Neuropatik
-
Upload
dyah-wulan-ramadhani -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
description
Transcript of Neuropatik
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 1/13
Sabtu, 05 Februari 2011
Patofisiologi Nyeri dan Refarat Nyeri Neuropatik
PATOFISIOLOGI NYERI & NYERI NEUROPATI
definisi Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan
kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam kerusakantersebut.
Berdasarkan durasinya nyeri dibedakan menjadi 2:
1. Nyeri akut2. Nyeri kronis
KLASIFIKASI NYERI
Berdasarkan Letak Nyeri
1. Nyeri Neuropatik Perifer Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari saraf tepi, ganglion radiks
dorsalis sampai ke radiks dorsalisContoh: Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal
neuralgia, CRPS tipe I, CRPS tipe II.
Berdasarkan Letak Nyeri
2. Nyeri Neuropatik Sentral
Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteksContoh: Nyeri post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis
Berdasarkan waktu terjadinya
1. Nyeri Neuropatik Akut Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan
Contoh Neuralgia herpetika, Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty
2. Nyeri Neuropatik Kronik Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan
Nyeri neuropatik kronis juga dibedakan menjadi:a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post chemoterapi
b. Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome, neuropati toksis, avulsi
pleksus, trauma medula spinalis, neuralgia post herpes
Berdasarkan Etiologi
1. Saraf Perifer
• Trauma: neuropati jebakan, kausalgia, nyeri perut, nyeri post torakotomi• Mononeuropati: Diabetes, invasi saraf/ pleksus oleh keganasan, Iradiasi pleksus, penyakit
jaringan ikat (Systemic Lupus Erytematosus, poliartritis nodusa)
• Polineuropati: Diabetes, alkohol, nutrisi, amiloid, penyakit Fabry, isoniasid, idiopatik.
2. Radiks dan ganglionDiskus (prolaps) arakhnoiditis, avulsi radiks, rizotomi operatif, neuralgia post herpes,
trigeminal neuralgia, kompresi tumor.
3. Medula Spinalis
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 2/13
Transeksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio, hematomieli, pembedahan, syringomieli,
multiple sclerosis, Arteri-Vena Malformasi, Defisiensi Vit B12, mielitis sifilik.
4. Batang Otak Sindroma Wallenberg, Tumor, Syringobulbi, Multiple Sclerosis, Tuberkuloma.
5. Talamus
Infark, hemoragik, tumor, lesi bedah pada nukleus sensorik utama.6. Korteks / Sub korteksInfark, Arteri-Vena Malformasi, Truma dan tumor.
Berdasarkan asalnya:
1. Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
Nyeri perifer → asal: kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll → nyeri akut, letaknya lebihterlokalisasi.
Nyeri visceral/central → lebih dalam, lebih sulit dilokalisasikan letaknya
2. Nyeri neuropatik
MEKANISME NYERI NOSISEPTIF
Stimulasi
Sebagian besar jaringan dan organ diinervasi reseptor khusus nyeri → nociceptor → yang berhubungan dgn saraf aferen primer dan berujung di spinal cord.
Jika suatu stimuli (kimiawi, mekanik, panas) datang → diubah menjadi impuls saraf padasaraf aferen primer → ditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord → ke SSP
Transmisi dan persepsi nyeriTransmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor), yang terdiri dari duamacam:
serabut A-δ (A-δ fiber) → peka thd nyeri tajam, panas → first pain
serabut C (C fiber) → peka thd nyeri tumpul dan lama → second pain → contoh: nyeri cedera,
nyeri inflamasi Mediator inflamasi dapat meningkatkan sensitivitas nociceptor → ambang rasa nyeri turun →
nyeri
Contoh:
prostaglandin, leukotrien, bradikinin → pada nyeri inflamasi
substance P, CGRP (calcitonin gene-related peptide) → pada nyeri neurogenik
Persepsi nyeriSetelah sampai di otak → nyeri dirasakan secara sadar → timbul respon
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik
Peredaan nyeri Sangat diinginkan Sangat diinginkan
Ketergantungan thd obat Tidak biasa SeringKomponen psikologis Umumnya tidak ada Sering merupakan masalah utama
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 3/13
Penyebab organik Sering Seringkali tidak ada
Kontribusi lingkungan dan keluarga Kecil Signifikan
Insomnia Jarang SeringTujuan pengobatan Kesembuhan Fungsionalisasi
Depresi Jarang Sering
Karakteristik nyeri akut dan kronisGejala dan tanda
Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli (tingling), menyentak (shooting)yang bervariasi dalam intensitas dan lokasinya.
