panjang pipa yang masuk 20 23 cm. Pada anak-anak dipakai rumus : Panjang pipa yang masuk (mm) = Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan dengan melihat besarnya jari kelingkingnya.

c. Pipa orofaring atau nasofaring. Alat ini digunakan untuk mencegah obstruksi jalan nafas karena jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak diintubasi.

d. Plester untuk memfiksasi pipa endotrakhea setelah tindakan intubasi.

e. Stilet atau forsep intubasi. Biasa digunakan untuk mengatur kelengkungan pipa endotrakheal sebagai alat bantu saat insersi pipa. Forsep intubasi (McGill) digunakan untuk memanipulasi pipa endotrakheal nasal atau pipa nasogastrik melalui orofaring.

f. Alat pengisap atau suction.

3.6 Tindakan Intubasi.

a. Persiapan.Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput diganjal dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang cukup keras atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi serta trakhea dan laringoskop berada dalam satu garis lurus.

b. Oksigenasi.Setelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.

c. Laringoskop.Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kiri dan lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf V.

d. Pemasangan pipa endotrakheal.Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum memasukkan pipa asisten diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi dengan plester.

e. Mengontrol letak pipa.Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakheal. Bila terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-kadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan oksigenasi yang cukup.

f. Ventilasi.Pemberian ventilasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien bersangkutan.

Langkah-langkah pemasangan1. Siapkan alat dan pasien2. Cuci tangan 3. Pakai masker penutup hidung dan mulut dan sarung tangan4. Atur posisi pasien,kepala ekstensi,leher fleksi5. Tangan kanan memegang kedua bibir lalu buka mulut pasienTangan kiri memegang laringoscope,masukkan blade dari sebelah kanan mulut sambil membawa bagian lidah ke arah kiri sampai terlihat uvula dan epiglottis.6. Dari arah luar tekan tulang rawan thyroid untuk membantu terbukanya epiglottis7. Masukkan endotracheal tube dengan arah miring ke kanan dan setelah masuk putar ke arah tengah8. Isi balon endotracheal dengan spuit kosong9. Sambungkan endotracheal dengan ventilator/bag10. Dengarkan bunyi nafas dengan stetoskop masuk ke esophagus, terlalu kanan atau terlalu kiri dari bronchus11. Fiksasi menggunakan plester(video terlampir)

Langkah-langkah intubasi 1 2 3 4 56

Tahap Pelaksanaan pemasangan ventilator :I.Pre check dan Pre setting (servo 9000)1.Cek apakah ventilator sudah dibersihkan dan sirkuit sudah disterilkan.2.Set Mode ventilator sebagai berikut : (contoh pada mode volume control)Mode : VOL. CONTROLLower Alarm EXPIRED MINUTE VOL.0 upper alarm 40Lower Alarm O2 : 20, upper alarm : 100TRIG. SENSITIVITY : -20UPPER PRESS LIMIT : 80PEEP : 0INSP. PRESS. LEVEL : 0Range Scale pada posisi ADULTS3.Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUMEdan AIRWAY PRESSURE meter pada posisi0II.Pemasangan1.Pasang set tubing ventilator, humidifier, test lung.2.Sambungkan ventilator ke sumber listrik3.Set tombol utama di belakang ventilator dengan cara menarik dulu baru menekan ke atas.4.Yakinkan indicator lampu hijau menyala.5.Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE pada posisi 06.Yakinkan GAS SUPPLY ALARMaktif ( lampu merah menyala )7.Yakinkan SET. MIN. VOL. ALARM & SET O2ALARMlampu menyala8.Hubungkan selang O2ke konektor O2sentral9.Hubungkan selang pressure air ke konektor sentral.a. Set WORKING PRESSURE normal : 60 cm H2Ob. Set PRESET INSP. MIN. VOL.Pada 7,5 L/menit, constant flow, BREATHS/MIN 10,INSP.TIME25 % dan PAUSE TIME 30%.c. Tutup Y-piece/servo humidifierd. Yakinkan AIR PRESSURE meter menunjukkan nilai yang sama selama inspirasi dan saat berhenti dengan WORKING PRESSURE, yaitu 60 cm H2O10.Cek UPPER PRESS. LIMIT alarm dengan cara :a. Set mode VOL. CONTROLb. Tutup Y-piece/servo humidifierc. Putar tombol UPPER PRESS LIMIT ke 55 cmH2O, yakinkan inspirasi berhenti dan alarm menyala.d. Kembalikan lagi tombol ke 80 cmH2O11.Cek MINUTE VOLUMEa. Set frekuensi nafas ( BREATHS/MIN )pada 20 x/menitb. Pasang test lungc. Set tombol parameter pada posisi EXP. MIN. VOL. L/Mind. Lihat pada display, EXPIRED MINUTE VOLUME meter akan terbaca 7,50,5 l/menit setelah beberapa menit.

12.Cek MINUTE VOLUME alarma. Pada Lower alarm limit : Putar tombol LOWER ALARM LIMIT pada 7,5 l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,50,5 l/menitb. Pada Upper Alarm Limit : Putar tombol UPPER ALARM LIMIT pada 7,5 l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,50,5 l/menit13.O2alarma. Set tombol parameter pada O2 CONC.%b. Set mixer O2 pada 40% sehingga terbaca pada displayc. Putar tombol LOWER ALARM LIMIT searah jarum jam , yakinkan alarm menyala pada kisaran 36 44 %, lalu putar kembali ke 18%d. Putar tombol UPPER ALARM LIMIT berlawanan arah jarum jam, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 36-40%, lalu putar kembali ke 100%.14.APNEU ALARMa.Set mode CPAPb.Alarm akan menyala setelah15 detik setelah mode diubah15.Digital Displaya. Set tombol parameter pada BREATHS/MINb. Nilai akan terbaca pada display sesuai dengan nilai yang di set pada tombol BREATHS/MIN16.Cek PRESSURE LEVELa. Set mode pada PRESS. CONTR.b. Set BREATHS/Min pada nilai paling rendahc. Set PEEP pada + 10 cmH2Od. Set INSP. PRESS. LEVEL pada + 10 cmH2Oe. Yakinkan nilai yang terbaca pada AIRWAY PRESSURE meter pada kisaran +202 cmH2O.f. Kembalikan posisi PEEP danINSP.PRESS. LEVEL pada 0g. Kembalikan set mode ke VOL. CONTR,17.Set mode sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ( sesuai indikasi )18.Sambungkan ke pasien melalui ETTPada umumnya setting pada semua ventilator hampir sama namun ada beberapa istilah yang berbeda pada setiap alatnya.