nematoda

9
PENYAKIT TANAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH NEMATODA a. Pengertian Nematoda Nematoda merupakan satu filum dari dunia hewan. Ini meliputi cacing-cacing mikroskopis yang terdapat di dalam tanah,air tawar, dan air laut, yang di antaranya diketahui dapat menyerang tumbuhan. Sistematika Nematoda berasal dari bahasa Yunani/ Greek “nematos” yang artinya benang dan “eidos” yang berarti menyerupai. Secara harfiah nematoda merupakan binatang yang bentuk tubuhnya menyerupai benang (Dropkin 1991). b. Pembagian Morfologi Nematoda Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan dalam uraian-uraian selanjutnya. Secara umum ciri-ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah : Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas) Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.

description

keterangan tentang nematoda

Transcript of nematoda

Page 1: nematoda

PENYAKIT TANAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH NEMATODA

a. Pengertian Nematoda

Nematoda merupakan satu filum dari dunia hewan. Ini meliputi cacing-cacing

mikroskopis yang terdapat di dalam tanah,air tawar, dan air laut, yang di antaranya

diketahui dapat menyerang tumbuhan. Sistematika Nematoda berasal dari bahasa Yunani/

Greek “nematos” yang artinya benang dan “eidos” yang berarti menyerupai. Secara

harfiah nematoda merupakan binatang yang bentuk tubuhnya menyerupai benang

(Dropkin 1991).

b. Pembagian Morfologi Nematoda

Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama

tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota

klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai

nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), yang disebut terakhir

ini tidak akan dibicarakan dalam uraian-uraian selanjutnya. Secara umum ciri-ciri

anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah :

Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas)

Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak

Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.

Untuk pembicaraan selanjutnya, anggota klas nematoda yang bersifat saprofag

digolongkan ke dalam nematoda non parasit dan untuk kelompok nematoda yang

berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan nematoda parasit.

1. Nematoda non parasit

Morfologi dari nematoda-nematoda non parasit ini hampir sama dengan morfologi

nematoda parasit. Perbedaan pokok antara keduanya terletak pada bentuk dan susunan

alat mulutnya. Alat mulut pada nematoda non parasit berbentuk seperti corong yang

terbuka lebar dan tidak memiliki alat penusuk (stylet) seperti halnya pada nematoda

parasit. Nematoda nonparasit kebanyakan hidup dengan memakan bahan-bahan organik

(sebagai nematoda saprofag). Salah satu nematoda nonparasit, Bambang Purnomo,

Page 2: nematoda

Kompilasi bahan bacaan DASLINTAN 2 yakni Rhabditis sp. Merupakan nematoda

saprofag yang termasuk dalam ordo Rhabdatida.

2. Nematoda parasit

Bentuk dan susunan alat mulut nematoda parasit telah mengalami modifikasi menjadi

suatu bentuk alat penusuk dan pengisap yang disebut stylet. Adanya stylet pada alat

mulut inilah yang secara sederhana dapat digunakan untuk membedakan antara nematoda

parasit dan non parasit. Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan

menjadi dua tipe, yaitu tipe stomatostylet dan odonostylet. Tipe stomatostylet tersusun

atas bagianbagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet (bagian

pangkal). Tipe stylet ini dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Tylenchida.

c. Siklus Hidup Nematoda

Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :

A. secara langsung : 1. Melalui larva infektif : Ancylostoma sp.

2. melalui telur infektif : Ascaris sp., Trichuris sp.

Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua

kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif,

karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan

L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang

selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.

Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2)

tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.

B. secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI) Dirofilaria sp., Thelazia

sp.

Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara.

Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan

oleh hospes definitif.

Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp.,

acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.

Page 3: nematoda

Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh

hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada

waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis

hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria

sp.

d. Penyakit Tanaman Akibat Nematoda

Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) tergolong ke dalam:

Kingdom : Animalia,

filum : Nematoda,

ordo : Tylenchida,

famili : Heteroderidae,

genus : Meloidogyne (Dropkin 1991).

Menurut Kurniawan (2010), terdapat lima spesies NPA yang dipertimbangkan

sebagai nematoda parasit penting pada tanaman wortel di Indonesia, yaitu M. arenaria,

M. hapla, M. incognita, M. javanica, dan M. chitwoodi.

Meloidogyne spp. tidak berwarna seperti halnya dengan jenis nematoda parasit

tumbuhan lainnya. Meloidogyne jantan dewasa, betina dewasa dan juvenil mudah

dibedakan berdasarkan morfologi tubuhnya (Eisenback et al. 2003). Juvenil 2 (J2)

berbentuk silindris dengan panjang ± 450 µm. Stilet dan kerangka kepala J2 mengalami

sklerotinasi yang tipis dengan ekor berbentuk kerucut hialin dimulai dekat ujung ekor

(Luc et al. 2005). Tubuh nematoda betina berbentuk seperti buah pir dengan leher yang

pendek dan posterior membulat. Betina dewasa memiliki ukuran panjang 921 µm.

yang diukur dari leher hingga posterior (Eisenback et al. 2003). Stilet berukuran

pendek dan mengalami sklerotinasi sedang. Nematoda betina memiliki kerangka kepala

lembek dengan lubang ekskresi terletak agak anterior sampai pada lempeng klep median

bulbs dan sering terlihat pada dekat basal stilet. Vulva terletak subterminal dekat anus,

kutikula berwarna agak keputihan, tipis dan beranulasi jelas (Luc et al. 2005).