Suatu stimulus yang sama dapat menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama sekali (mis.
tajam menjadi tumpul).
Gejala kadang bersifat nonspesifik.
Nyeri akut dpt mencetuskan hipertensi, takikardi, midriasis → tapi tidak bersifat diagnostik.
Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata. Perlu diingat : nyeri bersifat subyektif
ISTILAH-ISTILAH YANG BRKAITAN KHUSUS DENGAN NYERI Nyeri Neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer sistem saraf.
Nyeri NeuropatiBerbeda dari nyeri nosiseptif, Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan merupakan proses input
sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS.
Biasanya lebih sulit diobati. Mekanismenya mungkin karena dinamika alami pada sistem saraf.Pasien mungkin akan mengalami: rasa terbakar, tingling, shock like, shooting, hyperalgesia atau
allodynia.
Nyeri Neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi , disfungsi atau gangguan sementara primer pada
sistem saraf pusat atau perifer. Neuralgia
Nyeri pada daerah distribusi saraf Neuritis
Inflamasi pada sistem saraf
NeuropatiGangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf
Jika mengenai 1 saraf disebut mononeuropati
Pada beberapa saraf disebut mononeuropati multipleks
Bersifat difus dan bilateral disebut polineuropati
Alodinia
Nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak menimbulkan nyeriHiperalgesia
Respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal menimbulkan nyeri.
Hiperestesia
Meningkatnya sensitivitas terhadap stimulus, tidak termasuk didalamnya sensasi khusus (inderalain).
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 4/13
Hiperpatia
Sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi nyeri abnormal terhadap stimulus, khususnya terhadap
stimulus berulang, seperti pada peninggian nilai ambang.Disestesia
Sensasi abnormal yang tidak menyenangkan, baik bersifat spontan maupun dengan pencetus.
ParestesiaSensasi abnormal, baik bersifatspontan maupun dengan pencetus.Analgesia
Tidak adanya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal menimbulkan nyeri.
HipoalgesiaBerkurangnya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal menimbulkan nyeri.
Anestesia
Hilangnya sensitivitas terhadap stimulus tidak termasuk sensasi khusus (indera lain).
HipoestesiaMenurunnya sensitivitas terhadap stimulus, kecuali sensasi khusus (indera lain).
Anestesia Dolorosa
Nyeri pada area atau regio yang semestinya bersifat anestetik.Kausalgia
Sindroma yang timbul pada lesi saraf pasca trauma yang ditandai nyeri seperti terbakar, alodinia,
hiperpatia yang menetap, seringkali bercampur dengan disfungsi vasomotor serta sudomotor dan
kemudian diikuti oleh gangguan trofik.
Nyeri sentral
Nyeri yang didahului atau disebabkan atau disfungsi primer pada sistem saraf pusat. Nyeri Neuropatik Perifer
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer sistem saraf perifer.
Nosiseptor
Reseptor yang sensitif terhadap stimulus noksius (yang merusak) atau terhadap stimulus yangmerusak apabila berkepanjangan.
Stimulus Noksius
Stimulus yang menimbulkan kerusakan terhadap jaringan tubuh normal. Nilai Ambang Nyeri
Intensitas stimulus terkecil yang dapat dirasakan sebagai nyeri.
Tingkat Toleransi NyeriTingkat nyeri terbesar yang mampu ditoleransi subyek.
Trigger Point
Titik dalam satu area tertentu pada otot dan/ atau fasianya yang menimbulkan pola nyeri
menjalar yang khas, dapat berupa kesemutan atau baal sebagai reaksi terhadap tekanan yangagak lama.
Tender Point
Nyeri lokal yang timbul pada otot, ligamentum, tendo atau jaringan periosteum pada penekanan
yang agak lama.
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 5/13
Tujuan Penatalaksanaan Nyeri
Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten
Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari Penatalaksanaan nyeri neuropati
Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik
opioid.
Terapi utamanya: the tricyclic antidepressants (TCA's), the anticonvulsants and the systemic
local anesthetics.
Agen farmakologi yang lain: corticosteroids, topical therapy with substance P depletors,autonomic drugs and NMDA receptor antagonists.
Contoh obat baru: pregabalin (Lyrica) dari Pfizer �� untuk nyeri neuropati
Review Mekanisme nyeri
Perifer
Impuls ektopik (ectopic Discharge)
Transmisi efaptik
Sensitivitas terhadap katekolamin
Perubahan neuropeptida pada serabut aferen nosiseptif primer
Refleks spasme otot
Rangsangan pada nervi nervorum
Sentral
Sensitisasi sentral
Perubahan fenotip
Sprouting serabut Ab ke lamina 2 rexed layer
Peningkatan jumlah reseptor (contoh a2δ di pre sinaptik medula spinalis
Perubahan pada gene related C-fos
Hilangnya kontrol inhibisi (disinhibisi)
Lepas muatan epileptik dari neuron nosiseptif kortikal
Adjuvant Therapy for Neuropathic Pain
sumber
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 6/13
I. PENDAHULUAN
Nyeri seperti didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP), adalah suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Dari definisi
tersebut, nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen sensorik (fisik) dan emosional
(psikogenik). Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamaya berlangsung (transien,intermiten, atau persisten), intensitas (ringan, sedang dan berat), kualitas (tajam, tumpul, danterbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal atau difus). Di samping itu nyeri pada
umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan.
Selain itu nyeri juga dihubungkan dengan refleks motorik menghindar dan gangguan otonomyang oleh Woolf (2004) disebut sebagai pengalaman nyeri.(1-5)
Susunan saraf, baik di pusat atau tulang belakang dapat terjangkiti nyeri yang datang dan pergi.
Nyeri diinformasikan oleh perujungan saraf yang disebut nosiseptor yang memindai rangsangan
gangguan pada tubuh. Dalam tubuh kita sendiri terdapat banyak perujungan saraf tersebut, dankesemua nosiseptor memiliki tugas yang berbeda. Misalnya, merespon rasa terbakar, panas,
teriris, infeksi, perubahan struktur kimia, tekanan, dan sensasi lainnya. Nosiseptor
menyampaikan pesan ke serabut saraf kemudian meneruskan pesan pada saraf tulang belakangdan otak pada hitungan kecepatan cahaya.(1-3)
Pesan nyeri yang diterima oleh otak dipilah menjadi dua jenis, pertama nyeri akut yang
umumnya disebabkan oleh trauma atau perlukaan yang disebabkan gangguan fisik. Sementaranyeri kronis dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem persarafan itu sendiri. Sehingga
meski pesan telah diteruskan ke otak, namun penyebab gangguan pada persarafan tak mudah
untuk diketahui sebagai sumber nyeri. Nyeri kronis ini dapat pula berasal sebagai tambahan nyeriyang dipicu oleh keberadaaan penyakit utama seperti pada diabetes.(4,6)
Saat ini nyeri tidak lagi dianggap sebagai suatu gejala tetapi merupakan suatu penyakit atau
sebagai suatu proses yang sedang merusak sehingga dibutuhkan suatu penanganan dini danagresif. Proses nyeri merupakan suatu proses fisiologik yang bersifat protektif untuk
menyelamatkan diri menghadapi stimulus noksious.(4,6)
Secara patologik nyeri dikelompokkan pada nyeri adaptif atau nyeri nosiseptif, atau nyeri akutdan nyeri maladaptif sebagai nyeri kronik juga disebut sebagai nyeri neuropatik serta nyeri
psikologik atau nyeri idiopatik. Nyeri akut atau nosiseptif yang diakibatkan oleh kerusakan
jaringan, merupakan salah satu sinyal untuk mempercepat perbaikan dari jaringan yang rusak.Sedangkan nyeri neuropatik disebut sebagai nyeri fungsional merupakan proses sensorik
abnormal yang disebut juga sebagai gangguan sistem alarm. Nyeri idiopatik yang tidak
berhubungan dengan patologi baik neuropatik maupun nosiseptif dan memunculkan gejala
gangguan psikologik memenuhi somatoform seperti stres, depresi, ansietas dan sebagainya.(1,2)
Nyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun
sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi)
metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pascaherpes dan lain-lain. Nyeri pada neuropatik bisa muncul spontan (tanpa stimulus) maupun
dengan stimulus atau juga kombinasi.(1,3)
Nyeri neuropatik juga disebut sebagai nyeri kronik berbeda dengan nyeri akut atau nosiseptif
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 7/13
dalam hal etiologi, patofisiologi, diagnosis dan terapi. Nyeri akut adalah nyeri yang sifatnya self-