Nematoda jantan berbentuk seperti cacing (vermiform) dengan panjang 1873 µm

(Eisenback et al. 2003). Stilet jantan lebih panjang dibandingkan dengan stilet betina.

Page 4: nematoda

Kerangka kepala nematoda jantan lebih kuat, dengan ekor pendek setengah melingkar.

Jantan memiliki spikula yang kuat dan tidak mempunyai bursa (Luc et al. 2005).

e. Gejala Penyakit

Gejala infeksi NPA pada tajuk tanaman wortel dicirikan dengan tanaman yang

mengerdil dan daun menguning (klorosis) yang menyebabkan berkurangnya vigor

tanaman. Apabila tanaman terinfeksi pada masa pembibitan, maka produksi umbi akan

sangat sedikit (Roberts & Mullens 2002).

Infeksi nematoda juga menyebabkan kerusakan pada akar tanaman karena

nematoda mengisap sel-sel pada akar, jaringan pembuluh terganggu sehingga translokasi

air dan hara terhambat. Kerusakan akar tanaman juga akan menyebabkan pasokan air ke

daun menjadi berkurang sehingga stomata menutup dan laju fotosintesis menurun

(Wallace 1987 dalam Mustika 2010). Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan

produktivitas tanaman menurun (Melakeberhan et al. 1987 dalam Mustika 2010).

Puru merupakan gejala khas dari infeksi NPA. Puru muncul sebagai tanda awal

terjadinya asosiasi antara tanaman wortel dan betina NPA. Puru terjadi akibat

pembesaran dan pembelahan sel yang berlebihan pada perisikel, serta perubahan bentuk

jaringan pengangkut. Tanaman yang mengalami infeksi berat oleh NPA sistem

perakarannya mengalami pengurangan jumlah akar. Pembentukan akar baru hampir tidak

terjadi, sehingga fungsi perakaran dalam 9 menyerap dan menyalurkan air dan unsur hara

ke seluruh bagian tanaman terhambat (Kurniawan 2010).

Bentuk puru akibat infeksi NPA berbeda-beda tergantung dari spesies nematoda,

misalnya M. hapla menyebabkan timbulnya puru seperti manik-manik dan cenderung

lebih kecil dibandingkan dengan puru yang diakibatkan oleh spesies NPA lain, yang

cenderung lebih besar dan menyatu (Roberts & Mullens 2002). Puru bergabung dan

berjajar di sepanjang perakaran. Akar yang terinfeksi biasanya pendek dan mempunyai

sedikit akar lateral dan akar rambut (hairy root) (Agrios 2005).

Malformasi merupakan salah satu gejala infeksi NPA selain adanya puru. Infeksi

NPA menyebabkan umbi tanaman wortel menjadi bercabang (forking) (Nunez et al.

Page 5: nematoda

2008), membulat dengan ukuran lebih pendek, dan membentuk akar rambut yang cukup

banyak (hairiness) (Vrain 1982).

Infeksi NPA mengakibatkan tanaman semakin rentan terhadap infeksi OPT lain.

Infeksi cendawan patogen meningkat apabila kandungan eksudat puru akar diubah dan

jumlahnya lebih banyak, sehingga cendawan pada stadium istirahat yang terjangkau oleh

akar menjadi aktif (Agrios 2005).

f. Pengelolaan Penyakit

Penyakit dikelola dengan melaksanakan beberapa usaha berikut secara terpadu,yaitu:

1. Pengamatan di pembibitan

2. Perawatan semai (Bally dan Reydon, 1931)

3. Pemeliharaan tanaman

4. Penanaman tanaman tahan

5. Perlakuan tanah

Page 6: nematoda

DAFTAR PUSTAKA

Bally, W. En G.A. Reydon (1931), De tegenwoordige stand van het vraagstuk der

wortelaaltjes.Arch. Koffiecul

http://bpurnomo.byethost32.com/MATERI_files/perlindungan_4.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55612/BAB%20II

%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4

http:// repository.ipb.ac.id/.../A11wja_BAB%20II%20Tinjauan%2 ...

Semangun, haryono.1996.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press