limiting dan dianggap sebagai proteksi biologik melalui signal nyeri pada proses kerusakan
jaringan. Nyeri pada tipe akut merupakan simptom akibat kerusakan jaringan itu sendiri dan berlokasi disekitar kerusakan jaringan dan mempunyai efek psikologis sangat minimal dibanding
dengan nyeri kronik. Nyeri ini dipicu oleh keberadaan neurotransmiter sebagai reaksi stimulasi
terhadap reseptor serabut alfa-delta dan C polimodal yang berlokasi di kulit, tulang, jaringan ikatotot dan organ visera. Stimulus ini bisa berupa mekhanik, kimia dan termis, demikian jugainfeksi dan tumor. Reaksi stimulus ini berakibat pada sekresi neurotransmiter seperti
prostaglandin, histamin, serotonin, substansi P, juga somatostatin (SS), cholecystokinin (CCK),
vasoactive intestinal peptide (VIP), calcitoningenen-related peptide (CGRP) dan lain sebagainya. Nyeri neuropatik adalah non-self-limiting dan nyeri yang dialami bukan bersifat sebagai
protektif biologis namun adalah nyeri yang berlangsung dalam proses patologi penyakit itu
sendiri. Nyeri bisa bertahan beberapa lama yakni bulan sampai tahun sesudah cedera sembuh
sehingga juga berdampak luas dalam strategi pengobatan termasuk terapi gangguan psikologik.(1,3)
II. EPIDEMIOLOGIMenurut Bennet (1978) dan Tollison (1998), di Amerika Serikat terdapat kira-kira 75-8 juta
penderita nyeri kronik, dengan 25 juta diantaranya penderita artrirtis. Diperkirakan ada 600.000
penderita artritis baru setiap tahunnya. Jumlah penderita nyeri neuropatik lebih kurang 1% dari
total penduduk di luar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung bawah sendiri diperkirakan15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995). Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum
diketahui, tetapi diperkirakan operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser and
Melzack, 1999; McQuay and Moore, 1999).(3,4,7)
III. ETIOLOGI
Nyeri neuropatik dapat timbul dari kondisi yang mempengaruhi sistem saraf tepi atau pusat.
Gangguan pada otak dan korda spinalis, seperti multiple sclerosis, stroke, dan spondilitis ataumielopati post traumatik, dapat menyebabkan nyeri neuropatik. Gangguan sistem saraf tepi yang
terlibat dalam proses nyeri neuropatik termasuk penyakit pada saraf spinalis, ganglia dorsalis,
dan saraf tepi. Kerusakan pada pada saraf tepi yang dihubungkan dengan amputasi, radikulopati,carpal tunnel syndrome, dan sindrom neuropati jebakan lainnya, dapat menimbulkan nyeri
neuropatik. Aktivasi nervus simpatetik yang abnormal, pelepasan katekolamin, dan aktivasi free
nerve endings atau neuroma dapat menimbulkan sympathetically mediated pain. Nyerineuropatik juga dapat dihubungkan dengan penyakit infeksius, yang paling sering adalah HIV.
Cytomegalovirus, yang sering ada pada penderita HIV, juga dapat menyebabkan low back pain,
radicular pain, dan mielopati. Nyeri neuropati adalah hal yang paling sering dan penting dalam
morbiditas pasien kanker. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kompresi tumor pada jaringan saraf atau kerusakan sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi.(3-6)
Penyebab nyeri neuropatik yang paling sering : (3-5)
Nyeri neuropatik perifer • Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik
• Polineuropati alkoholik
• Polineuropati oleh karena kemoterapi • Sindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome)
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 8/13
• Neuropati jebakan (misalnya, carpal tunnel syndrome)
• Neuropati sensoris oleh karena HIV
• Neuralgia iatrogenik (misalnya, nyeri post mastektomi atau nyeri post thorakotomi)• Neuropati sensoris idiopatik
• Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumor
• Neuropati oleh karena defisiensi nutrisional • Neuropati diabetik • Phnatom limb pain
• Neuralgia post herpetik
• Pleksopati post radiasi • Radikulopati (servikal, thorakal, atau lumbosakral)
• Neuropati oleh karena paparan toksik
• Neuralgia trigeminus (Tic Doulorex)
• Neuralgia post traumatik
Nyeri neuropatik sentral
• Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis• Mielopati HIV
• Multiple sclerosis
• Penyakit Parkinson
• Mielopati post iskemik • Mielopati post radiasi
• Nyeri post stroke
• Nyeri post trauma korda spinalis • Siringomielia
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri neuropati terbagi menjadi 2, yakni berdasarkan penyakit yang mendahului danletak anatomisnya, dan berdasarkan gejala.
Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, nyeri neuropati terbagi menjadi
:(6,8)
• Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, nueralgia pasca herpes zoster, trauma susunan saraf
pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-lain• Medula spinalis, dapat diakibatkan oleh multiple sclerosis, trauma medula spinalis, neoplasma,
arakhnoiditis, dan lain-lain
• Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan lain-lain
Berdasarkan gejala, nyeri neuropati terbagi menjadi :• Nyeri spontan (independent pain)
• Nyeri oleh karena stimulus (evoked pain)
• Gabungan antara keduanya.
V. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri neuropati adalah: sensitisasi perifer, ectopic
discharge, sprouting, sensitisasi sentral, dan disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluranion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran,
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 9/13
sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik
spontan (Woolf, 2004).(1,4,6)
Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeriinflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat
maupun perifer disebut nyeri neuropatik. Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh
nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin,histamin, dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkanmunculnya nyeri spontan, atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung
maupun tidak langsung. Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma atau
lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atauhipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan
sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada
yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ
target dan membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadiakumulasi berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan
munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul
transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge,abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity (Devor and Seltzer,
1990). Ectopic discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical)
dapat menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain.(1,4,6)
Lesi jaringan mungkin berlangsung singkat, dan bila lesi sembuh nyeri akan hilang. Akan tetapi,
lesi yang berlanjut menyebabkan neuron-neuron di kornu dorsalis dibanjiri potensial aksi yang
mungkin mengakibatkan terjadinya sensisitasi neuron-neuron tersebut. Sensitisasi neuron dikornu dorsalis menjadi penyebab timbulnya alodinia dan hiperalgesia sekunder. Dari keterangan
di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa nyeri timbul karena aktivasi dan sensitisasi
sistem nosiseptif baik perifer maupun sentral. (1,4,6)
Baik nyeri neuropatik perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron sebagai stimulus
noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras ini dimulai dari kornu dorsalis,
traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan kolum dorsalis (untuk viseral), sampai talamussensomotorik, limbik, korteks prefrontal dan korteks insula. Karakteristik sensitisasi neuron
bergantung pada: meningkatnya aktivitas neuron; rendahnya ambang batas stimulus terhadap
aktivitas neuron itu sendiri misalnya terhadap stimulus yang nonnoksious, dan luasnya penyebaran areal yang mengandung reseptor yang mengakibatkan peningkatan letupan-letupan
dari berbagai neuron. Sensitisasi ini pada umumnya berasosiasi dengan terjadinya denervasi
jaringan saraf akibat lesi ditambah dengan stimulasi yang terus menerus dan inpuls aferen baik
yang berasal dari perifer maupun sentral dan juga bergantung pada aktivasi kanal ion di aksonyang berkaitan dengan reseptor AMPA/kainat dan NMDA. Sejalan dengan berkembangnya
penelitian secara molekuler maka ditemukan beberapa kebersamaan antara nyeri neuropatik
dengan epilepsi dalam hal patologinya tentang keterlibatan reseptor misalnya NMDA dan
AMPA dan plastisitas disinapsis, immediate early gene changes. Yang berbeda hanyalah dalamhal burst discharge secara paroksismal pada epilepsi sementara pada neuropatik yang terjadi
adalah ectopic discharge. Nyeri neuropatik muncul akibat proses patologi yang berlangsung
berupa perubahan sensitisasi baik perifer maupun sentral yang berdampak pada fungsi sisteminhibitorik serta gangguan interaksi antara somatik dan simpatetik. Keadaan ini memberikan
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 10/13
gambaran umum berupa alodinia dan hiperalgesia. Permasalahan pada nyeri neuropatik adalah
menyangkut terapi yang berkaitan dengan kerusakan neuron dan sifatnya ireversibel. Pada
umumnya hal ini terjadi akibat proses apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium di neuron sendiri maupun akibat proses inflamasi sebagai faktor ekstrinsik. Kejadian
inilah yang mendasari konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem saraf. Atas dasar ini
jugalah maka nyeri neuropatik harus secepat mungkin di terapi untuk menghindari prosesmengarah ke plastisitas sebagai nyeri kronik. Neuron sensorik nosiseptif berakhir pada bagianlamina paling superfisial dari medula spinalis. Sebaliknya, serabut sensorik dengan ambang
rendah (raba, tekanan, vibrasi, dan gerakan sendi) berakhir pada lapisan yang dalam. Penelitian
eksperimental pada tikus menunjukkan adanya perubahan fisik sirkuit ini setelah cedera padasaraf. Pada beberapa minggu setelah cedera, terjadi pertumbuhan baru atau sprouting affreen
dengan non noksious ke daerah-daerah akhiran nosiseptor. Sampai saat ini belum diketahui benar
apakah hal yang serupa juga terjadi pada pasien dengan nyeri neuropati. Hal ini menjelaskan
mengapa banyak kasus nyeri intraktabel terhadap terapi. Rasa nyeri akibat sentuhan ringan pada pasien nyeri neuropati disebabkan oleh karena respon sentral abnormal serabut sensorik non
noksious. Reaksi sentral yang abnormal ini dapat disebabkan oleh faktor sensitisasi sentral,
reorganisasi struktural, dan hilangnya inhibisi (Woolf, 2004). (1,4,6)
Nyeri neuropati merupakan nyeri yang dikarenakan adanya lesi pada sistem saraf perifer maupun
pusat. Nyeri ini bersifat kronik dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita. Nyeri
neuropati melibatkan gangguan neuronal fungsional dimana saraf perifer atau sentral terlibat danmenimbulkan nyeri khas bersifat epikritik (tajam dan menyetrum) yg ditimbulkan oleh serabut
Aδ yg rusak, atau protopatik seperti disestesia, rasa terbakar, parestesia dengan lokalisasi tak
jelas yang disebabkan oleh serabut C yang abnormal. Gejala-gejala ini biasa disertai dengandefisit neurologik atau gangguan fungsi lokal. (1,4,6)
Umumnya, lesi saraf tepi maupun sentral berakibat hilangnya fungsi seluruh atau sebagian sistim
saraf tersebut, ini sering disebut sebagai gejala negatif. Akan tetapi, pada bagian kecil penderitadengan lesi saraf tepi, seperti pada penderita stroke, akan menunjukkan gejala positif yang
berupa disestesia, parestesia atau nyeri. Nyeri yang terjadi akibat lesi sistem saraf ini dinamakan
nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahuluhi atau disebabkan oleh lesi ataudisfungsi primer pada sistem saraf. (1,4,6)
Iskemia, keracunan zat tonik, infeksi dan gangguan metabolik dapat menyebabkan lesi serabutsaraf aferen. Lesi tersebut dapat mengubah fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya. Gangguan
yang terjadi dapat berupa gangguan keseimbangan neuron sensorik, melalui perubahan
molekular, sehingga aktivitas serabut saraf aferen menjadi abnormal (mekanisme perifer) yangselanjutnya menyebabkan gangguan nosiseptik sentral. (1,4,6)
Pada nyeri inflamasi maupun nyeri neuropatik sudah jelas keterlibatan reseptor NMDA dalam
proses sensitisasi sentral yang menimbulkan gejala hiperalgesia terutama sekunder dan alodinia.Akan tetapi di klinik ada perbedaaan dalam terapi untuk kedua jenis nyeri inflamasi sedangkan
untuk nyeri neuropatik obat tersebut kurang efektif. Banyak teori telah dikembangkan untuk
menerangkan perbedaan tersebut. (1,4,6)
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 11/13
Prinsip terjadinya nyeri adalah gangguan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi akibat
kerusakan jaringan (inflamasi) atau sistem saraf (neuropatik). Eksitasi meningkat pada kedua
jenis nyeri tersebut pada neyeri neuropatik dari beberapa keterangan sebelumnya telah diketahui bahwa inhibisi menurun yang sering disebut dengan istilah disinhibisi. Disinhibisi dapat
disebabkan oleh penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis terutama di presinap serabut
C. (1,4,6)
VI. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti depresan trisiklik
dan anti konvulsan karbamasepin.• Anti depresan
Dari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati
adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme
kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi transmisi dari serotonin dannorepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT)
dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga
menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampumeningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin juga
meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan konsentrasi norepinefrin
dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi
aktivitas adenilsiklasi. Penurunan aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosummonofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti
depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.(4,6-9)
• Anti konvulsan
Anti konvulsan merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan kedalam satu
golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron
di sistem saraf sentral. Seperti diketahui nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormaldari sistem saraf. Nyeri neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat
menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks Ca2+ sangat
berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati. Prinsip pengobatan nyerineuropati adalah penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan
sensitisasi sentral dan peningkatan inhibisi. (4,6-9)
o Karbamasepin dan Okskarbasepin
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels (VSSC). Efek ini
mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron. Okskarbasepin merupakan anti
konvulsan yang struktur kimianya mirip karbamasepin maupun amitriptilin. Dari berbagai ujicoba klinik, pengobatan dengan okskarbasepin pada berbagai jenis nyeri neuropati menunjukkan
hasil yang memuaskan, sama, atau sedikit diatas karbamazepin, hanya saja okskarbasepin
mempunyai efek samping yang minimal.
o LamotriginMerupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC, merubah atau
mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron presinaptik, meningkatkan
konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri neuropati penderita HIV, digunakan lamotriginsampai dosis 300 mg perhari. Hasilnya, efektivitas lamotrigin lebih baik dari plasebo, tetapi 11
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 12/13
dari 20 penderita dilakukan penghentian obat karena efek samping. Efek samping utama
lamotrigin adalah skin rash, terutama bila dosis ditingkatkan dengan cepat.
o GabapentinAkhir-akhir ini, penggunaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup populer mengingat efek
yang cukup baik dengan efek samping minimal. Khusus mengenai gabapentin, telah banyak
publikasi mengenai obat ini diantaranya untuk nyeri neuropati diabetika, nyeri pasca herpes,nyeri neuropati sehubungan dengan infeksi HIV, nyeri neuropati sehubungan dengan kanker dannyeri neuropati deafferentasi. Gabapentin cukup efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada
nyeri neuropati yang disebabkan oleh neuropati diabetik, neuralgia pasca herpes, sklerosis
multipel dan lainnya. Dalochio, Nicholson mengatakan bahwa gabapentin dapat digunakansebagai terapi berbagai jenis neuropati sesuai denngan kemampuan gabapentin yang dapat masuk
kedalam sel untuk berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca2+-channel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purba JS. Penggunaan Obat Antiepilepsi sebagai terapi Nyeri Neuropatik. [serial online]Oktober 2006 [cited 2008 February 8] : [3 screens]. Available from: URL: http://www.dexa-
medica.com
2. Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial online] Oktober
2007 [cited 2008 February 2008] : [4 screens]. Available from: URL : http://www.dexa-
medica.com
3. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The American
Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.
4. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice.
[online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from: URL :
http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
5. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN. Decision
Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006: p86-89
6. Richeimer S. Understanding neuropathic pain. [online] 2007 [cited 2008 February 8] : [6
screens]. Available from URL : http://www.spineuniverse.com
7. Suzuki R, Dickenson A. Neuropathic pain. [serial online] 2003 Maret 3 [cited 2008 February8]: [3 screens]. Available from: URL: http://www.chemistanddruggist.com
8. Beydoun A. Symptomatic treatment of neuropathic pain: a focus on the role of
7/16/2019 Neuropatik
http://slidepdf.com/reader/full/neuropatik 13/13
anticonvulsants. [online] April 2001 [cited 2008 Februari 2008] : [20 screens]. Available from:
URL : http://www.medscape.com/viewprogram/220.htm
9. Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:
mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2004 [cited 2008
Februari 8] : [2 screens]. Available from: URL: http://www.medscape.com